You are on page 1of 148

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH, JAKARTA SELATAN

SARI ERLIANINGSIH A.14105704

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN SARI ERLIANINGSIH. Strategi Pemasaran Restoran Pondok Makan Mirah, Jakarta Selatan (Dibawah Bimbingan YUSALINA). Makanan atau minuman siap saji merupakan suatu nilai tambah yang dihasilkan dari produk pertanian yang telah memperoleh perlakuan-perlakuan dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen dan dapat ditemui dibeberapa tempat, seperti pasar swalayan dan restoran. Restoran merupakan suatu tempat atau bangunan yang menyediakan makanan mulai dari awal proses pengolahan sampai penyajiannya kepada konsumen. Pada awal triwulan tahun 2008 perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi kedua terbesar di DKI Jakarta yang memberikan nilai tambah bruto produk barang dan jasa berdasarkan PDRB atas dasar harga yang berlaku, hal ini dikarenakan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang mencapai 1,5 persen. Seiring dengan kondisi ini, maka banyak bermunculan restoran baru yang berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya pada konsumen, antara lain dengan menjual makanan yang berkualitas seperti makanan laut (seafood). Salah satu restoran di Jakarta Selatan yang khusus mennyajikan makanan laut (seafood) adalah Restoran Pondok Makan Mirah yang didirikan oleh Agus Suparmanto sejak 17 tahun yang lalu. Ketatnya persaingan restoran membuat Restoran Pondok Makan Mirah mengalami penurunan laba dalam satu tahun terakhir dan menyebabkan pihak manajemen untuk selalu berorientasi kepada kepentingan pelanggan dan untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar. Pemilik menyadari bahwa harus disusun suatu alternatif strategi pemasaran sebagai modal utama untuk bertahan dan menjadi yang paling baik. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis strategi bauran pemasaran jasa yang telah dilakukan Restoran Pondok Makan Mirah, mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi bisnis Restoran Pondok Makan Mirah dan merumuskan alternatif strategi pemasaran yang akan dilakukan Restoran Pondok Makan Mirah. Metode yang digunakan adalah dengan membuat matrik IFE dan EFE, kemudian membuat empat sel kemungkinan alternatif strategis dalam matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunity, Threats). Tahapan terakhir membuat keputusan untuk menentukan prioritas utama dengan menggunakan matrik QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix). Berdasarkan wawancara dengan pemilik, awalnya hanya berjualan kupat tahu dengan menggunakan tenda dan berpindah-pindah tempat. Pada tahun 1991, mendapat kesempatan untuk membuka tempat makan di sebuah kantor pemerintahan. Pada tahun 2000, restorannya mulai mengalami perkembangan, karena banyaknya pelanggan yang datang berkunjung. Berdasarkan analisis internal faktor terdapat enam faktor yang menjadi kekuatan dan empat faktor yang menjadi kekurangan. Kekuatan terbesar Restoran Pondok Makan Mirah adalah lokasi yang sangat strategis, sedangkan kelemahan yang terbesar adalah ketidak adanya kegiatan penawaran diskon. Analisis eksternal didapatkan lima faktor yang dapat dijadikan peluang dan lima faktor yang menyebabkan adanya ancaman. Peluang terbesar Restoran Pondok Makan

Mirah adalah adanya loyalitas konsumen, sedangkan ancaman terbesar adalah tingkat persaingan yang sangat tinggi. Berdasarkan matriks SWOT didapatkan empat alternatif strategi yaitu; (1) Strategi S-O dengan melakukan perluasan usaha, karena didukung oleh kualitas produk yang menggunakan bahan baku yang bermutu, adanya sertifikasi halal dari MUI, adanya loyalitas konsumen dan pemasok serta mendapatkan pinjaman dari bank pemerintah, yaitu Bank Rakyat Indonesia; (2) Strategi W-O dengan cara membuat promosi yang lebih baik untuk lebih memperkenalkan produk-produk Restoran Pondok Makan Mirah dengan cara membuat brosur, membuat iklan di media cetak dan memberikan penawaran khusus kepada para pelanggan; (3) Strategi S-T dengan melakukan pengembangan terhadap produkproduk Restoran Pondok Makan Mirah dan memberikan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen; (4) Strategi W-T dengan memanfaatkan teknologi untuk digunakan dalam kegiatan operasional maupun dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Prioritas utama berdasarkan matrik QSPM adalah dengan melakukan perluasan usaha, hal ini dilakukan untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Kemudian prioritas yang kedua. pengembangan produk-produk dengan memberikan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen, prioritas yang ketiga adalah memanfaatkan teknologi. Prioritas terakhir adalah melakukan promosi, meskipun Restoran Pondok Makan Mirah telah mempunyai loyalitas konsumen yang tinggi. Saran yang dapat diberikan untuk Restoran Pondok Makan Mirah adalah; (1) sebaiknya Restoran Pondok Makan Mirah lebih berkonsentrasi kepada pengembangan produk; (2) membuka usahanya setiap hari; (3) menggunakan teknologi dengan mesin auto debet dan merchant kartu kredit; (4) memberikan menu paket pada jam tertentu; (5) meminimalkan biaya produksi agar dapat memberikan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen; (6) menjadi anggota PHRI untuk mendapatkan perlindungan, bimbingan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu restoran.

STRATEGI PEMASARAN RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH JAKARTA SELATAN

Oleh : SARI ERLIANINGSIH A14105704

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Judul Nama NRP

: Strategi Pemasaran Restoran Pondok Makan Mirah, Jakarta Selatan : Sari Erlianingsih : A14105704

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dra. Yusalina, Msi NIP.131914523

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131124019

Tanggal lulus ujian

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Jakarta, pada tanggal 03 Juni 1982. Penulis merupakan anak ketiga dari lima orang bersaudara dari pasangan Imam Sugianto dan Tety Subarkah. Penulis menyelesaikan pendidikan SD tahun 1988 di Madrasah IAIN Pembangunan Syarif Hidayatullah dan kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri I Ciputat dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 74 Jakarta Selatan dan pada tahun 2000 penulis diterima di Program Diploma 3 Program Studi Manajemen Hutan Produksi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun 2003 dan awal tahun 2004 bekerja di sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang transportasi darat. Pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa pada program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor dan lulus pada tahun 2008.

KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya kepada penulis dalam menyusun laporan penelitian ini yang berjudul Strategi Pemasaran Restoran Pondok Makan Mirah, Jakarta Selatan Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilatar belakangi pemikiran akan pentingnya strategi pemasaran dalam suatu usaha, pada saat ini penulis mengambil studi kasus di sebuah restoran. Penulisan skripsi ini merupakan proses pembelajaran bagi penulis dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Oktober 2008

Sari Erlianingsih NRP. A.14105704

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya kepada penulis dalam menyusun penelitian ini. Penulis telah banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyusun laporan hasil penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dra.Yusalina, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan laporan penelitian ini. 2. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji utama yang telah memberikan penulisan. 3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator dan komisi pendidikan departemen yang telah memberikan masukan pada saat kolokium penulis. 4. Dian Murdani selaku pembahas yang telah memberikan koreksian dan masukan pada saat seminar penulis. 5. Dinas Pariwisata DKI Jakarta yang telah memberikan informasi selama penelitian. 6. Bapak Agus Suparmanto selaku pemilik Restoran Pondok Makan Mirah beserta semua karyawannya yang telah membantu sehingga skripsi dapat terselesaikan. 7. PT BLUE BIRD GROUP tempat penulis bekerja, yang telah memberikan dukungannya sehingga skripsi dapat terselesaikan. 8. Kedua orang tua, kakak-kakak dan adik-adikku serta dua orang keponakan yang tersayang yang selalu memberikan dukungan moriil setiap saat. koreksian dan masukan sehingga menyempurnakan

9. Rekan-rekan sekerja yang telah memberikan ijin dan kemudahan selama proses pendidikan. 10. Sahabat-sahabatku dikampus yang telah memberikan support baik dalam kelancaran penelitian ini maupun dalam keseharian penulis.

Bogor, Oktober 2008

Sari Erlianingsih NRP. A.14105704

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Agribisnis merupakan keseluruhan kegiatan yang menyangkut

manufaktur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian. Agribisnis mencakup empat subsistem yaitu; subsistem hulu, subsistem usahatani, subsistem hilir dan subsistem jasa penunjang (Krisnamurti, 2001). Keempat subsistem ini saling terkait antara yang satu dengan yang lainnya mulai dari penanaman sampai menghasilkan produk pertanian primer. Akan tetapi seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi, produk pertanian primer dikembangkan menjadi suatu produk olahan yang siap masak atau siap saji (subsistem hilir) dengan nilai daya jual yang tinggi. Di Indonesia sendiri, masyarakat mengeluarkan sekitar 10,29 persen per tahun dari pendapatannya untuk membeli makanan atau minuman siap saji (BPS, 2008). Makanan atau minuman siap saji merupakan suatu nilai tambah yang dihasilkan dari produk pertanian yang telah memperoleh perlakuan-perlakuan dalam perjalanannya dari produsen ke konsumen dan dapat ditemui dibeberapa tempat, seperti pasar swalayan, pasar tradisional dan restoran. Restoran merupakan suatu tempat atau bangunan yang menyediakan makanan atau minuman siap saji mulai dari awal proses pengolahan sampai penyajiannya kepada konsumen (Dinas Pariwisata DKI, 2008). Restoran menjual produk yang berupa barang dan jasa dengan jumlah yang sama. Artinya restoran

sebagai tempat yang menyajikan berbagai makanan dan minuman sebagai produk juga memberikan jasa berupa pelayanan yang terbaik dalam penyajian hidangan kepada pelanggan. Pada awal triwulan tahun 2008 perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor ekonomi kedua terbesar di DKI Jakarta yang memberikan nilai tambah bruto produk barang dan jasa berdasarkan PDRB atas dasar harga yang berlaku. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dan konstan 2000.
Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan di Indonesia (Miliar Rupiah) No Sumber Pertumbuhan Trw IV 2007 Trw I 2008 1 Pertanian 147,24 156,68 2 Pertambangan dan Penggalian 715,53 760,58 3 Industri Pengolahan 23.918,31 2.3942,1 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1.630,28 1.707,09 5 Bangunan 16.958,64 17.437,67 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 30.492,97 32.013,27 7 Pengangkutan dan Komunikasi 14.300,59 14.557,65 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa PerusahaanJasa-jasa 42.224,78 44.729,46 9 Jasa-jasa 19.080,9 19.833,25 PDRB DKI Jakarta 149.469,24 155.137,74 PDRB Tanpa Migas 148.753,71 154.377,17 Sumber : BPS, 2008

Berdasarkan Tabel 1, sektor ekonomi perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan dari Rp.30,49 triliun pada triwulan keempat 2007 menjadi Rp.32,01 triliun pada triwulan pertama 2008. Hal ini dikarenakan adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang mencapai 1,5 persen jika dibandingkan dengan lapangan usaha yang lainnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Lapangan Pekerjaan (Persen) Trw Trw Trw I Trw II III IV Trw I No Sumber Pertumbuhan 2007 2007 2007 2007 2008 1 Pertanian 1,55 -3,77 1,22 1,37 0 2 Pertambangan dan Penggalian 0,46 0,23 -0,63 1,54 0 3 Industri Pengolahan 4,6 1,05 -3,4 4,12 0,69 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,2 2,15 -0,56 7,41 0,05 5 Bangunan 7,81 3,14 0,18 7,47 0,76 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6 6,88 1,23 0,6 6,93 1,5 7 Pengangkutan dan Komunikasi 15,25 4,16 0,99 14,95 1,33 Keuangan, Persewaan dan Jasa 8 PerusahaanJasa-jasa 4,47 1,05 0,17 4,1 1,23 9 Jasa-jasa 6,08 1,11 0,94 6,4 0,74 PDRB DKI Jakarta 6,44 1,59 -0,18 6,3 6,3 PDRB Tanpa Migas 6,46 1,6 -0,18 6,32 Sumber : BPS, 2008

Pada saat ini, perkembangan restoran mengalami peningkatan hampir disetiap daerah di Indonesia, salah satunya adalah Jakarta yang merupakan pusat metropolitan dan mempunyai akses ke seluruh Indonesia. Pertumbuhan yang dialami restoran mencapai lebih dari 10 persen setiap tahun, hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Restoran di DKI Jakarta (2001-2006) No. Tahun Jumlah Pertambahan Restoran 1 2001 1068 0 2 2002 1224 156 3 2003 1343 119 4 2004 1427 84 5 2005 1531 104 6 2006 1671 140 7 2007 1779 108 8 September 2008 1829 50 Jumlah 11872 761 Sumber : Dinas Pariwisata DKI Jakarta, 2008 Persentase Pertambahan Restoran (%) 0 20,499 15,637 11,038 13,666 18,397 14,192 6,570 100

Berdasarkan Tabel 3, dari tahun 2001 sampai 2008, peningkatan jumlah restoran terbesar pada tahun 2002 yaitu sebanyak 156 restoran atau sebesar 20,5 persen. Akan tetapi, pada tahun 2008 tidak terlalu banyak mengalami penambahan restoran hanya 50 buah atau hanya meningkat 6,570 persen. Menurut Arief (2005)

peningkatan jumlah restoran disebabkan karena adanya budaya makan di luar rumah yang disebabkan karena banyaknya suami-istri yang bekerja, bertambahnya pendapatan dan semakin besar keinginan untuk mendapatkan menu makanan yang bervariasi. Seiring dengan kondisi ini, maka banyak bermunculan restoran baru yang berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya pada konsumen, antara lain dengan memberikan makanan yang berkualitas dan bebas dari berbagai jenis campuran bahan pengawet yang dapat merusak daya tahan tubuh, seperti bebas dari pemanis buatan, pengawet TMS, formalin, pewarna bukan untuk makanan dan yang lainnya. Menurut BPOM (2006) bahan-bahan yang berbahaya tersebut telah melebihi batas maksimum yaitu sebesar 73,35 persen dan untuk menghindarinya konsumen lebih memperhatikan kualitas produknya. Pada saat ini banyak restoran yang lebih memperhatikan kualitas produk dengan peningkatan nilai gizi, salah satunya dengan menyajikan makanan laut seperti udang, kepiting, cumi-cumi dan ikan-ikanan. Salah satu restoran di Jakarta Selatan yang khusus menyajikan makanan laut (seafood) adalah Restoran Pondok Makan Mirah yang didirikan oleh Bapak Agus Suparmanto yang telah menjalankan usahanya lebih dari 17 tahun. Pada awalnya pemilik Pondok Makan Mirah hanya berjualan kupat tahu, kemudian tahun 1991 mulai membuka sebuah tempat makan di kantor pemerintahan dengan sistem bagi hasil. Pada tahun 2000 dengan bertambahnya modal, pemilik mulai menjalankan bisnis restoran dengan menyewa sebuah bangunan berlantai empat di daerah Tebet.

Keunikan Restoran Pondok Makan Mirah adalah tidak menggunakan penyedap didalam masakannya serta selalu menggunakan bahan baku yang segar, dan memiliki menu khusus yang banyak disukai oleh pelanggannya. Selain dalam segi rasa, restoran ini juga memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya bagaikan di rumah sendiri. Restoran Pondok Makan Mirah tidak melakukan promosi didalam memasarkan produknya. Akan tetapi, pelanggan baru juga tetap dibutuhkan dalam meningkatkan usahanya. Kebutuhan dan keinginan pelanggan Restoran Pondok Makan Mirah selalu berubah-ubah, maka dibutuhkan strategi pemasaran yang baik untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. 1.2. Perumusan Masalah Pada saat ini bisnis restoran merupakan usaha yang menjanjikan, selain dapat memenuhi kebutuhan makanan dan minuman orang banyak, usaha restoran juga dapat membuka lapangan pekerjaan. Salah satu restoran yang telah membuka lapangan pekerjaan adalah Restoran Pondok Makan Mirah yang telah mempekerjakan 30 orang. Restoran Pondok Makan Mirah merupakan salah satu restoran yang menyediakan berbagai jenis makanan laut dengan menggunakan bahan baku alami dan telah dikemas dengan cita rasa yang berbeda, contohnya adalah cah tauge ikan asin, kepiting saus tiram, cumi bakar dan udang goreng mentega. Restoran Pondok Makan Mirah berusaha memberikan kepuasan serta kenyamanan kepada pelanggan tidak hanya dari variasi menu makanannya. Akan tetapi, didukung dengan berbagai macam pelayanan; seperti memberikan

kemudahan dalam cara pemesanan; adanya pengantaran makanan tanpa dikenai biaya tambahan dan memberikan pelayanan yang cepat. Bisnis restoran tidak akan pernah terlepas dari persaingan. Berdasarkan wawancara dengan pemilik, pada tahun 2000 Restoran Pondok Makan Mirah merupakan satu-satunya restoran yang menyajikan makanan laut (seafood) di daerah Tebet. Seiring dengan berjalannya waktu, mulailah bermunculan berbagai restoran yang menawarkan berbagai jenis makanan dan minuman yang dapat menjadi pengganti atau alternatif dari makanan laut (seafood) dan menjadi pesaing. Pesaing Restoran Pondok Makan Mirah memiliki jarak yang tidak berjauhan dan menyajikan menu utama yang hampir sama, dengan harga yang tidak jauh berbeda. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 mengenai pesaing Restoran Pondok Makan Mirah.
Tabel 4. Pesaing Restoran Pondok Makan Mirah di Areal Sekitar Tahun 2008 No Nama Restoran Jenis Industri Menu Utama Harga Porsi (Rp) 1 Permata Chinese Sejenis Seafood 22.000 Pcs Food 2 Timong Restoran Substitusi Ayam Goreng 9.000 Pcs Prasmanan Sunda 3 Pondok Mutiara 68 Sejenis Seafood 18.000 Pcs 4 Nasi Uduk & Ayam Substitusi Ayam Goreng 8.500 Pcs Goreng Lahap Sumber : Restoran Pondok Makan Mirah, 2008 Jarak (m) 100 200 400 700

Ketatnya persaingan restoran membuat Restoran Pondok Makan Mirah mengalami laba yang berfluktuasi dalam satu tahun terakhir dan menyebabkan pihak manajemen untuk selalu berorientasi kepada kepentingan pelanggan dan untuk meraih pangsa pasar yang lebih besar. Hal ini dilakukan agar Restoran Pondok Makan Mirah dapat mencapai tujuannya yaitu meningkatkan laba.

Pemasukan Restoran Pondok Makan Mirah didapat dari penjualan makanan maupun minuman dan rata-rata sebesar Rp 224.832.333 dalam waktu satu bulan. Pengeluaran digunakan untuk semua biaya operasional dan rata-rata mencapai Rp 217.620.166 dalam waktu satu bulan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 mengenai data kas Restoran Pondok Makan Mirah.
Tabel 5. Data Kas Restoran Pondok Makan Mirah Pada Tahun 2007 2008 Bulan Pemasukan Pengeluaran Laba (Rp) Persentase Laba (Rp) (Rp) (%) Maret 2007 228.821.800 225.285.000 3.536.800 4,09 April 2007 218.141.000 195.261.000 22.880.000 26,4 Mei 2007 215.680.000 196.183.000 19.497.000 22,5 Juni 2007 209.448.000 208.939.000 509.000 0,59 Juli 2007 230.308.000 221.806.000 8.502.000 9,82 Agustus 2007 252.989.000 241.535.000 11.454.000 13,2 September 2007 230.581.000 227.127.000 3.454.000 3,99 Oktober 2007 252.715.000 249.231.000 3.484.000 4,03 November 2007 216.408.000 211.952.000 4.456.000 5,15 Desember 2007 208.545.000 206.391.000 2.154.000 2,49 Januari 2008 218.688.500 213.831.500 4.857.000 5,61 Februari 2008 215.662.500 213.900.500 1.762.000 2,04 Jumlah 2.697.988.000 2.611.442.000 86.545.800 100 Sumber : Restoran Pondok Makan Mirah, 2008

Berdasarkan Tabel 5, pada bulan April dan Mei tahun 2007, laba yang didapat mencapai 26 persen dari total yang diterima selama satu tahun, akan tetapi dari bulan Juni sampai Februari 2008 laba yang didapat sangat rendah dan tidak lebih dari 15 persen, hal ini disebabkan karena pengeluaran untuk biaya produksi sangat tinggi rata-rata mencapai RP 217.620.166 perbulan. Penurunan laba yang dialami oleh Restoran Pondok Makan Mirah dapat disebabkan karena adanya penurunan kualitas makanan dan minuman yang disajikan kepada pelanggan atau terjadi penurunan kualitas kinerja karyawan. Pada dasarnya bisnis restoran selain menjual barang yang berupa makanan dan minuman, juga menjual jasa pelayanan.

Pemilik menyadari bahwa harus disusun suatu strategi pemasaran yang baru yang diharapkan dapat meningkatkan laba seperti pada bulan April dan Mei 2007. Agar diperoleh strategi pemasaran yang baik, maka diperlukan kombinasi dari bauran pemasaran, antara lain untuk produk, tempat, harga, promosi, orang, proses dan bukti fisik. Strategi pemasaran tidak hanya merupakan strategi untuk bertahan, akan tetapi sebagai modal utama Restoran Pondok Makan Mirah untuk menjadi yang paling baik. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan, antara lain : 1. Bagaimana strategi bauran pemasaran jasa yang telah dilakukan oleh Restoran Pondok Makan Mirah ? 2. Bagaimanakah lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi bisnis Restoran Pondok Makan Mirah ? 3. Alternatif strategi pemasaran apa yang akan dilakukan oleh Restoran Pondok Makan Mirah?

1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis strategi bauran pemasaran jasa yang diterapkan di Restoran Pondok Makan Mirah. 2. Mengidentifikasi lingkungan eksternal dan internal yang mempengaruhi bisnis Restoran Pondok Makan Mirah. 3. Merumuskan alternatif strategi pemasaran yang akan dilakukan Restoran Pondok Makan Mirah.

1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, baik pemilik rumah makan, penulis, maupun bagi pembaca. 1. Bagi pemilik restoran, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan strategi pemasaran. Dan di masa yang akan datang dapat meningkatkan penjualan produkproduk yang ditawarkan. 2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengalaman dan merupakan pengimplementasian ilmu pengetahuan yang telah didapatkan selama kuliah.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tinjauan Pustaka Teoritis

2.2.1. Restoran 1. Sejarah Perkembangan Industri Restoran Industri restoran tidak diketahui secara pasti kapan dimulainya. Akan tetapi, pada dasarnya industri ini adalah industri yang menghidangkan makanan dan minuman kepada orang-orang yang jauh dari rumahnya (Arief, 2005). Pada tahun 1763 Boulanger mendirikan coffee house yang pertama kali. Ia adalah seorang vendor atau supplier yang menawarkan supnya dengan nama restorative. Masakan ini sangat populer dan banyak orang menirunya, kemudian mulailah bermunculan restoran-restoran baru. Menurut Arief (2005), terdapat tiga hal menarik dari perkembangan industri restoran, yaitu : 1. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin banyaknya restoran di Jakarta, baik di lingkungan hotel maupun di luar hotel. 2. Usaha peningkatan dan pengembangan industri makanan dan minuman merupakan suatu sarana untuk mempromosikan bangsa dari tiap daerah. 3. Belum banyaknya penelitian yang dilakukan terhadap industri ini, sehingga kesempatan untuk mendirikan industri ini masih terbuka luas. 2. Pengertian Restoran Sihite (2002) menjelaskan bahwa restoran adalah istilah umum untuk menyebut usaha yang menjual hidangan kepada masyarakat dan menyediakan

tempat untuk menikmati hidangan itu. Restoran biasanya memiliki spesialisasi dalam jenis makanan yang dijual. Menurut Arief (2005), perkembangan usaha restoran yang semakin pesat ini disamping menguntungkan, timbul pula beberapa masalah diantaranya adalah : a) Masalah sanitasi dan higiene dari restoran atau industri penyajian makanan dan minuman. b) Pengadaan bahan-bahan yang diperlukan oleh industri ini, seperti daging yang bermutu tinggi, bumbu-bumbu atau rempah-rempah yang siap untuk dipakai dan buah-buahan yang harus disediakan di luar musimnya. c) Pendidikan kejuruan di bidang restoran, termasuk jurumasak (cook), restoran manajer, pramusaji. d) Masalah accounting dan cashiering system, yang sederhana serta dapat diawasi dengan mudah. e) Cara penciptaan Fast Food Service untuk makanan Indonesia yang dihidangkan secara cepat, dengan harga yang terjangkau oleh golongan menengah serta dapat dinikmati secara informal. f) Manajemen yang terpadu secara menyeluruh yang selain akan menjamin kemajuan perusahaan, juga kepuasaan dari para pelanggan yang berkunjung ke restoran tersebut. 3. Jenis dan Sifat Restoran Menurut Sihite (2002) restoran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : 1) Restoran Formal (Formal Restaurant), yaitu restoran yang dikelola secara komersial dan profesional dengan pelayanan yang eksklusif. Mempunyai ciri-ciri antara lain :

Tamu yang datang harus membuat reservasi terlebih dahulu. Tamu terikat dengan pakaian formal. Menu pilihannya adalah menu klasik yang populer. 2) Restoran Informal (Informal Restaurant), yaitu seperti halnya restoran formal, akan tetapi lebih mengutamakan kecepatan pelayanan dan umumnya harga yang ditawarkan relatif lebih murah. Ciri-cirinya antara lain : Harga makanan dan minuman relatif murah. Tamu yang datang tanpa sistem reservasi. Tamu yang datang tidak terikat pakaian formal. 3) Restoran Khusus (Specialities Restaurant), yaitu restoran yang menyajikan menu dengan makanan dan minuman istimewa atau merupakan menu khas dari negara tertentu, populer dan disukai banyak orang, seperti: sea food, masakan Padang, masakan khas Jawa Timur, Chinese food, Japan food dan sebagainya, ciri-cirinya antara lain : Tamu yang datang bisa dengan sistem reservasi atau tidak dengan sistem reservasi. Sistem penyajiannya disesuaikan dengan budaya negara asal dan telah dimodifikasi dengan budaya internasional Organisasi restoran menyangkut pembelian barang-barang mentah, persiapan, penyimpanan dan cara penyajiannya (Arief, 2005). Usaha restoran dapat disimpulkan sebagai tiga kegiatan menjadi satu, antara lain : a) Dapur, mempersiapkan dan memproduksi hidangan.

b) Tempat makan, menawarkan atau menjual dan menyajikan hidanganhidangan yang dimasak oleh bagian dapur. c) Bar, menjaul minuman alkohol dan melayani tamu. Usaha restoran mempunyai sifat, antara lain : a) Commercial artinya mencari untung. b) Institutional merupakan restoran bekerja pada institusi-institusi kamp militer atau untuk langganan yang telah dikenal. c) Contractual merupakan suatu pelayanan kepada satu group atau organisasi berdasarkan kontrak. Contoh : kontrak pertambangan minyak, pegawai kantor dan sebagainya.. 2.1.2. Produk (Barang dan Jasa) Barang yang berbentuk fisik dan diproduksi mempunyai ciri-ciri, yaitu: keluarannya berwujud; dari waktu ke waktu dapat disimpan; kontak dengan pelanggan sangat sedikit atau tidak langsung dilakukan; pelanggan sangat sedikit berperan serta dan sifat pekerjanya padat produksi. Sedangkan barang yang tidak berbentuk atau disebut dengan jasa ciri-cirinya antara lain: tidak berwujud; tidak dapat disimpan; kontak dengan pelanggan dilakukan secara langsung; pelanggan mutlak ikut serta dan pekerjannya padat karya (Stoner and Edward, 1994). Menurut Kotler (2005), produk yang ditawarkan suatu perusahaan ke pasar sering mencakup beberapa jasa, dan komponen jasa dapat berupa bagian kecil atau bagian dari seluruh tawaran tersebut. Maka jasa dapat dibedakan menjadi lima kategori, yaitu: a) Barang berwujud murni, artinya barang tersebut tidak pernah disertai oleh jasa. Contoh: sabun, pasta gigi, garam.

b) Barang berwujud yang disertai jasa, artinya barang berwujud yang ditawarkan disertai oleh satu atau beberapa jasa. Contoh: mobil toyota lebih sarat dengan pelayanan daripada produksi. c) Campuran, terdiri dari barang dan jasa dengan bagian yang sama. Contoh: restoran. d) Jasa utama yang disertai barang dan jasa yang sangat kecil. Terdiri atas jasa utama bersama jasa tambahan atau barang pendukung. Contohnya: tiket pesawat. e) Jasa murni, merupakan hanya terdiri dari jasa. Contoh: penjagaan bayi. Jasa mempunyai empat karakteristik yang sangat memepengaruhi desain program pemasaran, yaitu : a) Tidak berwujud (intangibility). Artinya berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat diraba, dilihat, dirasakan, didengar, atau dicium sebelum dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari bukti mutu jasa tersebut. b) Tidak terpisahkan (inseparability). Artinya jasa yang dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. c) Bervariasi (variability). Artinya baergantung kepada siapa memberikannya dan kapan dan dimana diberikan, jasa sangat bervariasi. d) Tidak tahan lama (perishability), Artinya jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang mudah rusak (perisahability) tidak akan menjadi masalah apabila permintaan tetap berjalan lancar, akan tetapi jika permintaan berfluktuasi, perusahaan-perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit.

