You are on page 1of 10

DASAR-DASAR SURVEI GEOLISTRIK, SAPUTRO SEMARANG 1.1.

SURVEY GEOLISTRIK Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial,arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi.Oleh karena itu metoda geolistrik mempunyai banyak macam, termasuk di dalamnya metoda potensial diri, arus telluric, magnetotelluric, elektromagnetik, IP (induction Polarization), resistivity (tahanan jenis) dan lain-lain. Penyelidikan geolistrik cara tahanan jenis dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus.Kemudian beda potensial yang terjadi diukur mellaui dua elektroda potensial. Dari pengukuran arus dan beda diturunkan variasi harga tahanan jenis untuk masing-masing lapisan dibawah titik ukur. 1.2. TEORI Bila suatu arus kontinyu dialirkan pada medium yang homogen isotropik dan Aadalah elelmen permukaan dalam meter persegi dan J merupakan kerapatan arus dalam ampere/meter2, maka arus yang lewatmelalui elemen permukaan tersebut adalah :

GAMBAR 1.1 MEDIUM HOMOGEN ISOTROPIS DIALIRI ARUS LISTRIK Sedangkan rapat arus J dan medan listrik E yang ditumbukannya dihubungkan oleh hukum Ohm,yaitu : J = E Dengan : E = medan listrik dalam volt/meter = daya hantar listrik medium dari mhos/meter Medan listrik merupkan grdien skalar dari potensial sehingga :

E = - vV J = - vV Jika didalam medium yang dilingkupi oleh permukaan A tidak ada sumber arus maka :

Menurut Teorema Gauss, integral volume dari divergensi arus yang keluar dari volume S yang dilingkupi oleh permukaan A adalah sama dengan jumlah total muatan yang terdapat di permukaan A, sehingga berlaku : Akibatnya:

Jika daya hantar listrik medium ( ) konstan maka suku pertama pada bagian kiri persamaan diatas, berharga nol sehingga didapat persamaan Laplace (potensial bersifat harmonik). Persamaan laplace dalam koordinat bola dituliskan sebagai berikut :

Karena anggapanm bumi homogen isotropik maka bumi mempunyai simetribola, sehingga potensial V merupakan fungsi r saja, jika dituliskan berbentuk : V = V(r) Akibatnya jawab umum persamaan Laplace adalah C1 V (r) = + C2 r dengan C1 dan C2 adalah konstanta. Jika syarat batas potensial yaitu, untuk r = ~ , potensial V berharga nol, diterapkan maka persamaan diatas akan berubah menjadi : C1 V (r) = R 1.2.1. Elektroda Tunggal Arus di dalam Bumi Bila terdapat titik arus didalam bumi, maka arus akan keluar secara radial dari titik arus sehingga jumlah arus yang keluar melalui permukaan bola A dengan jari-jari r adalah : dV I = 4 r2 ( - ________ ) = 4 C1 dr

GAMBAR 1.2 POTENSIAL DI SEKITAR TITIK ARUS DIDALAM BUMI Sehingga : Dengan t adalah tahanan jenis dalam ohm meter. 1.2.2. Elektroda Tunggal Arus di Permukaan Bumi Jika elektroda tunggal mempunyai arus I ampere berada pada permukaan bum (homogen isotropis) dan jika udara diatasnya mempunyai daya hantar listrik nolk,maka arus yang keluar secara radial melalui permukaan setengah bola dengan jari-jari r adalah :

GAMBAR 1.3 POTENSIAL DI SEKITAR TITIK ARUS DI PERMUKAAN BUMI 1.2.3. Dua Elektroda Arus di Permukaan Bumi Bila dua elektroda arus di permukaan mempunyai jarak tertentu,maka potensial pada titik di permukaan yang ada diantaranya akan dipengaruhi oleh kedua elektrodaarus tersebut. Potensial di P1 yang disebabkan oleh C1 adalah : I V1 = 2 r1 GAMBAR 1.4 DUA ELEKTRODA ARUS DAN DUA ELEKTRODA POTENSIAL DI ANTARANYA BERADA DI PERMUKAAN BUMI Karena besarnyaarus sama dan berbeda kutub,maka potensial di P1 akibat dari arus di C1 adalah : I V2 = + 2 r2 maka potensial keseluruhan di P1 adalah

