You are on page 1of 15

Nama umum : lemon balm Nama latin : Melissa officinalis L.

Pengantar

Melissa officinalis L. merupakan tanaman yang termasuk dalam anggota familia Labiatae dan merupakan salah satu spesies tanaman obat aromatik yang dikenal. Spesies ini berasal dari Eropa selatan, Asia dan Amerika Utara bagian selatan. Populasinya terdistribusi di negara-negara Mediterania, termasuk daerah pesisir Turki dan Iran utara. Melissa officinalis L mempunyai daun berbulu dengan diameter 2-8 cm dan berbentuk hati. Permukaan daun kasar dan sangat berurat, sedangkan tepi daun bergigi atau bergerigi. Selain itu, tanaman ini mempunyai bunga berwarna merah muda pucat atau putih terdiri dari 4-12 bunga dan mekar pada musim panas. Melissa officinalis L. sering disebut dengan lemon balm karena rasa dan aromanya yang seperti lemon. Tanaman ini tumbuh tegak dan dapat mencapai tinggi 0,5-1 m. Minyak essensial hasil ekstrasi paling banyak diperoleh pada saat akhir musim panas. Lemon balm memiliki sistem akar rambut dengan akar lateral yang banyak sehingga menjadikan tanaman lebih mudah untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan. Bagian atas tanaman gugur di awal musim dingin. Namun, tunas baru muncul kembali dari akar pada awal musim semi. Melissa officinalis L. banyak digunakan dalam pengobatan herbal di Wilayah Mediterania timur dan Asia Barat (Moradkhani, Sargsyan, Bibak, Naseri, SadatHosseini, Fayazi-Barjin, and Meftahizade, 2010).

Kegunaan

sebagai antivirus (terutama virus Herpes Simplex tipe 1 dan tipe 2) berdasarkan bukti uji in vitro, animal study, dan clinical trial

Penggunaan topikal dari preparasi lemon balm untuk infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) sangatlah populer di Eropa. Kandungan minyak essensial dari Melissa officinalis L. seringkali dimanfaatkan sebagai antivirus. Oleh karena minyak essensial tersebut bersifat lipofilik maka dapat memungkinkan untuk menembus kulit, sehingga cocok digunakan secara topikal sebagai terapi pada penderita Herpes simplex, seperti dalam salep atau krim (Braun and Cohen, 2007). Dosis penggunaan: salep 700 mg/gram, 4 kali sehari selain itu dapat pula sebagai sedatif, antibakteri dan antifungi, kolinergik, antiinflamasi, antispasmodik, analgesik, insomnia, dan anxietas (Braun and Cohen, 2007).

Bagian tanaman yang digunakan : Daun (segar atau kering) dan bagian aerial atas tanaman (Moradkhani, Sargsyan, Bibak, Naseri, Sadat-Hosseini, Fayazi-Barjin, and Meftahizade, 2010).

Kandungan utama : Minyak essensial (citral 48%, citronellal 39,47% dan carryophyllene 2,37%), flavonoid, asam fenolik, tanin, triterpen, dan sesquiterpen. Sebagai anti virus Herpes Simplex (antiHSV) adalah citral dan citronellal yang merupakan kompenen terbesar pada minyak essensial lemon balm. Citral dan citronellal bekerja dengan menghambat replikasi DNA virus Herpes simplex (Braun and Cohen, 2007 dan Allahverdiyev, Duran, Ozguven, and Koltas, 2004).

