You are on page 1of 7

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No.

1 Januari 2012; 7 - 13

Compatibility Test Kompresor Hermetik R-12 Untuk Mesin Pendingin Yang Beroperasi Dengan Refrigeran R-12
M. Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, S.H. , Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS, Semarang 50329 Telp. 7473417, 7466420 (Hunting), Fax. 7472396 E-mail : dennysurindra@yahoo.com.sg

Abstrak Refrigeran halokarbon yang banyak digunakan adalah R-12. Pada compatibility test ini digunakan mesin pendingin dengan kompresor hermetik (lemari es) yang biasa menggunakan R-12. Pengujian ini dilakukan selama 2000 jam. Uji kecocokan ini adalah membandingkan viskositas, keasaman, jelaga, kandungan air, Al, Mn, Cu, Fe dan Si sebelum dan sesudah pengujian. Viskositas pelumas setelah pengujian pada temperatur 400 C dan 1000C untuk kompresor dengan menggunakan refrigeran R-12 adalah 19,35 cSt dan 3,97 cSt. Tidak terjadi perubahan Total Acid Number (TAN), soot dan kandungan air pada pelumas kompresor tersebut. TAN pelumas setelah dan sebelum pengujian adalah 0,07 mg KOH/g. Kandungan Al, Mn, Cu, Fe dan Si pada pelumas kompresor dengan menggunakan refrigeran R12 berturut-turut adalah 0, 0, 2, 0, 3 ppm. Selain itu dilakukan uji visual kompresor hermetik setelah digunakan selama 2000 jam. Dari uji visual tidak ada kerusakan permukaan komponen kompresor. Keyword :Compatibility test, Kompresor Hermetik, Refrigerant R-12

1. PENDAHULUAN Refrigeran adalah zat yang berfungsi sebagai media pendingin dengan menyerap kalor dari benda atau bahan lain seperti air atau udara ruangan, sehingga refrigeran tersebut dapat dengan mudah merubah phasanya dari cair menjadi gas, sedangkan pada saat terjadi pelepasan kalor oleh refrigeran terjadi perubahan phasa dari gas bertekanan tinggi jenuh menjadi cair. Refrigeran halokarbon atau freon merupakan kelompok yang paling umum dipakai untuk berbagai jenis kulkas rumah tangga. Pengujian dilakukan selama 2000 jam kemudian dilakukan inspeksi terhadap kerusakan pada komponen kompresor. Perubahan pelumas dianalisis seperti kandungan logam, kadar keasaman, viskositas kinetik, titik nyala, kandungan air dan kerak dari pelumas. Pengujian mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sukumar Devotta dkk yang telah mengacu pada penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Research Center for Refrigeration and Heat Pumps Ltd yang bekerjasama dengan University of Hannover, Germany.

Teori Refrigeran R-12 Refrigeran halokarbon atau freon 12 (CCl2F2) bertitik didih -21,60F, banyak digunakan untuk sistem pengkondisian udara, mesin pendingin, pendinginan air, mesin es krim dan lain-lain, baik sebagai refrigeran langsung maupun refrigeran tidak langsung. Freon 12 penggunakannya cocok dengan kompresor jenis torak dan jenis rotari. Jenis refrigeran ini tidak beracun, tidak meledak ataupun terbakar, mudah terlarut di dalam air, tetapi tidak menyebabkan karat. Pada mulanya refrigeran ini dipilih karena titik didih, tekanan dan kestabilannya selama digunakan di dalam sistem pendingin bukan atas dasar tidak meledak atau beracun. Sudah barang tentu banyak faktor yang harus dipertimbangkan sebelum memilih refrigeran, selain sifat-sifat yang disebutkan di atas juga harus di pertimbangkan berat molekul, kerapatan, perbandingan kompresi, nilai panas, temperatur kompresi, panjang langkah kompresor, jenis kompresor yang dipakai dan lain-lain.