V1 + V2 =

I 2

[ 1/r1 1/r2 ]

Begitu juga besarnya potensial yang ada di P2 akibat dari elektroda arus C1 dan C2, maka beda potensial antara P1 dan P2 dapat diukur yaitu : 1 V = [ (1/r1 1/r2) (1/r3 1/r4) ] 2 1.2.4. Konfigurasi Elektroda Besarnya beda potensial diantara kedua elektroda potensial selain bergantung pada besarnya arus yang dilairkan ke dalam bumi, juga bergantung pada letak kedua elektroda potensial tersebut, terhadap kedua elektroda arus yang dipakai. Dalam hal ni tercakup juga pengaruh keadaan batuan yang dilewati arus listrik tersbut. Karena pada dasarnya pengukuran geolostrik cara tahanan jenis ini adalah untuk mempelajari sifat listrik batuan tersebut. Berbagai macam aturan yang dipakai untuk menempatkan kemepat elektroda tersebut dan banyak orang mempelajari bagaimana bentuk susunan elektroda yang baik dan yang dapat memecahkanpermasalahan yang dihadapi.

GAMBAR 1.5. KONFIGURASI ELEKTRODA YANG SERING DIGUNAKAN (A) ATURAN WENNER; (B) ATURAN SCHULUMBERGER; (C) THREE POINT (D) DOUBLE DIPOL; (E) ATURAN LEE- PARTITION Susunan elektroda yang sering dipergunakan adalah : - Konfigurasi Wenner - Konfigurasi Schlumberger - Konfigurasi Bipol-dipol - Lee partition Masing-masing konfigurasi mempunyai kelebihan dan kekurangan untuk setiap permasalahan yang dihadapi. 1.2.5. Konfigurasi Schlumberger Supaya pengukuran tidak bergantung terhadap tahanan sentuh pada elektroda arus A dan B, Wenner (1917, Amerika Serikat) dan C & M Schlumberger(1920, Perancis) mengajukan cara yang disebut konfigurasi Schlumberger,yaitu dengan meletakkan elektroda A dan B simetris terhadap titik tengah serta menambah elektroda potensial M dan N yang simetris pula terhadap titik tengah diantara elektroda A dan B. Faktor geometri dari konfigurasi Schlumberger adalah :

K = Bila R = AB / 2 r = MN / 2 maka : K =

2 ( ( 1 / AM - 1 / BM ) - ( 1 / AN - 1/ BN ) )

2 ( 1 / (R r ) - 1 / ( R + r ) - ( 1 / (R + r ) - 1 / ( R r ) )

= 2

2 ( 1 / (R r ) - 1 / ( R + r ) - 1 / (R + r ) + 1 / ( R - r) )

2 ( 4r / (R2 - r2 ) )

( 2 / (R r ) - 2 / ( R + r ) ) K = ( R2 - r2 ) r
2

( AB/ 2 )2 - ( MN / 2)2 ) 2 ( MN / 2 )

Dimana K adalah faktor geometri dalam satuan meter. Disini jelas terlihat bahwa faktor geometri bergantung pada letak elektroda arus maupun elektroda potensial.

