You are on page 1of 6

POTENSI

HIJAUANAIR AZOLLAPINNATA SEBAGAI


PAKAN SUMBERPROTEIN
SURAYAHASKAR
Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002
Azolla pinnata adalah hijauan air sejenis paku yang tumbuh di sawah
atau kolam di daerah tropis yang bernilai gizi tinggi untuk dijadikan pakan
ternak . Kandungan proteinnya bervariasi dari 20% - 30%, kandungan beberapa
asam amino esensialnya lebih tinggi daripada bungkil kedelai karena itu
pemanfaatannya sebagai pakan ternak sebaiknya dicampur dengan bahan pakan
lainnya . KPD(konsentrat protein daun) azolla, mengandung protein
yang
lebih
tinggi dengan kadar serat dan kadar lemak yang
lebih rendah daripada bahan
mentahnya
.
Azolla
pinnata kering atau kompos dapat mensubstitusi bungkil
kedelai sampai 25% dan dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap
performan ayam petelur pada periode pertumbuhan (starter dan grower)
maupun periode bertelur (layer) . Penambahan azolla pada ransum itik cukup
20%(terhadap ransum basal), pemberian sampai 40%menjadi kurang efisien .
Kata kunci :

hijauan air, Azolla pinnata .


68
RINGKASAN
PENDAHULUAN
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001
Penyediaan pakan di Indonesia masih menghadapi kendala, meskipun
sudah dikenal beberapa jenis rumput unggul seperti rumput gajah, rumput raja
dan rumput setaria yang sangat disukai ternak, namun penyediaannya masih
terbatas pada lahan dan tidak kontinyu sepanjang musim. Akibatnya petani
memberikan pakan seadanya misalnya rumput lapangan atau hijauan lainnya
yang kualitasnya rendah . Untuk meningkatkan kualitas pakan hijauan tersebut
perlu ditambahkan pakan konsentrat yang berkualitas seperti jagung dan kedelai
yang masih diimpor, harganya
mahal
terutama pada
krisis moneter ini . Di
samping
itu kedua bahan tersebut bersaing dengan kebutuhan manusia
Salah satu
cars yang bisa ditempuh dicarikan pakan alternatif yang
bennutu tinggi
mudah dibudidayakan dan tidak memerlukan lahan yang luas .
Diharapkan bahan pakan ini dapat mensubstitusi sebagian penggunaan bahan
pakan impor tersebut yang berarti menghemat devisa .
Azolla pinnata adalah hijauan air sejenis paku yang tumbuh di sawah
atau kolam sehingga
mudah diperoleh terutama di daerah tropis, dapat
menghasilkan 117
kg Nitrogen per hektar dalam 106 hari, mempunyai
kemampuan mengikat Nitrogen dari udara
sehingga mempunyai kandungan
protein yang tinggi karena
itu dikatakan sebagai pakan sumber protein Azolla
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti
2001
pinnata dapat digunakan sebagai pakan sumber protein untuk ikan, itik, ayam,
babi, sapi dan kuda.
Tujuan penulisan makalah ini untuk memberikan informasi kepada
peternak atau penyuluh peternakan tentang potensi Azolla pinnata sebagai
sumber protein yang berkualitas yang menyerupai
bungkil kedelai .
KOMPOSISIKIMIA AZOLLA PINNATA
Komposisi
kimia Azolla pinnata dapat dilihat pada Tabel 1 .
Tabel 1 .

Komposisi kimia
Azolla pinnata dan komposnya.
Sumber : *

Lab . B alitnak B ogor (komunikasi pribadi, 2000)