Compatibility Test Kompresor Hermetik R-12 Untuk Mesin Pendingin

(M. Denny S)

2. METODE PENELITIAN Panel peralatan pengujian yang digunakan seperti terlihat dalam Gambar 1.

Persiapan analisis secara visual Untuk melihat bagian dalam kompresor, harus membelah rumah kompresor dengan menggunakan gergaji besi. Bagian-bagian yang harus diperhatikan, yaitu: a. Katup discharge b. Katup suction c. Piston d. Crankshaft Prosedur analisis viskositas Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perubahan viskositas minyak pelumas di kompresor selama 2000 jam operasi, akibat bercampur dengan refrigeran dan mengalami perubahan temperatur, tekanan, dan kontaminasi. Prosedur analisis viskositas pelumas: 1. Menghidupkan viskometer dan mengatur temperaturnya (400C dan 1000C). 2. Viskometer dibiarkan selama beberapa menit sehingga suhu yang diinginkan tercapai. 3. Setiap kali menggunakan, harus mengkalibrasi viskometer tersebut dengan menggunakan oli standar. 4. Hasil kalibrasi dari oli standar paling tidak mempunyai simpangan <1% dari nilai viskositas yang telah ditentukan pada masing-masing temperatur. 5. Menyiapkan pelumas yang akan diukur viskositasnya. 6. Memasukkan pelumas ke dalam gelas ukur sebanyak 15 ml. 7. Menuangkan pelumas di gelas ukur ke dalam tabung viskometer. 8. Memasukkan tabung viskometer ke dalam peralatan viskometer digital dengan menggunakan penjepit yang telah disediakan. 9. Memasukkan tabung viskometernya (sebaiknya memilih spindel yang mempunyai nilai faktor pengali yang kecil, supaya diperoleh hasil pengukuran viskositas yang lebih teliti). 10. Menarik pelumas yang ada pada tabung viskometer, sehingga permukaan pelumas naik sampai batas atas yang telah

Gambar 1. Panel peralatan pengujian Parameter-parameter pengukuran yang ditentukan untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada pelumas refrigerasi selama beroperasi 2000 jam nonstop saat menggunakan bahan pendingin R-12, adalah: a. Viskositas kinematik pelumas (cSt) b. Flash point c. Wear metasl (ppm) d. Tingkat keasaman pelumas/TAN (mg KOH/g) e. Soot and Water contents Persiapan analisis minyak pelumas Persiapan kali ini ditujukan dalam hal pengemasan pelumas hasil pengujian yang akan di bawa ke Laboratorium PERTAMINA Jakarta. Langkah-langkah yang dilakukan adalah : a. Mengosongkan refrigerant dari sistem (lemari es). Hal ini dilakukan sebelum pelepasan kompresor dari sistem untuk menghindari kebakaran saat pengelasan. b. Menyiapkan botol penampung pelumas. Botol terlebih dahulu dibersihkan untuk menghilangkan kotoran, kemudian dijemur selama 8 jam. c. Melepas kompresor dari sistem dengan cara mengelas sambungan-sambungan pipa pada sistem. d. Menuang pelumas dari kompresor kedalam botol yang telah disiapkan, kemudian botol ditutup rapat sehingga reaksi dengan udara luar dapat dihindari. 8

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 1 Januari 2012; 7 - 13

ditentukan dengan menggunakan pompa vakum. 11. Memindahkan posisi switch pada posisi ON. 12. Membiarkan pelumas mengalir pada tabung viskometer sampai batas bawah yang telah ditentukan. 13. Menekan tombol switch saat pelumas menyentuh batas bawah dari tabung viskometer. 14. Membaca berapa viskositas pada display. 15. Untuk memperoleh hasil viskositas, hasil pembacaan pada display dikalikan dengan faktor pengali dari tabung viskometer tersebut.

Gambar 3. COC (Clevelend Open Cup) Prosedur analisis flash point dengan menggunakan COC adalah: 1. Mengisi mangkuk dengan Used Oil (sampel) sampai tanda batas 2. Memanaskan sampel dengan kecepatan pemanasan 25 sampai 30 0F/menit. Jika suhu sampel 1000 F di bawah titik nyala yang diperkirakan maka mengurangi pemanasan sehingga kecepatan pemanasan untuk 500F yang terakhir di bawah titik nyala diperkirakan 9 sampai 11 0F/menit. 3. Dimulai dari 500 F di bawah titik nyala, test flame dilewatkan di atas mangkuk tiap-tiap kenaikan 50 F secara bolak-balik dalam waktu 1 detik. 4. Mencatat temperatur dimana terjadi sambaran api pada permukaan minyak pelumas ketika test flame dilewatkan. Titik api dapat di baca pada saat minyak terbakar selama 5 detik. Prosedur analisis metal content Analisis ini bertujuan untuk mengetahui wear metal yang terjadi selama beropersi 2000 jam non-stop. Untuk analisis ini menggunakan ICP (Inductively Coupled Plasma). Prosedur analisa metal content dengan menggunakan ICP: 9