2.2. Penelitian Terdahulu Firbani (2006) mengenai Analisis Strategi Pemasaran Restoran Waralaba Lokal Studi Kasus Ayam Bakar Wong Solo Cabang Bogor. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis persepsi konsumen terhadap strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang telah diterapkan Restoran Ayam Bakar Wong Solo Bogor, mengkaji strategi bauran pemasaran yang telah diterapkan dalam upaya pengembangan usaha dan menyusun alternatif strategi pemasaran dalam mempertahankan dan meningkatkan posisinya agar dapat bersaing dengan restoran lainnya. Metode pengolahan dan analisis data menggunakan analisis bauran pemasaran (marketing mix), analisis lingkungan internal dan eksternal serta analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunity and Threats). Sedangkan pengolahan data pada kegiatan pemasaran rumah makan diperlukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan strategi perusahaan tersebut yang terbagi dalam tiga kelompok besar, yaitu lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan operasi. Sedangkan untuk analisis internal menggunakan analisis rantai nilai dan analisis terhadap daur hidup produk. Berdasarkan analisis persepsi konsumen terhadap bauran pemasaran, maka yang harus mendapat perhatian utama dari manajemen restoran untuk ditingkatkan adalah kegiatan promosi yang efektif, variasi produk, kemenarikan penyajian makanan, kecepatan penyajian makanan, menu paket hemat, dan citra pemilik dimata konsumen. Hal ini karena tingkat persepsi sebagian besar responden terhadap bauran pemasaran belum dikatakan baik.

Berdasarkan kedua nilai analisis faktor internal dan eksternal restoran ini berada pada kuadran V yang merupakan posisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Berdasarkan analisis SWOT maka alternatif-alternatif strategi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi besar; (1) Strategi pengembangan promosi, (2) Strategi diversifikasi dan pengembangan produk, (3) Strategi jangka panjang. Berdasarkan matriks QSPM, alternatif strategi 1 merupakan alternatif strategi yang paling menarik untuk dijalankan Restoran Ayam Bakar Wong Solo Cabang Bogor. Strategi ini juga dinilai paling sesuai dengan kondisi lingkungan yang saat ini sedang dihadapi perusahaan. Ramdhoni (2006) meneliti tentang Strategi Pemasaran Restoran Sunda Pajajaran Bogor. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mempelajari pelaksanaan bauran pemasarannya, menganalisis tingkat kepuasaan konsumen terhadap kinerja bauran pemasaran 4P dan mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internalnya meliputi struktur organisasi; budaya perusahaan dan sumberdaya perusahaan. Sedangkan eksternal yang mempengaruhi keberhasilan Restoran Pajajaran, antara lain: makro; ekonomi-politik; sosial-budaya;

demografi; teknologi dan lingungan mikro seperti, pemasok; pelanggan; pesaing dan lingkungan industri. Berdasarkan hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA) dapat diketahui bahwa tingkat kepuasaan konsumen terhadap pelaksanaan bauran pemasaran menunjukkan kepuasan konsumen sudah mendekati sesuai, sedangkan posisi restoran berada pada kuadran V (dalam matriks IE) artinya restoran berada dalam pasar yang sedang tumbuh. Kekuatan utama perusahaan antara lain

motivasi untuk memajukan perusahaan, penggunaan teknologi sederhana dalam pengolahan bahan baku dan penggunaan bahan baku lokal. Kelemahan utama perusahaan antara lain belum adanya riset pasar dan pesaing serta belum efektifnya kegiatan promosi. Peluang utama bagi perusahaan antara lain waktu kerja yang semakin padat yang akan mendorong orang untuk makan di restoran, perkembangana teknologi informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas promosi dan kegiatan administrasi, dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi. Ancaman utama antara lain resesi ekonomi yang disertai kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), banyaknya produk substitusi dan serbuan makanan cepat saji asing dengan promosi yang gencar. Berdasarkan hasil analisis IE yang dikombinasikan dengan hasil analisis IPA, dihasilkan analisis SWOT. Alternatif strategi terbaik yaitu: strategi produk dimana mempertahankan penggunaan bahan baku lokal; strategi promosi dengan meningkatkan efektivitas promosi seperti seperti pemuatan iklan pada internet dan radio serta menjadikan konsumen sebagai agen pemasar; strategi harga dengan mengadakan program pemberian diskon pada moment tertentu seperti hari libur nasional; strategi tempat dengan mempertahankan desain ruangan dan meningkatkan kenyamanan suasana restoran. Yoshida (2006) dengan judul penelitian Analisis Hierarki Strategi Pemasaran Ayam Gepuk Pada Rumah Makan Eco Raos, Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi bauran pemasaran 4P dan

pengembangannya pada RM Eco Raos. Peneliti menganalisis lingkungan persaingan pemasaran yang terdiri dari pesaing, pemasok dan pembeli. Perlu

diketahui faktor-faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam menyusun strategi pasarnya dan sejauh mana faktor tersebut berperan. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode AHP diperoleh bahwa RM Eco Raos menggunakan strategi bauran pemasaran (marketing mix), yaitu strategi produk perusahaan dan strategi harga. Kemudian pengembangan strategi bauran pemasaran untuk strategi produk dititik beratkan pada kuantitas produk sedangkan untuk strategi harga dititik beratkan pada penetapan harga diatas dan dibawah pesaing. Hasil analisis lingkungan persaingan pemasaran untuk menerapkan strategi pemasaran lebih baik dan bervariasi dibandingkan dengan strategi bauran pemasaran yang diterapkan RM Eco Raos. Menurut analisis metode AHP terdapat dua prioritas utama, yaitu : prioritas pertama kualitas dan kuantitas produk, sedangkan prioritas kedua adalah strategi harga dengan memprioritaskan kebijakan harga dibawah pesaing. Kemudian strategi tempat harus memberikan kenyamanan pada konsumen dan strategi promosi dengan pembuatan spanduknya. Setiawati (2007) meneliti tentang Strategi Pemasaran Rumah Makan Ayam Bakar Sogo Sari Rasa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi konsumen terhadap atribut pemasaran RM Ayam Bakar Sogo Sari Rasa dan menyusun alternatif strategi pemasaran yang tepat yang akan dilaksanakan oleh RM Ayam Bakar Sogo Sari Rasa. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah melalui pendekatan konsep bauran pemasaran 7P (produk, harga, promosi, tempat atau distribusi, personel atau orang, proses dan bukti fisik). Pengolahan data pada analisis persepsi konsumen dilakukan dengan metode deskriptif yang bertujuan

sebagai bahan masukan dalam perumusan alternatif strategi pemasaran dari sudut pandang konsumen. Kemudian disusunlah alternatif strategi pemasaran untuk pengembangan usaha RM Ayam Bakar Sogo Sari Rasa dengan menggunakan metode AHP (Proses Hirarki Analitik). Hirarki ini dibuat berdasarkan hasil pengumpulan data dan informasi dari pihak manajemen, dan penelitian ini hanya melihat satu faktor eksternal yaitu konsumen, sedangkan faktor internal terdiri dari tiga, antara lain; pemasaran, organisasi dan sumberdaya manusia. Berdasarkan hasil persepsi konsumen terhadap atribut pemasaran RM Ayam Bakar Sogo Sari Rasa adalah kegiatan promosi yang efektif, variasi menu, kebersihan rumah makan, keramahan dan kesopanan pramusaji, dekorasi ruangan dan penyediaan sarana bukti fisik seperti, tempat makan dalam bentuk lesehan dan musik. Hasil analisis dengan menggunakan AHP dapat diketahui bahwa prioritas menyeluruh menempatkan tujuan meningkatkan omzet penjualan diurutan pertama. Untuk elemen strategi bauran pemasaran, prioritas pertama ditempati oleh strategi produk diikuti oleh strategi harga, promosi, tempat atau distribusi, personel atau orang, proses dan bukti fisik. Berdasarkan empat penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa pemasaran sangat diperlukan dalam berbagai jenis usaha karena pemasaran merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan produk melalui suatu proses pertukaran. Dalam memasarkan suatu produk (barang atau jasa) dibutuhkan suatu strategi yang tepat atau dapat disebut dengan strategi pemasaran..

Komponen yang penting dalam strategi pemasaran adalah bauran pemasaran, yaitu kombinasi dari berbagai elemen, ada yang mendeskripsikan menjadi 4P yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi (Kotler, 2000). Akan tetapi, untuk memasarkan barang yang disertai jasa dibutuhkan tambahan 3P lagi yaitu proses, orang dan bukti fisik. Strategi pemasaran dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan internal. Berdasarkan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa lingkungan eksternal yang paling berperan adalah konsumen. Konsumen yang menentukan produk (barng atau jasa) seperti apa yang dapat dipasarkan. Sedangkan dalam lingkungan internal dipengaruhi oleh pemasaran itu sendiri, produksi, organisasi dan keuangan. Metode yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu strategi pemasaran adalah analisis SWOT dan Proses Hierarki Analitik (AHP). Analisis SWOT menyusun berbagai strategi yang didapatkan dari berbagai peluang dan berbagai ancaman serta melihat kelemahan internal dan kekuatan internal. Sedangkan metode AHP melihat dari suatu kepentingan yang disusun secara hierarki atau berurutan sampai menjadi empat tingkatan dan tingkatan yang paling bawah merupakan strateginya. Untuk mendapatkan hasilnya digunakan matriks berbanding, yaitu membandingkan antara satu kepentingan dengan kepentingan lainnya. Hasil yang didapatkan dari keempat penelitian terdahulu adalah strategi yang utama adalah strategi produk, dimana dari segi kualitas dan kuantitas harus dijaga. Strategi berikutnya adalah dengan mengadakan pengembangan promosi

restoran agar produknya dapat dikenal secara luas. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.3. Persamaan dan Perbedaan Penelitian Keempat penelitian terdahulu membahas mengenai strategi pemasaran yang telah dilaksanakan oleh restoran tertentu dan mencari alternatif strategi pemasaran yang baru dengan menggunakan bauran pemasaran, serta menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan reatoran tersebut. Bauran pemasaran yang digunakan adalah 4P yaitu Product (produk), Place (tempat), Promotion (promosi) dan Price (harga), akan tetapi ada yang menggunakan 7P dengan tambahan People, Process dan Physical Evidence. Berdasarkan uraian di atas, maka persamaan penelitian saat ini dengan terdahulu adalah membahas mengenai strategi pemasaran suatu usaha restoran dengan menggunakan bauran pemasaran jasa. Kemudian mencari alternatif strategi pemasaran untuk mencapai tujuan restoran tersebut. Alat analisis yang digunakan saat ini ada beberapa yang telah menggunakannya pada penelitian terdahulu, yaitu dengan metode analisis SWOT. Masalah yang dihadapi oleh restoran juga tidak sama dengan penelitian terdahulu. Strategi pemasaran yang disusun menggunakan bauran pemasaran jasa dengan melihat lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 2 mengenai persamaan dan perbedaan penelitian saat ini dengan yang terdahulu.

III. 3.1.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Manajemen Strategi Strategi merupakan rencana besar yang dibuat oleh para manajer dalam menghadapi persaingan untuk mencapai sasaran-sasaran yang ingin dicapai dimasa depan. Maka strategi sangat dibutuhkan dalam suatu pemasaran untuk mencapai tujuan jangka panjangnya. Sedangkan manajemen strategi diartikan sebagai suatu keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan pelaksanaan rencana yang disusun untuk mencapai sasaran-sasaran yang ingin dicapai (Pearce & Robinson, 1997). Perusahaan dalam menjalankan usahanya mempunyai suatu visi, misi dan tujuan yang harus dicapai. Menurut Purwanto (2007), visi suatu perusahaan harus dapat melihat kemasa depan agar mendapatkan kondisi yang diharapkan dimasa yang akan datang. Begitu juga dengan misi, akan tetapi misi perusahaan lebih bersifat suatu pernyataan yang menjadi tatanan nilai, sedangkan pernyataan yang dijadikan pedoman untuk mendapatkan hasil tertentu dalam kegiatan pada waktu yang berbeda disebut dengan tujuan. 3.1.2. Pemasaran Kotler, (2000) mendefinisikan pemasaran menjadi dua, yaitu definisi sosial dan definisi manajerial. Definisi sosial adalah dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dengan menciptakan, menawarkan dan dengan bebas mempertukarkan produk tersebut melalui suatu interaksi sosial. Definisi manajerial adalah suatu proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran

untuk menciptakan pertukaran produk dan mencapai sasaran yang diinginkan oleh individu dan organisasi. Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran (Assauri, 2002). Menurut American Marketing Association, pemasaran diartikan sebagai hasil prioritas kerja kegiatan usaha yang langsung berkaitan dengan

mengalirkannya barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan melalui proses pertukaran agar mencapai sasaran yang diinginkan oleh individu maupun organisasi. Akan tetapi, pemasaran tentu berbeda dengan konsep pemasaran. Menurut Stanton, W dalam Anwar, M.I (1973) konsep pemasaran merupakan suatu filsafat, sikap atau arah pemikiran mengenai perdagangan. Sedangkan pemasaran merupakan suatu proses atau arah tindakan mengenai kegiatan perdagangannya. Pemasaran dalam industri jasa terdapat tiga jenis, antara lain: (1) pemasaran internal, terjadi antara perusahaan dengan karyawan yang

menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi untuk melayani pelngggan; (2) pemasaran eksternal, terjadi antara perusahaan dengan pelanggan yang menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan dan mempromosikan jasa; (3) pemasaran interaktif, terjadi antara karyawan dengan pelanggan yang menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani pelanggan. Pemasaran ini diilustrasikan dalam Gambar 1.

perusahaan

pemasaran internal

layanan kebersihan layanan kesehatan industri restoran pemasaran interaktif

pemasaran eksternal

karyawan

pelanggan

Gambar 1. Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa Sumber : Kotler, 2005

Menurut Yazid (2008), ada lima bisnis jasa yang mengalami perkembangan yang pesat, antara lain: 1. Bisnis Jasa, contohnya: konsultan, keuangan, perbankan. 2. Perdagangan Jasa, contohnya: eceran, pemeliharaan dan perbaikan. 3. Jasa Infrastruktur, contohnya: komunikasi, transportasi. 4. Jasa Sosial, contohnya : restoran, perawatan dan kesehatan 5. Administrasi Umum, contohnya: bidang pendidikan dan pemerintahan. 3.1.3. Bauran Pemasaran Salah satu unsur dalam strategi pemasaran adalah bauran pemasaran, yaitu strategi yang dijalankan perusahaan yang berkaitan dengan penentuan bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada segmen pasar tertentu yang merupakan sasaran pasarnya. Menurut Kotler (2002), bauran pemasaran (maketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Bauran pemasaran dengan 4P berhasil dengan baik untuk produk yang berwujud, akan tetapi elemen-elemen tambahan perlu diperhatikan dalam produk

yang tidak berwujud seperti jasa. Komposisi yang terbaik ditetapkan dari ketujuh komponen atau variabel pemasaran untuk mencapai sasaran pasar yang dituju. Ketujuh komponen yang termasuk dalam bauran pemasaran adalah sebagai berikut : 1). Produk (Product) Bauran pemasaran yang pertama adalah produk. Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan kesuatu pasar untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2002). Produk sendiri dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, antara lain adalah : Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi satu atau beberapa kali. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya dapat digunakan berkali-kali, akan tetapi produk ini bersifat tahan lama dan biasanya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih khusus, serta mendapatkan lebih banyak garansi dari penjual. Jasa (service) merupakan tidak berwujud dan mudah habis. Akibatnya, jasa biasanya memerlukan lebih banyak pengendalian mutu, kredibilitas pemasok dan kemampuan penyesuaian. 2). Harga (Price) Harga merupakan bauran pemasaran kedua, dan dapat diartikan sebagai jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa dan jumlah nilai yang

dipertukarkan konsumen untuk memiliki atau menggunakan produk atau jasa (Kotler, 2002). Harga merupakan bauran pemasaran yang menghasilkan uang. Perusahaan menangani penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan besar, penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer divisi, dan biasanya manajemen puncak juga menetapkan tujuan dan kebijakan umum penetapan harga. Sedangkan pada perusahaan kecil, harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak dan bukannya oleh bagian pemasaran atau penjualan. Elemen strategi harga, antara lain: daftar harga, rabat, potongan harga khusus, periode pembayaran dan syarat kredit. 3). Tempat (Place) Menurut Kotler, (2002) tempat adalah alat bauran pemasaran yang didalamnya terdapat berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan serta membawa sebagian produk kepasar agar produsen bekerjasama dengan perantara. Pemasar menggunakan tiga jenis saluran pemasaran, antara lain : 1. Saluran komunikasi (communication channels) digunakan untuk

menyerahkan dan menerima pesan dari pembeli sasaran. Saluran komunikasi dapat melalui surat kabar, majalah, radio, televisi, iklan, poster, telepon, pos, CD, dan internet. 2. Saluran distribusi digunakan untuk menyerahkan produk fisik atau jasa kepada pembeli atau pengguna. Yang termasuk adalah pergudangan, sarana transportasi dan berbagai saluran dagang seperti distributor, grosir dan pengecer. 3. Saluran penjualan digunakan untuk mempengaruhi transaksi dengan pembeli potensial. Saluran ini tidak hanya mencakup distributor dan

pengecer

melainkan

bank-bank

dan

perusahaan

asuransi

yang

memudahkan transaksi. 4). Promosi (Promotion)

Promosi adalah kegiatan yang mengkomunikasikan produk (barang atau jasa) dan menganjurkan pelanggan sasaran untuk membelinya. Elemen strategi promosi, antara lain: promosi penjualan, periklanan dan pemasaran langsung. Kotler, (2002) menjelaskan bahwa promosi mempunyai dua tujuan, yaitu: a. Promosi terhadap konsumen. Bertujuan mempunyai kemampuan membuat konsumen terdorong untuk membeli dalam jumlah dan unit yang lebih besar, dan membuat orang tertarik agar berganti merek jauh dari pesaing. b. Promosi terhadap pengecer Bertujuan mempunyai kemampuan untuk menjual produk-produk baru meskipun berada diluar musimnya dan dapat mengimbangi promosi dari pesaingnya. 5). Orang (People) Orang merupakan unsur bauran pemasaran yang memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan penyampaian produk ke pelanggan. Selain itu, orang yang menentukan keberhasilan penjualan jasa dan mampu membentuk citra perusahaan. Yang termasuk dalam strategi orang, antara lain : a. Pegawai Pegawai merupakan orang yang terlibat dalam pemberian jasa dan merupakan faktor intern yang memiliki peran yang cukup besar dalam mewujudkan jasa yang dikehendaki oleh pelanggan.

b. Pelanggan Pelanggan merupakan orang yang menggunakan jasa. Akan tetapi, peran serta pelanggan sangat besar dalam mewujudkan jasa. c. Komunikasi Komunikasi meupakan sarana yang paling tepat dalam menjalin hubungan, baik intern maupun ekstern manajemen. Hal ini dimaksudkan agar antara penyedia jasa dan pelanggan, antara penyedia jasa dan pegawai, maupun antara pegawai dan pelanggan diharapkan dapat terjalin komunikasi yang baik. Elemen strategi orang, antara lain: keramahan dan kesopanan pelayan, pengetahuan pelayan atas produk (barang dan jasa) yang dijual, seragam pelayan dan perhatian pelayan dalam membantu pelanggannya. 6). Proses (Process) Proses mencerminkan bagaimana semua elemen bauran pemasaran jasa dikoordinasikan untuk menjamin kualitas dan konsistensi jasa yang diberikan kepada pelanggan. Manajemen proses melibatkan bauran orang, sehingga ke-dua bauran pemasaran ini saling berinteraksi terutama dalam layanan pelanggan. Apabila proses penyampaian produk tidak diperhatikan, seperti contohnya permintaan produk tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan atau terjadi keterlambatan dalam menjalankan transaksi maka pelanggan tidak akan merasa puas. Elemen strategi proses, antara lain: kecepatan pelayanan, kemudahan pembayaran, dan tanggapan terhadap keluhan. 7). Bukti Fisik (Physical Avidence) Sebagai suatu lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan dimana perusahaan dan pelanggannya, dan setiap komponen tangible memfasilitasi

penampilan atau komunikasi jasa tersebut. Bukti fisik merupakan lingkungan fisik dimana jasa diciptakan dan tempat penyedia jasa dan konsumen bertinteraksi (Lumpiyoadi, 2006). Bukti fisik berhubungan dengan fasilitas apa yang diharapkan pelanggan, sehingga dapat meningkatkan kenyamanan, elemennya antara lain: desain dan layout restoran, kenyamanan restoran, musik ruangan, penerangan restoran, kebersihan restoran, aroma ruangan dan warna ruangan.
Produk : Keragaman produk, Kualitas, Design, Ciri, Nama Merek, Kemasan, Ukuran, Pelayanan, Garansi, Imbalan Harga : Daftar Harga, Diskon, Potongan Harga, Khusus, Periode Pembayaran, Syarat Kredit BAURAN PEMASARAN Promosi : Promosi Penjualan, Periklanan, Tenaga Penjualan, Kehumasan, Pemasaran Langsung Tempat : Saluran Pemasaran, Cakupan Pengelompokkan, Lokasi Persediaan, Transportasi. Orang : pelanggan, tenaga kerja, komunikasi Proses : kecepatan pelayanan, kemudahan pembayaran, tanggapan terhadap keluhan Bukti Fisik : kenyamanan restoran, musik ruangan, layout restoran, penerangan restoran, kebersihan restoran, aroma ruangan, warna ruangan. Gambar 2. Tujuh P dalam Bauran Pemasaran Sumber : Kotler, 2005 Pasar,

3.1.4. Analisis Lingkungan Pemasaran Menurut Dirgantoro, (2001) analisis lingkungan pemasaran merupakan suatu proses monitoring terhadap lingkungan yang berkaitan dengan perusahaan dan bertujuan untuk mengidentifikasikan suatu peluang (opportunity) dan tantangan atau ancaman (threaths) yang mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam pencapaian tujuannya.