* *

CASTILLOet al
(1982) dalam Sudibya (1992)
* * * SUDIB YA
et
al (1992).
Keterangan : B K= B ahan Kering ; PK=
Protein Kasar
; SK
= Serat Kasar ;
LK= Lemak Kasar ; B ETN =
B ahan Ekstrak tanpa Nitrogen ; Ca =
Kalsium
; P = Posfor
Seperti hijauan
lainnya kandungan gizi Azolla pinnata bervariasi
tergantung pada
lingkungannya di mana tanaman air tersebut tumbuh (Tabel 1).
Azolla pinnata selain sebagai sumber protein dan energi juga sebagai sumber
mineral. Menurut MANILA (1997) berdasarkan berat keringnya Azolla pinnata
mengandung protein kasar 24 -30 %, lemak kasar 3 - 3,2 %,abu 10 - 19 %,
kalsium 0,4 -1,0 %
dan
fosfor 0,5
- 0,9%
.
Sedangkan menurut KHATUN
et al
(1999) azolla
adalah hijauan sumber protein dengan kadar protein 28,54%, daya
cerna proteinnya
sebesar 21,98% dan nilai metabolisme energinya 7, 59 MJ/kg.
Azolla dapat dijadikan konsentrat protein daun (KPD) dengan
mengkoagulasikan protein hijauan tersebut pada 800C dalam penangas air
selanjutnya disentrifus . KPD Azolla africana mengandung protein 71,3%
sedangkan residunya mengandung protein 12,6%. KPD azolla mengandung
lemak dan serat yang lebih
rendah, kandungan
sianidanya berkisar antara 0,12
mg/100 g sampai
dengan 0,15 mg/100g (FASAKIN, 1999). Kandungan
sianida
ini masih
rendah bila dibandingkan dengan daun singkong yang biasa
dipakai
sebagai
pakan ternak, sianidanya berkisar antara 40mg/100g -
62mg/100g
(ASKAR, 1996) . Sianida adalah racun bagi ternak yang dapat menimbulkan
kematian akut maupun kronis .
Di samping itu azolla mengandung xantophil dan asam amino yang
sangat baik untuk pakan ternak . B eberapa asam amino esensial kandungannya
lebih tinggi daripada bungkil kedelai (Tabel 2).
69
a an a an
o omposlsi imla o a an ermg
PK SK
LK Abu B ETN Ca
P
Azolla pinnata'
10,78 21,58 17,86
Azolla pinnata" 10
. 68 26,83 11,06 t
~00
Azollrrpinnata"' - 30
9,1 - - 1,0 - 0,7
Kompos
A . pinnata+"
-
24
9
- - 1
0,4 1
0,7
r:~: : :ou: :::. :.o o:
,o~ .::
,~u:: ~zo: ,:: :~c:: ,:: ~: :~c:: oc:.,u
o~:
c::
,:: : : :~,~ u.,u ::u ]:u: :~: o: .~.cu:
~:: .~w:
c: .~o:,:: :cu: :::. :.o : ~c
c:
|rJ:J~||1, ,
~~: o : F:: .~u]u: c:w: ::, o:,:
.~c~: :zo:
:~c:: : c~: c~.c: :.: c: o~: o:: c~:
o:~:
-:: ,~~: o ,: :zo: o :]u: ,~.c~:: ``
`o::.
::u. c~o:::: c~: ~: uu c~c:: ~:, :.u o
:
~:o:, ::u. c:c ,~.c~:: ::.,: ` I::.: .uo: o:,:
oc~:
,:o: :., :~.u: ]~: ~: :~,~ ::,, u::, c:c o: :
|rJ:J~||1, ,
:uc:u: cu ~o~: o~:
~zo: ,:: o::. ::u.
::. ,~~u
~zo:
,:: o:,: oc~: ,:o: ~: o::. c~u ~
.::: ::u o::. c~u o.,o:
| c:w: :: ,~~: |:J|1~ ~
:, `, : .~u:: ~zo:
,:: ~ o: o.,o: : o c~:
,:o: ::u. ::. ,~~u :~c:: ,~:
cu ~o~:, o~: :uc:u:
:~c~:: ` ` `` o: ` : o:.:
,:o: ,~oo~ ,~:.c::
| ::~ ow~, o: ,~oo~ c~~u |:~, :o:: ,~:.c::
coco c:o:
`
I:c~`