Pustaka terkait

Allahverdiyev, A., Duran, N., Ozguven, M., and Koltas, S., 2004, Antiviral activity of the volatile oils of Melissa officinalis L. against Herpes simplex virus type-2, Phytomedicine, 11 (7-8), 657-661. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan efek dari komponen minyak atsiri Melissa officinalis L. pada replikasi virus Herpes Simplex tipe 2 (HSV-2). Empat konsentrasi yang berbeda (25, 50, 100, 150 dan 200 mcg / ml) minyak essensial diperiksa. Percobaan dilakukan dengan menggunakan sel

Hep-2. Aktivitas antivirus ditunjukkan dengan terhambatnya replikasi HSV-2 yang menunjukkan bahwa ekstrak minyak essensial Melissa officinalis L. mengandung zat anti-HSV-2. Zat tesebut adalah citral dan citronellal yang keduanya merupakan kandungan terbesar dari minyak essensial. Koytchev, R., Alken, R. G., and Dundarov, S., 1999, Balm mint extract (Lo701) for Topical Treatment of Recurring Herpes Simplex, Phytomedicine, 6 (4), 225-230. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah randomised-double blind, dengan 66 subjek uji yang memiliki riwayat kambuhan herpes simplex (lebih dari 3 episode dalam setahun). Subjek menerima salep/ointment lemon balm terstandarisasi (700 mg herbal per gram) yang diaplikasikan 4 kali dalam sehari dengan durasi pemakaian selama 5 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lemon balm secara signifikan mampu mempersingkat waktu sembuh, mencegah penyebaran infeksi, dan memberikan pemulihan gejala secara cepat pada penderita infeksi Herpes simplex. Woelbling, R. H., and K. Leonhardt, 1994, Local Therapy of Herpes Simplex with. Dried Extract from Melissa officinalis, Phytomedicine, 1, 25-31. Penelitian ini dilakukan secara acak dan double-blind pada 116 pasien dengan Herpes simpleks. Pasien diberikan krim lemon balm, dan ada pula yang diberikan krim tanpa ekstrak lemon balm (plasebo). Pengobatan dimulai dalam waktu 72 jam dari timbulnya gejala dan diberikan 2-4 kali sehari selama 5-10 hari. Penyembuhan dinilai "sangat baik", yaitu sebesar 41% pada kelompok pasien dengan krim lemon balm dan sebesar 19% pada kelompok plasebo (p = 0,022)

Efek samping dan perhatian Efek samping

Lemon balm umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Laporan terkait efek samping yang terjadi adalah hipersensitivitas (penggunaan topikal), sakit kepala, kewaspadaan berkurang, jantung berdebar, dan keluhan gastrointestinal (Braun and Cohen, 2007).

Perhatian Hipotiroid, pada dosis sangat tinggi dapat menimbulkan tirotoksik (Braun and Cohen, 2007).

Interaksi dengan obat modern : Tidak ada interaksi signifikan atau merugikan yang telah dilaporkan, meskipun secara teoritis, terdapat potensi peningkatan efek sedatif dari obat penenang dan depresan SSP. Adanya kemungkinan efek antitiroid pada lemon balm dalam dosis besar, menyebabkan perlunya kehati-hatian dalam penggunaan bersama dengan propylthiouracil, carbimazole tiroksin, atau methimazole, meskipun belum ada laporan kasus tentang interaksi tersebut yang dipublikasikan. Selain itu juga dapat mengganggu aktivitas kerja dari obat-obat disritmia (Braun and Cohen, 2007 dan Kuhn, 2002).

Nama umum : lidah buaya, aloe, aloe vera Nama latin : Aloe vera L. (Aloe barbadensis Miller)

Pengantar

Aloe vera L. merupakan tanaman yang termasuk dalam familia Liliaceae. Lidah buaya pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-17 yang dibawa oleh kalangan petani keturunan Cina. Lidah buaya sama seperti tanaman lainnya yang mempunyai struktur akar, batang, daun dan bunga. Namun yang sering digunakan di dalam pengobatan adalah bagian daunnya. Daun lidah buaya merupakan daun tunggal berbentuk tombak dengan helaian memanjang berupa pelepah dengan panjang mencapai kisaran 4060 cm dan lebar pelepah bagian bawah 813 cm dan tebal antara 23 cm. Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu- abuan dan mempunyai lapisan lilin di permukaan serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, dan lendir yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung). Daun lidah buaya muda memiliki bercak berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat daun lidah buaya dewasa. Namun tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau lokal. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna. Tanaman lidah buaya dapat tumbuh di dareah kering, seperti Afrika dan Asia. Hal ini dikarenakan bagian stomata daun lidah buaya tertutup rapat pada musim kemarau karena untuk menghindari hilangnya air dari daun. Lidah buaya dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi. Daya adaptasinya yang tinggi menyebabkan tanaman lidah buaya tersebar dari daerah subtropis hingga daerah tropis (Braun and Cohen, 2007).

