Professional Documents
Culture Documents
Dalam akuntansi persediaan, ada dua sistim yang lumrah digunakan, yaitu: sistim periodik dan sistim perpetual. Bagi pegawai accounting, sistim persediaan periodik atau perpetualyang diterapkan di dalam perusahaanmenentukan bagaimana pencatatan transaksi persediaan dilakukan. Sedangkan bagi pengelola keuangan dan pengelola usaha, sistim persediaan yang diterapkan menentukan seberapa efektif persediaan bisa dikelolaterutama aspek pengawasannya. Melalui tulisan ini, saya ingin membahas mengenai sisim persediaan periodik dan perpetual, mulai dari pebedaaan yang paling fundamental, perbadingan jurna-perjurnal, hingga implikasinya terhadap laporan keuangan dan pengelolaan persediaan. Dengan kehadiran pembahasan ini, saya berharap pembaca memperoleh gambaran yang jelas mengenai sistim persediaan periodik dan perpetual, dalam tataran inplementasi di perusahaan. Namun sebelum itu, mari kita lihat sekilas; apa itu persediaan.
Perusahaan Jasa (misal: konsultan, agen, broker, dll) Tidak memiliki persediaan Perusahaan Dagang (misal: toko, mini market, dll) Persediaannya berupa barang jadi Perusahaan Manufaktur (misal: pabrik gula, pabrik pakaian jadi, dll) Persediaannya berupa: (a) bahan baku; (b) bahan penolong; (c) barang dalam proses; dan (d) barang jadi.
Persediaan berimplikasi luas terhadap pelaporan keuangan dan pengelolaan keuangan perusahaan. Apa implikasinya terhadap laporan keuangan? Persediaan berimplikasi langsung terhadap Neraca dan Laporan Laba-Rugi:
Di Neraca, persediaan disajikan dalam kelompok Aktiva Lancar (current assets)setelah akun Piutang (silahkan lihat contoh format Neraca), sehingga besar-kecilnya nilai saldo persediaan yang disajikan berpengaruh terhadap besar kecilnya nilai aktiva (aset) secara keseluruhan. Di Laporan Laba Rugi, besar kecilnya PENGGUNAAN persediaan (bahan baku, bahan penolong dan barang jadi) menentukan besar kecilnya Harga Pokok Penjualan (HPP), yang pada akhirnya juga akan menentukan besar kecilnya Laba atau Rugi yang disajikan di dalam laporan laba-rugi. Pada akhirnya, besar-kecilnya laba/rugi yang dibukukan pada suatu periode akuntansi berimplikasi terhadap besar-kecilnya Laba Ditahan (Retained Earning) yang disajikan di Neracapersisnya di kelompok akun Ekuitas.
Oke. Implikasi persediaan terhadap laporan keuangan sudah jelas terlihat. Pertanyaannya: Apakah penerapan sistim persediaan periodik/perpetual berpengaruh terhadap laporan keuangan? Maksud saya, apakah dengan menggunakan sistim perpetual membuat laporan keuangan menjadi berbeda jika dibandingkan dengan menggunakan sistim periodik? Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat perbandingan antara sistim persediaan periodik dengan perpetual. Yuk pindah ke paragraf berikutnya
persediaan. Jika terjadi perbedaan antara saldo akhir hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir yang ditunjukan oleh buku persediaan, maka dibuatkan rekonsiliasi persediaan dengan memasukan jurnal penyesuaian persediaan (inventory adjustment entry). 2. Penentuan Persediaan Digunakan (atau Terjual) dalam Harga Pokok Penjualan: (a) Sistim Periodik Jika perusahaan menggunakan sistim periodik, maka nilai persediaan yang digunakan (dan terjual)untuk dibebankan sebagai Harga Pokok Penjualan, dihitung dengan cara menjumlahkan saldo awal persediaan dengan total pembeliaan (atau persediaan masuk) lalu dikurangi dengan saldo akhir persediaan yang diperoleh melalui penghitungan fisik. Misalnya: Data persediaan JAK Mart (perusahaan dagang) untuk tahun 2012 adalah sbb:
Saldo awal = Rp 20,000,000 Pembelian Bersih Jan s/d Des 2012 = Rp 150,000,000 Saldo akhir 31 Desember 2012 (diketahui setelah penghitungan fisik) = Rp 22,000,000