Gambar 2. Viscometer

Prosedur analisis flash point Analisis ini bertujuan untuk menentukan titik nyala dari minyak pelumas setelah beroperasi selama 2000 jam. Untuk analisis ini menggunakan COC (Clevelend Open Cup).

Compatibility Test Kompresor Hermetik R-12 Untuk Mesin Pendingin

(M. Denny S)

1. Menimimbang used oil sampai 1 gram. 2. Melarutkan used oil ke dalam 10 ml xylen . 3. Menyeting api dalam ruang pembakaran dengan menggunakan software. 4. Sebelum memulai pengujian, memasukkan Xylen ke dalam ruang bakar untuk menetralisir. 5. Memasukan oil standar 50 ppm dan 100 ppm (conostan wear metal) sebagai standar. 6. Memasukkan used oil yang akan dianalisis kadar wear metal-nya.

6. Membandingkan hasil oil reference dengan data base, yang telah dimiliki oleh software FTIR . 7. Jika hasil dari oil reference memiliki penyimpangan kurang dari 5%, alat dapat dikatakan baik. 8. Membersihkan permukaan kristal dengan larutan toluene sebelum pengujian used oil berikutnya. 9. Menuangkan used oil pada permukaan kristal secara merata. 10. Menekan tombol scan pada software FTIR . 11. Mencetak hasilnya dalam bentuk printout. 12. Mengulangi langkah ke-10 untuk pengujian used oil jenis lain.

Gambar 5. FTIR (Fourier Transform Infra Red).

Gambar 4. ICP (Inductively Coupled Plasma) Prosedur analisis soot and water content Analisis ini bertujuan untuk mengetahui soot and water content yang terkandung pada pelumas, selama beropersi 2000 jam nonstop. Untuk analisa ini menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Prosedur analisa soot and water content dengan menggunakan FTIR: 1. Menghidupkan FTIR. 2. Membiarkan alat warming-up selama 10 menit. 3. Sebelum memulai pengujian, membersihkan permukaan kristal kaca dengan larutan toluene. 4. Menuangkan Oil reference pada permukaan kristal secara merata. 5. Menekan tombol scan pada software FTIR.

Prosedur analisis TAN Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman yang terkandung pada pelumas. Untuk analisa ini menggunakan Titrimeter. Prosedur analisa TAN dengan menggunakan Titrimeter sebagai berikut: 1. Menimbang used oil sampai 15 gram. 2. Melarutkan used oil tersebut ke dalam larutan solven. 3. Menyiapkan KOH (potassium hydroxide) dalam etanol/alkohol sebagai peng-titran. 4. Menyiapkan larutan standar (solven), hasil dari larutan standar akan memiliki potensiometer 1,31 mV dengan toleransi 1 %. 5. Memasukkan used oil yang sudah dilarutkan dengan solven ke dalam Titrimeter. 6. Membiarkan beberapa menit sehingga terjadi titrasi. 7. Hasil keluar dalam bentuk print-out \

10

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 1 Januari 2012; 7 - 13

Sedangkan data ambang batas pelumas yang masih dapat digunakan dalam kompresor hermatik adalah sebagai berikut ini:
Tabel 3. Data ambang batas pelumas kompresor hermetik
No 1 2 3 Pemeriksaan Viscosity Kinematic cST (All Viscosity) Total Acid Number mg KOH/g Wear Metal ppm Al Cu Fe Si Value (maximal) Not Allowed 30% 0,3 10 15 25 15

