You are on page 1of 25

TINJAUAN PUSTAKA 2.

1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek (kurang lebih 60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Dalam dunia tumbuhtumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti berikut ini. Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rosales Famili : Papilionaceae Genus : Vigna Spesies : Vigna radiata atau Phaseolus radiatus

Morfologi Tanaman Kacang Hijau Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu. Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua. Bunga kacang hijau berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah tua berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam . Tanaman

kacang hijau berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.

Peranan Agronomi N,P,K. Suplai nitrogen di dalam tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah. Peranan N terhadap pertumbuhan tanaman adalah jelas, karena senyawa organik di dalam tanaman pada umumnya mengandung N anatara lain asamasam amino, enzim dan bahan lainnya yang menyalurkan enersi (Nyakpa, 1988). - dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Terhadap pertumbuhan tanaman, adalah dapat merangsang perkembangan perakaran tanaman. Terhadap produksi tanaman, P mempertinggi hasil serta berat bahan kering, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil serta mempercepat masa kematangan. Sedangkan pengaruhnya terhadap resistensi penyakit dapat dikatakan bahwa P mempertinggi daya resistensi terhadap serangan penyakit terutam cendawan (Nyakpa, 1988). Kalium di dalam tanaman dapat berfungsi untuk menguatkan jerami tanaman sehingga tanaman tidak mudah rebah. Terhadap produksi tanaman akan mempertinggi hasil produksi dan memperbaiki kualitas hasi. Selanjutnay kalium akan mempertinggi resistensi tanaman terhadap serangan penyakit, terutama terhadap penyakit oleh cendawan (Nyakpa, 1988). 1. I. PENDAHULUAN 1. A. Latar Belakang Pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah, air dan udara sehingga menyebabkan terjadinya degradasi dan kehilangan sumber daya alam serta penurunan produktivitas tanah. Pertanian berbasis kimia yang mempunyai ketergantungan cukup besar pada pupuk dan pestisida telah mempengruhi kualitas dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan dan kehidupan bahan lainnya. Dengan memperhitungkan generasi mendatang maka pertanian organik menghasilkan interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekosistem dan lingkungan. Konsep prtanian organic belumdapat diterapkan secara murni mengingat cukup banyak kendala yang dihadapi. Pada tahap awal pertanian organik dapat diterapkan dengan sistem perpaduan pertanian organik dan pertanian kimia yang dikenal dengan pertanian input rendah LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Prospek pengembangan pertanian organik di Indonesia dengan menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati, pupuk hayati, masih menghadapi kendala yaitu penggunaaan pupuk organik perlu takaran cukup banyak dan menghadapi persaingan dengan kepentingan lain dalam memperoleh sisa tanaman dan limbah organik lainnya.

Dalam pengembangan pertanian organik di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala antara lain pupuk hayati masih berada di tahap awal pengembangan dan belum ditemukan kombinasi yang sesuai antara puuk kimia/pupuk hayati yang sesuai dengan kondisi tanah. 1. B. Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Membandingkan berbagai dosis pupuk organik dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik dari dosis anjuran yaitu 75% dan 50%. 2. Mempelajari pertumbuhan pemanfaatan pupuk organik dan kimia dengan berbagai dosis kombinasi. 1. II. TINJAUAN PUSTAKA Istilah pertanian organik dimunculkan karena konsep pertanian ini mempergunakan asupan yang bersifat organik, dan dalam perkembangannya mempunyai banyak sekali aliran dan pola tersendiri hampir di tiap wilayah. Hal ini dilatarbelakangi oleh konsep dan pandangan yang berbeda-beda mengenai pertanian organik itu sendiri. Berbagai konsep mengenai pola pertanian organik atau berwawasan lingkungan itu dapat dikelompokkan menjadi: 1. Pertanian biodinamis: sistem budidaya yang mendasarkan pada peredaran bulan; 2. Pertanian ekologis: pertanian yang tanpa merubah lingkungan setempat; 3. Pertanian permaculture: pertanian yang menerapkan pola pertanian permanen in situ dan terpadu dari berbagai komponen pertanian dan peternakan; 4. Pertanian biologis: pertanian yang menitik beratkan pada keseimbangan organisme; 5. Pertanian natural: sistem pertanian yang mendasarkan pada pandangan hidup bahwa alam telah mengatur dirinya sendiri. Perbedaan wawasan dan pendekatan pertanian berlingkungan atau pertanian organik yang berbeda-beda menghasilkan variasi praktek pertanian organik yang berbeda-beda, kendatipun barangkali tujuannya sama. 6. Pengertian Dasar Pertanian Organik Pakar pertanian barat menyebutkan bahwa sistem pertanian organik merupakan hukum pengembalian (lowof return) yang berarti suatu sistem yang berusaha mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman. Filosofi yang melandasi pertanian organik adalah mengembangkan prinsip-prinsi memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah menyediakan makanan untk tanaman (feeding the soil that feeds the plants), dan bukan memberi makanan langsung pada tanaman. Von Uexkull (1984) memberikan istilah membangun kesuburan tanah. Strategi pertanian organik adalah memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomass tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaurlang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa

organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda sama sekali dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dan langsung dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. 1. Kegunaan Budi Daya Organik Kegunaan budidaya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budi daya kimiawi. Pupuk organik dan pupukl hayati mempunyai berbagai keunggulan nyata dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik dengan sendirinya merupakan keluaran setiap budi daya pertanian, sehingga merupakan sumber unsur hara mikro dan makro yang dapat dikatakan cuma-cuma. Meskipun sistem pertanian organik dengan segala aspeknya jelas memberikan keuntungan cukup banyak kepada pembangunan pertanian rakyat dan penjagaan lingkungan hidup, termasuk konservasi sumber daya lahan, namun penerapannya tidak mudah dan akan menghadapi banyak kendala. Faktor-faktor kebijakan umum dan sosiol-politik sangat menentukan sarah pengembangan sistem pertanian sebagai unsur pengembangan ekonomi (Susanto, 2002). III. PELAKSANAAN PERCOBAAN
1. A. Bahan dan Alat

1. Bahan 1. 2. 3. 4.

Benih caisim Pupuk kompos butiran (PUKOTIR) Pupuk anorganik Media tanam yaitu tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. 5. Air 6. Alat 1. Polibag 6 buah 2. Label 3. Alat penyiram

1. B. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan semua alat dan bahan. 2. Menyiapkan media tanam dalam polibag dengan berbagai dosis campuran pupuk organik dan pupuk kimia. Dosis pupuk yang digunakan yaitu: Dosis pupuk kompos butiran (Pukotir): K0 = 0 dan K1 = 4 ton/ha. Dosis pupuk anorganik 100% (P0), 75% (P1) dan 50% (P2) dari dosis rekomendasi. 1. Benih yang telah ditanam dipelihara sampai layak untuk dipanen. 1. IV. HASIL dan PEMBAHASAN

1. A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan Kombinasi Pupuk (Perlakuan) Tanggal Pengamatan 10/12/08 17/12/08 T D T D NoPo 1 17 4 18,6 4 2 16,5 3 17,9 4 NoP1 1 18 4 19,5 4 2 17 4 18,3 4 NoP2 1 18,5 4 19,6 5 2 16 4 17,6 5 N1Po 1 19 2 19,8 3 2 17 4 18,5 4 N1P1 1 18 3 20 3 2 16 3 17,5 4 N1P2 1 19 4 20,2 6 2 18 4 18,8 5 1. Rata-rata Kombinasi Pupuk (Perlakuan) NoPo NoP1 NoP2 N1Po N1P1 N1P2 Keterangan: Tanggal Pengamatan 10/12/08 17/12/08 T D T D 16,75 3,5 18,25 4 17,5 4 18,9 4 17,25 4 18,6 5 18 3 19,25 3,5 17 3 28,75 3,5 18,5 4 19,5 5,5 T = Tinggi Tanaman (cm) Bobot Segar (gr) 18 16 17 16 17 10 18 16 18 15 15 10

24/12/08 T D 20,3 5 19,7 5 21 5 20 6 20,8 5 18,9 6 21,2 3 19,7 5 21,5 4 18,8 4 21 6 19,6 6

30/12/08 T D 24,7 5 24 5 24,2 6 23,7 6 23,5 6 22,2 6 24 4 23,2 5 25 4 23,9 5 23,8 6 22,3 6

24/12/08 T D 20 5 20,5 5,5 19,85 5,5 20,45 4 20,15 4 40,6 6

30/12/08 T D 24,35 5 23,95 6 22,85 6 23,6 4,5 24,45 4,5 23,05 6

Bobot Segar (gr) 17 16,5 13,5 17 16,5 12,5

1 = Tanaman Caisim 1

D = Jumlah Daun 1. B. Pembahasan

2 = Tanaman Caisim 2

Dalam GBHN 1993 pembangunan pertanian hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buahbuahan dan tanaman hias ditumbuh kembangkan menjadi agribisnis dalam rangka memanfaatkan peluang dan keunggulan komparatif berupa : iklim yang bervariasi, tanah yang subur, tenaga kerja yang banyak serta lahan yang tersedia. Produksi hortikultura diarahkan agar mampu mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri termasuk agroindustri serta memenuhi kebutuhan pasar luar negeri.

