You are on page 1of 5

Abstrak Energi merupakan kebutuhan vital bagi manusia.

Sumber energi yang paling banyak digunakan oleh manusia pada saat ini berasal dari bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar fosil sebagai sumber energi untuk pemenuhan kebutuhan menyebabkan emisi gas juga semakin besar. Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan suhu permukaan bumi akan meningkat. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global mengakibatkan dua hal utama yang terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut. Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbonnya di tempat lain. Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca. Pengurangan produksi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan penghutanan kembali. Sedangkan kerjasama internasional menghasilkan suatu perjanjian yang dinamakan dengan Protokol Kyoto yang berisi standar jumlah emisi gas rumah kaca untuk mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbonnya di tempat lain. Kata Kunci : Energi, Rrumah kaca, Perubahan Iklim Pendahuluan Propilen adalah salah satu bahan yang dihasilkan dari industri petrokimia. Propilen banyak digunakan di berbagai industri kimia baik sebagai bahan baku utama maupun sebagai bahan tambahan. Hal ini menyebabkan produksi propilen dunia meningkat tajam di tahun 1980, setara dengan peningkatan tahunan rata-rata global sebesar 5% (Ullmann, :255). Propilen dapat dihasilkan dari berbagai macam proses. Walaupun propilen merupakan salah satu bahan baku yang paling banyak digunakan di berbagai industri, propilen banyak diproduksi sebagai produk samping dari proses produksi etilen melalui steam cracking atau catalytic cracking. Selain itu propilen juga dapat dihasilkan dari dehidrogenasi propana. Beberapa teknologi yang telah dikembangkan pada produksi propilen dari dehidrogenasi propana adalah proses Oleflex, proses Catofin, proses Phillips STAR dan proses Linde.

Pembahasan Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
1

tersebut atau komponen karbonnya di tempat lain. Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca. 1. Mengurangi Karbon Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat ketersediaan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca . 2. Kerjasama Internasional Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada bulan Juni 1992, sekitar 120 negara-negara di dunia berkumpul di Rio deJaneiro, Brazil, untuk membicarakan masalah lingkungan global yang semakin parah karena perkembangan industri yang semakin pesat, terutama di negara-negara maju. Pertemuan ini dinamakan United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau yang lebih dikenal dengan nama Earth Summit. Namun, pada akhirnya perjanjian yang disepakati dalam Earth Summit ini gagal dilaksanakan oleh beberapa negara yang menandatanganinya. Akhirnya, untuk membuat para pelanggar ini patuh pada perjanjian yang telah disepakati, maka pada bulan Desember 1997, PBB kembali mengadakan suatu konferensi yang dinamakan sebagai United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Kyoto, Jepang. Konferensi ini dihadiri oleh 150 perwakilan negaranegara didunia untuk menciptakan suatu ukuran kadar emisi minimum yang harus dimiliki, sehingga negara-negara maju mau menurunkan kadar emisi gas karbonnya pada level yang telah ditetapkan.Hasil dari konferensi inilah yang menghasilkan suatu perjanjian yang dinamakan dengan Protokol Kyoto (Schelling, 2008:5). Protokol Kyoto secara khusus berusaha untuk mencapai stabilisasi dari konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada level yang akan mencegah pengaruh antropogenik berbahaya dalam sistem iklim. Protokol Kyoto membuat ikatan hukum yang kuat terhadap komitmen yang telah disepakati oleh negara-negara yang menandatanganinya. Protokol Kyoto pada dasarnya berkomitmen pada pengurangan sejumlah emisi gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida, metana, nitrooksida, dan sulfur heksafluorida, dan dua kelompok gas
2

lainnya, yaitu hidrofluorokarbon, dan perfluorokarbon yang dihasilkan oleh negara-negara Annex I (negara-negara industri maju). Dalam Protokol Kyoto disepakati bahwa negaranegara yang telah meratifikasi perjanjian tersebut memiliki standar tertentu dalam hal jumlah emisi gas rumah kaca. Untuk negara-negara Annex I, mereka harus mengurangi lebih banyak jumlah emisi daripada negara-negara Annex II atau Annex III. Target pengurangan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia ialah 5,2 persen disamakan dengan tahun 1990. Batas reduksi masing-masing negara berbeda-beda tergantung dari tingkat emisi yang mereka keluarkan. Misalnya Uni Eropa harus mereduksi 8 persen dari total emisi yang dikeluarkannya, 7 persen untuk Amerika, serta 6 persen untuk Jepang. (Hadiyarto, 2011: 6). Mekanisme Protokol Kyoto Protokol Kyoto memiliki beberapa yang dikenal sebagai mekanisme fleksibel (flexible mechanisms). Adapun ketiga mekanisme tersebut antara lain (Bettelheim, 2008, 4) : a. Emissions Trading (Perdagangan Emisi) Emissions Trading, atau yang lebih dikenal dengan istilah Carbon Trading, merupakan mekanisme yang disetujui oleh negara-negara Annex II dalam Protokol Kyoto yang bertujuan untuk mengurangi emisi. Mekanisme ini terdapat dalam pasal 17 Protokol Kyoto. Dalam Carbon Trading ini, negara-negara yang memiliki kelebihan kuota emisi, dapat berbagi dengan negara-negara maju yang telah kehabisan jatah emisi karbon. Negaranegara maju dapat membeli emisi karbon yang tersisa dari negara-negara berkembang sehingga mereka tetap dapat melanjutkan produksi tanpa terkena sanksi dari Komite Kepatuhan Protokol Kyoto. Emissions Trading ini memang lebih dikenal sebagai Carbon Trading karena karbon merupakan gas rumah kaca paling berbahaya dari gas-gas lainnya dan paling banyak penyebarannya. Bahkan sampai ada yang dinamakan sebagai pasar karbon, dimana jumlah emisi gas dapat diperjualbelikan antar negara. b. Clean Development Mechanism (CDM) CDM dapat ditemukan dalam pasal 12 dari Protokol Kyoto. CDM mengizinkan negara-negara yang sudah mencapai ambang batas jumlah emisi (negara-negara Annex II) untuk membantu negara-negara berkembang dalam proyek pengurangan emisi mereka. Proyek tersebut dapat menghasilkan angka Certified Emission Reduction (CER), dimana kesetaraannya sama dengan satu ton CO2 yang dapat diukur dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya. Mekanisme ini dilihat sebagai terobosan baru dalam investasi lingkungan global dan angka kredit dapat dinilai sebagai alat ganti rugi. Aktivitas-aktivitas dari CDM meliputi, misalnya, penggunaan energi surya sebagai bahan bakar atau instalasi listrik yang lebih efisien. Mekanisme ini dimulai pada tahun 2006 dengan lebih dari 1000 proyek yang telah
3