ro.,o:: ~::
~.o :~:: ~zo: ,:: o:
u r~o~:
:u.c~ r-~| | , o::. rJ:J~||1 |,
I~.u I~: u:o: |o ~~
```
r~|~~I~| ~ZCFF~ 1||~I~ :~G~1 ~r~|
IP|~r
~: ~::.
~.o r:o: ~::. ~.o |c~:
,o~,
~zo:
,:: u r~o~:
I~o~
+,`
,
:~
, +,
r~o~
, ,`
1:o~uc~
, +,
F~uc~
,` ,
~::~
,+ ,`
F:~ ,+
,+
-:o~ `,
`,
~~ ,` ,
I,o,: `,` ,`
( p b b ) , konsumsi p akan dan konversi p akan .

Pada p eriode layer diamati juga


p roduksi telur dan IOFC ( income over feed cost/keuntungan di atas b iaya
p roduksi) . Balk p ada p eriode starter maup un grower p enamb ahan az olla kering
dan komp os menunjukkan p b b yang b erarti dan hasil
tertinggi
dicap ai p ada
level 25%, sedangkan
p enggunaan az olla b entuk kering atau
komp os
hamp ir
tidak b erb eda. Tab el 3
menunjukkan dengan meningkatnya level Az olla p innata
seb agai
sub stitusi kedelai diikuti dengan p enamb ahan b ob ot b adan p ada p eriode
p ertumb uhan
( starter dan grower) . Konsumsi p akan p ada p eriode p ertumb uhan
dan p eriode
b ertelur menurun dan terendah dicap ai p ada level 25 % b aik Az olla
p innata
kering maup un komp os . Penurunan ini diseb ab kan meningkatnya
kandungan energi dan p rotein dalam ransum terseb ut sehingga ternak menjadi
cep at kenyang .
Tab el 3 .

Nilai rata- rata


Pb b Ayam Petelur
Sumb er : SUDIBYA et al
( 1992) .
Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001
Konversi p akan merup akan indeks yang dap at menunjukkan samp ai
sejauhmana efisiensi
usaha ternak ayam yang dap at menentukan b esar kecilnya
keuntungan yang dip eroleh
p eternak dari usahanya . Kenaikan level
Az olla
p innata
( kering/komp os) diikuti dengan p enurunan konversi p akan b aik p ada
p eriode starter,
grower dan layer . Nilai konversi p akan p ada Tab el 4 terendah
( terb aik) dicap ai p ada level 25%. dan tertingi p ada level 0 % ( p akan kontrol
dimana b ungkil kedelai tidak disub stitusi) . Berarti p enamb ahan Az olla p innata
ke dalam ransum ayam p etelur menyeb ab kan terjadi keseimb angan asam amino.
Penggunaan az olla b ila ditinjau dari segi ekonomisnya b erdasarkan IOFC . Nilai
lOFC tertinggi dicap ai p ada level
Az olla p innata
25% b aik yang kering ataup un
komp os, dan terendah dicap ai
p ada level
az olla 0% ( p akan kontrol) . Hal ini
diseb ab kan az olla
( kering/komp os) leb ih murah b ila dib andingkan
dengan harga
b ungkil kedelai .
Penamb ahan Az olla p innata ke dalam ransum itik
MANIN ( 1997) telah melakukan p enelitian terhadap itik dengan
memb erikan ransum yang mengandung Az olla p innata 20% dan 40%
( p ersen dari ransum b asal) . Yang diamati adalah konsumsi b ahan kering
ransum/p akan, p ertamb ahan b ob ot b adan ( p b b ) , retensi nitrogen( %) dan
konversi p akan. Konsumsi p akan itik yang mengandung Az olla p innata
20% dan 40% hamp ir tidak b erb eda, namun p ertamb ahan
b ob ot
b adannya b erb eda sangat nyata.
7 1
eno e entu gram e or p engaru p enam a an z o a p innata
p ertumb uhan Az olla eve z o a
o su
stttusi ung t e e at
0 5 to 15 20 25
Starter
Kering
Komp os
620, 75
620, 20
623 , 00
620, 60
626, 60
622, 3 0
627, 90
625
. 86
63 5, 00
63 4, 56
645, 56
644, 3 6
Grower Kering
Komp os
1653 , 10
1640, 00
_.
1
166440
164 5, 44
1688, 00
1668, 60
1702, 60
1673 . 20
1710, 90
1703 , 00
1724, 60
171 0, 80
7 2
Temu Teknis Fungsional Non
Peneliti 2001
Tabe14.

Nilai Rata-rata Konversi Pakan


pada Periode Pertumbuhan
dan
Bertelur
Sumber
:

SUDIBYAet al (1992) .
Ransumyang mengandungAzollapinnata 20%
menghasilkan pbb yang
sangat
tinggi, dapat meningkatkan palatabilitas ransum sehingga temak
itik
akan
mengkonsumsi ransum dalamjumlah besar. Namun tidak berlaku pada
penambahan
Azolla pinnata
