You are on page 1of 2

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik

kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Kepala daerah dipilih secara demokratis hal ini ditegaskan dalam Pasal 18

ayat (4) UUD 1945. Ketentuan ini bukan hanya dimaksudkan dengan

metode pemilihan secara langsung, tetapi memberikan kekuasaan kepada

pembentuk undang-undang menentukan cara-cara demokratis dengan

mempertimbangkan aspek keberagaman dan keistimewaan daerah.

Ketentuan ini berbeda dengan Pasal 22E UUD 1945 sebagai landasan

konstitusional pemilihan umum yang mensyaratkan pemilihan secara

langsung dan secara limitatif menentukan jabatan-jabatan yang dipilih

melalui pemilihan umum. Dalam pengujian undang-undang Mahkamah

Konstitusi telah mengubah makna ketentuan Pasal 22E ayat (2) UUD 1945

dengan menafsirkan bahwa pembentuk undang-undang dapat memperluas

pengertian pemilu dengan memasukan kepala daerah sebagai bagian dari

pemilihan umum.
82

2. Dasar hukum pengalihan penyelesaian sengketa Pemilukada diatur dalam


pasal 236C UU No. 12 Tahun 2008 tentang perubahan atas UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Hal ini didasarkan pada

digolongkannya pemilihan kepala daerah sebagai Pemilu melalui pasal 1

angka 4 UU No. 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

Kewenangan Mahkamah Konstitusi menurut undang-undang dibatasi

hanya pada hasil perolehan suara yang ditetapkan oleh KPUD dan bunyi

amar putusan telah ditetapkan dalam PMK No. 15 Tahun 2008.

Prakteknya Mahkamah Konstitusi telah memperluas kewenangannya

dengan memeriksa dan menilai pelanggaran-pelanggaran dalam

menetapkan putusan yang tidak sesuai dengan prosedur dalam PMK No.

15 Tahun 2008.

5.2 Saran
Penulis menyarankan agar dalam UUD 1945 menentukan secara tegas jabatan-

jabatan yang diisi melalui Pemilu dan memuat batasan kewenangan Mahkamah

Konstitusi dalam memutus perselisihan hasil Pemilu.

You might also like