GAMBAR 1.6 SUSUNAN ELEKTRODA SCHLUMBERGER Pada metoda ini jarak elektroda potensial jarang diubah-ubah meskipun jarak elektroda arus selalu diubah-ubah, Jarak elektroda arus harus jauh lebih besar dibanding jarak elektroda potensial selama melakukan perubahan jarak spasi elektroda. Jarak optimum AB/2 harus lebih besar dari 5 MN/2. 1.2.6. Pengambilan Data Pengambilan data di lapangan pada metoda geolistrik cara tahanan jenis dilakukan dengan melalui beberapa tahap pelaksanaan yaitu : 1. Penentuan titik duga ada peta lapangan 2. Penempatan titik duga di lapangan 3. Penempatan titik duga di lapangan

1. Penentuan titik duga ada peta lapangan Sebelum melakukan pengukuran geolistrik di lapangan, perlu mempelajari peta lapangan yang akan di survey untuk menentukan posisi yang tepat bagi titik-titik duga. Berbagai faktor dapat dipakai sebagai dasar dalam menentukan posisi titik duga, diantaranya faktor geologi, topografi dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan tujuan survey geolistrik itu sendiri. Dalam hal ini faktor topografi berguna untuk membantu dalam menentukan letak titik duga yang memberikan peluang bagi tim pengukur untuk mendapatkan arah bentangan elektroda yang mendatar.Hal ini disbebkan karena metoda geolistrik cara tahanan jenisini menuntut kondisi bentangan elektroda yang mendatar. Disamping itu penempatan titik duga juga harus mempertimbangkan maksimal informasi yang akan didapat jumlah titik duga ayang akan dikerjakan. 2. Penempatan titik duga di lapangan Pada tahap ini titik-titik duga yang telah ditentukan dipeta lapangan dicari posisinya secaratepat di lapangan. Pekerjaan dapat dibantu dengan referensi referensi yang ada di lapangan seperti bangunan, sungai dan lain-lain. 3. Penempatan titik duga di lapangan Pada titik duga yang akan diambil datanya, ditentukan arah bentangan elektroda dengan permukaan yang mendatar. Kemudian dibentangkan pita pengukur jarak sesuai dengan arah tersebut. Sementara itu,atur peralatan pengukuran (OYO model ESG-1, gulungan kabel arus dan potensial dan lain-lain) sedemikian rupa sehingga mempermudah pelaksanaan pengukuran nantinya. Pada pekerjaan ini dibutuhkan seorang operator, seorang pencatat data dan paling sedikit 4 orang pembantu yang masing-masing bertugas untuk memindahkan salah satu dari ke empat elektroda dan mengulur kabel yang bersesuaian dengan elektroda-elektroda tersebut. Setelah itu baru pengukuran siap untuk dilakukan. Pada konfigurasi Schlumberger, pengukuran dilakukan mulai dari spasi elektroda yang kecil, kemudian membesdar secara graduil.

1.2.7. Data yang Diamati. a. Tahanan Jenis Semu

Pada bumi homogen isotropik, tahanan jenis akan konstan untuk besar arus dan susunan elektroda yang berlainan. Begitu juga bila arus diusahkan tetap dan elektroda dipindahpindahkan, maka harga potensial Vyang didapat akan berubah-ubah sehingga harga tahanan jenis akan konstan. Jika bumi tidak homogen dan spasi elektroda diubah-ubah atau dengan spasi tetap tetapi berpindah tempat,makaakan dihasilkan harga tahanan jenis (p) yang berbeda-beda pada setiap pengukuran. Nilai yang diukur ini dikenal sebagai tahanan jenis semu (apparent resistivity,ps).Nilai ini bukan nilai tahanan jenis rata-rata. Hanya pada medium homogen isotropik harga tahanan jenis semu ini samadengan harga tahanan jenis sebenarnya.