40%,
walaupun konsumsi pakan meningkat tetapi
tidak diikuti dengan
pertambahan bobot badan yang meningkat akibatnya nilai
konversi pakan naik (nilai
konversi paling tinggi). Di samping itu meningkatnya
Azolla pinnata dalam ransum menyebabkan
meningkatnya serat kasar dalam
ransum dan menurunkan retensi nitrogen. Menurut WAHYU
(1992) dalam
MANILA (1997) bahwa serat kasar dalam ransum mengakibatkan
tergertaknya
peristaltik usus sehingga zat-zat makanan mudah dicema
terbawa keluar
bersama serat dalamfeses sebelum sempat diserap.
Tabe15
.

Nilai Rata-rata Konsumsi Bahan Kering Pakan itik dan


Pertambahan Bobot Badan
(pbb)
Sumber : MANILA
(1997) .
Tabel 5 menunjukkan rata-rata konsumsi pakan itik
dan pertambahan
bobot badan itik selama penelitian berlangsung
(MANILA,
1997)
. Ransum
kontrol terdiri 41%jagung kuning, 30 %dedak halus, 20%bungkil kedelai, 7%
tepung ikan clan minyak nabati clan tepung tulang masin-masing 1%.
Penambahan azolla 40% menunjukkan nilai
konversi pakan paling tinggi (4,68)
bila dibandingkan dengan nilai konversi pakan kontrol (4,40)
dan azolla 20%
(4,20) . Hal ini disebabkan
penambahan azolla 40%konsumsi ransumnya tinggi
yaitu 631,12 gr/ekor/minggu) dengan pbb sebesar 140,8 gr/ekor/minggu
.
Periode
Level Azolla
Pertumbuhan
dan bertelur Bentuk Azolla
(%substitusi bungkil
kedelai)
0 25
Starter Kering 2,71
2,51
Kompos 2,73
2,53
Grower
Kering 2,98 2,78
Kompos
3 . 08 2,82
layer
Kering 3,14
1,95
Kompos 3,27 2,01
Ransum perlakuan
Konsumsi ransum
(gram/ekor/minggu)
Pbb
(gram/ekor/minggu)
Kontrol 590,85
146,85
20%
Azolla
pinnata
620,10 163,40
40%Azolla pinnata 631,12 140,80
KESIMPULAN
DAFTAR
BACAAN
Temu Teknis Fungsional
Non Peneliti 2001
Dengan demikian setiap j enis ternak memp unyai
kemamp uan berbeda
dalam
mencerna p akan yang dikonsumsinya.
Azolla p innata adalah hij auan air berkualitas yang
dap at diberikan
terhadap semuaj enis
ternak, sup aya tidak terkesan mewah sebaiknya
diberikan
dalambentuk p akan camp uran atau
p engganti bungkil kedelai.
Dalamransum ayamp etelur Azolla
p innata baik kering matahari
maup un komp os dap at mensubstitusi bungkil
kedelai samp ai 25% dan
memberikan p engaruh yang sangat nyata
terhadap p erforman ayam
p etelur baik p ada p eriodep ertumbuhan maup un
p eriodebertelur .
Pada ransum itik p enambahan Azolla p innata
cukup diberikan
20% (p ersen terhadap ransum basal), karena p emberian
azolla samp ai
40%(p ersen terhadap ransumbasal) kurang efisien.
ASKAR, S (1996) .
Dann singkong dan p emanfaatannya terutama
sebagai p akan
tambahan. Wartazoa, 5(1) : 21-24.
FASAKIN,
EA(1999) . Nutritional q uality of leaf p rotein concentrated
p roduced
from water fern (Azolla africana Desvy) and Duckweed
(Sp irodella
p olyrrhiza L.
Schleiden) . Bioresorce. Technol.

69 : 185 - 187 .
KHATUN, A. , MA ALIDAN JG DIN-GLE(1999) .
Comp orison of the nutritive
value for laying hens of diets containing
atolls (Azolla p innata) based
on formulation using digestible amino acid versus
total p rotein and total
amino
acid . Anim. Feed Sci. Technol.

81 : 43 -
56 .
KUSWANDI (1985) . Bisakah azolla untuk
p akan ternak. Ayam dan
Telur
.
Maj alah Pertanian dan Peternakan,
15 (03) .
MANIN (1997) . Penggunaan
tep ung eceng gondok (Eichornia
crassip es Mart)
dan azolla (Azolla p innata
Brown) dalam ransum ternak Itik
p eriode
p ertumbuhan . J. Peternakan Lingk. , 3(2)
: 13-20.
SUDIBYA, D. ADISUWIRio, K.
WIDAYAKA(1992) . Penggunaan
Azolla Pinnata
sebagai p engganti bungkil
kedele dan bentuk p emberiannya
dalam
ransum ayam p etelur terhadap
p erfoman. Lap oran Hasil
Penelitian.
Universitas Jendral Soedirman. Purwokerto
.

You might also like