Keberhasilan pemasaran ditentukan oleh banyak aspek, baik di luar maupun di dalam perusahaan. Aspek yang berada di luar perusahaan atau disebut dengan lingkungan eksternal, sedangkan yang berada di dalam lingkungan perusahaan disebut dengan lingkungan internal (Amir, 2005). 3.1.4.1. Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal adalah kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perusahaan secara tidak langsung. Meskipun pengaruhnya tidak langsung, akan tetapi perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya sangat menentukan keputusan pemasaran dalam jangka panjang (Amir, 2005). Lingkungan eksternal dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Lingkungan Makro

Lingkungan makro merupakan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perusahaan secara tidak langsung dan pada umumnya memiliki cakupan yang luas. Akan tetapi, perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya sangat menentukan keputusan pemasaran. Lingkungan makro terdiri dari: a) Demografis Aspek demografi merupakan kekuatan ekonomi makro pertama yang dipantau oleh pemasar. Segala hal yang terjadi dalam aspek demografi dimanfaatkan pemasar untuk dijadikan dasar dalam membuat strategi dan program pemasarannya. b) Perekonomian Aspek perekonomian memiliki pengaruh penting pada aktivitas pemasaran. Dalam lingkungan ekonomi selain orang, pasar mensyaratkan adanya daya

beli. Daya beli yang ada di suatu perekonomian bergantung pada pendapatan, harga, tabungan, utang dan ketersediaan kredit saat ini. Sebagai contoh, jika seorang pelanggan memiliki pendapatan yang rendah, maka sudah dapat dipastikan hanya akan membeli produk sesuai dengan pendapatannya. Oleh karena itu, seorang pemasar perlu menyiasati berbagai peluang pemasaran, bahkan pada saat perekonomian sedang mengalami penurunan. c) Lingkungan Alam Lingkungan alam merupakan bagian yang penting. Citra perusahaan dan produk, bisa terpengaruh oleh sikap dan perhatian kita pada lingkungan alam. Selain itu, pemasar harus mewaspadai ancaman dan peluang yang berhubungan dengan keempat kecenderungan dalam lingkungan alam; kekurangan bahan baku, peningkatan biaya energi, peningkatan tingkat polusi, dan perubahan perubahan peran pemerintah. d) Teknologi Salah satu kekuatan yang paling dramatis dalam membentuk kehidupan manusia adalah teknologi. Pemasar harus mengamati kecenderungan teknologi berikut ini: langkah perubahan, peluang inovasi, anggaran litbang yang beragam dan peraturan yang meningkat. e) Hukum-Politik Keputusan pemasar sangat dipengaruhi oleh perkembangan politik dan hukum. Lingkungan itu dibentuk oleh hukum, badan pemerintah, dan kelompok penekan yang mempengaruhi dan membatasi beragam organisasi dan individu.

f) Sosial Budaya Manusia membentuk keyakinan, nilai dan norma. Manusia menyerap pandangan dunia yang merumuskan hubungan mereka dengan dirinya sendiri, dengan sesamanya, dengan organisasi, dengan masyarakat, dengan alam sekitar dan dengan alam semesta. 2. Lingkungan Mikro Terdiri dari komponen-komponen yang relatif lebih memberikan pengaruh secara langsung pada perusahaan, terdiri dari: a) Konsumen Menunjukkan karakteristik dan perilaku dari mereka yang membeli barang atau jasa. Atau dapat didefinisikan sebagi tindakan yang langsung terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Engel et al. 1995). Ada lima tahapan dalam pengambilan keputusan pembelian konsumen, antara lain: adanya pengenalan kebutuhan, melakukan pencarian informasi mengenai produk yang dibutuhkan atau diinginkan, mencari evaluasi alternatif, melakukan pembelian dan yang terakhir adalah mengetahui hasilnya atau mendapatkan kepuasaan dari produk yang dibeli. b) Pesaing Pesaing adalah perusahaan-perusahaan yang dapat memuaskan kebutuhan pelanggan yang sama. Maka dari itu, perusahaan harus dapat mengembangkan produknya, mencari terus apa yang dapat ditawarkan, membuat cara-cara baru

dalam melayani pelanggan, menemukan pasar-pasar baru. Hanya perusahaan kreatif seperti inilah yang dapat bertahan dalam jangka panjang. c) Tenaga kerja Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja untuk melakukan aktivitas-aktivitas perusahaan. d) Pemasok Pemasok mempunyai peranan tersendiri dan memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan pemasaran. Karena pada dasarnya kelangsungan hidup bagian pemasaran tergantung dari pemasok. Sebagai contoh, jika terjadi keterlambatan pasokan barang (misalnya bahan baku) akan memberi dampak atas pemenuhan pesanan perusahaan. 3.1.4.2. Lingkungan Internal Menurut Amir, (2005) lingkungan internal adalah kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi perusahaan secara langsung melalui aktivitas pemasarannya dan lebih mudah dikendalikan karena berada di dalam jangkauan perusahaan. Ada beberapa komponen dalam lingkungan internal, antara lain: a) Aspek organisasi, artinya perusahaan atau organisasi harus dapat memberikan citra yang dapat menarik minat pelanggan. Jaringan komunikasi Struktur organisasi Hirarki tujuan Kemampuan tim manajeman b) Aspek pemasaran, artinya dengan adanya pemasaran yang baik dapat mengetahui serta menciptakan kebutuhan dan keinginan para pelanggan.

Segmentasi pasar Bauran pemasaran c) Aspek keuangan, artinya para pemilik perusahaan dapat melihat kondisi perusahaannya apakah mengalami keuntungan atau kerugian dan dapat melihat peluang adanya pengembangan perusahaan. Aktivitas Peluang investasi d ) Aspek produksi, merupakan segala hal yang berkaitan dengan semua aktivitas perusahaan. Layout fasilitas perusahaan Penelitian dan pengembangan Penggunaan teknologi Pembelian bahan baku 3.1.5. Analisis Lingkungan Industri Industri adalah sekelompok perusahaan yang menawarkan suatu produk yang mempunyai sifat substitusi. Perusahaan harus mampu memposisikan diri berhadapan dengan pesaing, maka perlu mengetahui terlebih dahulu keunggulan bersaing yang dimiliki atau yang akan diciptakan. Menurut Michael E. Porter dalam Rangkuti (2006) mengidentifikasikan lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang dari suatu pasar, yaitu: pesaing industri, calon pendatang, substitusi, pembeli dan pemasok. Lima kekuatan tersebut menimbulkan lima ancaman yang harus diperhatikan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3 mengenai diagram kekuatan persaingan dalam industri.

Pendatang baru potensial (ancaman mobilitas)

Pemasok (kekuatan pemasok)

Pesaing-pesaing industri (rival segmen)

Pembeli (kekuatan pembeli)

Pengganti atau substitusi (ancaman substitusi)

Gambar 3. Kekuatan Persaingan dalam Industri Sumber : Michael E. Porter dalam Rangkuti, 2006

Ancaman pesaing industri; suatu segmen menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat atau agresif. Kondisi ini akan menyebabkan terjadinya perang harga, perang iklan dan pengenalan produk baru, sehingga akan menjadi mahal bagi perusahaan untuk bersaing. Ancaman pendatang baru (ancaman mobilitas); daya tarik suatu segmen berbeda-beda menurut tingginya penghalang untuk masuk dan keluarnya. Ancaman produk substitusi (ancaman substitusi); suatu segmen menjadi tidak menarik jika terdapat substitusi aktual atau potensial dari suatu produk. Substitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan oleh suatu segmen. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar menawar pembeli (kekuatan pembeli); suatu segmen menjadi tidak menarik jika pembeli memiliki kekuatan posisi tawar (bargaining power) yang kuat.

Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar pemasok (kekuatan pemasok); suatu segmen menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang mereka pasok.

3.2.

Analisis SWOT Menurut Purwanto (2007), matriks SWOT terdiri dari sembilan sel yang

menggambarkan bagaimana kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) perusahaan dalam menghadapi peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemasarannya. Proses pengambilan keputusan strategis berkaitan dengan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Faktor internal dan eksternal perusahaan harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Analisis SWOT bertujuan untuk menganalisa berbagai faktor-faktor didalam perusahaan yang memberikan pengaruh dalam kualitas pelayanan atau salah satu komponennya dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksternal. Kelemahannya adalah alat ini cenderung hanya menggunakan pendapat dan indikator-indikator kualitatif dan belum tentu pada kenyataan. 1. Kuadran 1: situasi yang paling menguntungkan. Perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) 2. Kuadran 2: meskipun menghadapi ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. 3. Kuadran 3: perusahaan menghadapi beberapa kelemahan internal, maka harus fokus pada strategi perusahaan, antara lain: meminimalkan masalahmasalah internalnya sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. 4. Kuadran 4: merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan dan perusahaannyamenghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Berbagai Peluang

Kuadran 3: strategi turn-around

Kuadran 1: strategi agresif

Kelemahan internal

Kekuatan internal

Kuadran 4: strategi defensif

Kuadran 2: strategi diversifikasi

Berbagai ancaman

Gambar 4. Analisis SWOT Sumber: Rangkuti, 2006

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian dan harus berdasarkan pada kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Suatu bisnis sangat dipengaruhi oleh konsumen dan hal utama yang perlu diperhatikan

adalah pertukaran yang terjadi antara konsumen dan produsen, masing-masing pihak mendapatkan sesuatu yang bernilai dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhannya, hal ini sesuai dengan definisi dari perilaku konsumen dari Engel, et al. (1995). Konsumen mempunyai posisi yang sangat penting bagi produsen, karena adanya proses pembelian (buying process) yang menentukan kelangsungan produk (barang atau jasa) yang ditawarkan dari produsen. Restoran merupakan industri jasa boga yang berkembang di Jakarta. Restoran menyediakan produk dan jasa dengan nilai yang sebanding. Menurut Data Pemerintah (BPS, 2007) jumlah restoran terus mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai 2006, hal ini dapat dilihat secara lengkap di Tabel 1. Peningkatan restoran yang semakin bertambah disebabkan karena pola pikir pelanggan mengenai budaya makan dan dalam menentukan makanan yang lebih bervariasi serta memiliki asupan gizi yang tinggi. Adanya persaingan akan mempengaruhi faktor lingkungan pemasaran, khususnya lingkungan mikro yang terdiri dari konsumen, pesaing, tenaga kerja dan pemasok. Strategi pemasaran yang sudah dijalankan Restoran Pondok Makan Mirah sepenuhnya belum merupakan kombinasi dari produk, harga, tempat, promosi, orang, proses dan bukti fisiknya. Dalam penyusunan strategi pemasaran jasa dapat melihat restoran McDonald yang telah berdiri selama 33 tahun dan mempunyai outlet diseluruh dunia, dan diantara keberhasilannya, para eksekutif McDonald menunjuk kepada komitmen terhadap komunitas lokal, seperti pemasok makanan dan lembaga keuangan. Pengembangan pasar merupakan strategi lainnya sebagai investasi panjang dan pengembangan pemasok lokal yang dapat diandalkan. Dan harus

mempertimbangkan pengembangan produk yang sesuai dengan selera dan preferensi konsumen dengan mempertimbangkan faktor budaya. Sebelum menyusun alternatif strategi pemasarannya, harus dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu mengenai faktor-faktor apa saja yang nantinya dapat dijadikan kekuatan dan peluang dalam menjalankan usahanya, selain itu juga dapat meminimalkan kelemahan yang dimilikinya dan mencegah ancaman yang akan datang. Urutan kegiatan diatas merupakan tahapan pertama, sedangkan tahapan kedua mencari peluang dan kekuatan serta kelemahan dan ancaman. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis kekuatan dan peluang serta kelemahan dan ancaman adalah membuat matrik IFE (Internal Factor Evaluation) dan matrik EFE (External Factor Evaluation), kemudian membuat empat set kemungkinan alternatif strategis dalam matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunity, Threats). Alat analisis yang digunakan dalam merumuskan alternatif strategi yaitu SWOT karena dapat mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dan

proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan dan kebijakan restoran. Tahapan yang terakhir adalah membuat suatu keputusan untuk menentukan strategi pemasaran khusus yang akan dilakukan oleh Restoran Pondok Makan Mirah dengan menggunakan matrik QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Matrik QSPM merupakan suatu matrik yang dirancang untuk menentukan kemenarikan relatif dari beberapa pilihan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 mengenai kerangka pemikiran operasional.

Restoran Pondok Makan Mirah

Masalah Perusahaan : Tantangan untuk meningkatkan laba Persaingan yang ketat Strategi Pemasaran

Analisis Lingkungan Pemasaran

Analisis Lingkungan Industri

Lingkungan Internal Organisasi Keuangan Pemasaran Operasional Merumuskan Matrik IFE

Lingkungan Eksternal Lingkungan Makro Lingkungan Mikro

Merumuskan Matrik EFE

Merumuskan Matrik IE

Merumuskan strategi umum dengan Matrik SWOT

Merumuskan strategi khusus dengan Matrik QSPM

Alternatif Strategi Pemasaran

Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional

IV.

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Restoran Pondok Makan Mirah yang berada di Jl. Tebet Barat Dalam Raya No.57 Pancoran, Jakarta Selatan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Berdasarkan pertimbangan bahwa restoran telah berdiri selama 17 tahun dan mempunyai lokasi yang sangat strategis, yaitu berada ditengah-tengah kota Jakarta Selatan. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 17 mengenai peta lokasi Restoran Pondok Makan Mirah. Dengan demikian, strategi pemasaran yang tepat sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Pengumpulan data dilakukan bulan Juli - Agustus 2008. 4.2. Jenis dan Sumber Data Data yang dipergunakan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian lapangan atau peninjauan langsung dan dapat dilihat pada Tabel 6 mengenai data primer berdasarkan sumber informasi, tujuan, output dan teknik. a. Wawancara Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti agar dapat diperoleh data sebagai penunjang analisis. Wawancara dilakukan dengan pemilik Pondok Makan Mirah dan dua orang terpercaya lainnya yaitu, Manajer Operasional dan Manajer Keuangan. Selain itu juga dilakukan wawancara dengan instansi terkait seperti Dinas Pariwisata DKI.

Tabel 6. Data Primer Berdasarkan Sumber Informasi, Tujuan, Output dan Teknik Sumber Informasi Tujuan Output Teknik 1. Lingkungan Internal a. Pemilik Menilai strategi bauran Strategi bauran Wawancara dan b. Manajer Operasional pemasaran jasa serta pemasaran jasa yang kuesioner c. Manajer Keuangan menilai berbagai alternatif mencakup 7P dan strategi pemasaran yang alternatif strategi akan dilakukan pemasaran yang akan dilakukan 2.Lingkungan Eksternal a. Kelembagaan a. Mengkaji peluang dan a. Peluang dan a. Wawancara ancaman yang akan ancaman restoran dihadapi oleh restoran Pondok Makan Pondok Makan Mirah. Mirah b. Konsumen b. Menilai strategi bauran b. Strategi bauran b. Kuesioner pemasaran yang telah pemasaran yang dilakukan oleh restoran telah dilakukan oleh Pondok Makan Mirah restoran Pondok Makan Mirah

b. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan yang diajukan kepada pihak-pihak yang berhubungan, yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Pihak internal bertujuan untuk menilai strategi bauran pemasaran jasa, sedangkan pihak eksternal seperti konsumen memberikan pendapat mengenai strategi bauran pemasaran jasa. Kuesioner diberikan kepada para pelanggan restoran dengan cara melakukan penarikan sampel secara sengaja (purposive), dengan kriteria: 1. Pelanggan bersedia untuk mengisi kuesioner. 2. Pelanggan yang mengisi kuesioner minimal satu kali makan di Restoran Pondok Makan Mirah. Kuesioner diberikan dalam waktu enam hari kerja, yaitu mulai hari Rabu sampai Selasa saat jam makan siang dan pulang kantor, hal ini dapat dilihat pada Tabel 7. Jumlah sampel yang diwawancara dalam penelitian ini sebanyak 30 orang.

Tabel 7. Jumlah Responden Restoran Pondok Makan Mirah Per Hari Hari Jumlah (Orang) Rabu 4 Kamis 6 Jumat 6 Sabtu 6 Senen 3 Selasa 5 Total 30

Data sekunder adalah data yang berasal dari literatur-literatur dan laporan yang dimiliki oleh perusahaan, pustaka literatur, buku yang relevan dengan penelitian ini, buku cetak, skripsi maupun instansi lain seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pariwisata DKI Jakarta. 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.3.1. External Factor Evaluation (EFE) Matrix Matrik EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal di luar perusahaan dan mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Lima tahapan dalam pembuatan matrik EFE, yaitu : 1. Membuat critical success factors yang diidentifikasi menjadi peluang dan ancaman perusahaan dalam kolom satu (5 sampai 10 faktor). 2. Menetukan bobot dimulai dari 0,0 untuk faktor yang tidak penting sampai 1,0 untuk faktor yang sangat penting. Total seluruh bobot dari critical success factors harus sama dengan 1,0. Nilai bobot ini dihitung berdasarkan rata-rata industri. 3. Untuk setiap faktor yang telah diberi bobot, juga diberi peringkat mulai dari angka satu sampai empat. Nilai 4 (respon sangat bagus) jika respon perusahaan terhadap lingkungan eksternal sangat baik dan optimal; nilai 3 (respon diatas rata-rata) artinya jika respon perusahaan lebih baik

dibandingkan perusahaan lain yang berada dalam industri; nilai 2 (respon rata-rata) artinya respon perusahaan sama saja dengan rata-rata perusahaan lain dalam industri; nilai 1 (respon dibawah rata-rata) artinya respon perusahaan sangat buruk. 4. Setiap bobot dikalikan dengan peringkat yang telah ditentukan pada langkah ketiga untuk mendapatkan nilai timbangannya. 5. Jumlah nilai tertimbang untuk setiap variabel yang digunakan merupakan total nilai tertimbang perusahaan tersebut.
Tabel 8. Matrik External Factor Evaluation Faktor-Faktor Strategis Eksternal Peluang 1. Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah 2. Adanya loyalitas konsumen 3. Adanya loyalitas pemasok 4. Perubahan pola pikir mengenai budaya makan 5. Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Ancaman 1. Peningkatan harga BBM 2. Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% 3. Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi 4. Pendapatan masyarakat yang tidak menentu 5. Adanya issue pencemaran lingkungan Total Bobot ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Rating ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... Bobot x Rating ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

4.3.2. Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix Matrik IFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal di luar perusahaan dan mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan. Langkah dalam pembuatan matrik IFE sama dengan pembuatan matrik EFE, antara lain : 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan

perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. (Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). 3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outsatnding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif (semua variabel yang masuk kategori kelemahan), kebalikannya. Contohnya, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibandingkan dengan pesaing utama, nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan perusahaan di bawah pesaing utama nilainya adalah 4.
Tabel 9. Matrik Internal Factor Evaluation Faktor-Faktor Strategis Eksternal Kekuatan 1.Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 2.Variasi menu 3.Lokasi restoran yang sangat strategis 4.Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) 5.Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) 6.Kebersihan restoran Kelemahan 1.Promosi yang belum berkesinambungan 2.Manajemen keuangan 3.Tidak ada penawaran diskon 4.Kurangnya penerapan teknologi Total Bobot Rating Bobot x Rating

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ...

Penentuan bobot dalam matriks EFE dan IFE dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor eksternal dan internal kepada pihak manajemen

yang berpengaruh terhadap restoran dengan menggunakan metode Paired Comparison.


Tabel 10. Metode Paired Comparison Faktor Kritis A B A B C ... Sumber : Kinnear (1991) C ... Total Xi ... ... Xi

Metode Paired Comparison menggunakan skala 1, 2 dan 3 dengan ketentuan sebagai berikut : 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 4.3.3. Matriks Internal-Eksternal (IE) Parameter yang digunakan meliputi parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y. Pada sumbu x matriks IE, total nilai IFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; nilai dari 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang dan nilai dari 3,0 sampai 4,0 kuat. Demikian pula pada sumbu y, total nilai EFE yang diberi bobot 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi eksternal yang lemah; nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang dan nilai dari 3,0 sampai 4,0 kuat. Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian utama, antara lain :

Sel I, II dan IV disebut tumbuh dan bina. Strategi paling tepat untuk semua divisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi kebelakang, depan dan horizontal). Sel III, V, dan VII disebut pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Strategi terbaik dapat dikelola dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Sel VI, VIII atau IX adalah panen dan divestasi. Skor Total IFE
Kuat 4,0 3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0

Skor Total EFE

Tinggi 3,0 4,0 Sedang 2,0 2,99 Rendah 1,0 1,99

II

III

IV

VI

VII

VIII

IX

Gambar 6. Matriks Internal-Eksternal Sumber : Purwanto, 2007

4.3.4. Matrik SWOT


Terdapat empat sel faktor utama yang menetukan, empat sel strategi, dan satu sel yang selalu dibiarkan kosong. Empat sel strategi SO, WO, ST, dan WT dikembangkan setelah menyelesaikan empat sel faktor kunci berlabel S, W, O dan T. Langkah-langkah menyusun matriks SWOT adalah : 1. Menulis peluang eksternal perusahaan yang menentukan. 2. Menulis ancaman eksternal perusahaan yang menentukan.

3. Menulis kekuatan internal perusahaan yang menentukan. 4. Menulis kelemahan internal perusahaan yang menetukan. 5. Mencocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi SO dalam sel yang tepat. 6. Mencocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat resultan strategi WO. 7. Mencocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi ST. 8. Mencocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat resultan strategi WT.
Faktor Internal Faktor Eksternal Peluang O Menentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal Ancaman T Menentukan 5-10 faktor-faktor ancaman ekaternal Kekuatan S Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Gambar 7. Matriks SWOT Pearce dan Robinson, 1997 Kelemahan W Menentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk mamanfaatkan peluang Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindarai ancaman.

4.3.5.

Matrik QSPM (The Quantitave Strategic Planning Matrix) Matrik QSPM ini dirancang untuk menentukan kemenarikan relatif dan

mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif yang dapat dilaksanakan secara objektif, berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan eksternal yang telah diidentifikasi pada matriks IFE dan EFE, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 11. Menurut Purwanto (2007) terdapat enam tahap yang harus dilakukan, yaitu:

1. Membuat daftar kekuatan-kelemahan perusahaan (internal factor) dan peluang-ancaman (external factor) yang langsung diambil dari matriks IFE dan EFE. 2. Memberi nilai rating (bobot kemenarikan yang diterima) masing-masing faktor internal dan eksternal di atas sesuai yang terdapat dalam matriks IFE dan EFE. 3. Membuat daftar strategi-strategi alternatif yang dihasilkan oleh matriks SWOT. Kelompokkan strategi-strategi tersebut kedalam kesatuan mutually exclusive jika memungkinkan. 4. Tetapkan daya tarik (AS), yaitu sebuah angka yang menunjukkan daya tarik relatif untuk masing-masing strategi yang dipilih. Daya tarik (AS) ditetapkan dengan cara meneliti masing-masing faktor sukses kritis internal dan eksternal satu persatu, kemudian mengajukan pertanyaan apakah faktor ini mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat? bila jawabannya iya, maka strategi harus dibandingkan dengan faktor kunci. Secara spesifik nilai AS diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan saling ketertarikan dari satu strategi ke strategi lainnya dengan batasan nilai: 1 = tidak menarik; 2 = agak menarik; 3 = secara logis menarik; 4 = sangat menarik. 5. Hitung Total Daya Tarik (TAS) dengan cara mengalikan bobot dengan AS. Semakin tinggi TAS semakin menarik alternatif strategi itu. 6. Jumlahkan semua TAS pada masing-masing kolom QSPM. Nilai QSPM yang terbesar menunjukkan bahwa alternatif itu menjadi pilihan strategi

utama dan nilai TAS terkecil menunjukkan bahwa alternatif strategi yang menjadi pilihan terakhir.
Tabel 11.Quantitave Strategic Planning Matrix (QSPM) Faktor-faktor Kunci Bobot Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 AS TAS AS TAS AS TAS Faktor Internal 1.Kualitas produk yang bermutu ... ... ... ... ... ... ... tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal ... ... ... ... ... ... ... 2. Variasi menu 3.Lokasi restoran yang sangat ... ... ... ... ... ... ... strategis 4.Kualitas SDM (koordinasi, ... ... ... ... ... ... ... produktivitas dan loyalitas tinggi) 5.Sarana pendukung (area ... ... ... ... ... ... ... parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) ... ... ... ... ... ... ... 6.Kebersihan restoran 7. Promosi yang belum ... ... ... ... ... ... ... berkesinambungan ... ... ... ... ... ... ... 8. Manajemen keuangan ... ... ... ... ... ... ... 9. Tidak ada penawaran diskon 10.Kurangnya penerapan ... ... ... ... ... ... ... teknologi ... ... ... ... ... ... ... Faktor Ekaternal 1. Adanya pinjaman modal dari ... ... ... ... ... ... ... bank pemerintah ... ... ... ... ... ... ... 2. Adanya loyalitas konsumen ... ... ... ... ... ... ... 3. Adanya loyalitas pemasok 4. Perubahan pola pikir ... ... ... ... ... ... ... mengenai budaya makan 5. Peningkatan jumlah wanita ... ... ... ... ... ... ... yang bekerja ... ... ... ... ... ... ... 6. Peningkatan harga BBM 7. Peningkatan inflasi yang ... ... ... ... ... ... ... tinggi 11,9% 8. Tingkat persaingan usaha ... ... ... ... ... ... ... yang sangat tinggi 9.Pendapatan masyarakat yang ... ... ... ... ... ... ... tidak menentu 10.Adanya issue pencemaran ... ... ... ... ... ... ... lingkungan ... ... ... ... ... ... ... Total

V.

GAMBARAN UMUM RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH

5.1.

Sejarah dan Perkembangan Restoran Restoran China terkenal dengan masakan hidangan laut (seafood) , mulai

dari yang mahal sampai yang murah hampir ada di setiap sudut jalan ramai di Jakarta, tak terkecuali Restoran Pondok Makan Mirah yang terletak dikawasan Tebet yang telah berdiri sejak 17 tahun yang lalu. Pada awalnya, Agus Suparmanto hanya bekerja sebagai tukang cuci piring di kantin TVRI, akan tetapi ia tidak mau istri dan kedua anaknya merasakan hidup susah serta ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk kedua anaknya. Maka terpikir untuk membuka sebuah usaha yang bidangnya dekat dengan dirinya, yaitu usaha restoran. Akan tetapi, membuka sebuah usaha tidaklah mudah, karena ada beberapa kendala yang harus dihadapi. Kendala yang pertama, Agus Suparmanto tidak mempunyai modal yang cukup untuk membuka sebuah usaha restoran. Kendala yang kedua, adalah tidak mempunyai tempat untuk usahanya, karena rumah yang ditempati hanya sebuah petak kecil. Kendala yang terakhir adalah harga bahan baku cukup tinggi, akan tetapi tidak mempunyai daya beli untuk membeli bahan baku. Agus Suparmanto tidak menyerah, ia bersama istrinya ibu Mirah tetap mencari alternatif lain untuk memulai usahanya. Pada tahun 1989, dengan modal seadanya berjualan kupat tahu dengan menggunakan tenda didepan RS Eva Sari, Jl, Pramuka, Jakarta Timur. Pada tahun yang sama, Agus Suparmanto memindahkan warung tendanya ke kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan dengan alasan bahwa lokasi yang baru lebih strategis.