b. Pengambilan Data Pada saat melakukan pengukuran, harga resistivitas (tahanan jenis) semu untuk masingmasinhg spasi elektroda harus segera dihitung di lapangan saat itu juga. Hal ini dilakukan agar harga tahanan jenis semu tersebut dapat segera digambar di kertas bilogaritmik sehingga langkah-langkah selanjutnya yaitu memperbesar spasi elektroda dapatsegera dikontrol.Jika terdapatperubahan yang menyoilok,maka harus dilakukan pengukuran yang intensif, artinya perubahan spasi tersebut diperoleh kurva naik dengan kemiringan 45, maka disimpulkan bahwa aliran arus sedang mendeteksi suatu lapisan dengan harga tahanan jenis yang besar sekali (isolator).Pada saat ini pengukuran diputuskan untuk dihentikan atau tidak bergantung pada tujuan survey geolistrik tersebut. Hal yang perluh diperhatikan pada pengukuran cara Schlumberger adanya overlaping.Pada konfigurasi ini, untuk suatu harga jarak eletroda potensial dapat dipakai oleh beberapa jarak elektroda arus. Harga elektroda potensial baru dipindah jika terjadi loncatan harga tahanan jenis semu.Pada saat hal itu terjadi, dua atau tiga pengukuran sebelumnya perlu diulang lagi dengan harga jarak elektroda potensial yang baru. Langkah inilah yang nantinya menimbulkan overlaping pada kurva yang dihasilkan. Untuk mendapatkan kurva lapangan yang sesungguhnya dari hasil kurva yang overlaping ini dilakukan pendekatan grafis dengan membuat garis menerus yang berada di daerah overlaping tersebut. Tititik duga yang letaknya berdekatan dapat dipakai untuk membantu meramalkan kurvayang akan didapatpada titik duga. 1.2.8. Pelaksanaan Interpretasi Dalammelakukan interpretasi data lapangan dipergunakan tiga jenis kurva yaitu : a. Kurva lapangan b. Kurva Baku c. Kurva Bantu

a. Kurva Lapangan Harga tahanan jenis semu yang didapat diplot terhadap harga AB/2 pada kertas bilogaritmik. Bila terdapat overlaping, maka dibuat kurva yang sebenarnya, yaitu berupa garis menerus. Kurva ini disebut Kurva Lapangan. Selanjutnya dibuat duplikat kurva lapangan yang sebenarnya pada kertas bilogaritmik lainnya yyang trbuat dari kertas transparan yaitu kertas kalkir. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan curve-matching nanti. Kurva lapangan diklasifikasikan berdasarkan bentuknya. Dalam klasifikasi ini kita mengandaikan ada tiga lapisan masing-masing dengan tahanan jenis 1, 2 dan 3. Pembagian untuk hubungan tahanan jenis ketiga lapisan adalah :