Gambar 6. Titrimeter 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelumas natural kompresor ini dibuat secara khusus untuk kompresor hermetik sehingga dapat bekerja secara baik pada temperatur kompresor. Pelumas berbahan dasar pelumas mineral jenis naphtenic. Pada Tabel 1 dan 2 berikut akan diperlihatkan data minyak sebelum pengujian.
Tabel 1. Data pelumas sebelum pengujian
No 1 Pemeriksaan Viscosity Kinematic cST -pada 400C -pada 1000C Total Acid Number mgKOH/g Flash Point COC Infrared Low Soot 0 Water 0 Metal Content Al Mn Cu Fe Si Metode ASTM-445 22,17 4,29 ASTM D664 FTIR 0 0 ASTM D5185 0 0 0 0 0 0,07 180 High 0,70 0,30 ppm Hasil R-12

Analisis viskositas Dari hasil pengujian pelumas yang dilakukan di laboratorium PeMAP Pertamina menunjukan adanya penurunan viskositas pada pelumas. Untuk refrigerant R-12 pada temperature 400C sebelum dilakukan pengujian viscositas kinematik 22,17 dan setelah pengujian viscositas kinematik 19,35 sedangkan pada temperature 1000C sebelum dilakukan pengujian viscositas kinematik 4,29 dan setelah pengujian viscositas kinematik 3,97. Terjadinya penurunan viskositas ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu: 1. Bercampurnya pelumas dengan refrigeran pada saat pelumas bekerja pada sistem refrigerasi. 2. Naiknya temperatur kerja pelumas yang disebabkan oleh tekanan refrigerant yang dimampatkan serta oleh kerja motor listrik. Naiknya temperatur ini menyebabkan melemahnya ikatan antara molekul pelumas yang mengakibatkan turunnya viskositas pelumas. 3. Gesekan antara komponen yang bergerak dari kompresor sehingga mengakibatkan naiknya tekanan dan temperatur pada lapisan film diantara dua logam yang bergesekan.. Penurunan viskositas pelumas ini masih dalam batas yang direkomendasikan yaitu masih dibawah 30 % dari viskositas pelumas baru.

2 3 4

Tabel 2. Data pelumas sesudah pengujian No


1

Pemeriksaan
Viscosity Kinematic cST -pada 400C -pada 1000C Total Acid Number mgKOH/g Flash Point COC Infrared Low High Soot 0 0,70 Water 0 0,30 Metal Content ppm Al Mn Cu Fe Si

Metode
ASTM-445 ASTM D-664

Hasil
R-12 19,35 3,97 0,07 168

2 3 4

FTIR

0 0 0 0 2 0 3

ASTM D-5185

11

Compatibility Test Kompresor Hermetik R-12 Untuk Mesin Pendingin

(M. Denny S)

Analisis TAN Berdasarkan hasil pengujian TAN terlihat bahwa tidak ada peningkatan nilai TAN setelah sistem berkerja selama 2000 jam tapi walaupun tidak ada kenaikan pada nilai TAN setelah pengujian reaksi oksidasi tetap terjadi karena oksidasi terlarut ikut dalam sirkulasi pelumasan. Analisis soot dan water contents Hasil pengujian soot dan water content tidak mengalami kenaikan (nilainya nol) maka instalasi yang dilakukan sudah sesuai dengan prosedur penginstalan kulkas. Analisis metal contents Pelumas baru (fresh oil) tidak terdapat kontaminasi wear metal yang terdeteksi oleh alat ICP. Setelah bekerja selama 2000 jam, untuk refrigerant R-12, ICP mendeteksi adanya kandungan Fe sebesar 0 ppm, Cu sebesar 2 ppm, Al sebesar 0 ppm dan Si sebesar 3 ppm. Fe dan Al merupakan meterial utama penyusun pada piston, maka adanya kontaminan Fe dan Al berasal dari gesakan antara silinder dan piston yang mengakibatkan pengikisan kedua material komponen tersebut. Sumber kontaminan Si berasal dari abrasi pada gasket di kepala silinder kompresor yang dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur kerja yang cukup tinggi, dan dapat juga berasal dari debu (kotoran) ketika pengemasan minyak pelumas ke botol tempat penyimpanan minyak pelumas sebelum diuji di Laboratorium. Untuk sumber kontaminan Cu berasal dari kumparan motor listrik yang bergesekan dengan pelumas. Kontaminan Cu juga berasal dari terkikisnya material pipa yang terbuat dari tembaga yang pengikisannya terjadi ketika campuran refrigeran dan pelumas bersirkulasi dalam sistem mesin pendingin. Analisis Visual Analisis visual dilakukan dengan melihat bagian-bagian dari kompresor yang 12

mengalami perubahan fisik dan perubahan warna. Bagian-bagian yang diamati, antara lain : 1. Katup hisap dan tekan merupakan bagian yang mengatur masuk/keluarnya aliran fluida ke ruang silinder dan menuju discharge valve. Bagian ini akan sering dilalui oleh pelumas dan refrigeran, sehingga pengaruh suhu dan tekanan dalam kompresor dapat diamati pada bagian tersebut.