Selanjutnya, tiga tahun kemudian, yaitu tahun 1991, Agus Suparmanto kembali memindahkan tempat usahanya ke daerah Tebet. Sebuah kantor pemerintahan yang kebetulan akan membuka tempat makan untuk karyawannya menawarkan untuk mengelolanya dengan sistem bagi hasil, yaitu 25 persen keuntungan diberikan kepada pengurus setempat dan sisanya 75 persen merupakan miliknya. Lokasi yang digunakan berada di Jl. Tebet Barat IX No.35 dengan ukuran 6 x 13 meter dan hanya mempunyai delapan buah meja. Dengan modal empat juta rupiah yang didapatkan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar tiga juta rupiah yang digunakan untuk membayar sewa tahun pertama dan sisanya satu juta rupiah digunakan untuk membeli bahan baku. Agus Suparmato membagi jam kerja dengan istrinya, pagi hari ia bertugas untuk membeli bahan baku di pasar dan menyiapkan semua persiapan untuk usahanya, dan pada siang harinya dari jam 10.00 sampai 21.00 ibu Mirah bersama dua orang karyawannya memasak dan melayani para pelanggannya. Rumah makan yang dikelolanya menjual aneka masakan Indonesia. Siang harinya, Agus Suparmanto tetap bekerja di kantin TVRI untuk mendapatkan tambahan uang setiap bulannya. Tahun-tahun pertama yang dihadapi Agus Suparmanto tidaklah selalu berjalan baik. Usahanya belum menghasilkan keuntungan yang besar, bahkan untuk menggaji karyawannya sering mengalami keterlambatan sampai dua bulan. Pada tahun 1998, Indonesia mulai mengalami krisis moneter yang mengakibatkan perekonomian hancur. Bahan baku mengalami kenaikan yang sangat drastis, keadaan lingkungan menjadi tidak aman. Akan tetapi, Agus

Suparmanto tetap berusaha bertahan dengan usahanya ini. Akhirnya apa yang diharapkan Agus Suparmanto menjadi kenyataan. Banyak pengusaha yang memindahkan kantornya ke lokasi perumahan dengan alasan harga sewa lebih murah dan keadaannya lebih aman. Lokasi perumahan di kawasan Tebet menjadi incaran para pengusaha karena lokasinya yang sangat strategis, yaitu mempunyai akses ke daerah Kuningan, Sudirman maupun Manggarai. Pada tahun 2000, usaha yang dikelola Agus Suparmanto mengalami perkembangan, bahkan ia sampai berhenti kerja karena harus membantu istrinya dalam menjalankan usahanya. Banyaknya pelanggan yang datang berkunjung ke restorannya, menjadikan tempat tersebut tidak cukup menampung pelanggan. Akhirnya Agus Suparmanto mencari alternatif sebuah tempat yang dapat menampung para pelanggannya. Agus Suparmanto mendapatkan sebuah rumah kantor (ruko) yang berlantai empat dan memiliki kapasitas 24 buah meja dengan biaya sewa mencapai 20 juta rupiah pertahun. Sebuah papan nama dengan nama Restoran Pondok Makan Mirah dipasang untuk memudahkan para pelanggannya mengenali restorannya. Restoran Pondok Makan Mirah dilayani oleh 30 orang karyawan. Adanya perubahan pola pikir, konsumen mengharapkan masakan yang baru dan memiliki asupan gizi, maka Agus Suparmanto mulai menambahkan menu yang lebih bervariasi yaitu dengan menyajikan masakan hidangan laut. Ternyata masakan hidangan laut ini diterima oleh pelanggannya, dan restoran ini lebih dikenal dengan hidangan lautnya (seafood). Usaha restoran yang dijalankan

oleh Agus Suparmanto beserta istri menghasilkan keuntungan yang tidak kecil, karena telah berhasil memberikan pendidikan terbaik di perguruan tinggi untuk kedua anaknya. Restoran Pondok Makan Mirah bukan merupakan suatu perusahaan yang besar. Restoran ini hanya merupakan suatu usaha keluarga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, restoran Pondok Makan Mirah bukan hanya merupakan mata pencaharian pemilik, akan tetapi juga mata pencaharian 30 orang yang berasal dari berbagai daerah. Restoran ini dipimpin oleh Agus Suparmanto sebagai pemilik sekaligus pengambil keputusan utama. Semua kegiatan operasional restoran diawasi oleh menantunya, sedangkan yang berhubungan dengan keuangan diawasi langsung oleh anaknya. Pemilik hanya mempercayakan usaha restoran ini pada keluarga inti, dan berharap usaha restoran ini akan diteruskan oleh anak cucunya.

5.2.

Keadaan Restoran Restoran Pondok Makan Mirah mempunyai lokasi yang strategis, karena

berada di lingkungan perumahan, lingkungan perkantoran dan bersebelahan dengan pasar. Dengan demikian, lebih memudahkan mencari pelanggan yang berasal dari lingkungan tersebut. Pada tahun 2000 bangunan Restoran Pondok Makan Mirah telah mendapatkan sertifikat dari Gubernur DKI Jakarta, yang menyatakan bahwa bangunan tersebut telah memiliki alat keamanan dari kebakaran dengan menyediakan dua buah alat Dry Chemical. Sertifikat ini menyatakan bahwa

Restoran Pondok Makan Mirah menjaga keamanan pelanggan yang datang berkunjung. Bangunan Restoran Pondok Makan Mirah terdiri dari empat lantai. Pada lantai pertama di bagian paling depan digunakan untuk dapur, mulai dari membuat sambal, menggoreng sampai bakar. Bagian paling belakang digunakan untuk memasak nasi, meracik minuman dan tempat mencuci piring. Bagian tengah merupakan tempat untuk para pelanggan yang terdiri dari 14 meja dan menampung kurang lebih 70 kursi serta terdapat tiga buah kipas angin. Lantai dua terdiri dari 10 meja dan menampung kurang lebih 50 kursi. Ruang ini telah menggunakan Air Conditioner (AC) dan dapat disewa menjadi ruangan rapat. Setiap lantai disediakan wastafel atau tempat cuci tangan untuk memudahkan pelanggan jika ingin membersihkan tangannya, sedangkan kamar mandi disediakan di lantai dua. Lantai ketiga menyediakan mushalla yang dapat digunakan sebagai tempat beribadat untuk pelanggan atau karyawan, sedangkan lantai teratas digunakan untuk para karyawan yang ingin menetap di restoran atau dapat disebut dengan mess. Hampir semua karyawan lebih memilih tinggal dibandingkan pulang kerumahnya, karena jarak rumah dengan tempat bekerja jauh. Dengan demikian, tinggal di mess dapat menghemat biaya transportasi. 5.3. 5.3.1. Lingkungan Internal Struktur Organisasi Struktur organisasi yang dimiliki oleh restoran Pondok Makan Mirah masih bersifat sederhana. Pemilik sebagai pemegang kendali penuh atas jalannya

usaha, maka semua keputusan harus diketahui dan mendapat persetujuan dari dirinya. Dan kekuasaan mengalir dari pemilik ke manajer baru diteruskan ke karyawan dibawahnya, hal ini dapat dilihat pada gambar 8.
Pemilik

Manajer Keuangan

Manajer Operasional

- Kasir (2 orang)

- Juru masak (5 orang) - Tukang bakar (4 orang) - Pemasak nasi (1 orang) - Pembuat sambal (1 orang) - Pencuci piring (3 orang) - Peracik minuman (2 orang) - Pelayan (8 orang) - Pengantar makanan (2 orang)

Gambar 8. Struktur Organisasi Restoran Pondok Makan MirahTahun 2008 Sumber : Restoran Pondok Makan Mirah, 2008

Restoran Pondok Makan Mirah mempunyai 30 orang karyawan yang terdiri dari: lima orang sebagai juru masak atau koki, empat orang sebagai tukang bakar, satu orang sebagai pemasak nasi, satu orang sebagai pembuat sambal, tiga orang sebagai pencuci piring, dua orang sebagai peracik minuman, delapan orang sebagai pelayan, dua orang sebagai pengantar makanan, dua orang sebagai kasir dan dua orang manajer, yaitu manajer operasional dan manajer keuangan. Masingmasing manajer bertanggung jawab langsung kepada pemilik mengenai semua aktivitas yang sedang berlangsung. Manajer operasional bertanggung jawab terhadap operasional produksi, pengendalian mutu terutama dari segi rasa, kualitas dan kuantitas masakan yang

akan disajikan kepada konsumen. Selain itu juga bertanggung jawab terhadap daftar belanja dan stok bahan baku setiap harinya. Manajer keuangan bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan, seperti mengawasi arus kas yang masuk dan keluar serta membuat pelaporan keuangan secara harian, mingguan dan bulanan. Dan yang paling utama adalah membuat pengeluaran untuk penggajian karyawan setiap bulannya. 5.3.2. Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan yang sangat penting dalam menjalankan suatu usaha dan harus mempunyai strategi yang tepat untuk memasarkan produknya. Pondok Makan Mirah mempunyai tujuh strategi pemasaran yang telah dijalankan, antara lain : 5.3.2.1. Strategi Produk Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen yang dapat berupa barang maupun jasa dan diharapkan dapat memenuhi dan memuaskan keinginan konsumen. Strategi produk merupakan strategi yang paling penting untuk dikembangkan, karena produk inilah yang dinikmati atau dimanfaatkan secara langsung oleh konsumen. Strategi produk yang dilakukan oleh Restoran Pondok Makan Mirah adalah variasi menu, porsi atau ukuran makanan dan minuman yang disajikan serta cita rasa. Straegi produk yang telah dilakukan dinilai oleh responden untuk mengetahui pendapat konsumen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12 mengenai penilaian responden strategi produk.

Tabel 12. Penilaian Responden Terhadap Strategi Produk Baik Cukup Atribut Sangat Baik Variasi Menu Porsi Cita Rasa Jml 3 4 3 (%) 10 13 10 Jml 16 13 20 (%) 53 43 67 Jml 11 11 7 (%) 37 37 23

Tidak Baik Jml 2 (%) 7 -

Sangat Tidak Baik Jml (%) -

Menu adalah susunan hidangan dalam suatu acara makan. Restoran Pondok Makan Mirah mempunyai menu yang bervariasi yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Menu yang paling diminati adalah masakan dari hidangan laut seperti cumi bakar, cumi saus tiram, kepiting saus padang dan yang lainnya. Selain menu utama di atas, terdapat juga menu berbagai macam minuman, seperti aneka jus buah-buahan sampai menyediakan jeruk murni. Restoran Pondok Makan Mirah selalu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan, hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahan baku yang segar dan bermutu, seperti produk-produk yang berasal dari laut tidak pernah mengalami proses penyimpanan, begitu juga dengan aneka sayur dan buah-buahan. Bahan baku yang berasal dari laut selalu dilakukan pengecekan kesegarannya oleh koki Restoran Pondok Makan Mirah. Keunggulan lainnya yaitu dalam proses pengolahan masakanan tidak menggunakan MSG (Monosodium Glutamat), sehingga makanan tersebut baik untuk kesehatan. Berdasarkan 30 responden yang merupakan konsumen Restoran Pondok Makan Mirah menilai bahwa menu yang disediakan telah baik, dengan menggunakan skala dari sangat tidak baik sampai baik. Konsumen berharap

bahwa menu-menu yang disajikan akan lebih bervariasi jika dibandingkan dengan restoran lainnya. Porsi makanan yang dihidangkan di Restoran Pondok Makan Mirah lebih banyak jika dibandingkan dengan pesaingnya. Porsi makanan ini disesuaikan dengan keinginan konsumen. Sebanyak 43 persen responden menilai bahwa porsi makanan yang disajikan Restoran Pondok Makan Mirah telah baik, karena sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen. Cita rasa yang dihasilkan dari masakan Restoran Pondok Makan Mirah sangat khas dan berbeda dari pesaingnya. Hal ini dikarenakan setiap masakan telah mempunyai standar bumbu yang telah dibuat oleh koki khusus. Sehingga cita rasa yang dihasilkan sangat sesuai dengan lidah konsumen. Standar bumbu yang dihasilkan mempunyai rasa yang berbeda-beda, karena setiap konsumen mempunyai selera yang tidak sama. Maka, Restoran Pondok Makan Mirah membuat berbagai jenis masakan yang mempunyai bumbu dasar sangat pedas, pedas manis atau pedas asin. Berdasarkan Tabel 12, mengenai penilaian responden terhadap cita rasa, 67 persen memberikan respon baik terhadap cita rasa makanan yang disajikan di Restoran Pondok Makan Mirah. Berdasarkan penilaian responden terhadap strategi produk, cita rasa mempunyai nilai yang terbesar. Restoran Pondok Makan Mirah harus dapat mengembangkan cita rasa yang lebih baik lagi untuk mempertahankan pelanggan lama dan untuk mendapatkan pelanggan baru. 5.3.2.2. Strategi Harga Harga merupakan jumlah uang yang dibayarkan untuk suatu produk. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan

pendapatan bagi perusahaan. Konsumen yang ingin dijangkau adalah semua kalangan masyarakat, baik dari golongan ekonomi atas sampai golongan menengah ke bawah. Maka, harga yang diterapkan sama dengan pesaingnya. Daftar harga yang dibuat oleh Restoran Pondok Makan Mirah dinilai oleh cukup karena dapat menginformasikan harga produk. Penetapan harga poduk disesuaikan dengan biaya operasional yang dikeluarkan oleh restoran. Sampai saat penelitian ini dilakukan, harga yang ditetapkan oleh Restoran Pondok Makan Mirah untuk satu porsi hidangan laut seperti cumi saus tiram Rp 18.000. Restoran Pondok Makan Mirah menggunakan bahan baku yang terbaik, maka tidak memberikan potongan harga dalam pembelian jumlah kecil maupun jumlah besar. Restoran Pondok Makan Mirah berusaha untuk tidak menaikkan harga jual, meskipun harga Bahan Bakar Minyak (BBM) telah naik. Hal ini untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk konsumennya.
Tabel 13. Penilaian Responden Terhadap Strategi Harga Atribut Sangat Baik Baik Cukup Daftar Harga Kenaikan Harga Penawaran Diskon Jml 1 3 11 (%) 3 10 37 Jml 10 4 14 (%) 33 13 48 Jml 19 14 2 (%) 64 47 6 Tidak Baik Jml 6 1 (%) 20 3 Sangat Tidak Baik Jml (%) 3 2 10 6

Berdasarkan Tabel 13, 47 persen responden menyatakan kenaikan harga cukup baik untuk dilakukan, artinya bahwa konsumen tidak merasa dirugikan. Apabila kenaikan harga dilakukan, maka harus diimbangi dengan peningkatan kualitas produk maupun pelayanan. Kenaikan harga ini dilakukan karena kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mempengaruhi kenaikan harga bahan baku.

Berdasarkan wawancara dengan konsumen Restoran Pondok Makan Mirah, kenaikan harga dapat dilakukan jika diimbangi dengan adanya suatu penawaran diskon atau penawaran paket-paket tertentu, seperti paket makan siang dari jam 14.00 sampai 17.00. 5.3.2.3. Strategi Tempat Restoran Pondok Makan Mirah terletak di Tebet Barat yang bersebelahan dengan Pasar Tebet dan berada dalam areal perkantoran serta permukiman. Lokasi restoran mudah dijangkau, karena terletak di pusat kota Jakarta dan mempunyai akses transportasi umum yang beroperasi 24 jam. Konsumen diberikan kemudahan untuk dapat memilih makan ditempat atau dibawa pulang. Jika makan ditempat, dapat memilih untuk makan di lantai satu maupun di lantai dua, serta suasana restoran yang diberikan sangat nyaman karena ruangan makan sangat luas. Restoran Pondok Makan Mirah menerima pengantaran pesanan (delivery order) melalui telpon, baik itu untuk pesanan sendiri maupun untuk acara-acara tertentu. Konsumen tidak perlu menunggu terlalu lama, karena ketepatan waktu adalah salah satu keunggulan restoran ini. Pengantaran pesanan dilakukan dengan menggunakan kendaraan beroda dua, akan tetapi jika kapasitasnya tidak mencukupi akan menggunakan kendaraan beroda empat. Dalam pengantara pesanan, konsumen tidak diminta biaya pemesanan karena sudah termasuk dalam harga produk. Berdasarkan Tabel 14, sebanyak 48 persen responden menyatakan bahwa lokasi Pondok Makan Mirah telah baik karena letaknya strategis dan mudah dijangkau, baik dari kantor maupun dari tempat tinggal. Akan tetapi,

suasana restoran masih kurang baik menurut responden. Maka, pengembangan yang harus dilakukan adalah merubah suasana restoran menjadi lebih nyaman dari sebelumnya.
Tabel 14. Penilaian Responden Terhadap Strategi Tempat Atribut Sangat Baik Baik Cukup Lokasi strategis Suasana restoran Jml 2 2 (%) 6 6 Jml 14 8 (%) 48 27 Jml 12 20 (%) 40 67 Tidak Baik Jml 2 (%) 6 Sangat Tidak Baik Jml (%) -

5.3.2.4. Strategi Promosi Promosi merupakan salah satu penentu faktor keberhasilan suatu pemasaran. Promosi dilakukan untuk memberikan informasi, mempengaruhi dan membujuk, mengingatkan konsumen atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan. Akan tetapi, Restoran Pondok Makan Mirah belum melakukan promosi secara berkesinambungan, karena memerlukan banyak biaya. Promosi yang dilakukan Restoran Pondok Makan Mirah hanya memasang papan nama (billboard) di depan pintu masuk. Papan nama ini diharapkan agar setiap orang yang melewati daerah Tebet mengetahui dan mengenal Restoran Pondok Makan Mirah. Sehingga diharapkan adanya konsumen baru untuk meningkatkan penjualan. Papan nama yang dipasang di depan pintu masuk dinilai baik oleh 17 persen responden. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 83 persen menilai cukup baik. Banyaknya responden yang menilai sudah cukup baik mengenai promosi yang dilakukan Restoran Pondok Makan Mirah, dikarenakan konsumen yang

berkunjung merupakan tamu langganan yang tidak membutuhkan promosi lebih lanjut dan hanya mengandalkan dari mulut ke mulut. 5.3.2.5. Strategi Orang Orang atau karyawan merupakan bagian terpenting dalam perusahaan. Karyawan merupakan orang yang terlibat dalam pemberian jasa dan merupakan faktor intern yang memiliki peran yang cukup besar dalam mewujudkan jasa yang dikehendaki oleh pelanggan. Karyawan harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup mengenai keadaan restoran, mulai dari produk sampai fasilitas yang disediakan oleh Restoran Pondok Makan Mirah. Hal ini dimaksudkan jika terjadi keluhan dari konsumen, maka dapat diatasi dengan memberikan jawaban yang memuaskan. Maka komunikasi antar karyawan dengan karyawan serta antar karyawan dengan konsumen sangat penting dalam menjalin hubungan yang baik. Penampilan karyawan sangat menentukan kesan dari konsumen, karena penampilan adalah hal pertama yang dilihat. Maka pelayan diberikan pakaian seragam agar terlihat sama dan rapih. Selain itu, setiap karyawan harus menjaga kerapihan dan kebersihan diri sendiri.
Tabel 15. Penilaian Responden Terhadap Strategi Orang Sangat Baik Baik Cukup Atribut Pengetahuan pelayan Penampilan pelayan Jml 3 3 (%) 10 10 Jml 14 14 (%) 48 48 Jml 13 13 (%) 42 42 Tidak Baik Jml (%) Sangat Tidak Baik Jml (%) -

Berdasarkan Tabel 15, 48 persen responden menilai bahwa para pelayan Restoran Pondok Makan Mirah telah mempunyai pengetahuan yang baik

mengenai restoran, mulai dari keadaan restoran sampai menu yang disajikan. Sebanyak 48 persen responden menyatakan penampilan karyawan Restoran Pondok Makan Mirah telah baik. Akan tetapi, pengembangan strategi orang untuk pengetahuan pelayan tetap harus ditingkatkan. 5.3.2.6. Strategi Proses Proses merupakan semua kegiatan yang dapat dikordinasikan dengan baik untuk menciptakan kualitas serta pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Restoran merupakan salah satu industri boga yang tidak hanya menjual produk berupa barang, karena juga menjual jasa berupa pelayanan kepada konsumen. Strategi proses yang telah diterapkan oleh Restoran Pondok Makan Mirah yaitu peningkatan kinerja pelayan, kecepatan pelayanan seperti kecepatan dalam penyajian hidangan, kecepatan dalam melakukan transaksi dengan konsumen. Selain itu juga karyawan harus mampu memberikan tanggapan dalam mengatasi keluhan atau masalah dengan konsumen terutama yang berhubungan dengan produk. Kinerja pelayan Restoran Pondok Makan Mirah dinilai baik oleh 30 responden. Kecepatan dalam pelayanan dinilai baik oleh 48 persen responden, karena konsumen tidak perlu menunggu lama untuk hidangan yang dipesan. Lima orang juru masak atau koki Restoran Pondok Makan Mirah sangat ahli dalam memasak. Tanggapan pelayan terhadap keluhan konsumen hanya dinilai cukup oleh 53 persen responden. Maka, Restoran Pondok Makan Mirah harus dapat melakukan peningkatan pelayanan kepada pelanggan dengan mengembangkan

pengetahuan pelayan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan produk baik berupa barang maupun jasa.
Tabel 16. Penilaian Responden Terhadap Strategi Proses Atribut Sangat Baik Baik Cukup Kinerja pelayan Kecepatan pelayanan Tanggapan pelayan Jml 3 2 (%) 10 6 Jml 16 14 13 (%) 53 48 44 Jml 11 12 16 (%) 37 40 53 Tidak Baik Jml 2 1 (%) 6 3 Sangat Tidak Baik Jml (%) -

Pelayanan yang baik akan meningkatkan loyalitas dan kepercayaan konsumen terhadap restoran. Hal ini dikarenakan dalam penjualan produk restoran harus diimbangi dengan pelayanan yang tinggi terhadap konsumen. Maka diharapkan dengan adanya keluhan dari konsumen dapat menjadi masukan yang penting untuk Restoran Pondok Makan Mirah. 5.3.2.7. Strategi Bukti Fisik Bukti fisik berhubungan dengan fasilitas apa saja yang diberikan oleh Restoran Pondok Makan Mirah seperti adanya sarana pendukung, desain bangunan, dekorasi ruangan. Sarana pendukung yang diberikan meliputi area parkir yang dapat digunakan untuk kendaraan beroda dua dan empat, adanya mushalla yang disediakan untuk konsumen serta adanya toilet dan tempat cuci tangan. Berdasarkan Tabel 17, 50 persen responden menilai cukup dan 44 persen lainnya menilai baik untuk sarana pendukung yang disediakan oleh Restoran Pondok Makan Mirah. Responden banyak yang menilai baik karena tidak semua restoran menyediakan ruangan untuk shalat bagi yang muslim dan selain itu disediakan toilet dan tempat cuci tangan.

Dekorasi ruangan dalam pemberian warna didominasi oleh warna hijau yang lembut, sehingga konsumen dapat merasa nyaman dalam menikmati hidangan. Selain itu, kursi yang digunakan berasal dari kayu yang unik. Kebersihan restoran dan bangunan restoran dinilai baik oleh 54 persen responden. Akan tetapi, bangunan yang dimiliki restoran ini belum ada perbaikan secara bertahap karena telah ditempati kurang lebih selama sepuluh tahun. Responden merasa cukup nyaman dengan area parkir yang disediakan oleh Restoran Pondok Makan Mirah, meskipun tidak terlalu besar karena hanya cukup untuk enam buah sepeda motor dan dua buah untuk mobil. Adanya kerjasama yang baik antara penjaga parkir dengan restoran, maka pada saat-saat tertentu dapat menggunakan area parkir rumah kantor (rukan) sebelahnya.
Tabel 17. Penilaian Responden Terhadap Strategi Bukti Fisik Atribut Sangat Baik Baik Cukup Tidak Baik Sarana pendukung Kenyamanan area parkir Kebersihan restoran Bangunan restoran Jml 1 1 3 1 (%) 3 3 10 3 Jml 13 8 16 16 (%) 44 27 54 54 Jml 15 18 10 12 (%) 50 60 33 40 Jml 1 3 1 1 (%) 3 10 3 3 Sangat Tidak Baik Jml (%) -

5.3.3.