Kegunaan

sebagai antivirus (terutama virus Herpes Simplex tipe-1 dan tipe-2) berdasarkan bukti uji in vitro dan clinical trial Aloe vera L. dapat tersedia dalam sediaan gel, krim, atau salep untuk digunakan pada penderita infeksi virus Herpes simplex. Preparasi topikal Aloe vera L. 0,5% pada herpes genital (disebabkan oleh virus Herpes simplex tipe-2) menunjukkan hasil yang memuaskan (Braun and Cohen, 2007 dan Syed, et al., 1997). selain itu juga dapat sebagai penyembuh luka, antioksidan, imunostimulan, antiinflamsi, laksatif, antiulser, dan antibakteri (Braun and Cohen, 2007).

Bagian tanaman yang digunakan : Daun, dengan beberapa produk-produknya adalah eksudat, gel, dan ekstrak kulit daun. Eksudat merupakan getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan, sedangkan gel adalah bagian yang berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam daun setelah eksudat dikeluarkan (Braun and Cohen, 2007).

Kandungan utama : Aloe vera L. mengandung banyak air (90%), monosakarida, maupun polisakarida, yang paling penting dari semua itu adalah monosakarida manose-6-fosfat dan polisakarida gluco-mannans yang terbentuk dari rantai panjang gula, yang terdiri dari glukosa dan mannosa. Gluco-mannan kemudian dinamakan dengan acemannan. Gel aloe mengandung lignan, saponin, asam salisilat, sterol, dan triterpenoid, vitamin A, C, E, B12, tiamin, niasin, dan asam folat, serta mineral sodium (kalsium, potasium, mangan, magnesium, zink, besi, dll). Sedangkan eksudatnya mengandung glikosida antraquinon yang aktif secara farmakologis, yaitu aloin, aloe-emodin, barbaloin, dan emodin. Senyawa yang aktif dalam melawan virus Herpes simplex adalah acemannan, aloe-emodin, dan emodin (pada HSV1 dan HSV2). Senyawa-senyawa ini mempunyai aktivitas penghambatan pada pertumbuhan virus dan enzim-enzim

yang dibutuhkan dalam proses metabolisme mikrobial (Abu-Darwish and Ateyyat, 2008 dan Braun and Cohen, 2007).

Pustaka terkait

Zandi, K., Zadeh, M. A., Sartavi, K, and Rastian, Z., 2007, Antiviral Activity of Aloe vera Against Herpes simplex Virus type-2: An in vitro Study, African Journal of Biotechnology, 6 (15), 1770-1773. Ekstrak menunjukkan adanya aktivitas antiviral terhadap HSV-2 tidak hanya sebelum pelekatan virus pada sel inang dan masuknya virus ke sel inang, tetapi juga pada tahap setelah virus melekat pada sel inang, yaitu replikasi virus. Nilai IC50 sebelum melekat dan masuknya virus ke sel adalah 428 pg/ ml dan nilai IC50 ekstrak pada tahap replikasi atau setelah virus melekat pada sel inang adalah 536 pg/ml. Oleh karena itu, senyawa lidah buaya dapat menjadi sumber alam yang baik untuk pengembangan obat antivirus terhadap HSV-2. Syed, T. A., Afzal, M., Ahmad, S. A., et al., 1997, Management of Genital Herpes with 0.5% Aloe vera Extract in Hydrophilic Cream: A Placebo Controlled Double-blind Study, J. Dermatol. Treat., 8, 99-102. Studi ini melibatkan 120 subjek yang menggunakan krim ekstrak Aloe vera 0,05%, diaplikasikan 3x/sehari dalam 5 hari perminggu selama 3 minggu. Pengobatan menghasilkan durasi rata-rata penyembuhan yang lebih singkat daripada plasebo. Krim aloe juga meningkatkan persentase kesembuhan pasien dan tidak ditemukan efek samping yang signifikan. Syed, T. A., Cheema, K. M., Ahmad, S. A., and Holt, A. H., 1996, Aloe vera Extract 0.5% in Hydrophilic Cream versus Aloe vera Gel for the Management of Genital Herpes in Males: A Placebo-controlled, Double-blind, Comparative Study, J. Eur. Acad. Dermatol. Venereo., I7, 294-295. Sebuah placebo-controlled study, double blind menunjukkan bahwa ekstrak Aloe vera (0,05%) dalam krim hidrofilik mempunyai efikasi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok plasebo dalam pengobatan herpes genital pada laki-laki (n=16, usia 18-40 tahun). Tiap pasien disediakan tube 40 g, yang terdiri dari preparasi aktif atau plasebo dengan aplikasinya pada lesi 3x/sehari