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu penerapan sistem budidaya hortikultura yang lebih baik serta penggunaan teknologi yang tepat dan berwawasan lingkungan, yang sering dikenal dengan sistem GAP (Good Agricultural Practice). Sebagaimana kita ketahui sektor hortikultura baru mendapat perhatian setelah usaha swasembada beras tercapai, sehingga hasil-hasil penelitian yang dapat diterapkan untuk pengembangan hortikultura di Indonesia masih terbatas. Teknologi yang saat ini diterapkan merupakan teknologi yang berorientasi pada pencapaian target produksi dengan menggunakan masukan produksi yang semakin meningkat, seperti bibit unggul, pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Disamping hasil positif dengan peningkatan produksi, penggunaan masukan modern juga mendatangkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut :

Penggunaan pupuk buatan mendatangkan pencemaran pada air permukaan dan air tanah dengan adanya residu nitrat dan fosfat, dan tanah menjadi semakin berkurang kesuburannya karena penggunaan pupuk berlebihan. Penggunaan varietas unggul yang monogenik dan seragam secara spesial dan temporal mengurangi keanekaragaman hayati, dan hilangnya berbagai jenis tanaman asli. Penggunaan pestisida yang berlebihan akan mengakibatkan resistensi, resurjensi hama, timbulnya hama sekunder, terbunuhnya binatang bukan sasaran dan residu racun pada buah dan sayuran serta lingkungan. Selain itu kegiatan pertanian secara intensif juga berperan dalam proses pemanasan bumi atau efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon antara lain melalui emisi gas metan dan N2O akibat penggunaan pupuk buatan ( Kasumbogo Untung, 1994).

Dewasa ini lingkungan yang dikaitkan dengan produk pertanian sedemikian kuatnya diluncurkan terutama di negara-negara maju, sehingga penduduknya menuntut agar produk pertanian bebas dari cemaran bahan kimia, dan mereka mulai lebih suka mengkonsumsi produk yang dihasilkan melalui proses alami yang dikenal dengan pertanian organik (organic farming). Pertanian organik merupakan salah satu alternatif budidaya pertanian yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan yang bebas dari segala bentuk bahan inorganik seperti pupuk buatan, pestisida dan zat pengatur tumbuh. Pertanian organik memadukan berbagai cara seperti pergiliran tanaman, tumpangsari, penggunaan sisa bahan organik sebagai pupuk, serta pengendalian hama secara terpadu dengan mengoptimalkan cara biologis (Kasumbogo Untung, 1994). Kecenderungan seperti ini membuka suatu peluang baru dalam bisnis di bidang pertanian terutama tanaman hortikultura yang produknya sering dikonsumsi secara langsung atau dalam keadaan segar (Sunu, P. et al. 2006). Pertanian Organik adalah sistem produksi pertanian yang menghindari atau sangat membatasi penggunaan pupuk kimia (pabrik), pestisida, herbisida, zat pengatur tumbuh dan aditif pakan. Budidaya tanaman berwawasan lingkungan adalah suatu budidaya pertanian yang direncanakan dan dilaksanakan dengan memperhatikan sifat-sifat, kondisi dan kelestarian lingkungan hidup, dengan demikian sumber daya alam dalam lingkungan hidup dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sehingga kerusakan dan kemunduran lingkungan dapat dihindarkan dan melestarikan daya guna sumber daya alam dan lingkungan hidup. Seperti halnya dari artikel dari sebuah Koran menyebutkan bahwa :

Gerakan Gaya Hidup Sehat sedang melanda dunia, yang bertemakan Back To Nature. Tren baru tersebut telah bermunculan, di mana masyarakat menginginkan sesuatu makanan yang benar-benar serba alami, kurang dan bebas dari zat kimia, pestisida, hormon, dan pupuk kimia. Pangan organik dianggap memenuhi persyaratan tersebut sehingga permintaan dan peluang pemasarannya meningkat. Komponen Pertanian Organik 1. a. Lahan Lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang bebas cemaran bahan agrokimia dari pupuk dan pestisida. Terdapat dua pilihan lahan yaitu lahan pertanian yang baru dibuka dan lahan pertanian intensif yang dikonversi untuk lahan pertanian organik. 1. b. Budidaya pertanian organik Selain aspek lahan, aspek pengelolaan pertanian organik dalam hal ini terkait dengan teknik budidaya juga perlu mendapat perhatian tersendiri. Sebagai salah satu contoh adalah teknik bertani sayuran organik, seperti diuraikan di bawah ini.