Produksi Restoran Pondok Makan Mirah merupakan sebuah restoran yang

menyediakan masakan yang berkelas tetapi dengan harga yang tidak terlalu tinggi. Hal ini dilakukan untuk menarik pelanggan yang berpendapatan menengah ke bawah, karena segmen yang ingin dikuasai adalah lingkungan para pekerja. Restoran Pondok Makan Mirah buka pada jam 09.00 sampai 21.00, dari hari senin sampai hari sabtu. Pada hari senin sampai jumat pelanggannya kebanyakan

merupakan para perempuan dan laki-laki yang datang bersama rekan kerjanya, sedangkan pada hari sabtu pelanggan yang datang biasanya bersama keluarganya. Pemilik (Agus Suparmanto) bersama istri berangkat jam 05.00 pagi dari rumahnya di kawasan Bintaro ke restorannya. Sebelum ke restorannya, pemilik dan istri serta anaknya membeli kebutuhan bahan bakunya di Pasar Kebayoran Lama dan Pasar Induk. Pemilik dan istri berbelanja ke Pasar Kebayoran lama untuk membeli sayuran dan ayam, sedangkan anaknya berbelanja ke Pasar Induk dua kali dalam satu minggu untuk membeli bumbu-bumbu dan buah-buahan. Pemilik dan istri mulai menyiapkan semua kebutuhan yang diperlukan setelah tiba di restoran. Mulai dari menyiapkan bumbu-bumbu yang akan digunakan untuk memasak, membersihkan ikan; cumi-cumi dan udang. Selain itu juga menyusun buah-buahan yang akan digunakan, serta merebus ayam untuk memudahkan dalam proses menggoreng maupun membakarnya. Karyawan Restoran Pondok Makan Mirah mulai berdatangan sejak jam 07.00 karena restoran mulai buka pada jam 09.00. Karyawan kerja selama 12 jam, akan tetapi waktu dua jam pertama tidak termasuk kedalam jam kerja. Karyawan diberikan waktu istirahat sebanyak dua jam dan dibagi menjadi dua, yaitu jam istirahat pertama dimulai pada jam 14.00 sampai 16.00 dan jam istirahat kedua dimulai pada jam 16.00 sampai 18.00. Akan tetapi, jika restoran sedang ramai pelanggan maka jam istirahat karyawan disesuaikan, begitu juga jika keadaan restoran sedang sepi pelanggan. 5.3.4. Keuangan Modal awal yang digunakan untuk mendirikan restoran, didapatkan dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Hal ini sangat membantu memperkuat keuangan

restoran. Akan tetapi seiring dengan bertambah majunya usaha, maka pemilik sudah memiliki modal sendiri yang didapat dari keuntungan penjualan. Pemasukan dari setiap penjualan dan pengeluaran untuk semua biaya operasional restoran dicatat dalam sebuah sistem pencatatan. Akan tetapi, sistem pencatatan yang digunakan masih sangat sederhana, hanya menggunakan buku. Penggunaan keuangan untuk kepentingan pribadi dan perusahaan terkadang tidak ada pemisahan. Hal ini merupakan suatu kendala dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Biaya produksi yang harus dikeluarkan setiap bulan meliputi: 1. Bahan baku harian (BBH) adalah bahan baku utama yang dipergunakan sebagai bahan dasar pembuatan masakan dan biayanya sebesar seratus juta rupiah. 2. Gas perbulan rata-rata membayar sebesar enam juta rupiah. 3. Induk (bumbu) adalah semua bumbu yang digunakan dalam membuat masakan 4. Beras yang dibeli tergantung sepi atau ramainya pengunjung. Pada saat sepi pengunjung hanya membeli beras sebanyak enam juta rupiah, akan tetapi saat ramai beras yang dibeli mencapai sepuluh juta rupiah. 5. Kardus dipergunakan sebagai tempat untuk makanan yang diantar. 6. Karyawan Restoran Pondok Makan Mirah mendapatkan uang mingguan sebesar tiga puluh ribu rupiah. 7. Listrik 8. Telepon

9. Gaji karyawan diberikan setiap bulan. Untuk manajer sebesar Rp 1.550.000, tukang masak atau koki sebesar Rp 1.325.000 pegawai lainnya Rp 950.000. dan untuk

VI.

LINGKUNGAN PEMASARAN

6.1. Lingkungan Eksternal 6.1.1. Lingkungan Makro 1. Hukum Dan Politik Pada saat ini keadaan politik Indonesia dirasakan masih cukup aman, hal ini terlihat dari berkurangnya aksi kekerasan dan terorisme. Ketegasan dari aparat hukum dan adanya jaminan keamanan untuk setiap warga negara baik pribumi maupun asing. Semua kegiatan usaha selalu mendapatkan pengawasan dari pemerintah, tidak terkecuali industri boga yaitu restoran. Restoran sendiri memproduksi barang dan jasa, maka terdapat peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah bersama rekan kerja dan harus ditaati oleh semua pelaku usaha restoran agar tercipta kedisiplinan dalam menjalankan usahanya, antara lain : 1) Dinas Pariwisata Pariwisata adalah segala sesuatu atau aktivitas manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan orang lain yang sedang melakukan perjalanan (traveller) selain untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri (Arief, 2005). Menurut Ketetapan MPRS No.I-II tahun 1960, kepariwisataan

didefinisikan adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi hiburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja, serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara lain (pariwisata luar negeri).

Pariwisata merupakan suatu aset yang sangat penting, terutama dalam penyediaan lapangan usaha. Dengan demikian, dalam industri pariwisata dibutuhkan suatu badan pemerintah yang mengatur mengenai tata cara dalam pelaksanannya dan disebut dengan Dinas Pariwisata. Tata cara yang diatur oleh Dinas Pariwisata menyangkut perizinan suatu hotel dan restoran, yaitu Izin Prinsip dan Izin Usaha Tetap. Selain itu mengatur mengenai pajak, laporan, ketertiban umum, hukum, peraturan, pendidikan serta kelengkapan dan sebagainya. Restoran merupakan salah satu aset dalam industri pariwisata, karena salah satu dari tujuh komponen utama. Semua komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang diperlukan dalam suatu paket perjalanan wisata, baik yang berada didalam maupun luar negeri. 2) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau disingkat PHRI merupakan organisasi yang berorientasi kepada pembangunan dan peningkatan kepariwisataan, dalam rangka ikut serta melaksanakan pembangunan nasional serta merupakan wadah pemersatu dalam memperjuangkan dan menciptakan iklim usaha yang menyangkut harkat dan martabat pengusaha yang bergerak dalam bidang jasa pariwisata. PHRI merupakan kelanjutan organisasi ITHA (Indonesia Tourist Hotel Association) yang didirikan pada tanggal 9 Pebruari 1969. PHRI bertujuan menempatkan diri sebagai satu-satunya wadah hotel dan restoran dan mitra pemerintah dalam pembangunan serta turut malaksanakan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan pariwisata pada khususnya, sehingga mampu berperanserta, baik skala nasional maupun internasional.

Usaha yang dilakukan PHRI dalam mencapai tujuannya adalah dengan membina dan mengembangkan badan-badan usaha yang bergerak dibidang perhotelan, restoran atau rumah makan, jasa boga serta jasa pangan. Selain itu, PHRI juga turut serta mengembangkan potensi kepariwisataan nasional secara serasi, selaras dan seimbang antara pemerintah dan masyarakat, memberikan perlindungan kepada anggota, menerima masukan serta memberikan bimbingan, konsultasi, pendidikan serta pelatihan untuk meningkatkan mutu anggota. Sampai saat ini Pondok Makan Mirah belum termasuk anggota PHRI. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya pengetahuan pemilik mengenai lembaga yang mempunyai peran dalam pengembangan suatu usaha industri boga. 3) Majelis Ulama Indonesia (MUI) MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah lembaga yang mewadahi ulama, zu'ama, dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para ulama, cendekiawan dan zuama yang datang dari berbagai penjuru tanah air. MUI dalam perjalanannya selama hampir dua puluh lima tahun berusaha untuk memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam dalam mewujudkan kehidupan beragama dan bermasyarakat yang diridhoi Allah Subhanahu wa Taala; memberikan nasihat dan fatwa mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatan kepada Pemerintah dan masyarakat,

meningkatkan kegiatan bagi terwujudnya ukhwah Islamiyah dan kerukunan antarumat beragama dalam memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa serta;

menjadi penghubung antara ulama dan umaro (pemerintah) dan penterjemah timbal balik antara umat dan pemerintah guna mensukseskan pembangunan nasional; meningkatkan hubungan serta kerjasama antar organisasi, lembaga Islam dan cendekiawan muslimin dalam memberikan bimbingan dan tuntunan kepada masyarakat khususnya umat Islam dengan mengadakan konsultasi dan informasi secara timbal balik. Pemerintah Indonesia menerapkan bahwa restoran harus mempunyai sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), hal dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai mayoritas agama Islam terbesar di dunia. Selain itu, pemerintah membuat Undang-Undang No.8 Tahun 1998 mengenai perlindungan konsumen. Dengan demikian, konsumen dapat dengan aman mengkonsumsi produk-produk olahan yang berasal dari industri manapun. MUI dibutuhkan dalam penentuan sertifikasi halal pada suatu masakanan atau makanan dan minuman yang disajikan, karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim. Mengingat mayoritas pelanggannya adalah muslim, maka Pondok Makan Mirah mendaftarkan restorannya ke MUI untuk mendapatkan sertifikasi halal. Hal ini dilakukan agar mendapat kepercayaan yang lebih tinggi dari para pelanggannya. 4) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia atau disingkat menjadi YLKI merupakan organisasi non pemerintahan dan nirlaba yang didirikan di Jakarta pada tahun 1973. YLKI didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.

Pada awalnya YLKI berdiri karena kepedulian sekelompok ibu-ibu akan kegemaran Indonesia akan mengkonsumsi produk dari luar negeri. Maka, untuk mendorong minat mengkonsumsi produk dalam negeri, organisasi ini melakukan berbagai aksi promosi. 2. Ekonomi Perekonomian yang dialami Indonesia tidak selalu stabil, salah satu penyebabnya adalah karena inflasi. Inflasi berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Apabila berasal dari dalam negeri, diakibatkan karena terjadi defisit anggaran. Inflasi yang berasal dari luar negeri diakibatkan karena tingginya biaya produksi barang dari luar negeri atau meningkatnya tarif impor. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 18 mengenai tingkat inflasi Indonesia tahun 2001 Juli 2008.
Tabel 18. Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2001 - Juli 2008 Tahun Jumlah (%) 2001 12,55 2002 10,03 2003 5,06 2004 5,40 2005 10,4 2006 13,33 2007 6,40 Juli 2008 11,90 Sumber : Bank Indonesia, 2008 Kenaikan (%) -2,52 -4,97 0,34 5,00 2,93 -6,93 5,5

Berdasarkan Tabel 18, perekonomian Indonesia sudah mulai membaik dengan terjadinya inflasi ringan pada tahun 2002 sampai 2005. Inflasi ringan membuat para investor mulai berdatangan untuk menanam saham di Indonesia. Hal ini memberikan dampak yang positif terhadap para pelaku bisnis, tidak terkecuali pelaku usaha restoran mengalami peningkatan sampai 25,8 persen dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, inflasi kembali meningkat sampai 11,90 persen. Kenaikan inflasi diikuti dengan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak

(BBM) dan inflasi yang berfluktuasi mengakibatkan kenaikan pada harga bahan baku. Kenaikan harga bahan baku suatu produk akan berkorelasi dengan kenaikan biaya produksi, sehingga membuat harga jual menjadi tinggi dan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. 3. Sosial dan Budaya Indonesia memiliki jumlah penduduk hampir 250 juta (BPS, 2007), dan mempunyai beraneka ragam kebudayaan dan adat istiadat karena tersusun atas 300 suku yang tersebar diseluruh daerah serta mempunyai 200 bahasa daerah, dan sebagian besar menempati Pulau Jawa. Pertumbuhan penduduk yang sangat besar menimbulkan banyaknya angkatan kerja yang tersedia di Pulau Jawa. Adanya pergeseran nilai norma yang berhubungan dengan budaya menyebabkan kecenderungan untuk menikmati waktu di luar rumah, seperti mengadakan jalan-jalan bersama atau melakukan acara makan bersama di restoran. Selain itu, dengan meningkatnya angkatan kerja yang tinggi maka ketersediaan waktu untuk makan lebih diefisienkan. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan produktivitas yang optimal. Perkembangan gaya hidup ini merupakan suatu peluang untuk usaha restoran, yang menyediakan makanan yang bermutu serta pelayanan yang memuaskan untuk konsumen. 4. Teknologi Teknologi merupakan faktor penting untuk kemajuan suatu usaha. Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin maju mendorong restoran untuk menjadi lebih baik dengan pemanfaatan semua sumber daya yang ada. Pemanfaatan teknologi dan informasi seharusnya sudah diterapkan oleh semua

peusahaan, akan tetapi pada restoran Pondok Makan Mirah belum sepenuhnya dilakukan karena belum didukung dengan manajemen yang baik. Perkembangan teknologi dan informasi dapat dimanfaatkan disemua bagian operasional restoran. Seperti pada bagian keuangan, pelayanan dan pemrosesan. Adanya sistem komputerisasi dibagian keuangan akan lebih memudahkan dalam memanajemen pengalokasian dana. Selain itu, dalam

bertransaksi dengan pemasok akan lebih efektif dan efisien jika dapat memanfaatkan semua teknologi. Kemudahan dalam transaksi pembayaran akan lebih memuaskan pelanggan, karena tidak semua pelanggan selalu membawa uang tunai. Mesin pembayaran non tunai menjadi suatu hal yang penting untuk restoran Pondok Makan Mirah dan saat ini penagihan pembayaran kartu kredit telah menjadi mudah, karena adanya sistem one day payment atau pengurusan transaksi dalam satu hari. Kemudahan dalam komunikasi kepada pelanggan dapat memanfaatkan teknologi sistem telekomunikasi melalui telepon, hal ini untuk memudahkan

penerimaan pemesanan. Penggunaan telepon genggam juga dibutuhkan untuk para pengantar pesanan makanan dan minuman. Hal ini dilakukan untuk memudahkan komunikasi antara pengantar dengan pembeli. 5. Demografi Kekuatan ekonomi makro pertama yang dipantau oleh pemasar adalah populasi, karena orang atau konsumen merupakan pembentuk pasar. Konsumen mempunyai sikap dan selera yang berbeda-beda terhadap suatu produk (barang maupun jasa).

Pada tahun 2006, penduduk di Jakarta sebesar 7.512.323 jiwa, akan tetapi pada tahun 2007 populasi di Jakarta mengalami peningkatan sebesar empat persen menjadi 7.552.444 (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, 2008). Adanya peningkatan populasi akan meningkatkan kebutuhan sumber daya seperti bahan bakar, pangan dan mineral (Kotler, 2002). Peningkatan pangan yang diakibatkan dengan peningkatan populasi merupakan suatu peluang untuk industri boga seperti restoran. Akan tetapi, ancaman yang dihadapi juga sangat besar yaitu adanya kekurangan pangan. Sebagai pemasar harus mempunyai strategi-strategi untuk mengantisipasi berbagai ancaman dengan memanfaatkan peluang yang ada. 6. Lingkungan Alam Indonesia memiliki iklim sub tropis, yang hanya mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Akan tetapi, dengan peningkatan penduduk terutama di Jakarta yang mencapai 7.552.444 (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, 2008) mengakibatkan terjadinya peningkatan polusi atau terjadinya suatu pencemaran pada alam. Citra restoran Pondok Makan Mirah di mata konsumen sudah termasuk cukup baik, karena menggunkan penyaring udara yang digunakan pada alat masak bakar. Sehingga asap yang dikeluarkan tidak terlalu mengganggu pernapasan. Restoran Pondok Makan Mirah telah menyediakan dry chemical atau alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk mengantisipasi jika terjadi kebakaran. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran yang dapat merusak areal sekitarnya.

6.1.2. Lingkungan Mikro 1. Pesaing Setiap usaha yang dijalankan pasti memiliki saingan, begitu juga dengan usaha restoran. Lokasi yang strategis menyebabkan banyak pelaku usaha restoran yang tertarik untuk membuka restorannya. Restoran Pondok Makan Mirah terletak di Tebet Barat dan terdapat empat pesaing utama yang menjual makanan yang sama dengan harga yang relatif sama. Permata Chinese Food berada 100 meter sebelum Restoran Pondok Makan Mirah. Restoran ini mengutamakan menjual aneka hidangan laut yang diracik dengan khas masakan Cina. Strategi yang diutamakan adalah cita rasa yang sangat kuat, menu yang bervariasi serta kecepatan pelayanan. Harga yang diberikan kepada pembeli adalah harga yang berada diatas rata-rata industri. Jika pasaran menjual masakan hidangan laut (seafood) antara Rp 18.000 sampai Rp 20.000, Permata Chinese Food menjual Rp 22.000. Hal ini menyebabkan pembeli mencari alternatif restoran lainnya yang dapat memberikan harga dibawah restoran ini. Kondisi ini merupakan suatau peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Restoran Pondok Makan Mirah. Pada jarak 200 meter setelah Pondok Makan Mirah, terdapat Timong Restoran Prasmanan Sunda. Restoran ini menjual aneka masakan Sunda yang menjadi produk substitusi dari restoran makanan laut (seafood). Produk utama yang dijual adalah menu ayam goreng dan ayam bakarnya. Tempat yang disediakan oleh Timong Restoran Prasmanan Sunda tidak terlalu luas, hanya mempunyai sepuluh meja dengan masing-masing meja terdiri

dari enam kursi. Akan tetapi, restoran ini memberikan kenyamanan dalam restorannya, seperti telah menggunakan penyejuk ruangan (air conditioner). Timong Restoran Prasmanan Sunda mempunyai strategi harga yang baik. Harga yang ditawarkan adalah Rp 9.000 untuk satu potong ayam bakar atau ayam goreng. Selain itu, memberikan menu paket untuk prasmanan sebesar Rp 20.000 perorang. Strategi menu paket ini sangat disukai oleh pelanggan, karena makanan dan minuman yang disediakan ukurannya berbeda dengan menu biasa. Pondok Mutiara 68 mempunyai jarak 400 meter dari Restoran Pondok Makan Mirah. Restoran ini menyediakan aneka masakan hidangan laut (sea food) dengan khas nusantara yang sama dengan Pondok Makan Mirah. Harga yang diberikan sama dengan rata-rata industri yaitu mulai Rp 18.000. Restoran ini mempunyai keunikan tersendiri, yaitu mempunyai kolam ikan yang terbuat dari kaca dengan ukuran 1x3 meter dengan tinggi 80 cm. Kolam ini diisi oleh ikan gurame, ikan mas, ikan bawal dan ikan kerapu. Pelanggan dapat memilih ikannya dan ditimbang untuk ditentukan harganya. Pelanggan dapat menikmati masakan ikan yang masih segar. Lebih jauh lagi, yaitu kurang lebih 700 meter terdapat Nasi Uduk & Ayam Goreng Lahap yang menjual menu utama ayam goreng khas Betawi karena disajikan dengan nasi uduk. Menu ini dijual dengan harga Rp 8.500 perporsi dan sangat digemari oleh pelanggan, karena harga yang diberikan berada dibawah rata-rata industri. Akan tetapi, menu yang disajikan kurang bervariasi, karena hanya menjual ayam goreng serta lauk pauk yang berasal dari daging sapi. Restoran Nasi Uduk & Ayam Goreng Lahap menyediakan tempat makan yang nyaman karena telah dilengkapi dengan penyejuk ruangan yang membuat

para pelanggan menjadi betah. Restoran ini terdiri dari dua lantai dan mempunyai kapasitas yang besar untuk menampung para pelanggannya dan dipenuhi pada saat makan siang antara jam 11.00 sampai 14.00 dan sore hari pada jam 17.00 sampai 20.00. 2. Pemasok Pemasok mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesuksesan pemasaran. Karena pada dasarnya kelangsungan hidup bagian pemasaran tergantung dari pemasok. Pemilik sudah memiliki pemasok bahan baku yang tetap, yaitu pemasok sayur-mayur dan pemasok ayam serta pemasok bumbu dan pemasok buah-buahan. Alasan pemilik mengambil dua tempat yang berbeda untuk pemasok, dikarenakan sayur dan ayam yang dijual di Pasar Kebayoran Lama kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan Pasar Induk. Sedangkan buah-buahan yang dijual di Pasar Induk lebih bervariasi dan lebih mudah mendapatkan buah musiman, seperti buah mangga. Pemasok yang ketiga adalah hewan laut, seperti ikan-ikanan; cumi; udang dan kepiting. Ikan yang dibeli perharinya terdiri dari Ikan Kerapu sebanyak empat kilogram, Ikan Mas sebanyak delapan kilogram dan Ikan Bawal sebanyak lima kilogram. Sedangkan untuk kepiting dan cumi biasanya hanya membeli sebanyak lima kilogram per harinya dan udang sebanyak enam kilogram perhari. 3. Pembeli / Konsumen Pembeli atau konsumen sangat menentukan keberlangsungan jalannya suatu usaha. Setiap konsumen mempunyai karakteristik dan perilaku yang berbeda dalam setiap pembelian produk.

Karakteristik pembeli yang diukur dalam penelitian ini meliputi : jenis kelamin, umur, daerah asal, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Berdasarkan data yang diperoleh melalui pengisian kuesioner terhadap 30 konsumen Restoran Pondok Makan Mirah, didapatkan karakteristik konsumen, antara lain : 1. Jenis Kelamin Konsumen Restoran Pondok Makan Mirah yang menjadi responden dalam penelitian ini terdiri dari 73 persen adalah wanita atau sebanyak 22 orang, sedangkan laki-lakinya hanya 27 persen atau sebanyak delapan orang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19 mengenai persentase jenis kelamin.
Tabel 19. Persentase Jenis Kelamin Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) Perempuan 22 73 Laki-laki 8 27 Total 30 100

Banyaknya pengunjung perempuan pada Pondok Makan Mirah dikarenakan adanya peningkatan jumlah perempuan yang bekerja, sehingga timbul kebiasaan makan di luar pada saat istirahat jam kerja dan bersosialisasi dengan rekan kerja. 2. Daerah Asal Daerah asal atau merupakan lokasi tempat tinggal responden. Daerah asal akan menunjukkan dari daerah mana saja konsumen restoran berasal. Konsumen Restoran Pondok Makan Mirah hanya berasal dari Jakarta dan sekitarnya, yaitu dari Jakarta Selatan sebesar 43 persen dan Jakarta Timur sebesar 37 persen. Konsumen Pondok Makan Mirah rata-rata merupakan para pekerja di sekitar restoran Pondok Makan Mirah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Sebaran Daerah Asal Responden Daerah Asal Jumlah (Orang) Jakarta Timur 11 Jakarta Selatan 13 Tangerang 3 Bekasi 1 Depok 2 Total 30

Persentase (%) 37 43 10 3 7 100

3. Usia Berdasarkan pengisian kuesioner terhadap konsumen Restoran Pondok Makan Mirah, diperoleh bahwa karakteristik usia dari konsumen yang datang berkisar antara 20 tahun hingga lebih dari 51 tahun. Persentase terbesar yaitu 43 persen adalah kelompok usia 21-30 tahun. Hal ini dapat diartikan bahwa Pondok Makan Mirah merupakan makanan yang diminati oleh anak muda. Usia tersebut merupakan usia kerja produktif, dimana konsumen baru mulai memasuki dunia kerja maka dibutuhkan makanan yang sehat untuk menjaga vitalitas tubuh. Persentase terbesar kedua berkisar pada usia 31-40 tahun, yaitu 40 persen. Pada kisaran usia ini, konsumen mulai mantap pada pekerjaannya dan mempunyai banyak relasi bisnis. Maka, banyak konsumen yang memanfaatkan restoran sebagai tempat memulai perjanjian bisnis. Kisaran usia berikutnya adalah 41-50 tahun sebanyak 10 persen. Dan usia antara 11-20 tahun dan >51 tahun masing-masing hanya sebesar 3.5 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21 mengenai kisaran usia.
Tabel 21. Sebaran Usia Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah Usia (tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 11 20 1 3.5 21 - 30 13 43 31 40 12 40 41 50 3 10 > 51 1 3.5 Total 30 100

4. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden pada umumnya cukup baik, karena konsumen yang datang mempunyai pendidikan minimal SLTA. Seperti terlihat dalam Tabel 22 menunjukkan bahwa persentase terbesar yaitu 40 persen menunjukkan responden dengan pendidikan terakhir adalah SLTA. Dan persentase terbesar berikutnya adalah 36 persen dengan pendidikan terakhir sarjana. Pemilihan jenis makanan pada restoran didasarkan pada keinginan dan kebutuhan konsumen. Sedangkan pendidikan menyebabkan konsumen untuk mempermudah dalam menilai dan menerima sesuatu yang baru.
Tabel 22. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah Pendidikan Terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%) SLTA 12 40 D3 4 14 S1 11 36 S2 3 10 Total 30 100

5. Pekerjaan Responden kuesioner yang merupakan konsumen Pondok Makan Mirah mempunyai pekerjaan yang bervariasi. Akan tetapi, lebih dari separuhnya atau sebesar 73 persen merupakan pegawai swasta yang kantornya berada di daerah Jakarta.
Tabel 23. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%) PNS 1 3.5 Pegawai Swasta 22 73 Pelajar / Mahasiswa 1 3.5 Lainnya,... 6 20 Total 30 100

6. Pendapatan Tingkat pendapatan responden dikategorikan menjadi beberapa tingkat pendapatan perbulan. Yaitu pendapatan kurang dari Rp 1.000.000, sampai lebih dari Rp 4.000.000. Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa responden mempunyai pendapatan antara Rp 2.000.000 sampai Rp 3.000.000 dengan persentase sebesar 70 persen, mengingat 73 persen responden bekerja sebagai pegawai swasta. Persentase terkecil yaitu tiga koma lima persen dengan tingkat pendapatan responden kurang dari Rp1.000.000. Hal ini sesuai dengan adanya pelajar atau mahasiswa yang menjadi responden.
Tabel 24. Tingkat Pendapatan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah Pendapatan (Rp) Jumlah (Orang) Persentase (%) < 1.000.000 1 3.5 1.001.000 2.000.000 5 17 2.001.000 3.000.000 21 70 3.001.000 4.000.000 3 9.5 > 4.001.000 Total 30 100

7. Banyaknya Kunjungan Loyalitas konsumen Pondok Makan Mirah ternyata sangat baik, hal ini dapat dilihat pada Tabel 25 mengenai banyaknya kunjungan responden pada Restoran Pondok Makan Mirah. Pada periode bulanan, konsumen yang datang sebanyak satu atau dua kali dalam satu bulan mencapai 77 persen.
Tabel 25. Banyaknya Kunjungan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah Kunjungan (dalam 1 bln) Jumlah (Orang) Persentase (%) Satu kali 10 33 Dua kali 14 47 Tiga kali 3 10 Empat kali Lima kali 3 10 Total 30 100