selama 5 hari berturut-turut. Pengobatan tersebut ditoleransi dengan baik oleh pasien.

Efek samping dan perhatian Efek samping

Efek samping jarang terjadi, tetapi dilaporkan adanya hipersensitivitas dan dermatitis. Hipersensitivitas termanifestasi setelah 4 tahun penggunaan aloe secara per oral dan topikal (Braun and Cohen, 2007). Perhatian Aloe vera harus dikonsumsi 2 jam sebelum atau 2 jam setelah memakai obat apa pun, karena Aloe vera mudah berikatan dengan obat-obatan. Penggunaan hati-hati pada penderita tirotoksikosis. Sebuah studi kasus tentang penurunan hormon tiroid pada wanita yang mengkonsumsi jus Aloe vera telah dilaporkan. Pasien tersebut mengkonsumsi 10 ml/hari selama 11 bulan jus Aloe vera dan hasil tes laboratorium menunjukkan penurunan kadar tiroksin dan triiodotironin. Kadar keduanya kembali normal secara progresif setelah penghentian penggunaan jus Aloe vera dan pasien menerima remisi klinis penuh setelah 16 bulan. Penurunan level serum hormon tiroid T3 dan T4 oleh karena Aloe vera juga telah dilaporkan pada penelitian secara in vivo (Braun and Cohen, 2007).

Interaksi dengan obat modern : Penggunaan bersama dengan obat laksatif dapat menimbulkan keluhan nyeri pada perut. Oleh karena Aloe vera mempunyai efek antiinflamsi, pada studi dengan hewan uji menunjukkan bahwa Aloe vera meningkatkan absorpsi hidrokortison dengan menghidrasi/melembabkan stratum korneum dan meningkatkan kontak dengan kulit (memungkin interaksi yang menguntungkan) (Braun and Cohen, 2007).

Nama umum : cengkeh Nama latin : Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum

Pengantar

Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), yang dalam bahasa Inggris disebut cloves, merupakan tanaman beraroma khas dari familia Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar di India dan Sri Lanka. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 10-20 m. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika sudah berbunga. Daunnya kaku berwarna hijau atau hijau kemerahan dan berbentuk elips dengan kedua ujung runcing. Daun-daun ini dapat keluar setiap periode. Dalam satu periode ujung ranting akan mengeluarkan satu set daun yang terdiri dari dua daun yang letaknya saling berhadapan. Tanaman cengkeh mulai berbunga pada usia 4,5-8 tahun, tergantung dari jenis dan lingkungannya. Bunga ini merupakan bunga tunggal, berukuran kecil dengan panjang 1-2 cm, dan tersusun dalam satu tandan yang keluar dari ujung-ujung ranting, setiap tandan terdiri dari 2-3 cabang. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5-2 cm. Adapun daerah yang cocok untuk ditanami cengkeh adalah terletak pada ketinggian 0-900 m dpl, paling optimum pada 300-600 m dpl atau terletak pada ketinggian 900m dpl tetapi menghadap ke laut. Selain itu, suhunya 20-30C pada malam hari (tidak boleh kurang dari 17C) dan sedikit hujan atau mendung (Braun and Cohen, 2007).