Tanaman ditanam pada bedengan-bedengan dengan ukuran bervariasi disesuaikan dengan kondisi lahan Menanam strip rumput di sekeliling bedengan untuk mengawetkan tanah dari erosi dan aliran permukaan Mengatur dan memilih jenis tanaman sayuran dan legum yang sesuai untuk sistem tumpang sari atau multikultur seperti contoh lobak, bawang daun dengan kacang tanah dalam satu bedengan. Mengatur rotasi tanaman sayuran dengan tanaman legum dalam setiap musim tanam. Mengembalikan sisa panen/serasah tanaman ke dalam tanah (bentuk segar atau kompos). Memberikan pupuk organik (pupuk hijau, pupuk kandang, dan lainnya), hingga semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman menjadi tersedia. Menanam kenikir, kemangi, tephrosia, lavender, dan mimba di antara bedengan tanaman sayuran untuk pengendalian hama dan penyakit. Menjaga kebersihan areal pertanaman.

1. c. Aspek penting lainnya Dalam pertanian organik yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara umum adalah mengikuti aturan berikut:

Menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetika. Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik, Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, pestisida. Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman, Peningkatan kesuburan tanah dilakukan secara alami melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum.

Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami.

Permasalahan Seputar Pertanian Organik 1. a. Penyediaan pupuk organik Permasalahan pertanian organik di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik itu sendiri. Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama. Dalam sistem pertanian organik, ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik. Padahal dalam pupuk organik tersebut kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh dibawah realis hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman (minimum crop requirement) cukup membuat petani kewalahan. Sebagai ilustrasi, untuk menanam sayuran dalam satu bedengan seluas 1 x 10 m saja dibutuhkan pupuk organik (kompos) sekitar 25 kg untuk 2 kali musim tanam atau setara dengan 25 ton/ha. Bandingakan dengan penggunaan pupuk anorganik Urea TSP dan KCl yg hanya membutuhkan total pemupukan sekitar 200-300 kg/ha. Karena memang umumnya petani kita bukan petani mampu yang memiliki lahan dan ternak sekaligus, sehingga mereka mesti membeli dari sumber lainnya dan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi disamping tenaga yang lebih besar. 1. b. Teknologi pendukung Setelah masalah penyediaan pupuk organik, masalah utama yang lain adalah teknologi budidaya pertanian organik itu sendiri. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman seperti legum sebagai tanaman penyumbang Nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidayaa pertanian organik di musim hujan. 1. c. Pemasaran Pemasaran produk organik didalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak, konsumen dan produsen. Sedangkan untuk pemasaran keluar negeri, produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai standar suatu negara yang akan di tuju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Yang banyak terjadi adalah masing-masing melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyatannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia serta menggunakan sedikit pestisida. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu saja akan merugi dalam hal ini.

Pertanian organik yang diterapkan pada percobaan kali ini menggunakan polibag sebagai wadah media. Menggunakan media tanah, pupuk kompos non butiran dengan dosis yang berbeda-beda, serta pupuk anorganik dengan dosis yang berdasarkan rekombinasi. Pengolahan media dilakukan secara bersamaan, dimana media dicampur dengan pupuk kompos non butiran dan dikombinasi dengan pupuk anorganik. Dosis masing-masing pupuk per polibag sudah ditentukan. Proses penanaman dilakukan secara bersamaan dan air sangat berperan penting dalam penyerapan unsur-unsur hara, polibag ditaruh pada tempat yang tidak langsung terkena sinar matahari. Pengamatan dilakukan tiga minggu, dan hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman lebih cepat dengan kombinasi pupuk NoPo dengan rata-rata tinggi tanaman 24,35 dan bobot segar 17 gr. Untuk rata-rata helai daun yan paling banyak adalah kombinasi pupuk NoP1, NoP2, dan N1P2 yaitu 6 helai. Dan yang paling sedikit adalah kombinasi kombinasi pupuk N1PO dan NoP1 sebanyak 4,5 helai. Berdasarkan kejadian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya penggunaan pupuk organik maupun anorganik membantu proses pertumbuhan dan tidak selamanya mempengaruhi kesuburan tanaman, karena tanah sebagai media tanam masih banyak menyimpan unsur-unsur hara serta bakteri-bakteri yang membantu pertumbuhan. Menurut Sugeng Winarso, bahwa penggunaan pupuk secara setimbang akan meningkatkan produksi tanaman. Peningkatan produksi juga meningkatkan jumlah sisa-sisa tanaman (daun, batang, akar) yang dapat tetinggal atau yang dapat dikembalikan ke dalam tanah. Berdasarkan perhitungan neraca kesetimbangan unsur hara, pengembalian 80% sisa-sisa tanaman dapat memperkaya cadangan unsur hara, sehingga mengurangi kebutuhan hara yang harus ditambahkan. Perlakuan ini jika dilakukan secara terus menerus akan terus mengurangi kebutuhan hara sehingga akan dicapai kondisi hara yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi tanaman tinggi tanpa ada masukan pupuk dari luar. Secara garis besar, keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan pupuk organik adalah sebagai berikut:

Mempengaruhi sifat fisik tanah, warna tanah dari cerah akan berubah menjadi kelam hal ini akan berpengaruh terhadap sifat fisik tanah. Mempengaruhi sifat kimia tanam, kapasitas tukar kation dan ketersediaan hara meningkat dengan penggunaan bahan organik. Mempengaruhi sifat biologi tanah, bahan organik akan menambah energi yang diperlukan kehidupan mikroorganisme tanah. Mempengaruhi kondisi social, daur ulang limbah perkotaan maupun pemukiman akan mengurangi dampak pencemaran dan meningkatkan penyediaan pupuk organik.

1. V. SIMPULAN dan SARAN 1. 1. Simpulan

1. Di Indonesia belum mampu menerapkan 100% penggunaan pertanian organik oleh sebab itu perlu ada penyeimbang menggunakan pertanian konvensional (penggunaan bahan kimia) tetapi dosis yang digunakan lebih sedikit. 2. Pertumbuhan tanaman lebih cepat dengan kombinasi pupuk NoPo dengan rata-rata tinggi tanaman 24,35 dan bobot segar 17 gr. Untuk rata-rata helai daun yan paling banyak adalah kombinasi pupuk NoP1, NoP2, dan N1P2 yaitu 6 helai. Dan yang paling sedikit adalah kombinasi kombinasi pupuk N1PO dan NoP1 sebanyak 4,5 helai. 3. Pertanian organik di definisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. 4. Tidak selamanya penggunaan pupuk organik maupun anorganik membantu proses pertumbuhan dan tidak selamanya mempengaruhi kesuburan tanaman, karena tanah sebagai media tanam masih banyak menyimpan unsur-unsur hara serta bakteri-bakteri yang membantu pertumbuhan.
1. 2. Saran

1. Kedisiplinan percobaan ditingkatkan lagi. 2. Sarana dan prasarana lebih ditingkatkan agar berjalannya percobaan lebih baik. Tempat penyimpanan hasil percobaan sebaiknya ditempat khusus agar tanaman tidak rusak maupun hilang. 3. Kurangnya motivasi kepada para praktikan, menyebabakan apa yang diperoleh tidak sepenuhnya didapatkan, saran dari saya bahwa percobaan ada kelanjutannya. DAFTAR PUSTAKA BIOCert. 2007. Prinsip-prinsip Pertanian Organik http://biocert.or.id/infoguide-info.php?id=76 prinsip p.Orgnk. (online) Diakses tanggal 10 Januari 2008. Kasumbogo Untung, 1994. Peranan Hortikultura dalam Perbaikan Lingkungan Hidup. Proc. Simp. Hort. Nas., Malang. P 22 25. PPI. 2007. Peluang dan Tantangan Pertanian Organik http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=80 p.orgnk 1. (online) Diakses tanggal 10 Januari 2008. PPI. 2007. Pertanian Organik http://io.ppi-jepang.org/article.php?id=101 p.orgnk 4. (online) Diakses tanggal 10 Januari 2008.

Susanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan & Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. Sunu, P. dan Wartoyo. 2006. Dasar-dasar Hortikultura (on-line). http://pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html, diakses pada tanggal 10 Januari 2008. Winarso, Sugeng. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media. Yogyakarta. Web master@litbank.or.id.2001 University of Wyoming, Agroecology 1000, T.J. Drommond, Stacy Dysart, Andy Olson. Winarno FG.2002. Pangan organic dan perkem Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Apalagi dengan dideklarasikannya revolusi hijau (oleh orang/benua amerika/eropa) tahun 1960-an, petani di Indonesia pun berbondongbondong mengikuti jejak mereka; mengadopsi sistim pertanian modern dengan dalih meningkatkan produksi. Gema revolusi hijau dengan pemuliaannya kemudian merasuki setiap sumsum tulang Petani kita. Pupuk dan obat pembasmi hama-pun kemudian menyebar dengan cepat tanpa rem dan kendali. Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan. Namun belakangan ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan

manajemen di lahan pertanian, pada tempo yang panjang (apalagi jika digunakan dengan tidak hati-hati dan tidak tepat dosis), dimana akumulasi bahan-bahan tersebut menjadi jenuh di tanah, terbukti telah menjadi masalah yang sangat serius. Rantai

makanan yang tadinya selalu berputar karena proses degradasi yang baik, tiba-tiba menjadi mandek karena ketidak mampuan alam (bakteri) untuk meluruhkan bahanbahan sintetis tersebut. Kita sudah mulai melihat kecenderungan tanah menjadi asam dan pengerasan tanah yang disebabkan oleh pupuk urea. Resistennya hampir semua jenis hama terhadap insektisida dan menuntut penggunaan bahan yang berintensitas lebih tinggi untuk dapat membunuhnya. Pencemaran ini berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat selalu tercemar bahan-bahan sintetis tersebut. Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah (back to nature) atau pertanian yang ramah lingkungan. Pertanian alamiah atau yang ramah lingkungan merupakan pengembangan konsep dari pembangunan pertanian berkelanjutan. Konsep Pembangunan berkelanjutan saat ini sudah menjadi isu dan perhatian masyarakat dunia, disebutkan pembangunan berkelanjutan (sustainable

development),

adalah

pembangunan

yang

berusaha

memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa harus mengorbankan kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang. Sedangkan Pertanian berkelanjutan (sustainable

agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk

proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.(Kasumbogo Untung, 1997). Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan bukan berarti penggunaan bahan kimiawi pertanian (agrochemical) tidak diperbolehkan sama sekali, namun sampai batas tertentu masih dimungkinkan. Masalah pembangunan pertanian berkelanjutan telah diintegrasikan dalam program pembangunan pertanian yang diterapkan dewasa ini. Dalam Grand Strategi Pembangunan Pertanian disebutkan bahwa pembangunan pertanian hasus dilakukan secara berkelanjutan, dengan memadukan antara aspek organisasi, kelembagaan, ekonomi, teknologi dan ekologis. 1.2 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui aspek ekologis dalam pertanian organik. 1.3. Perumusan Masalah Bagaimana tinjauan aspek ekologis dalam pertanian organik? Cikal bakal pertanian oganik sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia. Pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisonal dan menggunakan bahanbahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high

yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami

peningkatan. Namun belakangan ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan manajemen di lahan pertanian. Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan lainnya akibat kelebihan pemakaian bahan-bahan tersebut, ini berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat selalu tercemar bahan-bahan sintetis tersebut.

II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Pertanian Organik Pertanian organik di definisikan sebagai sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan Lebih lanjut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Pengelolaan pertanian berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang. Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas hasrus yang

menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan

dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis. Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah; 1. Pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam. 2. Proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat. 3. Penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah) 4. Produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini. Dalam pertanian organik yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara umum adalah mengikuti aturan berikut: 1. Menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetika. Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik, 2. Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, pestisida. Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman, 3. Peningkatan kesuburan tanah dilakukan secara alami melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum. 4. Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami.

Beberapa kegiatan yang dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut: 1. Pengendalian Hama Terpadu Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui; Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman. Menggunakan tanaman-tanaman penangkap hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama. Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis. Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun . 2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan

pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buahbuahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian. 3. Konservasi Lahan Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi: Menciptakan jalur-jalur konservasi. Menggunakan dam penahan erosi. Melakukan penterasan. Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah. 4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain; Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas ( top

soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation). Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air. Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah

peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif. 5. Tanaman Pelindung Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah. 6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan; Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek. Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja. 7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai

penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain: Pengomposan Penggunaan kascing Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan) Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut. 8. Agroforestri (wana tani) Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system agroforestri ini antara lain: Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-tanaman tahunan. Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur). Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri memungkinkan

terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.

