Professional Documents
Culture Documents
No. Pokok
: :
PENGELOLAAN SAMPAH
itu bukan perkara mudah. Butuh persetujuan dari pemerintah daerah serta masyarakat di sekitar area TPA. Selain itu, ketiga sistem tersebut akan memakan ruang cukup luas jika harus terus berpindah-pindah ketika sampah sudah menumpuk. Maka munculah teknologi pengolahan sampah generasi keempat. Teknologi yang diterapkan di generasi keempat ini, kata Hengky, tidak jauh berbeda dengan generasi ketiga. Hanya saja, setelah sampah dimanfaatkan gasnya untuk keperluan tenaga listrik maka sampah akan dikeruk lagi. Jenis sampah organik dimanfaatkan untuk kompos, sedangkan sampah anorganik dimanfaatkan sebagai bahan bakar tenaga listrik. Untuk menyempurnakan pengolahan sampah generasi keempat, Hengki mengembangkan teknologi TPA sampah basah sistem reusable sanitary landfill (RSL). Teknologi pengolahan sampah generasi kelima ini juga dilengkapi alat pemantauan gas dan pengatur air lindi. Secara sederhana, kata Hengky, metode yang diterapkan RSL adalah pengisian dan pengosongan secara bergilir dalam suatu blok ruang. Misalnya, bila TPA sampah tersebut memiliki tiga blok ruang pengolah sampah padat, ketika satu ruang terisi penuh sampah maka pindah ke blok ruang kedua, begitu seterusnya. Bagi daerah yang sampai sekarang masih menerapkan sistem open dumping, kata Hengky, sebenarnya masih dapat direhabilitasi tanpa harus mencari lahan baru. Misalnya, TPA sampah Bantar Gebang sebenarnya hanya perlu diperbaiki drainase air lindinya secara berkala. "Bila suatu pemerintah daerah menerapkan sistem ini tidak perlu mengotak-atik tata ruang kota atau mengambil lahan daerah lain," ujar Hengky. Proyek percontohan RSL ini sudah dibangun di Kabupaten Bangli, Bali. Pembangunan TPA sampah Sarbagita ini telah disesuaikan dengan iklim di Indonesia. Selain itu, proyek percontohan tersebut juga telah disesuaikan dengan pola konsumsi masyarakat Indonesia secara umum. Pasalnya, pola konsumsi yang berpengaruh dengan jenis sampah yang dihasilkan tersebut erat kaitannya dengan proses penguraian ketika ditimbun di suatu TPA sampah. Timbunan sampah organik akan memengaruhi produksi sejumlah gas dan air lindi. Gas tersebut kemudian dimanfaatkan sebagai sumber tanaga listrik.
biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibakar untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.
Proses Konversi Thermal
Proses konversi thermal dapat dicapai melalui beberapa cara, yaitu insinerasi, pirolisa, dan gasifikasi. Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampah akan dikonversi menjadi gas karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampah lainnya seperti belerang (S) dan nitrogen (N) akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.
Pirolisa merupakan proses konversi bahan organik padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi, molekul-molekul organik yang berukuran besar akan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas. Gasifikasi merupakan proses konversi termokimia padatan organik menjadi gas. Gasifikasi melibatkan proses perengkahan dan pembakaran tidak sempurna pada temperatur yang relatif tinggi (sekitar 900-1100 C). Seperti halnya pirolisa, proses gasifikasi menghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur. Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum, kaleng baja makanan/minuman, Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis bahannya.