Kegunaan

sebagai antivirus (terutama virus Herpes Simplex tipe-1) berdasarkan bukti uji in vitro dan animal study Kombinasi cengkeh dengan acyclovir yang diadministrasikan secara per oral lebih superior dibandingkan dengan pemberian acyclovir sendiri/tanpa kombinasi dalam mengobati infeksi HSV1. Syzygium aromaticum dalam bentuk sediaan ekstrak atau herbal mentah (Braun and Cohen, 2007). selain itu juga dapat sebagai analgesik lokal (sakit kepala, sakit gigi), antiinflamasi, antibakteri, fungisidal, dan higienitas oral (Braun and Cohen, 2007).

Bagian tanaman yang digunakan : Kuncup bunga kering (minyak cengkeh diperoleh melalui distilasi dari bagian tanaman ini) (Braun and Cohen, 2007).

Kandungan utama : Komponen terbesar dari minyak cengkeh adalah eugenol. Kandungan lain termasuk beta-caryophhyllene, acetyl eugenol, isoeugenol, eugenin, kaemferol, gallic acid, vitamin C, beberapa mineral (boron, kalsium, kromium, besi, magnesium, dll). Eugenin teridentifikasi sebagai anti virus Herpes simplex tipe-1, melalui mekanisme penghambatan sintesis DNA virus secara selektif dengan mengganggu kerja/aksi dari DNA polimerase HSV1 (Kurokawa, Shimizu, Watanabe, and Shiraki, 2010 dan Braun and Cohen, 2007).

Pustaka terkait

Kurokawa, M., Sato, H., Ohyama, H., et al, 1995, Effects of Traditional Herbal Medicines Against Herpes Simplex Virus (HSV) type 2 and Acyclovirresistant HSV type 1 in vitro and in vivo, J. Traditional Med., 12, 187-194. Ketika asiklovir diberikan dalam kombinasi dengan ekstrak herbal oral, dalam hal ini cengkeh atau Syzygium aromaticum, pada dosis yang sesuai untuk digunakan manusia, secara signifikan membatasi perkembangan lesi kulit

dan/atau memperpanjang waktu kelangsungan hidup rata-rata hewan uji (tikus) yang terinfeksi dibandingkan dengan asiklovir dan ekstrak herbal saja (P<0,01 atau 0,05). Kombinasi ini tidak beracun bagi tikus. Kombinasi asiklovir dan cengkeh mengurangi virus di otak dan kulit lebih kuat daripada asiklovir sendiri dan menunjukkan aktivitas anti-HSV-1 yang kuat di otak. Kombinasi dari asiklovir dengan cengkeh menunjukkan penggabungan efek yang kuat dalam aktivitas anti-HSV-1. Kurokawa, M., Shimizu, T., Watanabe, W., and Shiraki, K., 2010, Development of New Antiviral Agents from Natural Products, The Open Antimicrobial Agents Journal, 2, 49-57. Pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa anti-HSV, yaitu eugeniin, dari ekstrak herbal Syzygium aromaticum. Salah satu tempat/situs target utama aksi penghambatan dari eugenin ditemukan pada sintesis DNA virus. Hal ini menunjukkan bahwa spesifisitas dalam penghambatan aktivitas polimerase DNA HSV-1 lebih tinggi polimerase DNA seluler. dibandingkan dengan aktivitas

Aktivitas penghambatan eugenin pada DNA

polimerase HSV-1 adalah non-kompetitif, sehingga memungkinkan eugenin menjadi sebuah agen anti-HSV baru dan menjanjikan, di mana aktivitasnya berbeda dengan aktivitas anti-HSV analog nukleosida.