2.2 Tinjauan Ekologi Berbagai konsep yang berkembang dalam ekologi pada akhirnya dapat mengerucut pada berbagai perspektif. Capra (2001) dan Ife (2002) berhasil memformulasikan beberapa prinsip ekologi yang dapat dijadikan sebagai perspektif berbagai kalangan. Ife mengemukakan empat prinsip ekologi, yaitu holistik,

keberlanjutan, keanekaragaman dan keseimbangan. Dari sudut perspektif ekologi, pertanian organik merupakan suatu upaya manusia memperbaiki hubungannya dengan alam. Bisa dikatakan saat ini manusia sedang berupaya menebus dosanya kepada alam. Sekian puluh tahun petani Indonesia telah memaksa tanah dengan berbagai masukan input anorganik. Berjuta-juta ton bahan anorganik tersebut dijejalkan pada tanah sehingga tanah pun mengalami kejenuhan dan kerusakan. Tidak hanya tanah yang menjadi korban, berbagai spesies hewan maupun jasad renik juga telah lenyap seiring penggunaan pestisida yang membabi buta. Hewan dan jasad renik tidak berdosa tersebut ikut musnah bersama hewan dan jasad renik yang dianggap sebagai hama oleh petani. Padahal sangatlah mungkin beberapa diantaranya justru merupakan musuh alami dari sang hama yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Pertanian organik mencerminkan adanya kesalingtergantungan antar komunitas ekologi. Manusia sebagai bagian dari komunitas ekologi tidak dapat terlepas dengan lingkungannya, terdapat hubungan saling mempengaruhi diantaranya. Hubungan manusia dengan alam yang bersifat saling mempengaruhi membawa konsekuensi

manusia harus dapat bersahabat dengan alam. Manusia tidak hanya menerima manfaat dari alam namun harus pula sebaliknya memberikan manfaat bagi alam. Dalam pertanian organik, manusia berusaha memberi manfaat bagi alam berupa upaya pengawetan atas sumber daya dan juga mengurangi rusaknya komunitas ekologi lainnya. Penggunaan pupuk organik adalah salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan tanah berupa berkurangnya porositas tanah, akumulasi zat beracun dalam tanah serta matinya jasad renik dalam tanah sebagai akibat penggunaan bahan pupuk anorganik. Penanggulangan hama dan penyakit dengan menggunakan metode alami sangat berperan dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Seperti diketahui, penggunaan pestisida selain membunuh hama yang menjadi sasaran juga dapat membunuh musuh alami maupun serangga dan jasad renik yang bermanfaat terhadap kesuburan tanah, tanaman atau proses penyerbukan. Selain itu pencemaran tanah dan air di sekitar lokasi penyemprotan semakin menambah panjang dampak buruk pertanian anorganik. Pertanian organik memungkinkan pemanfaatan limbah rumah tangga dan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk. Kotoran yang dihasilkan oleh hewan ternak yang semula kurang dapat dimanfaatkan, kini dapat diolah menjadi pupuk organik yang mampu mendukung kebutuhan hara tanaman. Pertanian organik juga mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Penggunaan benih unggul atau bahkan benih transgenik menyebabkan hilangnya beberapa varietas tanaman pangan asli Indonesia. Plasma nutfah ini berangsur-angsur hilang tergusur oleh adanya benih unggul yang diklaim memiliki ketahanan terhadap

berbagai hama dan penyakit selain pula kemampuan produksinya yang tinggi. Petani dibujuk untuk menanam berbagai jenis benih unggul yang hanya bisa dipakai satu kali tanam saja. Selain keterbatasan itu, petani juga harus memberi berbagai macam input pupuk karena memang benih jenis ini sangat manja dan memerlukan asupan nutrisi yang sangat besar. Penerapan pertanian organik diharapkan dapat memunculkan kembali varietasvarietas lokal yang tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan benih unggul.

III. KESIMPULAN

Pertanian berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik yang merupakan sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida, dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air.