6.2. Lingkungan Industri 6.2.1. Ancaman Pendatang Baru Kondisi perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun semakin membaik dan menyebabkan adanya peningkatan usaha diberbagai bidang, tidak terkecuali restoran, khususnya di Jakarta. Ancaman pendatang baru yang menyajikan produk sejenis tidak hanya berasal dari daerah sekitar, melainkan banyak yang berasal dari luar Jakarta yang ingin mencoba kemampuan di bidang kuliner. Kemampuan pendatang baru baik dari segi keuangan maupun teknologi banyak yang lebih baik. Hal ini menimbulkan persepsi konsumen mengenai mutu produk pendatang baru sangat baik. Dengan demikian pihak manajemen restoran sadar akan ancaman pendatang baru yang sangat besar dan hal tersebut untuk nantinya akan sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup restoran. Adanya inovasi, diferensiasi dan diversifikasi produk serta didukung dengan kualitas dan kuantitas produk yang baik, mutlak sangat diperlukan untuk membedakan Restoan Pondok Makan Mirah dengan restoran lainnya. 6.2.2. Ancaman Produk Substitusi Produk substitusi merupakan suatu produk pengganti yang dapat digunakan oleh konsumen. Ancaman produk substitusi di Jakarta sangat besar. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya restoran yang menawarkan berbagai macam produk untuk menarik minat konsumen. Hidangan laut yang menjadi produk andalan Pondok Makan Mirah, dapat digantikan dengan produk lainnya yang lebih sehat. Dengan adanya isu mengenai pencemaran laut, hal ini mengakibatkan persepsi konsumen yang

negatif dengan hidangan laut. Dengan demikian, dapat dengan mudah konsumen berpindah ke restoran lain yang menawarkan produk dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih bersaing. 6.2.3. Persaingan Industri Sejenis Persaingan dalam usaha restoran sangat tinggi, bahkan pada awal tahun 2008 telah mencapai sebesar 1.829. Hal ini sangat berpengaruh terhadap strategi pemasaran yang harus dilakukan oleh pihak restoran. Setiap restoran harus mempunyai keunggulan yang dapat ditawarkan kepada konsumen. Strategi produk dan harga yang dibuat oleh pihak restoran memiliki pengaruh yang besar dalam persaingan antara industri sejenis. Pada dasarnya konsumen ingin mendapatkan produk yang berkualitas tetapi dengan harga yang terjangkau. Pihak restoran dalam mengatasi permasalahan ini, dapat melakukan pengembangan produk untuk mencegah kejenuhan konsumen yang ada dan juga untuk meraih pangsa pasar yang baru. 6.2.4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pada era tahun 1960-an pembeli atau konsumen mengikuti produk yang dipasarkan. Akan tetapi, dengan perkembangan jaman, produk yang dipasarkan harus mengikuti keinginan dan kebutuhan konsumen atau pembeli. Pembeli atau konsumen memiliki pengaruh terkuat terhadap suatu produk. Kekuatan tawar menawar pembeli yang kuat akan mengakibatkan adanya persaingan usaha restoran di Jakarta meningkat, sehingga membuat konsumen memiliki banyak alternatif yang sangat beragam dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja restoran dalam

menghasilkan laba. Berdasarkan kenyataan yang ada, maka diferensiasi dan diversifikasi produk merupakan salah satu hal penting yang harus dilaksanakan. Restoran Pondok Makan Mirah mempunyai keunikan pada cita rasa masakan yang disajikan, karena konsumen diberikan kebebasan untuk memilih rasa seperti apa yang diinginkan. Hal ini dilakukan agar konsumen tidak berpindah ke restoran lainnya. 6.2.5. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Restoran Pondok Makan Mirah memiliki beberapa pemasok untuk bahan baku ayam dan daging, pemasok bumbu dan buah-buahan serta bahan baku yang berasal dari laut, sedangkan untuk bahan baku lainnya dibeli di pasar tradisional. Kekuatan pemasok bahan baku yang berasal dari laut sangat kuat, karena jika tidak ada pasokan maka restoran Pondok Makan Mirah tidak dapat menyajikan hidangan laut. Akan tetapi, untuk pemasok daging dan ayam serta bahan baku lainnya masih dianggap lebih lemah. Hal ini dikarenakan restoran dapat mencari pemasok lainnya jika kualitas bahan baku yang diberikan pemasok menurun atau memberikan harga yang tinggi. Hubungan antara pemasok dengan restoran Pondok Makan Mirah terjalin dengan baik, sehingga tidak pernah terjadi keterlambatan dalam pengiriman bahan baku. Lingkungan eksternal dan internal saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dan berpengaruh dalam penentuan strategi pemasaran. Lingkungan internal yang mempengaruhi bisnis Pondok Makan Mirah adalah operasional dan produksi, karena memperhatikan kualitas dan kuantitas produk (barang dan jasa) yang dijual. Barang yang dijual adalah masakan dan minuman, sedangkan jasa

yang dijual adalah semua fasilitas restoran yang memberikan kenyamanan kepada para pelanggan. Pemasaran merupakan salah satu lingkungan internal yang penting. Karena dengan adanya pemasaran, pemilik dapat membuat alternatif strategi untuk mempertahankan pelanggan atau mendapatkan pelanggan yang baru. Selain itu, dengan adanya pengorganisasian yang baik, restoran Pondok Makan Mirah dapat memberikan citra yang baik kepada para pelanggan. Lingkungan internal lainnya yang berpengaruh adalah keuangan. Dengan adanya manajemen keuangan, perusahaan dapat melihat kondisi perusahaannya apakah mengalami keuntungan atau kerugian dan dapat melihat peluang adanya pengembangan perusahaan. Lingkungan eksternal yang berpengaruh adalah konsumen atau pembeli, karena menentukan produk apa yang dapat dipasarkan dan sesuai dengan keinginan serta kebutuhannya. Selain itu, peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah harus diikuti untuk menjaga kelancaran dalam menjalankan usaha. Pelaksanaan peraturan ini diawasi oleh lembaga pemerintah, yaitu Dinas Pariwisata dan dibantu oleh mitra kerja, antara lain PHRI, YLKI dan MUI.

VII.

PERENCANAAN STRATEGIS

7.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan tahapan pertama yang dilakukan dalam perencanaan strategis. Data yang dikumpulkan ada dua, yaitu : 7.1.1. Evaluasi Faktor Internal (IFE) Berdasarkan kuesioner yang diajukan kepada 30 pelanggan restoran didapatkan faktor-faktor yang merupakan kekuatan dan kelemahan restoran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 25 mengenai faktor strategis internal.
Tabel 26. Faktor Evaluasi Internal Faktor Strategis Kekuatan 1.Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 2.Variasi menu 3.Lokasi restoran yang sangat strategis 4.Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) 5.Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) 6.Kebersihan restoran Kelemahan 1.Promosi yang belum berkesinambungan 2.Manajemen keuangan 3.Tidak ada penawaran diskon 4.Kurangnya penerapan teknologi Total Bobot Rating Bobot x Rating

0,099 0,105 0,092 0,107 0,096 0,121 0,092 0,098 0,101 0,087 1,000

2,667 2,667 4 2 2,667 2,333 2,667 2,667 3 2,667

0,265 0,280 0,369 0,215 0,255 0,283 0,245 0,261 0,304 0,231 2,709

1. 1)

Kekuatan Kualitas Produk Yang Bermutu Tanpa Penggunaan Bahan Penyedap dan Memiliki Sertifikasi Halal Restoran Pondok Makan Mirah selalu mengutamakan kualitas produk

yang disajikan kepada pelanggannya. Bahan baku yang digunakan merupakan

salah satu cara agar kualitasnya dapat terjamin. Penekanan dengan adanya sertifikasi halal memberikan keyakinan kepada pelanggan terhadap kualitas produk. Kualitas produk yang bermutu mempunyai rating 2,667 dan mempunyai bobot sebesar 0,099. Rating yang diberikan oleh pemilik dan dua orang menajer menyatakan bahwa kualitas produk sudah tidak berbeda jauh dengan rata-rata industri perusahaan, akan tetapi masih berada dibawahnya. Maka dari itu, mereka menyadari harus lebih meningkatkan kualitas produknya untuk meningkatkan penjualan. 2) Variasi Menu Menu yang bervariasi adalah salah satu cara untuk dapat menarik minat pelanggan. Berdasarkan 53 persen responden, menu yang disajikan telah bervariasi karena terdapat 59 pilihan jenis makanan dan 17 jenis minuman. Berdasarkan Tabel 25, rating yang didapatkan oleh variasi menu sama dengan kualitas produk yaitu sebesar 2,667. Akan tetapi, bobot yang diberikan lebih besar jika dibandingkan dengan kualitas produk yang bermutu yaitu sebesar 0,105. Restoran Pondok Makan Mirah harus lebih dekat dengan pelanggan untuk mengetahui menu-menu seperti apa saja yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen. Dengan demikian, harus memberikan menu-menu yang lebih bervariasi dan tidak dimiliki oleh pesaing-pesaingnya. 3) Lokasi Restoran Lokasi restoran Pondok Makan Mirah merupakan salah satu faktor kekuatan yang paling penting. Lokasi restoran sangat strategis karena berada dalam area permukiman, area perkantoran dan dekat dengan Pasar Tebet Timur.

Rating yang dimiliki faktor ini sebesar 4 dan merupakan rating yang tertinggi jika dibandingkan dengan faktor kekuatan lainnya. 4) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga kerja yang dimiliki restoran Pondok Makan Mirah berpengaruh secara langsung dengan semua aktivitasaktivitas restoran. Antara atasan dengan bawahan dan antara rekan kerja harus ada koordinasi agar tercipta suatu suasana harmonis dalam lingkungan bekerja. Adanya keharmonisan dalam lingkungan bekerja akan menciptakan yang dapat meningkatkan produktivitas yang optimal. SDM mempunyai rating 2 yang berarti cukup dan masih berada dibawah industri perusahaan. SDM yang dimiliki restoran harus lebih ditingkatkan terutama dalam koordinasi pekerjaan. Hal ini sangat dibutuhkan untuk kelancaran jalannya operasional dan terutama untuk keberlangsungan restoran yang merupakan tempat mata pencaharian untuk sebagian orang. 5) Sarana Pendukung Restoran tidak hanya menjual produk berupa makanan dan minuman, akan tetapi memberikan pelayanan kepada pelanggan yang datang berkunjung. Salah satu pelayanan yang dapat dinikmati oleh pelanggan yaitu adanya sarana pendukung, seperti area parkir, mushalla, toilet dan penyaring udara serta dry chemical. Faktor kekuatan yang kelima, yaitu sarana pendukung mempunyai rating 2,667. 6) Kebersihan Restoran Pelayanan restoran dapat berupa bukti fisik, seperti kebersihan restoran. Restoran Pondok Makan Mirah sangat memperhatikan kebersihan ruangan loyalitas

serta segala sesuatu yang mempunyai hubungan dengan pelanggan. Hal ini dimaksudkan agar pelanggan merasa nyaman pada saat menikmati hidangan laut yang disajikan. Pada saat ini, kebersihan restoran kurang baik. Dan rating yang didapat hanya sebesar 2,333 maka kebersihan restoran harus lebih ditingkatkan untuk memberikan kenyamanan kepada pelanggan yang datang. 2. Kelemahan Setiap usaha selain memiliki kekuatan pasti memiliki kelemahan. Kelemahan restoran Pondok Makan Mirah yang dapat diidentifikasi antara lain: 1) Promosi Yang Belum Berkesinambungan Berdasarkan wawancara dengan pemilik restoran Pondok Makan Mirah, kegiatan promosi bukan merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan. Promosi hanya dilakukan dengan memasang papan nama didepan pintu masuk restoran dan hanya melalui mulut ke mulut antar pelanggan. Kurangnya modal untuk melakukan promosi menyebabkan terjadinya tidak berkesinambungan. 2) Manajemen Keuangan Sistem keuangan yang digunakan restoran masih sangat sederhana dan kurangnya suatu manajemen pengalokasian dana. Hal ini mengakibatkan pengaturan sistem keuangan kurang berjalan lancar. 3) Tidak Ada Penawaran Diskon Restoran Pondok Makan Mirah tidak memberikan penawaran diskon terhadap produk-produk yang dijual dalam jumlah yang besar maupun pada harihari khusus. Lebih dari setengan responden menginginkan adanya penawaran

diskon. Penawaran menu paket hanya diberikan kepada konsumen yang memesan di luar restoran. 4) Kurangnya Penerapan Teknologi Restoran Pondok Makan Mirah belum memanfaatkan teknologi yang ada. Mulai dari peralatan dapur sampai cara pembayaran masih menggunakan metode sederhana, begitu juga dengan pengaturan keuangan.

7.1.2. Evaluasi Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal adalah sesuatu yang berada di luar perusahaan dan tidak dapat dikuasai. Akan tetapi, dapat dianalisis hal-hal apa saja yang dapat memberikan peluang serta menjadi ancaman untuk perusahaan. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 26 mengenai faktor strtaegis eksternal.
Tabel 27. Faktor Evaluasi Eksternal Faktor Strategis Peluang 1. Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah 2. Adanya loyalitas konsumen 3. Adanya loyalitas pemasok 4. Perubahan pola pikir mengenai budaya makan 5. Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Ancaman 1. Peningkatan harga BBM 2. Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% 3. Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi 4.Pendapatan masyarakat yang tidak menentu 5. Adanya issue pencemaran lingkungan Total Bobot 0,102 0,102 0,079 0,095 0,104 0,098 0,102 0,114 0,111 0,095 1,000 Rating 2.333 3.333 2.667 1.667 2.333 2.667 2 2.667 1.667 2 Bobot x Rating 0,238 0,340 0,211 0,159 0,243 0,262 0,205 0,305 0,183 0,186 2,332

1. 1)

Peluang Adanya Pinjaman Modal dari Bank Pemerintah Pinjaman modal sangat dibutuhkan untuk setiap perusahaan. Adanya

peraturan dari pemerintah yang memberikan bantuan dana berupa pinjaman modal kepada masyarakat yang memiliki Usaha Kecil Menengah (UKM). Respon perusahaan terhadap peluang adanya pinjaman modal dari bank pemerintah sangat dimanfaatkan. Sampai saat ini restoran Pondok Makan Mirah masih menjadi peminjam di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Hal ini dilakukan agar tetap memiliki modal dalam menjalankan usahanya. 2) Adanya Loyalitas Konsumen Restoran Pondok Makan Mirah telah menjalankan usahanya selama 17 tahun dan telah mempunyai pelanggan tetap. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17, yang menyatakan sebanyak 77 persen melakukan kunjungan satu atau dua kali setiap bulannya. Restoran Pondok Makan Mirah merespon peluang ini sangat tinggi yaitu sebesar 3,333 dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mempertahankan pelanggan tetapnya serta mendapatkan pelanggan yang baru agar meningkatkan penjualan. 3) Adanya Loyalitas Pemasok Pemasok merupakan faktor penting dalam menjalankan suatu usaha. Pemasok sangat menjaga hubungan yang sudah ada dengan Pondok Makan Mirah. Salah satu alasan pemasok sangat menjaga hubungan baik, karena restoran Pondok Makan Mirah selalu tepat waktu dalam pembayaran dan membayar dengan uang tunai.

Restoran Pondok Makan Mirah sangat memanfaatkan peluang yang ada. Bahan baku yang dipasok haruslah dalam keadaan segar dan harus tepat waktu. Hal ini dilakukan agar masakan terasa lebih lezat, gurih, sedikit manis serta lebih kenyal. Selain itu, pasokan bahan baku yang tepat waktu akan membuat kegiatan operasional dan produksi tidak terhambat. 4) Perubahan Pola Pikir Mengenai Budaya Makan Dahulu, budaya makan selalu dilakukan di dalam rumah. Akan tetapi, dengan adanya perubahan pola pikir budaya makan dapat dilakukan di luar rumah. Hal ini dilakukan karena masyarakat membutuhkan tempat yang dapat menyediakan suasana yang tenang dengan pelayanan yang memuaskan serta makanan yang sehat. Restoran Pondok Makan Mirah kurang menyadari adanya perubahan pola pikir budaya makan, dan faktor ini masih diabaikan. 5) Peningkatan Jumlah Wanita Yang Bekerja Pada saat ini, jumlah pria dan wanita yang bekerja hampir sama. Hal ini terlihat pada Tabel 19 mengenai persentase jenis kelamin responden pada restoran Pondok Makan Mirah yang mencapai 73 persen. Para wanita yang bekerja juga merupakan ibu rumah tangga yang harus menyiapkan makanan untuk anggota keluarganya. Maka bagi para wanita yang sudah berkeluarga akan lebih memanfaatkan restoran untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Restoran Pondok Makan Mirah sudah dapat melihat adanya peluang dengan peningkatan jumlah dan wanita yang bekerja. Rating yang didapat sebesar 2,333.

2. 1)

Ancaman Peningkatan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Peningkatan BBM membuat harga bahan baku mengalami peningkatan.

Ancaman ini merupakan ancaman yang berpengaruh langsung terhadap restoran Pondok Makan Mirah dan respon yang diberikan cukup baik. Sehingga restoran Pondok Makan Mirah membuat strategi yang dapat mengantisipasi ancaman tersebut. 2) Peningkatan Inflasi Yang Tinggi Perekonomian Indonesia sudah semakin membaik dari tahun ke tahun. Pertengahan tahun 2008 inflasi meningkat kembali mencapai 11,9 persen. Inflasi berpengaruh secara langsung terhadap harga-harga produk dalam negeri yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Akan tetapi, restoran Pondok Makan Mirah kurang merespon keadaan ini. 3) Tingkat Persaingan Yang Sangat Tinggi Persaingan usaha restoran di Jakarta selalu mengalami peningkatan setiap tahun. Restoran Pondok Makan Mirah menyadari ancaman yang akan ditimbulkan dari persaingan. Pesaing Restoran Pondok Makan Mirah dari industri sejenis maupun industri substitusi. Restoran Pondok Makan Mirah memberikan respon yang baik terhadap ancaman persaingan usaha restoran, yaitu sebesar 2,667. 4) Pendapatan Masyarakat yang Tidak Menentu Perekonomian Indonesia sudah semakin membaik dari tahun ke tahun. Akan tetapi, pendapatan masyarakat belum sepenuhnya tetap. Hal ini dikarenakan

karena tidak semua pekerja merupakan karyawan tetap pada sebuah perusahaan dan masih banyak yang menjadi karyawan kontrak bulanan tahunan. Restoran Pondok Makan Mirah tidak terlalu memberikan respon terhadap ancaman tersebut. Dengan demikian, Restoran Pondok Makan Mirah tidak menganggap ancaman ini berpengaruh langsung terhadap kelangsungan restoran. 5) Adanya Issue Pencemaran Lingkungan Tingginya polusi menyebabkan terjadi pencemaran lingkungan.

Pencemaran lingkungan tidak hanya di daratan, akan tetapi terjadi di laut. Secara akumulatif akan berdampak pada kualitas produksi laut. Restoran Pondok Makan Mirah tidak menganggap bahwa ancaman ini akan berpengaruh langsung.

7.2. Matrik IE Berdasarkan matrik IFE dan EFE dapat dirumuskan menjadi matrik IE, yaitu matrik yang merumuskan parameter kekuatan internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Matrik IFE didapat sebesar 2,709 sedangkan matrik EFE memperoleh nilai sebesar 2,333. Maka restoran Pondok Makan Mirah berada pada kuadran V disebut pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Artinya pemilik harus dapat mempertahankan keadaan restoran dan harus memeliharanya dengan menggunakan strategi-startegi yang lebih baik. Strategi terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan penetrasi pasar dan pengembangan produk.

Kuat 4,0 Tinggi 3,0 4,0 Skor Total EFE Sedang 2,0 2,99 Rendah 1,0 1,99

Skor Total IFE Rata-rata 3,0

Lemah 2,0 1,0

II

III

IV

VI

VII

VIII

IX

Gambar 9. Posisi Restoran Pondok Makan Mirah dalam Matrik IE

Restoran Pondok Makan Mirah harus dapat mempertahankan strategi bauran pemasaran yang telah dilakukan. Selain itu, strategi pengembangan produk didasarkan pada penetrasi pasar lama dengan melakukan modifikasi yang cukup besar atas produk lama atau penciptaan produk baru yang masih berkaitan dengan lini produk yang ada dan dapat dipasarkan kepada pelanggan lama melalui saluran distribusi yang sudah ada. Hasil yang didapatkan dalam matrik Internal Eksternal (IE), digunakan untuk melakukan analisis mengenai kekuatan apa saja yang dapat memanfaatkan semua peluang untuk meminimalisir kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh restoran Pondok Makan Mirah. Analisis ini dikenal dengan analisis SWOT.

7.3. Matrik SWOT Berdasarkan Gambar 10, Restoran Pondok Makan Mirah berada pada kuadran II, yang artinya bahwa perusahaan berada pada situasi yang menguntungkan karena memiliki peluang dan kekuatan. Sehingga perusahaan

dapat memanfaatkan peluang dan kekuatan internal yang dapat digunakan untuk mengatasi ancaman yang berada di luar. Lingkungan internal yang paling berpengaruh adalah lokasi restoran dan tidak ada penawaran diskon dalam pembelian produk-produk. Sedangkan loyalitas konsumen merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan sebagai suatu peluang, selain itu salah satu faktor eksternal yang menjadi ancaman Pondok Makan Mirah adalah tingginnya tingkat persaingan usaha. Berdasarkan Dinas Pariwisata DKI Jakarta, sampai bulan Agustus 2008 telah terdapat 71 restoran China di Jakarta Selatan. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada dalam jangka waktu yang panjang. Maka yang harus diterapkan dalam kondisi seperti ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy) Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 10 mengenai posisi perusahaan dalam analisis SWOT.

Berbagai Peluang

Mendukung strategi turn-around

Mendukung strategi agresif

posisi reatoran Kelemahan internal Kekuatan internal

Mendukung strategi defensif Berbagai ancaman

Mendukung strategi diversifikasi

Gambar 10. Posisi Restoran Pondok Makan Mirah dalam Analisis SWOT

Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertunbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya. Hal ini dapat dicapai dengan cara menurunkan harga dan mengembangkan produk baru dalam jangka waktu yang pendek atau menambah kualitas produk atau meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas dalam jangka waktu yang panjang. Berdasarkan faktor-faktor kekuatan dan kelemahan Restoran Pondok Makan Mirah serta adanya peluang dan ancaman, maka dapat dilakukan analisis kekuatan dan kelemahan untuk membuat suatu alternatif strategi pemasaran yang baru. Hal ini dapat dilihat dalam Lampiran 10 mengenai tabulasi jawaban untuk analisis SWOT. Alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Restoran Pondok Makan Mirah, antara lain : 1. Strategi S-O Strategi S-O merupakan strategi yang dilakukan untuk memanfaatkan peluang dengan menggunakan kekuatan internal yang ada. Produk yang dihidangkan oleh Restoran Pondok Makan Mirah dianggap oleh konsumen sudah bermutu karena tanpa penggunaan bahan penyedap dan telah mendapatkan sertifikasi halal dari MUI. Kekuatan lainnya yang dimiliki oleh Restoran Pondok Makan Mirah adalah adanya variasi menu dan kualitas SDM yang dimiliki oleh restoran yaitu karyawan, seperti koordinasi yang baik antar karyawan, produktivitas yang tinggi serta loyalitas. Pinjaman modal dari bank pemerintah, loyalitas dari konsumen dan pemasok merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan perluasan usaha, yaitu membuka cabang Restoran Pondok Makan Mirah di tempat

atau daerah baru yang mempunyai akses pasar yang lebih luas untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggannya. Tempat yang dapat dimanfaatkan untuk cabang baru seperti pusat keramaian atau mall di daerah Jakarta Timur, seperti Cijantung dan Pondok Gede. Pemilihan lokasi berdasarkan data dari Dinas Pariwisata DKI Jakarta, bahwa di daerah tersebut baru terdapat tujuh restoran China. Alternatif strategi S-O tidak dapat dilaksanakan dalam jangka waktu pendek, karena laba yang didapatkan oleh perusahaan sangat rendah. Restoran Pondok Makan Mirah dalam jangka waktu pendek dapat melakukan perluasan usaha yaitu dengan mengoptimalkan setiap lantai yang dimiliki oleh Restoran Pondok Makan Mirah dengan menjadikan sebagai tempat untuk melayani pelanggan, seperti acara pesta dan sebagai ruangan rapat. Perluasan usaha dapat dilakukan dengan membuka Restoran Pondok Makan Mirah selama tujuh hari dalam seminggu. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian para pembeli yang berada di luar rumah, terutama pada hari minggu. 2. Strategi W-O Strategi WO diterapkan dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. Membuat promosi yang lebih baik untuk lebih memperkenalkan produkproduk Restoran Pondok Makan Mirah kepada masyarakat luas seperti membuat brosur-brosur atau memasang iklan pada media cetak dan media elektronik. Promosi dilakukan untuk mempengaruhi konsumen agar membeli dalam jumlah yang besar Promosi juga dilakukan untuk memperluas segmen pasar Restoran Pondok Makan Mirah yang baru dengan cara meningkatkan jumlah pesan antar ke

wilayah yang belum terjangkau. Promosi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan jasa media elektronik dengan memasang iklan mengenai produkproduk Restoran Pondok Makan Mirah. Masyarakat perkotaan membutuhkan suatu tempat yang nyaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi atau tempat kumpul bersama rekan atau keluarga. Selain itu dapat memberikan kepuasaan terhadap pelanggan, baik dari segi pelayanan maupun makanan yang disajikan. Adanya perubahan pola pikir mengenai budaya makan, merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keloyalan dari pelanggan lama dan mencari pelanggan baru. Pencapaian informasi mengenai tempat-tempat yang menyediakan pelayanan yang baik serta makanan yang sehat, biasanya mencari melalui media cetak. Selain itu, pada saat ini peningkatan jumlah suami-istri yang bekerja juga merupakan suatu peluang karena mereka mempunyai kesempatan untuk dapat membaca media cetak pada waktu luang atau mendapatkan informasi dari rekan kerjanya yang membaca iklan tersebut. 3. Strategi S-T Strategi ST disusun dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk mengatasi ancaman. Pengembangan usaha restoran dengan melakukan pengembangan usaha restoran dengan melakukan pengembangan produk-produk dengan bahan baku yang bermutu dan memberikan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen. Pengembangan produk dilakukan karena Restoran Pondok Makan Mirah telah memiliki kualitas produk yang bermutu dan adanya menu yang bervariasi.