Efek samping dan perhatian Efek samping

Dermatitis kontak, aplikasi lokal dapat menyebabkan iritasi membran mukosa pada individu yang sensitif. Penggunaan oral dapat menimbulkan depresi sistem saraf pusat (SSP), disfungsi hepatik, iritasi membran mukosal, dan seizure (kejang) (Braun and Cohen, 2007). Perhatian Dapat menyebabkan efek mati rasa di lidah, karena mengandung eugenol, anestetik yang kuat. Penggunaan minyak cengkeh dalam jumlah besar dapat menyebabkan racun (Braun and Cohen, 2007).

Interaksi dengan obat modern : Terjadi interaksi sinergis antara cengkeh dengan asiklovir, dimana aktivitas keduanya akan menjadi lebih kuat sebagai antivirus Herpes simpleks tipe-1 bila digunakan dalam kombinasi atau bersama-sama. Interaksi dengan obat-obat lain tidak diketahui (Braun and Cohen, 2007 dan Kuhn, 2002).

Daftar Pustaka

Abu-Darwish, S. M., and Ateyyat, A. M., 2008, The Pharmacological and Pesticidal Actions of Naturally Occurring 1,8-dihydroxyanthraquinones Derivatives, World Journal of Agricultural Sciences, 4 (4), 495-505. Allahverdiyev, A., Duran, N., Ozguven, M., and Koltas, S., 2004, Antiviral activity of the volatile oils of Melissa officinalis L. against Herpes simplex virus type-2, Phytomedicine, 11 (7-8), 657-661. Braun, L., and Cohen, M., 2007, Herbs and Natural Supplements: An Evidence-base Guide, 2nd Edition, Elsevier, Australia. Koytchev, R., Alken, R. G., and Dundarov, S., 1999, Balm mint extract (Lo-701) for Topical Treatment of Recurring Herpes Simplex, Phytomedicine, 6 (4), 225230. Kuhn, M., 2002, Herbal Remedies: Drug-Herb Interactions, Critical Care Nurse, 2 (22), 1-11. Kurokawa, M., Shimizu, T., Watanabe, W., and Shiraki, K., 2010, Development of New Antiviral Agents from Natural Products, The Open Antimicrobial Agents Journal, 2, 49-57. Kurokawa, M., Sato, H., Ohyama, H., et al, 1995, Effects of Traditional Herbal Medicines Against Herpes Simplex Virus (HSV) type 2 and Acyclovirresistant HSV type 1 in vitro and in vivo, J. Traditional Med., 12, 187-194. Moradkhani, H., Sargsyan, E., Bibak , H., Naseri , B., Sadat-Hosseini, M., FayaziBarjin, A., and Meftahizade, H., 2010, Melissa officinalis L. A Valuable Medicine Plant: A Review, Journal of Medicinal Plants Research, 4 (25), 2753-2759. Syed, T. A., Afzal, M., Ahmad, S. A., et al., 1997, Management of Genital Herpes with 0.5% Aloe vera Extract in Hydrophilic Cream: A Placebo Controlled Doubleblind Study, J. Dermatol. Treat., 8, 99-102. Syed, T. A., Cheema, K. M., Ahmad, S. A., and Holt, A. H., 1996, Aloe vera Extract 0.5% in Hydrophilic Cream versus Aloe vera Gel for the Management of Genital Herpes in Males: A Placebo-controlled, Double-blind, Comparative Study, J. Eur. Acad. Dermatol. Venereo., I7, 294-295. Woelbling, R. H., and K. Leonhardt, 1994, Local Therapy of Herpes Simplex with. Dried Extract from Melissa officinalis, Phytomedicine, 1, 25-31.

Zandi, K., Zadeh, M. A., Sartavi, K, and Rastian, Z., 2007, Antiviral Activity of Aloe vera Against Herpes simplex Virus type-2: An in vitro Study, African Journal of Biotechnology, 6 (15), 1770-1773.

TUGAS HERBAL MEDICINES

Obat-obat Herbal pada Infeksi Virus Herpes simplex

Disusun Oleh : Yuma Pinandita L.D., S.Farm (118115109)

PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

You might also like