didaftarkan dan dapat menghasilkan CER sebanyak lebih dari 2,7 milyar ton (setara dengan CO2) yang didedikasikan pada periode awal Protokol Kyoto 2008 2012. c. Joint Implementation Mekanisme ini dapat ditemukan dalam Artikel 6 Protokol Kyoto. Dalam mekanisme ini, Protokol mengizinkan negara-negara dengan reduksi emisi atau komitmen pembatasan di bawah Protokol Kyoto (negara-negara Annex II) untuk menghasilkan unit reduksi emisi (Emission Reduction Units = ERUs) dari sebuah proyek reduksi emisi dari negara-negara Annex II, setiap ERU setara dengan satu ton CO2, yang diukur dalam pertemuan-pertemuan selanjutnya. Joint implementation menawarkan kepada negara-negara sebuah cara yang fleksibel dan lebih efisien dalam memenuhi semua target dalam Protokol Kyoto. Mekanisme ini dimulai sejak tahun 2000 namun ERU hanya baru dapat dikeluarkan setelah awal 2008.

Simpulan Eksplorasi sumber energi yang berlebihan dalam pemenuhan kebutuhan ebergi akan menghasilkan gas emisi yang besar salah satunya adalah gas CO2. Hal ini menyebabkan konsentrasi gas efek rumah kaca semakin besar dimana energi yang terserap semakin besar mengakibatkan suhu permukaan bumi meningkat yang dikenaldengan pemansan global. Untuk itu diperlukan pengendalian jumlah gas CO2 yang dihasilkan. Salah satunya dengan memelihara pohon dan menanam lebih banyak pohon yang berfungsi menyerap gas CO2. Pengendalian lain yaitu melalui protokol kyoto yaitu memberikan pembatasan jumlah emisi yang dihasilkan negara maju dan melalui perdagangan karbon.

Daftar Pustaka Armi Susandi, Indriani Helianti, Mamad Tamamadin, Irma Nurlela. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut di Wilayah Banjarmasin. http://armisusandi.com/articles/journal/Dampak%20Perubahan%20Iklim%20Terhada p%20Ketinggian%20Muka%20Laut%20Banjarmasin.pdf/. 2008/03/26. Assyakur, AR. 2008. Hubungan Efek Rumah Kaca, Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. http://mbojo.files.wordpress.com/. 2008/07/17. Bettelheim, Eric C. dan Gilonne d'Origny. 2008. Carbon Sinks and Emissions Trading under the Kyoto Protocol: A Legal Analysis, http://www.jstor.org/stable/3066594/.

2008/12/17. Hadiyarto, Agus. 2011. Diktat Kuliah Mata Kuliah Pilihan Manajemen dan Konservasi Energi. Semarang : Universitas Diponegoro.
4

Maulana, Muhammad Y. 2010. Efek Rumah Kaca Bagi Bumi Kita . http://blog.yusufmaulana.com/2010/01/efek-rumah-kaca-bagi-bumi-kita.html/. 2010/01/30. Schelling, Thomas C. 2008. What Makes Greenhouse Sense? Time to Rethink the Kyoto Protocol, http://www.jstor.org/stable/20033158/. 2008/08/17. Trismidianto, Toni Samiaji, Eddy Hermawan, Martono, dan Mugni Hadi. 2008. Studi Penentuan Konsentrasi CO2 dan Gas Rumah Kaca Lainnya di Wilayah Indonesia.http://www.dirgantara-lapan.or.id/moklim/exsumary/Studi-PenentuanKonsentras-CO2-dan-Gas-Rumah-Kaca-Lainnya-di-Indonesia.pdf/.2008/08/27.

You might also like