Kekuatan ini dilakukan untuk mengatasi ancaman seperti peningkatan harga BBM, persaingan usaha restoran yang semakin meningkat dan adanya pendapatan masyarakat yang tidak menentu serta issue mengenai pencemaran lingkungan. Restoran Pondok Makan Mirah harus mampu menciptakan inovasi dalam pembuatan masakan dengan menekan biaya operasional agar harga jual dapat dijangkau oleh pelanggan. Hal ini dilakukan untuk memberikan pelayanan terhadap pelanggan lama dan mendapatkan pelanggan baru untuk meningkatkan penjualan. 4. Strategi W-T Strategi WT dengan menciptakan suatu strategi untuk meminimalkan kelemahan serta menghadapi persaingan usaha yang sangat tinggi. Yaitu dengan penggunaan teknologi untuk dimanfaatkan dalam mendukung semua kegiatan operasional Restoran Pondok Makan Mirah termasuk mengatur arus keuangan. Restoran Pondok Makan Mirah mempunyai kelemahan dalam

manajemen keuangan. Hal ini dapat diminimalisir dengan penggunaan software mengenai manajemen keuangan, sehingga pemilik dapat melihat kondisi perusahaannya apakah mengalami keuntungan atau kerugian dan dapat melihat peluang adanya pengembangan perusahaan serta dapat mengatur arus kas sesuai dengan kebutuhan operasional. Teknologi tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk mengatur arus keuangan, akan tetapi dapat digunakan dalam pembuatan inovasi suatu produk untuk menjadi lebih baik. Produk yang dibuat harus mempunyai kualitas yang bermutu seperti adanya cita rasa yang lebih baik dan nutrisi yang dihasilkan lebih sehat. Pemilik dan karyawan Restoran Pondok Makan Mirah harus dapat

meningkatkan penggunaan teknologi dan informasi agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggannya. Berdasarkan empat set alternatif strategi pemasaran diatas, untuk melaksanakan kebijakan pertumbuhan dalam jangka waktu yang panjang dapat menggunakan strategi pemasaran SO, yaitu dengan melakukan perluasan usaha dengan memaksimalkan lantai ketiga dan keempat untuk dijadikan sebagai penyajian hidangan kepada pelanggan. Kebijakan pertumbuhan dalam waktu jangka pendek dapat menggunakan strategi pemasaran WO yaitu dengan pengembangan promosi, strategi ST dengan pengembangan produk dan memberikan harga jual yang sesuai, serta strategi WT dengan menggunakan teknologi. 7.4. Alternatif Strategi Berdasarkan QSPM Pada masa yang akan datang, Restoran Pondok Makan Mirah akan menghadapi tingkat persaingan yang cukup berat, terutama persaingan dengan industri pendatang baru. Hal ini mulai dirasakan dengan peningkatan usaha restoran dari tahun ke tahun semakin meningkat. Restoran Pondok Makan Mirah harus dapat mengantisipasi persaingan yang semakin ketat tersebut, maka harus lebih agresif dalam merebut konsumen Berdasarkan empat alternatif strategi pemasaran yang didapatkan dari analisis SWOT, maka pemilik Restoran Pondok Makan Mirah bersama kedua manajer membuat suatu keputusan untuk menentukan kemenarikan relatif dan

mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif yang dapat dilaksanakan secara objektif dengan mengisi lembar penilaian mengenai matrik QSPM. Hal ini dapat dilihat

pada Lampiran 12 mengenai penilaian responden terhadap empat alternatif strategi, antara lain : 1. Perluasan usaha dengan mengoptimalkan lantai pertama sampai lantai keempat (nilai 5,632). 2. Pengembangan produk-produk dengan menggunakan bahan baku yang bermutu dan memberikan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen (nilai 5,591). 3. Meningkatkan penggunaan teknologi dan informasi untuk mendukung semua kegiatan operasional restoran (nilai 5,292). 4. Membuat promosi yang lebih baik untuk lebih memperkenalkan produkproduk Restoran Pondok Makan Mirah kepada masyarakat luas seperti membuat brosur-brosur atau memasang iklan pada media cetak dan memberikan penawaran diskon kepada para pelanggan (nilai 4,732). Strategi yang paling menarik dan menjadi prioritas utama adalah dengan melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tidak hanya dengan membuka cabang baru, melainkan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan keempat lantai yang dimiliki oleh Restoran Pondok Makan Mirah dan membuka restorannya setiap hari. Konsumen merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat penting. Hal ini dilakukan untuk memberikan ruangan yang lebih luas kepada konsumen, yang dapat dimanfaatkan sebagai ruangan rapat atau ruangan untuk pertemuan lainnya. Mengoptimalkan tempat usaha adalah salah satu strategi khusus yang dapat dilakukan oleh Restoran Pondok Makan Mirah.

Pengembangan produk menempati prioritas kedua (nilai 5,591) dan dapat dilakukan Restoran Pondok Makan Mirah dalam menghadapi persaingan yang semakin tinggi. Pengembangan produk dapat dilakukan dengan

menggunakan bahan baku yang bermutu dan memberikan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen. Kesesuian harga ini dapat dilakukan dengan menekan semaksimal mungkin biaya operasional. Biaya operasional dapat ditekan dengan mengurangi karyawan yang tinggal di tempat usaha. Perusahaan dapat memberikan alternatif dengan memberikan uang transport kepada karyawan. Penggunaan teknologi yang lebih baik dari sebelumnya mendapatkan nilai 5,292. Penggunaan teknologi diharapkan dapat menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik. Selain itu juga, dapat memberikan pelayanan lebih baik dari sebelumnya. Pelayanan yang dapat diberikan oleh Restoran Pondok Makan Mirah dalam penggunaan teknologi antara lain, pelanggan diberikan kemudahan dalam pembayaran karena tidak menunggu terlalu lama dalam penghitungan pembelian. Selain itu, Restoran Pondok Makan Mirah dapat menyediakan fasilitas pembayaran dengan auto debet atau merchant kartu kredit, sehingga pelanggan mempunyai pilihan yang lain jika tidak membawa uang tunai. Teknologi tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas produk dan pelayanan. Akan tetapi, teknologi dapat digunakan dalam memanajemen pengalokasian dana, seperti penggunaan software untuk keuangan. Sehingga arus kas yang terjadi di dalam Restoran Pondok Makan Mirah dapat

dikendalikan dan mencegah terjadinya pembayaran untuk pembelian yang bukan merupakan kebutuhan perusahaan. Kegiatan promosi diperlukan untuk memperkenalkan produk perusahaan kepada para pelanggannya merupakan prioritas keempat (nilai 4,732). Promosi juga dilakukan agar pelanggan menjadi ingat akan produk tersebut. Strategi yang dapat dilkaukan dengan memberikan penawaran-penawaran khusus untuk menarik pelanggan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan menu-menu paket pada jam-jam tertentu, seperti menu sarapan pagi atau menu sore hari. Semua strategi yang telah diusulkan dalam pembahasan, pada dasarnya merupakan usaha untuk menerapkan asas customer satisfaction dengan menyediakan produk maupun jasa yang sesuai dengan nilai barang yang ditawarkan serta pelayanan yang prima, bukan kualitas produk yang cenderung hampir sama kualitasnya dengan restoran lain yang sejenis. Berdasarkan empat alternatif strategi, bauran pemasaran yang harus ditingkatkan adalah strategi tempat, strategi produk, strategi harga dan strategi promosi. Prioritas utama adalah strategi tempat karena lokasi Restoran Pondok Makan Mirah yang sangat strategi, maka dengan mengoptimalkan keempat lantai yang dimilikinya dapat memberikan berbagai macam pelayanan kepada konsumen. Seperti menggunakan untuk acara keluarga maupun tempat rapat. Strategi produk dilakukan dengan pengembangan produk, strategi harga dilakukan dengan memberikan kemudahan dalam pembayaran dan strategi promosi dengan menawarkan menu paket pada jam-jam tertentu.

VIII. KESIMPULAN

8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Restoran Pondok Makan Mirah telah menggunakan strategi bauran pemasaran (marketing mix) antara lain, yang pertama adalah strategi produk yaitu cita rasa. Strategi harga yang diterapkan restoran sama dengan pesaingnya. Strategi tempat berada dilokasi yang strategis karena dekat dengan perkantoran, pemukiman dan pasar. Strategi promosi yaitu dengan menggunakan papan nama atau papan billboard. Strategi orang adalah pengetahuan pelayan akan produk restoran baik barang maupun jasa. Strategi proses adalah mengutamakan kecepatan pelayanan. Sedangkan yang terakhir adalah strategi bukti fisik yaitu kebersihan restoran. 2. Lingkungan internal yang paling berpengaruh adalah lokasi restoran dan tidak ada penawaran diskon dalam pembelian produk-produk. Sedangkan loyalitas konsumen merupakan salah satu faktor eksternal yang dapat dimanfaatkan sebagai suatu peluang, selain itu salah satu faktor eksternal

yang menjadi ancaman Pondok Makan Mirah adalah tingginnya tingkat persaingan usaha. 3. Berdasarkan analisis SWOT didapatkan alternatif strategi pemasarannya, yaitu : strategi pertama adalah dengan perluasan usaha, yaitu dengan mengoptimalkan setiap lantai restoran; strategi kedua adalah

pengembangan produk-produk yang bermutu dan memberikan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen; strategi ketiga dengan pengembangan penggunaan teknologi untuk dimanfaatkan dalam

mendukung semua kegiatan operasional restoran Pondok Makan Mirah termasuk mengatur arus keuangan; strategi keempat dengan membuat promosi untuk memperkenalkan produk-produk Restoran Pondok Makan Mirah kepada masyarakat luas. Berdasarkan matrik QSPM alternatif strategi pemasaran yang harus dijalankan terlebih dahulu adalah perluasan usaha dengan mengoptimalkan setiap lantai restorannya. 8.2. Saran Penelitian 1. Sebaiknya Restoran Pondok Makan Mirah lebih berkonsentrasi kepada pengembangan produk untuk meningkatkan laba. 2. Restoran Pondok Makan Mirah dapat membuka usahanya setiap hari. 3. Sebaiknya Restoran Pondok Makan Mirah menggunakan teknologi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Teknologi yang dapat digunakan adalah menyediakan alat pembayaran untuk bukan tunai, seperti auto debet atau mesin edisi kartu kredit. 4. Restoran Pondok Makan Mirah memberikan menu paket pada jam-jam tertentu untuk mempermudah kegiatan promosi.

5. Sebaiknya Restoran Pondok Makan Mirah dapat meminimalisir biaya produksi agar harga jual tetap sesuai dengan keinginan konsumen, tetapi memberikan produk yang bermutu. 6. Menjadi anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) karena merupakan organisasi yang berorientasi kepada pembangunan dan peningkatan kepariwisataan. Hal ini dilakukan agar Restoran Pondok Makan Mirah mendapatkan perlindungan, bimbingan dan konsultasi, serta memperoleh pendidikan dan latihan untuk meningkatkan mutu restoran.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M.T. 2005. Dinamika Pemasaran. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Anwar, M.I. 1973. Dasar-Dasar Marketing. Penerbit Alumni. Bandung. Arief, A.R. 2005. Pengantar Ilmu Perhotelan dan Restoran. Graha Ilmu. Yogyakarta. Assauri, S. 2002. Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Dirgantoro, C. 2001. Manajemen Stratejik Konsep, Kasus dan Implementasi. Grasindo. Jakarta. Dwirayani, D. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Produk Milk Cup Pada PT Agronesia Divisi BMC Bandung. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis IPB. Bogor. Engel, J.F. and P.W.Miniard. 1995. Perilaku Konsumen. Binaupa Aksara. Jakarta Firbani, R. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Restoran Waralaba Lokal. Studi Kasus Ayam Bakar Wong Solo Cabang Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor. Kotler, P. 2002. Manajemen Strategi. Prenhalindo. Jakarta. .2005. Manajemen Pemasaran. PT Indeks. Jakarta. Krisnamurti, B. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta. Maholtra, N.K. 2005. Riset Pemasaran. Indeks. Jakarta. Pearce and Robinson. 1997. Strategic Management. Binarupa Aksara. Jakarta. (Terjemahan oleh Agus Maulana) Purwanto, I. 2007. Manajemen Strategi. Yrama Widya. Bandung. Rangkuti, F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT Gramedia. Jakarta. Ramdhoni. 2006. Analisis Strategi Pemasaran Restoran Sunda Pajajaran Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor.

Setiawati, E. 2007. Analisis Strategi Pemasaran Rumah Makan Ayam Bakar Sogo Sari Rasa. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor. Sihite, R. 2000. Food Services. SIC. Jakarta. Stoner, J.A.F. and Edward F. 1994. Manajemen. Intramedia. Jakarta Yazid. 2008. Pemasaran Jasa Konsep dan Implementasi. Ekonisia. Jakarta. Yoshida. 2006. Analisis Hierarki Strategi Pemasaran Ayam Gepuk Pada Rumah Makan Eco Raos, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor.

Lampiran 1. Empat Penelitian Terdahulu Berdasarkan Nama, Tahun, Judul, Tujuan dan Hasil Nama No Tahun Judul Tujuan Pengarang 1 Rizki Firbani 2006 Analisis Strategi Pemasaran Menganalisis persepsi konsumen terhadap Restoran Waralaba Lokal Studi bauran pemasaran, mengkaji strategi Kasus Ayam Bakar Wong Solo pemasaran dan menyusun alternatif Cabang Bogor strategi pemasaran. 2 Ramdhoni 2006 Analisis Strategi Pemasaran Mempelajari pelaksanaan bauran Restoran Sunda Pajajaran Bogor pemasaran , menganalisis tingkat kepuasaan konsumen terhadap kinerja bauran pemasaran, mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal 3 Yoshida 2006 Analisis Hierarki Strategi Menganalisis strategi bauran pemasaran, Pemasaran Ayam Gepuk Pada faktor-faktor lingkungan persaingan Rumah Makan Eco Raos, Kota pemsaran serta analisis hierarki keputusan Bogor Provinsi Jawa Barat. pemasaran dan merumuskan alternatif strategi untuk pengembangan rumah makan. 4 Endah 2007 Analisis Strategi Pemasaran Menganalisis persepsi konsumen dan Setiawati Rumah Makan Ayam Bakar menyusun alternatif strategi pemasaran Sogo Sari Rasa. melalui pendekatan konsep bauran pemasaran 7P.

Hasil Harus meningkatkan kegiatan promosi, variasi produk, kemenarikan dan kecepatan penyajian. Alternatif strategi yang dilakukan strategi pengembangan promosi. Kepuasaan konsumen sudah sesuai, alternatif strategi pemasaran terbaik adalah melakukan kombinasi SWOT (strategi produk, promosi, harga dan tempat). Kualitas produk, penetapan harga dibawah pesaing, memiliki lokasi didaerah pemukiman dan menggunakan brosur. Strategi pemasaran pesaing lebih baik. Alternatif strategi dengan strategi produk, kualitas dan kuantitas Kegiatan promosi yang efektif, variasi menu, kebersihan dan keramahan serta kesopanana pramusaji. Meningkatkan omzet penjualan dengan menggunakan strategi produk.

Lampiran 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian No. Nama Pengarang Judul Skripsi 1 Rizki Firbani : Analisis Strategi Pemasaran Restoran Waralaba Lokal Studi Kasus Ayam Bakar Wong Solo 2 Ramdhoni : Analisis Strategi Pemasaran Restoran Sunda Pajajaran

Persamaan Objek penelitian adalah Restoran Menganalisis Strategi Pemasaran Menggunakan alat analisis yang sama Objek penelitian adalah Restoran Menganalisis Strategi Pemasaran

Perbedaan Tempat penelitian berbeda Restoran yang diteliti berbeda Restoran milik sendiri Tempat penelitian berbeda Restoran yang diteliti berbeda Hanya menggunakan SWOT Tempat penelitian berbeda Restoran yang diteliti berbeda Alat analisis yang digunakan berbeda, yaitu AHP Tempat penelitian berbeda Restoran yang diteliti berbeda Alat analisis yang digunakan berbeda, yaitu dengan konsep 7P

Yoshida : Analisi Hierarki Strategi Pemasaran Ayam Gepuk Pada Rumah Makan Eco Raos, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat

Objek penelitian adalah Restoran Menganalisis Strategi Pemasaran

Endah Setiawati : Analisis Strategi Pemasaran Rumah Makan Ayam Bakar Sogo Sari Rasa

Objek penelitian adalah Restoran Menganalisis Strategi Pemasaran

Lampiran 3. Penilaian Reponden Terhadap Faktor Internal (Bobot) Faktor Internal Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 1 Variasi menu Lokasi restoran yang sangat strategis Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) Kebersihan restoran Promosi yang belum berkesinambungan Manajemen keuangan Tidak ada penawaran diskon Kurangnya penerapan teknologi Total 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0 3 2 2 2 2 1 1 1 1

2 1 0 3 3 2 3 3 1 3 3

3 2 3 0 2 1 2 2 2 1 1

4 2 3 2 0 2 2 1 2 1 1

5 2 1 2 2 0 2 2 1 1 1

6 2 3 2 2 2 0 1 3 1 1

7 3 1 2 3 3 3 0 3 2 2

8 3 3 2 2 1 2 1 0 1 1

9 3 1 1 3 1 3 2 3 0 2

10 3 1 1 3 1 3 2 3 2 0

Total 21 19 17 22 15 22 15 19 13 13 176

Bobot 0,119 0,108 0,097 0,125 0,085 0,125 0,085 0,108 0,074 0,074 1

Lampiran 4. Penilaian Responden 1 Terhadap Faktor Eksternal (Bobot) Faktor Eksternal Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah Adanya loyalitas konsumen Adanya loyalitas pemasok Perubahan pola pikir mengenai budaya makan Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Peningkatan harga BBM Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi Pendapatan masyarakat yang tidak menentu Adanya issue pencemaran lingkungan Total 1 0 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 0 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 0 2 2 3 2 3 1 3 4 2 3 1 0 3 3 2 3 3 2 5 2 2 2 2 0 3 2 3 3 2 6 2 2 1 2 2 0 2 3 2 1 7 3 3 1 3 2 2 0 3 2 2 8 2 2 1 1 1 3 1 0 1 1 9 2 2 1 1 2 2 2 3 0 2 10 2 3 1 1 2 1 2 3 2 0 Total 20 22 10 16 18 21 18 27 20 17 189 Bobot 0,105 0,116 0,053 0,084 0,095 0,111 0,095 0,1423 0,106 0,09 1 1 0 2 1 2 2 2 3 3 3 2

Lampiran 5. Penilaian Responden 2 Terhadap Faktor Internal (Bobot) Faktor Internal Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 1 Variasi menu Lokasi restoran yang sangat strategis Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) Kebersihan restoran Promosi yang belum berkesinambungan Manajemen keuangan Tidak ada penawaran diskon Kurangnya penerapan teknologi Total 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0 1 2 2 2 2 1 1 1 1

2 1 0 3 1 2 3 3 1 3 3

3 2 3 0 2 1 2 2 2 1 1

4 2 3 2 0 2 2 1 2 1 1

5 2 1 2 2 0 2 2 1 1 3

6 2 1 2 2 2 0 1 3 1 1

7 1 3 2 1 1 3 0 3 2 2

8 3 1 2 2 1 2 1 0 3 3

9 1 1 1 3 3 3 2 1 0 2

10 1 1 1 3 1 3 2 3 2 0

Total 15 15 17 18 15 22 15 17 15 17 166

Bobot 0,09 0,09 0,102 0,108 0,09 0,133 0,09 0,102 0,09 0,102 1

Lampiran 6. Penilaian Responden 2 Terhadap Faktor Eksternal (Bobot) Faktor Eksternal Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah Adanya loyalitas konsumen Adanya loyalitas pemasok Perubahan pola pikir mengenai budaya makan Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Peningkatan harga BBM Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi Pendapatan masyarakat yang tidak menentu Adanya issue pencemaran lingkungan Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 2 0 3 2 2 2 2 3 1 1 3 1 3 0 2 2 3 2 1 3 2 4 2 1 1 0 3 3 2 3 3 2 5 2 2 2 2 0 3 2 3 2 1 6 2 2 1 2 2 0 2 1 2 1 7 3 1 3 3 2 2 0 3 2 2 8 2 2 1 1 1 1 1 0 3 3 9 2 2 1 1 2 2 2 3 0 2 10 2 3 1 1 2 1 2 3 2 0 Total 18 18 14 15 18 19 17 23 21 16 179 Bobot 0,101 0,101 0,078 0,084 0,101 0,106 0,095 0,128 0,117 0,089 1

Lampiran 7. Penilaian Responden 3 Terhadap Faktor Internal (Bobot) Faktor Internal Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 1 Variasi menu Lokasi restoran yang sangat strategis Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) Kebersihan restoran Promosi yang belum berkesinambungan Manajemen pengalokasian dana Tidak ada penawaran diskon Kurangnya penerapan teknologi Total 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0 3 2 2 3 3 2 2 3 3

2 1 0 1 1 3 1 1 1 3 1

3 2 3 0 2 3 3 3 3 3 2

4 2 3 2 0 2 3 3 2 3 2

5 1 2 1 1 0 2 1 1 2 1

6 2 2 2 1 2 0 2 1 2 1

7 3 3 1 3 1 2 0 2 3 2

8 2 3 2 2 1 1 3 0 3 2

9 1 1 1 1 3 3 1 1 0 1

10 2 1 2 3 2 1 2 2 3 0

Total 16 21 14 16 20 19 18 15 25 15 179

Bobot 0,089 0,117 0,078 0,089 0,112 0,106 0,101 0,084 0,14 0,084 1

Lampiran 8. Penilaian Responden 3 Terhadap Faktor Eksternal (Bobot) Faktor Eksternal Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah Adanya loyalitas konsumen Adanya loyalitas pemasok Perubahan pola pikir mengenai budaya makan Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Peningkatan harga BBM Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi Pendapatan masyarakat yang tidak menentu Adanya issue pencemaran lingkungan Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 0 1 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 0 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 0 3 3 1 3 1 3 3 4 1 1 3 0 2 1 1 1 1 1 5 2 2 2 2 0 1 2 1 1 1 6 2 3 3 3 3 0 2 2 2 2 7 2 2 3 3 3 2 0 2 2 2 8 2 1 1 2 3 2 3 0 3 2 9 1 2 1 1 1 1 2 1 0 1 10 2 2 1 1 1 2 2 2 1 0 Total 18 16 19 21 21 14 21 13 19 18 180 Bobot 0,1 0,089 0,106 0,117 0,117 0,078 0,117 0,072 0,106 0,1 1

Lampiran 9. Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Bobot dan Rating Faktor Strategis Bobot Responden Faktor Internal 1 2 3 Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 0,119 0,09 0,089 Variasi menu 0,108 0,09 0,117 Lokasi restoran yang sangat strategis 0,097 0,102 0,078 Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) 0,125 0,108 0,089 Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) 0,085 0,09 0,112 Kebersihan restoran 0,125 0,133 0,106 Promosi yang belum berkesinambungan 0,085 0,09 0,101 Manajemen keuangan 0,108 0,102 0,084 Tidak ada penawaran diskon 0,074 0,09 0,14 Kurangnya penerapan teknologi 0,074 0,102 0,084 Total Faktor Eksternal Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah 0,106 0,101 0,1 Adanya loyalitas konsumen 0,116 0,101 0,089 Adanya loyalitas pemasok 0,053 0,078 0,106 Perubahan pola pikir mengenai budaya makan 0,085 0,084 0,117 Peningkatan jumlah wanita yang bekerja 0,095 0,101 0,117 Peningkatan harga BBM 0,111 0,106 0,078 Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% 0,095 0,095 0,117 Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi 0,143 0,128 0,072 Pendapatan masyarakat yang tidak menentu 0,106 0,117 0,106 Adanya issue pencemaran lingkungan 0,09 0,089 0,1 Total

Rata-rata 1 0,099 0,105 0,092 0,107 0,096 0,121 0,092 0,098 0,101 0,087 1,000 0,102 0,102 0,079 0,095 0,104 0,098 0,102 0,114 0,11 0,093 1,000 2 3 4 2 2 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2

Rating Responden 2 3 3 4 2 3 2 2 2 3 2 3 4 2 1 3 2 2 3 2 2

Rata-rata 3 3 2 4 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 1 3 1 2 2,667 2,667 4 2 2,667 2,333 2,667 2,667 3 2,667 2,333 3,333 2,667 1,667 2,333 2,667 2 2,667 1,667 2

Bobot x Rating 0,265 0,28 0,369 0,215 0,255 0,283 0,245 0,261 0,304 0,231 2,709 0,239 0,34 0,211 0,159 0,243 0,262 0,205 0,305 0,183 0,186 2,332

Lampiran 10. Tabulasi Jawaban Untuk Analisis SWOT Kekuatan S Faktor Internal 1. Faktor Eksternal 2. 3. 4. 5. 6. Peluang O 1. 2. 3. 4. 5. Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah Adanya loyalitas konsumen Adanya loyalitas pemasok Perubahan pola pikir mengenai budaya makan Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan telah mendapatkan sertifikasi halal Variasi menu Lokasi restoran yang strategis Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas) Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) Kebersihan restoran Strategi S-O 1. 2. 3. 4. Promosi yang belum berkesinambungan Manajemen keuangan Tidak ada penawaran diskon dalam pembelian makanan dan minuman Kurangnya penerapan teknologi untuk operasional restoran Kelemahan W