i. Tipe A yaitu bila kurva lapangan mempunyai bentuk naik monofon. Bntuk kurva tipe ini dapat dihubungkan dengan harga tahanan jenisnya bahwa 1 < 2 < 3. ii. Tipe Q yaitu kebalikan dari tipe A. Disini kurva turun monofon yang dapat dihubungkan dengan keadaan tahanan jenis 1 > 2 > 3. iii. Tipe H yaitu kurva lapangan yang mengandung nilai minimum.Hal ini bila dihubungkan dengan keadaan tahanan jenisnya adalah 1 > 2 < 3. iv. Tipe K yaitu kurva lapangan yang mengandung nilai maksimum.Hal ini dapat dihubungkan dengan nilai tahanan jenisnya adalah 1 < 2 > 3. b. Kurva Baku Untukmendapatkan harga tahanan jenis yang sebenarnya,makakurva lapangan yang telah dibuat dibandingkan dengan kurva baku yang telah dibuat berdasarkan pemecahan matematis. Kurva baku dibuat dengan mengandalkan perbandingan harga tahanan c. Kurva Bantu d. Penafsiran Data Lapangan Langkah pertama ialah dengan cara melakukan superposisi antara kurva lapangan yang ada di bilogarmitik transparan terjadap kurva baku Scumbelger yaitu dengan cara menggerak gerakan kertas kurva lapangan diatas kumpulan kurva baku schulumberger sedemikian rupa sehingga terdapat kurva baku yang cocok ( macth ) dengan bagian awal dari kurva lapangan. Selama mengerak gerakkan kkertas kurva lapangan diatas kurva baku, sumbu sumbu koordinatnya harus tetap sejajar. Setelah ada yang cocok maka dari Point Index ( pada p2/p1 = 1 dan h=1 pada kurva baku ) dapat dibaca harga resisitivity ( p1 ), yang memotong absis, dan kedalaman ( h1 ), yang memotong ordiant, dari lapisan pertama. Titik yang menentukan harga tahanan jenis dan kedalaman lapisan pertama tadi disebut titik sumber ( locus ). Harga tahanan jenis lapisan kedua ( p2 ) dapat dicari dari hub. Perbandingan p2/p1 yang harganya terdapat pada kurva baku yang cocok. Penafsiran selanjutrnya dilakuakn dengan memakai kurva Bantu yang sesuai dengan jenis kurva lapangan. Dengan menghimpitkan titik sumber kurva Bantu dengan titik sumber pertama ( P1 = [h1; p1 ] ) kurva lapangan, selanjutnya dibuat garis putus putus kurva Bantu yang sesuai dengan harga P2/P1 pada kurva lapanagn. Dengan mensejajarkan koordinat kurva baku dan kurva lapangan maka disuperposisikan kurva lapangan selanjutnay dengan kurva baku sampai macth dengan titik locus berada pada garis putus putus. Setelah macth, maka didapat titik sumber kedua ( P2 = [hf3; pf3 ] ) dan diperoleh pula perbandingan P3/Pf3. dari jarak antara P1 dan P2 pada kurva Bantu pertama didapatkan nilai perbandingan kedalam lapisan kedua dan pertama ( h2/h1 ), sehingga kedalaman akhir lapisan kedua ( h2 ) dapat diketahui. Selanjutnya dari titik sumber P2 dapat diketahui niali p3 dari perkalian nilai perbandingan p3/pf3 dengan harga pf3. selanjutnya dengan kurva lapangan ditempatkan diatas kurva Bantu yang sesuai dengan pola kurva lapangan selanjutnya. Dengan mensejajrkan koordinat kurva lapangan dan kurva Bantu kedua dan titik pusat kurva Bantu ditempatkan tepat berhimpit dengan titik locus P2 maka dibuat garis titik titik kirva Bantu dengan harganya sama dengan p3/pf3.selanjutnya kurva lapangan ditempatkan diatas kurva baku. Kemudiaan dengan prosedur seperti mencari titik P2, diperoleh titik locus ketiga ( P3 = [ h4; pf4 ] ). Jarak anatara titik P2 dan P3 pada kurva Bantu kedua diperoleh perbandinagn kedalam lapisan ketiga dengan kedalaman lapisan fiktif ketiga h3/hf3, selanjutnya harga h3 dapat diperoleh. Disamping itu harga p4 dapat diperoleh juga.

Untuk lapisan selanjutnya, dengan memakai kurva Bantu yanag cocok dengan tipe selanjutnya dari kurva lapangan, akan didapatkan tititk sumber keempat ( P4 [ h5; pf5 ] ). Kemudiaan langkah penafsiran selanjtnya dapat dilakukan seperti pada titik sumber kedua ( P2 ) lagi. Akhirnya dari penafsiran ini didapatkan harga tahanan jenis sebenarnya dan harga kedalaman tiap batas lapisan. e. Harga Tahanan Jenis Beberapa Batuan Batuan dan mineral mempunyai kisaran nilai tahanan jenis yang lebar, yaitu dari orde 10-7 ohm-meter untuk Graphite Massive sampai orde 1012 untuk Quartzite . Untuk batuan beku dan metamorf harga tahanan jenisnya berkisar antar 101 samapai 108, sedangkan untuk batuan sedimen dan batuan yang tidak terkonsolidasi mempunyai harga tahanan jenis antara 101 108. Dalam beberapa batuan, kelistrikan dihantarkan secara elektrolotik oleh cairan pengisi pori, dan tahanan jenisnya sangat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. Porositas Bentuk dan Ukuran Pori Kandungan Air Pori Kualitas Air Pori Mineral Pembentuk Batuan.