Gambar 7. Katub hisap dan tekan Dari perbandingan gambar katub diatas terlihat pada katub hisap dan tekan dari refrigerant R-12 mempunyai flek coklat yang sangat sedikit, Hal ini membuktikan bahwa penggunakan refrigerant R-12 telah sesuai untuk refrigerant pada kulkas yang menggunakan kompresor hermatik. 2. Piston , silinder dan crankshaft Untuk pengamatan secara visual pada piston, silinder dan torak, tidak terlihat adanya perbedaan yang mencolok.

(a)

(b)

(c)
Gambar 9. a. Piston b. Silinder c.Poros kruk as

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 1 Januari 2012; 7 - 13

a. Pada bagian piston dan silinder, permukaan masing-masing komponen tersebut nampak terdapat sedikit bekas gesekan, namun secara visual gesekan tersebut nampak secara samar-samar. b. Pada bagian crankshaft, terdapat bekas gesekan-gesekan yang halus dan secara visual tidak nampak cacat yang berarti. c. Pada bagian bagian yang lain (rotor, stator, kabel, rangka, pipa tembaga, dll) secara umum masih dalam keadaan baik. 4. KESIMPULAN 1. Penurunan viskositas pada temperature 400C adalah 12,72% dan pada temperature 1000C adalah 7,45%. Nilai ini dibawah nilai ASTM-445 yang mensyaratkan perubahan sebesar 30%, sehingga refrigerant tersebut layak digunakan. 2. Soot dan water content yang tidak mempunyai nilai (nilainya 0), ini berarti tidak ada endapan dan kandungan air dalam sistem refrigerasi sehingga instalasi untuk pengujian ini telah memenuhi prosedur untuk sebuah instalasi refrigerator. 3. Tidak terjadi peningkatan nilai TAN 4. Katup suction dan discharge compressor berwarna kecoklatan. Hal ini disebabkan oleh terbakarnya minyak pelumas dan juga karena efek dari temperatur kerja yang tinggi dari kompresor. 5. Pada piston dan crankshaft terdapat goresan-goresan, hal ini diakibatkan oleh kedua komponen selalalu bergesekan pada saat bekerja. Hal inilah yang menyebabkan munculnya wear metal. REFERENCES ASHRAE, 1998, ASHRAE Handbook of Fundamental, Millstar Electronic Publish, Group Inc. Ciantar, C., Hadfield, M., Swallow, A., Smith, A., 2000, The influence of POE and PVE lubricant blends within hermetic refrigerating comressors operating with HFC-134a refrigerant, Wear, Vol. 241, pp. 53-64.

Direktorat Hilir Bidang Pemasaran dan Niaga, 2002, Pemeliharaan Mesin Melalui Analisa Progresif, Layanan Teknik Pemasaran-Pelumas. Ari Darmawan, Aryadi Suwono and Nathanael Tandian, 2002, Pelatihan Refrigeran Hidrocarbon, Seminar Refrigeran Hidrocarbon, Semarang. Hariman Kartakusumah, 2002, Pengaruh HC Propana (R-290) Terhadap Viskositas Minyak Pelumas di Kompresor dengan HCFC (R-22) sebagai Refrigeran Acuan. PT. Hartono Istana Teknologi, 2002, Penggunaan Refrigeran Hidrocarbon pada Lemari Es, Seminar Refrigeran Hidrocarbon, Semarang. Sukumar Devotta, N. N. Sawant, Shailesh N. joshi, Life Cycle Testing of Hermetic Compressor With Alternatives to CFC12, National Chemical Laboratory, India Windu Sediyono, 2003, Kaji eksperimental perbandingan unjuk kerja kulkas dengan menggunakan refrigeran R-12 dan Hidrokarbon safe-12 terhadap pengaruh variasi massa refrigerasi.

13

You might also like