Strategi W-O Membuat promosi yang lebih baik untuk lebih memperkenalkan produk-produk Pondok Makan Mirah kepada masyarakat luas seperti membuat brosur-brosur atau memasang iklan pada media cetak dan media elektronik, serta memberikan penawaran diskon kepada para pelanggan (W.1, W.3, W.4, O.1, O.2, O.4, O.5)

Perluasan usaha dengan mengoptimalkan gedung Restoran Pondok Makan Mirah berjumlah empat lantai dengan menjadikan sebagai tempat untuk melayani pelanggan. (S.1, S2, S3, S4, S.6, O.1, O.2, O3)

Ancaman T 1. 2. 3. 4. 5. Peningkatan harga BBM dan bahan baku Peingkatan inflasi yang tinggi 11,9% Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi Pendapatan masyarakat yang tidak menentu Adanya issue pencemaran lingkungan

Strategi S-T Pengembangan usaha restoran dengan melakukan pengembangan produk-produk dengan bahan baku yang bermutu dan harga jual yang sesuai dengan keinginan konsumen (S.1, S.2, T.1, T.2, T.3, T.4, T.5)

Strategi W-T Meningkatkan penggunaan teknologi untuk dimanfaatkan dalam mendukung semua kegiatan operasional restoran Pondok Makan Mirah termasuk mengatur arus keuangan. (W.2, W.4, T.2, T.3)

Lampiran 11. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Prioritas Strategi Strategi 1 Faktor Strategis Faktor Internal Kekuatan 1. Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 2. Variasi menu 3. Lokasi restoran yang sangat strategis 4. Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) 5. Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) 6. Kebersihan restoran Kelemahan 1. Promosi yang belum berkesinambungan 2. Manajemen keuangan 3. Tidak ada penawaran diskon 4. Kurangnya penerapan teknologi Peluang 1. Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah 2. Adanya loyalitas konsumen 3. Adanya loyalitas pemasok 4. Perubahan pola pikir mengenai budaya makan 5. Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Ancaman 1. Peningkatan harga BBM 2. Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% 3. Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi 4. Pendapatan masyarakat yang tidak menentu 5. Adanya issue pencemaran lingkungan 3 3 3 2 2 3 2 4 2 3 3 2 3 2 3 3,000 2,333 3,333 2,000 2,667 3 2 3 3 1 4 4 3 2 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3,667 3,333 3,000 2,333 2,333 3 2 1 1 2 3 2 1 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2,333 2,667 1,667 2,333 3 2 3 1 1 Responden 2 3 Ratarata 1

Strategi 2 Responden 2 3 Ratarata

Strategi 3 Responden 1 2 3 Ratarata

Strategi 4 Responden 1 2 3 Ratarata

4 3 4 3 2 3

3 3 4 3 3 3

4 3 4 4 2 3

3,667 3,000 4,000 3,333 2,333 3,000

4 3 3 1 2 2

3 2 3 2 1 3 4 3 4 1 4 2 2 1 2 2 2 3 2 3

3 3 3 2 1 2 4 3 3 2 3 2 1 1 2 2 2 3 3 2

3,333 2,667 3,000 1,667 1,333 2,333 3,667 2,667 3,333 1,333 3,333 2,000 1,333 1,000 2,000 2,333 2,000 3,000 2,667 2,000

4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 4 2 2 3 2 4 2 3 2 3

4 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 4

3 2 4 3 2 3 2 4 2 3 4 3 2 2 2 3 2 3 3 3

3,7 2,7 4,0 3,0 2,3 2,7 2,7 3,7 2,0 3,0 3,7 2,7 2,0 2,7 1,7 3,3 2,0 3,0 2,7 3,3

3,667 2,667 4,000 3,000 2,333 2,667 2,667 3,667 2,000 3,000 3,667 2,667 2,000 2,667 1,667 3,333 2,000 3,000 2,667 2,667

3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 4 2 3 2 3 3 2

4 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 2 2 3 1 3 1 4 3 2

3,667 3,000 2,333 3,000 2,333 2,333 3,333 2,333 2,667 4,000 2,333 2,000 2,000 3,333 1,333 3,000 1,333 3,667 3,000 2,000

Lampiran 12. Hasil Matriks QSPM Faktor Strategis 1. Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 2. Variasi menu 3. Lokasi restoran yang sangat strategis 4. Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) 5. Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) 6. Kebersihan restoran 7. Promosi yang belum berkesinambungan 8. Manajemen keuangan 9. Tidak ada penawaran diskon 10.Kurangnya penerapan teknologi 11.Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah 12.Adanya loyalitas konsumen 13.Adanya loyalitas pemasok 14.Perubahan pola pikir mengenai budaya makan 15.Peningkatan jumlah wanita yang bekerja 16.Peningkatan harga BBM 17.Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% 18.Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi 19.Pendapatan masyarakat yang tidak menentu 20.Adanya issue pencemaran lingkungan Total Bobot AS 0,099 0,105 0,092 0,107 0,096 0,121 0,092 0,098 0,101 0,087 0,102 0,102 0,079 0,095 0,104 0,098 0,102 0,114 0,110 0,093 3,667 3,000 4,000 3,333 2,333 3,000 2,333 2,667 1,667 2,333 3,667 3,333 3,000 2,333 2,333 3,000 2,333 3,333 2,000 2,667 Strategi 1 TAS 0,363 0,315 0,368 0,357 0,224 0,363 0,215 0,261 0,168 0,203 0,374 0,340 0,237 0,222 0,243 0,294 0,238 0,380 0,220 0,248 5,632 AS 3,333 2,667 3,000 1,667 1,333 2,333 3,667 2,667 3,333 1,333 3,333 2,000 1,333 1,000 2,000 2,333 2,000 3,000 2,667 2,000 Strategi 2 TAS 0,330 0,280 0,276 0,178 0,128 0,282 0,337 0,261 0,337 0,116 0,340 0,204 0,105 0,095 0,208 0,229 0,204 0,342 0,293 0,186 4,732 AS 3,667 2,667 4,000 3,000 2,333 2,667 2,667 3,667 2,000 3,000 3,667 2,667 2,000 2,667 1,667 3,333 2,000 3,000 2,667 2,667 Strategi 3 TAS 0,363 0,280 0,368 0,321 0,224 0,323 0,245 0,359 0,202 0,261 0,374 0,272 0,158 0,253 0,173 0,327 0,204 0,342 0,293 0,248 5,591 AS 3,667 3,000 2,333 3,000 2,333 2,333 3,333 2,333 2,667 4,000 2,333 2,000 2,000 3,333 1,333 3,000 1,333 3,667 3,000 2,000 Strategi 4 TAS 0,363 0,315 0,215 0,321 0,224 0,282 0,307 0,229 0,269 0,348 0,238 0,204 0,158 0,317 0,139 0,294 0,136 0,418 0,330 0,186 5,292

Lampiran 13. Data Pribadi Responden

Responden 1. Nama Tanggal Lahir Pendidikan Terakhit Alamat Jabatan Responden 2. Nama Tanggal Lahir Pendidikan Terakhir Alamat Jabatan Responden 3. Nama Tanggal Lahir Pendidikan Terakhir Alamat Jabatan

: Agus Suparmanto :15 Mei 1957 : SLTA : Jl. Wijaya Kusuma 7 Rt.11/ 01 No.33 Pd. Betung - BINTARO : Pemilik restoran : Anang Bowo Prasetyo, SE : 28 Juli 1985 : S1 Ekonomi : Jl. Pondok Ranggon JAKARTA TIMUR : Manajer Operasional : Endang Setianingsih, SE : 26 Januari 1980 : S1 Ekonomi : Jl. Wijaya Kusuma Ujung V Rt.11/01 No.55 Pondok Betung BINTARO : Manajer Keuangan

Lampiran 14. Rekapitulasi Usaha Pariwisata Bidang Restoran dan Bar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jenis Masakan Jakarta Utara 30 5 57 2 5 2 64 12 27 15 38 1 7 6 Wilayah Jakarta Barat 38 6 51 1 3 43 3 14 20 2 42 1 4 Jumlah Jakarta Selatan 71 18 71 8 40 4 154 18 51 94 18 142 7 4 1 12 Jakarta Timur 24 1 8 3 29 12 10 7 1 1 214 37 257 14 72 1 10 419 30 117 224 55 314 12 15 4 34 1829

Jakarta Pusat Amerika 51 Asia 7 China 70 Continent 3 Eropa 21 Hongkong 1 India 4 Indonesia 129 Internasional 9 Italia 28 Jepang 73 Korea 20 Lain-lain 85 Middle east 3 Oriental 3 Perancis 3 Thailand 11 Jumlah Total Sumber : Dinas Pariwisata DKI Jakarta, 2008

Lampiran 15. Daftar Menu Restoran Pondok Makan Mirah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 DAFTAR MAKANAN Nasi Putih Nasi Putih Nasi Goreng Biasa Nasi Goreng Kambing Nasi Goreng Ikan Asin Nasi Goreng Seafood Nasi Goreng Spesial Ayam Goreng Kampung Ayam Bakar Ayam Goreng Mentega Emping Lalapan Sayur asam Pecel Lele Tempe/Tahu Gurame Bakar/Goreng Gurame Tahu Tausi Gurame Asam Manis Gurame Saos Padang Kue Bakar / Goreng Kerapu Bakar / Goreng Kerapu Saos Padang Bawal Bakar / Goreng Bawal Saos Padang Baronang Bakar / Goreng Kepiting Rebus Kepiting Bakar Kepiting Saos Padang Kepiting Saos Tiram Kepiting Lada Hitam Kerang Dara Rebus Kerang Hijau Saos Padang Kerang Hijau Saos Tiram HARGA Rp. 5.000 Rp. 3.000 Rp. 17.000 Rp. 17.000 Rp. 18.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 10.000 Rp. 10.000 Rp. 25.000 Rp. 6.000 Rp. 6.000 Rp. 8.000 Rp. 10.000 Rp. 2.000 Rp. 30.000 Rp. 35.000 Rp. 35.000 Rp. 35.000 Rp. 18.000 Rp. 18.000 Rp. 21.000 Rp. 19.000 Rp. 22.000 Rp. 20.000 Rp. 22.000 Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 25.000 Rp. 12.000 Rp. 13.000 Rp. 13.000 No. 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 DAFTAR MAKANAN Cah Kangkung Polos Cah Kangkung Belacan Cah Kangkung Tauco Cah Kangkung Cumi Cah Kangkung Udang Cah Kangkung Seafood Cah Kailan Polos Cah Kailan Seafood Cah Kailan Sapi Cah Tauge Ikan Asin Cap Cay Goreng Cap Cay Kuah Cap Cay Seafood Mie Goreng / Kuah Bihun Goreng / Kuah Sapo Tahu I Fu Mie Udang Bakar Udang Goreng Tepung Udang Goreng Mentega Udang Goreng Saos Padang Udang Goreng Tiram Udang Asam Manis Cumi Bakar Cumi Goreng Tepung Cumi Goreng Mentega Cumi Asam Manis Cumi Saos Padang Cumi Saos Tiram HARGA Rp. 10.000 Rp. 10.000 Rp. 10.000 Rp. 12.000 Rp. 13.000 Rp. 16.000 Rp. 10.000 Rp. 16.000 Rp. 16.000 Rp. 10.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 25.000 Rp. 17.000 Rp. 17.000 Rp. 22.000 Rp. 22.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 20.000 Rp. 18.000 Rp. 18.000 Rp. 18.000 Rp. 18.000 Rp. 18.000 Rp. 18.000

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9

DAFTAR MNUMAN Juice Tomat Juice Melon Juice Mangga (Musiman) Juice Alpukat Juice Jambu Es Teh Tawar Es Teh Manis Es Teh Botol Fruty Teh Manis Hangat

HARGA Rp. 7.000 Rp. 7.000 Rp. 7.000 Rp. 9.000 Rp. 9.000 Rp. 3.000 Rp. 4.000 Rp. 4.000 Rp. 4.000

No. 10 11 12 13 14 15 16 17

DAFTAR MINUMAN Es Coc a Cola, Fanta, Sprite Es Jeruk Jeruk Hangat Jeruk Murni Aqua 600cc Es Lemon Tea Lemon Tea Hangat Es Soda Susu

HARGA Rp. 5.000 Rp. 9.000 Rp. 9.000 Rp. 15.000 Rp. 4.000 Rp. 7.000 Rp. 7.000 Rp. 10.000

Lampiran 16. Bauran Pemasaran Restoran Pondok Makan Mirah

Gambar 1. Papan nama restoran (Strategi


promosi)

Gambar2. Produk yang berkualitas dan porsi atau ukuran (Strategi Produk)

Gambar 3. Suasana restoran yang nyaman dan kebersihan restoran (Strategi tempat dan bukti fisik)

Gambar 4. Lokasi yang sangat strategis dan area parkir yang nyaman (Strategi tempat dan bukti fisik)

Gambar 5. Kecepatan dalam pelayanan (Strategi Orang)

Gambar 6. Toilet dan tempat cuci tangan (Strategi Bukti Fisik)

Lampiran 17. Denah Lokasi Restoran Pondok Makan Mirah

Lampiran 18. Kuesioner Penelitian Terhadap Faktor Internal dan Eksternal


KUESIONER PENELITIAN PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Responden yang terhormat, mohon maaf sebelumnya bila acara anda terganggu dengan diterimanya kuesioner ini. Saya bernama Sari Erlianingsih mahasiswa Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis IPB sedang melakukan penelitian yang berjudul Strategi Pemasaran Restoran Pondok Makan Mirah, Jakarta Selatan. Bapak/ Ibu dimohon kesediaannya untuk berpartisipasi dalam mengisi kuisoner ini secara lengkap dan benar. Saya mohon anda dapat memberikan gambaran data yang objektif. Informasi yang Bapak/ Ibu berikan akan sangat berguna untuk hasil penelitian saya dan akan dijamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Tanggal Pengisian Nama Responden Alamat Umur / Status

: : : :

Nilai Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal 1. Pembobotan Terhadap Kekuatan dan Kelemahan

Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Bobot 1. Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 2. Variasi menu 3. Lokasi restoran yang sangat strategis 4. Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) 5. Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) 6. Kebersihan restoran 7. Promosi yang belum berkesinambungan 8. Manajemen keuangan 9. Tidak ada penawaran diskon 10. Kurangnya penerapan teknologi Petunjuk Pengisian Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap Restoran Pondok Makan Mirah. Penilaian didasarkan pada keterangan berikut: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal 2. Pembobotan Terhadap Peluang dan Ancaman

Faktor Eksternal 1. Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah 2. Adanya loyalitas konsumen 3. Adanya loyalitas pemasok 4. Perubahan pola pikir mengenai budaya makan 5. Peningkatan jumlah wanita yang bekerja 6. Peningkatan harga BBM 7. Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% 8. Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi 9. Pendapatan masyarakat yang tidak menentu 10. Adanya issue pencemaran lingkungan Total Nilai Pemberian Rating

10

Total

Bobot

1. Pemberian Rating Terhadap Kekuatan dan Kelemahan Faktor Internal 1. Kualitas produk yang bermutu tanpa penggunaan bahan penyedap dan memiliki sertifikasi halal 2. Variasi menu 3. Lokasi restoran yang sangat strategis 4. Kualitas SDM (koordinasi, produktivitas dan loyalitas tinggi) 5. Sarana pendukung (area parkir, mushalla, toilet, penyaring udara dan dry chemical) 6. Kebersihan restoran 7. Promosi yang belum berkesinambungan 8. Manajemen keuangan 9. Tidak ada penawaran diskon 10.Kurangnya penerapan teknologi Total Petunjuk pengisian: Pemberian nilai rating didasarkan pada kekuatan dan kelemahan yang ada di Restoran Pondok Makan Mirah. Penilaian nilai rating untuk kekuatan didasarkan pada keterangan berikut : Nilai 1. tidak baik, jika kekuatan perusahaan dibawah rata-rata industri Nilai 2. cukup, jika kekuatan perusahaan tidak berbeda jauh dengan rata-rata industri Nilai 3. baik, jika kekuatan perusahaan sama dengan rata-rata industri Niali 4. sangat baik, jika kekuatan perusahaan diatas rata-rata industri Penilaian nilai rating untuk kelemahan didasarkan pada keterangan berikut : Nilai1. sangat baik, jika kelemahan perusahaan besar sekali dibawah rata-rata industri Nilai 2. baik, jika kelemahan perusahaan tidak berbeda jauh dengan rata-rata industri 1 2 3 4

Nilai 3. cukup, jika kelemahan perusahaan sama dengan rata-rata industri Niali 4. tidak baik, jika kelemahan perusahaan diatas rata-rata industri 2. Pemberian Rating Terhadap Peluang dan Ancaman a. Pemberian Rating Terhadap Peluang Peluang 1. Adanya pinjaman modal dari bank pemerintah 2. Adanya loyalitas konsumen 3. Adanya loyalitas pemasok 4. Perubahan pola pikir mengenai budaya makan 5. Peningkatan jumlah wanita yang bekerja Total Petunjuk pengisian: Pemberian nilai rating didasarkan pada peluang dan ancaman yang ada di Restoran Pondok Makan Mirah. Penilaian nilai rating pada peluang didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 1. Jika perusahaan mempunyai kemampuan rendah dalam merespon peluang tersebut. Nilai 2. Jika perusahaan mempunyai kemampuan sedang dalam merespon peluang tersebut. Nilai 3. Jika perusahaan mempunyai kemampuan tinggi dalam merespon peluang tersebut Nilai 4. Jika perusahaan mempunyai kemampuan sangat tinggi dalam merespon peluang tersebut b. Pemberian Rating Terhadap Ancaman Ancaman 1. Peningkatan harga BBM 2. Peningkatan inflasi yang tinggi 11,9% 3. Tingkat persaingan usaha yang sangat tinggi 4. Pendapatan masyarakat yang tidak menentu 5. Adanya issue pencemaran lingkungan Total Petunjuk pengisian: Pemberian nilai rating didasarkan pada peluang dan ancaman yang ada di Restoran Pondok Makan Mirah. Penilaian nilai rating pada ancaman didasarkan pada keterangan berikut: Nilai 1. Jika perusahaan mempunyai kemampuan rendah dalam merespon ancaman tersebut. Nilai 2. Jika perusahaan mempunyai kemampuan sedang dalam merespon ancaman tersebut. Nilai 3. Jika perusahaan mempunyai kemampuan tinggi dalam merespon ancaman tersebut Nilai 4. Jika perusahaan mempunyai kemampuan sangat tinggi dalam merespon ancaman tersebut 1 2 3 4 1 2 3 4

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v I. PENDAHULUAN...........................................................................................1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ................................................................................ 5 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................10 2.1.Tinjauan Pustaka Teoritis....................................................................... 10 2.2.1. Restoran ....................................................................................... 10 2.1.2. Produk (Barang dan Jasa) ............................................................ 13 2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................. 15 2.3. Persamaan dan Perbedaan Penelitian .................................................... 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................22 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 22 3.1.1. Manajemen Strategi ..................................................................... 22 3.1.2. Pemasaran .................................................................................... 22 3.1.3. Bauran Pemasaran........................................................................ 24 3.1.4. Analisis Lingkungan Pemasaran .................................................. 29 3.1.4.1. Lingkungan Eksternal ...................................................... 30 3.1.4.2. Lingkungan Internal ......................................................... 33 3.1.5. Analisis Lingkungan Industri....................................................... 34 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................ 37 IV. METODE PENELITIAN ............................................................................41 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 41 4.2. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 41 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................................. 43 4.3.1. External Factor Evaluation (EFE) Matrix .................................... 43 4.3.2. Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix ...................................... 44 4.3.3. Matriks Internal-Eksternal (IE) .................................................... 46 4.3.4. Matrik SWOT .............................................................................. 47 4.3.5. Matrik QSPM (The Quantitave Strategic Planning Matrix) ........ 48

V.

GAMBARAN UMUM RESTORAN PONDOK MAKAN MIRAH....... 51 5.1. Sejarah dan Perkembangan Restoran .................................................... 51 5.2. Keadaan Restoran.................................................................................. 54 5.3. Lingkungan Internal .............................................................................. 55 5.3.1. Struktur Organisasi ...................................................................... 55 5.3.2. Pemasaran .................................................................................... 57 5.3.2.1. Strategi Produk................................................................. 57 5.3.2.2. Strategi Harga................................................................... 59 5.3.2.3. Strategi Tempat ................................................................ 61 5.3.2.4. Strategi Promosi ............................................................... 62 5.3.2.5. Strategi Orang .................................................................. 63 5.3.2.6. Strategi Proses.................................................................. 64 5.3.2.7. Strategi Bukti Fisik .......................................................... 65 5.3.3. Produksi ....................................................................................... 66 5.3.4. Keuangan ..................................................................................... 67

VI. LINGKUNGAN PEMASARAN .................................................................70 6.1. Lingkungan Eksternal ........................................................................... 70 6.1.1. Lingkungan Makro....................................................................... 70 6.2. Lingkungan Industri .............................................................................. 85 6.2.1. Ancaman Pendatang Baru ............................................................ 85 6.2.2. Ancaman Produk Substitusi ......................................................... 85 6.2.3. Persaingan Industri Sejenis .......................................................... 86 6.2.4. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli ............................................. 86 6.2.5. Kekuatan Tawar Menawar Pemasok............................................ 87 VII. PERENCANAAN STRATEGIS.................................................................89 7.1. Pengumpulan Data ................................................................................ 89 7.1.1. Evaluasi Faktor Internal (IFE) ..................................................... 89 7.1.2. Evaluasi Faktor Eksternal ............................................................ 93 7.2. Matrik IE ............................................................................................... 97 7.3. Matrik SWOT ....................................................................................... 98 7.4. Alternatif Strategi Berdasarkan QSPM............................................... 104 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 111 LAMPIRAN....................................................................................................... 113

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan di Indonesia (Miliar Rupiah) ................................................................................. 2 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Menurut Lapangan Pekerjaan (Persen)............................................................................................. 3 3. Jumlah Restoran di DKI Jakarta (2001-2006) ................................................... 3 4. Pesaing Pondok Makan Mirah di Areal Sekitar Tahun 2008............................. 6 5. Data Kas Restoran Pondok Makan Mirah Pada Tahun 2007 2008................. 7 6. Data Primer Berdasarkan Sumber Informasi, Tujuan, Output dan Teknik ............................................................................................................. 42 7. Jumlah Responden Restoran Pondok Makan Mirah Per Hari......................... 43 8. Matrik External Factor Evaluation................................................................. 44 9. Matrik Internal Factor Evaluation.................................................................. 45 10. Metode Paired Comparison............................................................................ 46 11. Quantitave Strategic Planning Matrix (QSPM) .............................................. 50 12. Penilaian Responden Terhadap Strategi Produk ............................................. 58 13. Penilaian Responden Terhadap Strategi Harga............................................... 60 14. Penilaian Responden Terhadap Strategi Tempat ............................................ 62 15. Penilaian Responden Terhadap Strategi Orang............................................... 63 16. Penilaian Responden Terhadap Strategi Proses .............................................. 65 17. Penilaian Responden Terhadap Strategi Bukti Fisik....................................... 66 18. Tingkat Inflasi Indonesia Tahun 2001 - Juli 2008 .......................................... 74

19. Persentase Jenis Kelamin Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah ............................................................................................................... 81 20. Sebaran Daerah Asal Responden .................................................................... 82 21. Sebaran Usia Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah..................... 82 22. Sebaran Tingkat Pendidikan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah ............................................................................................................... 83 23. Sebaran Jenis Pekerjaan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah ............................................................................................................... 83 24. Tingkat Pendapatan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah ......... 84 25. Banyaknya Kunjungan Responden Pada Restoran Pondok Makan Mirah ............................................................................................................... 84 26. Faktor Evaluasi Internal .................................................................................. 89 27. Faktor Evaluasi Eksternal ............................................................................... 93

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Tiga Jenis Pemasaran dalam Industri Jasa ...................................................... 24 2. Tujuh P dalam Bauran Pemasaran .................................................................. 29 3. Kekuatan Persaingan dalam Industri............................................................... 35 4. Analisis SWOT ............................................................................................... 37 5. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................... 40 6. Matriks Internal-Eksternal .............................................................................. 47 7. Matriks SWOT ................................................................................................ 48 8. Struktur Organisasi Restoran Pondok Makan MirahTahun 2008 ................... 56 9. Posisi Restoran Pondok Makan Mirah dalam Matrik IE ................................ 98 10. Posisi Restoran Pondok Makan Mirah dalam Analisis SWOT....................... 99

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Empat Penelitian Terdahulu Berdasarkan Nama, Tahun, Judul, Tujuan dan Hasil ........................................................................................... 113 2. Persamaan dan Perbedaan Penelitian ............................................................ 114 3. Penilaian Reponden Terhadap Faktor Internal (Bobot) ............................... 115 4. Penilaian Responden 1 Terhadap Faktor Eksternal (Bobot) ......................... 116 5. Penilaian Responden 2 Terhadap Faktor Internal (Bobot)............................ 117 6. Penilaian Responden 2 Terhadap Faktor Eksternal (Bobot) ......................... 118 7. Penilaian Responden 3 Terhadap Faktor Internal (Bobot)............................ 119 8. Penilaian Responden 3 Terhadap Faktor Eksternal (Bobot) ......................... 120 9. Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Bobot dan Rating .......................... 121 10. Tabulasi Jawaban Untuk Analisis SWOT..................................................... 122 11. Tabulasi Jawaban Responden Untuk Prioritas Strategi ................................ 123 12. Hasil Matriks QSPM ..................................................................................... 124 13. Data Pribadi Responden................................................................................ 112 14. Rekapitulasi Usaha Pariwisata Bidang Restoran dan Bar............................. 126 15. Daftar Menu Restoran Pondok Makan Mirah............................................... 127 16. Bauran Pemasaran Restoran Pondok Makan Mirah...................................... 128 17. Denah Lokasi Restoran Pondok Makan Mirah ............................................. 129 18. Kuesioner Penelitian Terhadap Faktor Internal dan Eksternal ..................... 130

You might also like