Batuan yang relatif berporositas tinggi dan batuan yang lepas, daya hantar listriknya sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas cairan yang dikandungnya dari pada oleh material material pembentuknya. Untuk mineral lempung, karena sanggup meneruskan electron, maka aliran arus dalam lapisan lempung berlaku baik secara elektronik maupun elektrolitik. Harga tahanan jenis batuan sedimen yang tidak terdapatkan umumnya berkisar mulai berkisar kurang dari 1 ohm meter yaitu untuk lelmpung lempung tertentu atau pasir yang jenuh dengan air asin, sampai ribuan ohm meter yaitu untuk basalt kering, pasir dan gravel kering. Tahanan jenis pasir dan gravel yang terjenuhkan oleh air tawar berkisar antara 15 sampai 600 ohm meter ( Zohdy, 1974 ). Pengukuran Geolistrik di Lapangan Pengukuran geolistrik ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari perlapisan batuan yang ada dibawah permukaan bumi. Pembagiaan jenis perlapisan batuan ini tentunya berdasarkan perbedaan besarnya harga tahanan jenis yang dilakukan dilokasi penelitiaan dengan menggunakan metode schlumberger. Metode ini sangat cocok dengan menggunakan keadaan lokasi penelitiaan, yaitu morfologi kecenderungannya datar dan tidak memerlukan biaya yang cukup mahal. Pengukuran di lokasi penelitiaan sebanyak 60 titik amat, dengan masing masing pembagiaan 20 titik amat di lokasi A3, A4, dan A7 unit Transmigrasi Tamban Lupak Dalam, kab. Kapuas. Hasil Penyelidikan

Dari data yang telah diolah, dapat dilakuakan dua penafsiran yaitu penafsiran secara kuantitatif dan penafsiran secara kualitatif. Sebagai gambaran mengenai hasil penafsiran ini dapat diterangkan sebagai berikut : 3.2..6.1 Penafsiran Kuantitatif Penafsiran secara Kuantitatif atau disebut mapping ini bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan jenis lapisan secara horizontal. Penafsiran ini dilakuakn dengan jalan membuat peta kontur kesamaan harga tahanan jenis atau peta iso-reisitivity hasil pengukuran dilapangan pada bentanga tertentu yaitu pada bentangan tertentu yaitu pada bentangan arus ( AB/2 = 100, 300 dan 500 meter ). Dan pada penafsiran ini tidak menunjukkan kedalaman sesuai dengan bentangannya, tetapi hanya menunjukkan kecenderungan ( trend ). Kecenderungan dari peta kontur kesamaan pada bentangan AB/2 = 100, 300 dan 500 daerah pekerjaan menunjukkan sifat kecenderungan yang tidak sama. Sehingga untuk menetukan daerah yang diperkirakan prospek air tanah dalam, kecenderungan dapat dilihat dalam peta kontur kesamaan yang paling dalam yaitu AB/2 = 500. daerah prospek untuk unit A3 adalah bagian selatan, unit A4 dibagian tengah, Unit A7 dibagian utara. 3.2.6.2 Penafsiran Kualitatif Yanag dimaksud dengan penafsiran kualitatif adalah untuk mengetahui variasi perlapisan batuan dari hasil intrepetasi kurva lapanagn dnegan bantuan kurva Bantu dan kurva standart. Metode yang digunakan dalam interpetasi data adalah dengan metode kombinasi Partial Curve Matching dan program Resistivity Sounding . Dari hasil interpetasi ini adalah didapatkan macam atau jenis lapisan menurut besarnya harga tahanan jenis ketebalannya. Dari 60 titik amat yang dilakukan didaerah penelitiaan dapat dilihat pada table hasil interpretasi geolistrik tahanan jenis. Sebagai gambaran mengenai batas batas pelapisan pada tiap tiap lokasi.

You might also like