Pengelolaan pertanian organik dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang Dari sudut perspektif ekologi, pertanian organik merupakan suatu upaya manusia memperbaiki hubungannya dengan alam. Empat prinsip ekologi, yaitu holistik, keberlanjutan, keanekaragaman dan keseimbangan. Dalam hal ini ekologi merangkum falsafah pengelolaan sumberdaya yang mengupayakan produktivitas lewat dukungan ekosistem. Ekologi memacu kecerdikan manusia untuk merubah unsur-unsur suatu lingkungan tertentu menjadi sumberdaya ekonomi tanpa menggoyahkan neraca ekologi Sejak dulu indonesia sudah mengenal sistem pertanian organik seperti sistem pertanian tiga strata di bali, sistem pernaian tanaman lorong dan lain-lain. Akan tetapi sejak di kembangkannya revolusi hiau leh pemerintah di akhir tahun 1960-an, sistem pertanian organik banyak di tinggalkan oleh petani akibat dari minimnya hasil produksi pertanian dibandingkan dengan hasil dari penambahan bahan2 anorganik pada revolusi hijau. Perkembangan revolusi hijau sangat signifikan dalam meningkatkan produksi pertanian, khususnya padi yang puncaknya terjadi pada pertengahan tahun 1980-an dengan di daulatkannya indenesai sebagai salah satu negara berswasembada beras. Sejak swasembada beras pada tahun-tahun itu, produksi beras terus menurun tiap tahunnya. Seiring juga dengan pertambahan penduduk, maka kebutuhan akan beras pun terus meningkat. Itu salah satu faktornya. Selain faktor bertambahnya jumlah penduduk, faktor kurangnya lahan dan penurunan tingkat kesuburan tanah juga di sebut-sebut sebagai faktor lain yang menyebabkan menurunnya produksi beras nasional. Saat ini impor beras sudah menjadi kewajiban pemerintah tiap tahunnya untuk menambah kuantitas jumlah beras dalam negeri yang saat ini sudah tidak lagi mampu memasok kebetuhan penduduknya. Menurut pendapat beberapa ahli, revolusi hijau (penggunaan pestisida, pupuk anorganik dah varietas unggul) mengakbiatkan terjadinya penurunan kualitas lahan berupa menurunnya kesuburan fisik dan biologi tanah. Struktur tanah menjadi lebih padat dan keras, sehingga mempengaruhi porositas dan permeabilitas. Biota dan mikrobita tanah juga mengalami degradasi dalam hal jumlah. Akibat dari penggunaan pestisida, biota2 tanah banyak yg mati sehingga

memotong rantai makanan yg mengakibatkan meningkatnya populasi-populasi hama lain pada beberapa jenis tanaman. Selain itu biota tanah dan mikroba tanah juga merupakan organisme yg membabtu perombakan unsur-unsur sehingga tersedia bagi tanaman. Akibat dari kondisi seprti di atas maka ada baiknya mempertimbangkan kembali pemanfaatan produk2 kimia yg berasal dari revolusi hijau tersebut. Pertanian organik diharapkan mampu mngembalikan kondisi alam yg telah kacau balau akibat dari proses revolusi hijau pada 3 dekade belakangan ini. Dengan penerapan sistem pertanian organik, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah dapat dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sehingga menciptakan pertanian yg berkelanjutan. Menurut deptan Pertanian Organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Lebih lanjut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah. Serifikasi produk organik yang dihasilkan, penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar yang ditetapkan oleh badan standardisasi. Dalam hal ini penggunaan GMOs (Genetically Modified Organisme) tidak diperbolehkan dalam setiap tahapan pertanian organik mulai produksi hingga pasca panen. Pertanian organik yang merupakan bentuk dari pemanfaatan secara keseluruhan dari bahan-bahan organik dalam penarapannya akan memberikan dampak yang baik bag lingkungan sekitar, sehingga pertanian yang berkelanjutan yang diharapkan mampu memberikan hasil yang konsisten setiap musim panen dapat di capai. Saat ini dengan sistem pertanian moderen (pemanfaatan bahan2 kimia anorganik) sebenarnya sudah mampu meberikan hasil yang maksikmal, tetapi efek samping dari sistem pertanian moderen sangat merugikan lingkungan dan konsumen produk pertanian seperti rusaknya ekosistem, dan penyakit2 jangka panjang pada manusia. Paradigma masyarakat terhadap penerapan pertanian organik berbeda dan bahkan cenderung di abaikan, kerana presepsi masayakat terhadap pertanian organik masih kurang baik. Kuantitas hasil yang tidak signifikan pada saat-saat awal penerapan pertanian organik membuat beberapa petani susah menerima pertanian organik, sedangkan pertanian moderen dapat memberikan kuantitas hasil yang lebih cepat dan signifikan. Padahal sebenarnya untuk jangka panjang pertanian organik merupakan sistem pertanian yang memberikan hasil sama baik dari pada pertanian moderen bahakan kualitas kesehatan dari hasil pertanian organik lebih baik. Pertanian organik selain melindungi lingkungan, juga dapat melindungi konsmen pemanfaat hasil pertanian organik. Banyak sekali hasil penelitian yang mengungkapkan penyakit2 yang ditimbulkan oleh penerapan pertanian modern seperti kanker dan tumor, akan tetapi masalah inipun masih menjadi polemik dimasyarakat. Pemnfaatan pestisida berlebihan memang

menimbulkan kerusakan lingkungan an kesehatan, apalagi bahan2 kimia yang berasal dari pestisida kimia susah untuk di daur ulang oleh lingkungan dan cenderung bertahan dilingkungan yang mengakibatkannya sebagai sumber racun bagi mahluk hidup disekitarnya.
http://mbojo.wordpress.com/2007/05/16/pertanian-organik-latar-belakangnya/

You might also like