Harga Pokok Penjualan = 20,000,000 + 150,000,000 22,000,000 = 148,000,000. Selanjutnya harga pokok ini dimasukan dengan journal penyesuaian (sebentar lagi kita bahas di perbandingan jurnal.) (b) Sistim Perpetual Dengan sistim perpetual, perusahaan tidak perlu lagi membuat perhitungan seperti pada sistim periodik karena penggunaan persediaan langsung diakui setiap kali ada penjualan dengan mendebit akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit Persediaan di sisi lainnya, seperti jurnal di bawah ini: [Debit]. Harga Pokok Penjualan = xxx [Kredit]. Persediaan = xxx Oke. Dengan sistim perpetual setiap transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan volume persediaan selalu dicatat dengan memasukan jurnal begitu transaksi terjadi. Apakah dengan sistim periodik transaksi-transaksi yang terjadi tidak dicatat samasekali? Mungkin ada yang berpikir seperti itu. Tentu saja dicatat. Hanya saja, biasanya, menggunakan nama akun berbeda dibandingkan jika menggunakan sistim perpetual. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat transaksi-per-transaksi. Lanjut
Dan; [Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 36,000,000 [Kredit]. Persediaan = Rp 36,000,000 (Untuk mengakui harga pokok penjualan sekaligus penurunan nilai inventory, 60,000 x 600 = Rp 36,000,000.) (d) Kecuali ada perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan buku, maka tidak ada jurnal penyesuaian yang perlu dimasukan. Saldo akhir persediaan otomatis menunjukan nilai Rp 24,000,000. Bagaimana jika JAK Mart menggunakan sistim periodik? Jurnalnya akan nampak sebagai berikut: (a) Saldo awal persediaan (di Neraca) = Rp 6,000,000 (b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal: [Debit]. Pembelian = Rp 54,000,000 (menggunakan akun pembelian) [Kredit]. Utang Dagang = Rp 54,000,000 (c) Pada sistim periodik, penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000/unit dicatat hanya dengan satu jurnal sajauntuk mengakui penjualan dan piutang dagang (Note: penurunan persediaan dan pengakuan harga pokok penjualan dilakukan sekaligus di akhir periode): [Debit]. Piutang Dagang = Rp 72,000,000 [Kredit]. Penjualan = Rp 72,000,000 (Untuk mengakui penjualan dan piutang) (d) Di akhir periode, setalah dilakukan penghitungan fisik, JAK memasukan jurnal penyesuaianuntuk mengakui persediaan, harga pokok penjualan, sekaligus menghapus saldo akun Pembeliansebagai berikut: [Debit]. Persediaan = Rp 18,000,000 [Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 36,000,000 [Kredit]. Pembelian = Rp 54,000,000 Note: Dengan jurnal penyesuaian yang dimasukan di akhir periode ini, maka saldo akun Pembelian menjadi nol, saldo akhir persediaan di Neraca menjadi Rp 24,000,000 (=saldo awal 6,000,000 + adjustment kenaikan 18,000,000), dan muncul Harga Pokok Penjualan di Laporan Laba-Rugi sebesar Rp 54,000,000 (=6,000,000 + 54,000,000 24,000,000).
2. Retur Pembelian, Diskon Pembelian dan Cadangan Apa yang terjadi jika ada retur pembelian atau diskon? Perusahaan yang menerapkan sistim periodik, disamping menggunakan akun Pembelianyang bersaldo debit mereka juga menggunakan 2 kontra-akun pembelian (bersaldo kredit) yang diberi nama Retur Pembelian dan Diskon Pembelian. Jika ada pembelian yang dikembalikan (retur pembelian) atau memeperoleh potongan, maka kontra akun ini menjadi pengurang nilai Pembelian. Hasil silang saldo Pembelian dan kedua kontra-akun ini menghasilkan apa yang disebut dengan Pembelian Bersih. Bagaimanapun juga, semua slado akun ini (Pembelian, Diskon Pembelian dan Retur Pembelian) bersifat sementara saja, nantinya akan dihapus degan jurnal penyesuaian di akhir periode (seperti terlihat pada contoh jurnal penyesuaian sebelumnya). Untuk lebih konkoretnya, kita buat satu contoh transaksi: Karena adanya kerusakan, JAK Mart mengembalikan pembelian barang sebesar Rp 7,000,000. Jika JAK Mart menerapkan sistim perpetual, maka JAK akan mengakui penurunan nilai utang sekaligus langsung mengakui penurunan nilai persediaan, dengan jurnal: [Debit]. Utang Dagang = Rp 7,000,000 [Kredit]. Persediaan = Rp 7,000,000 (Note: Pengembalian barang mengurangi nilai persediaan sebesar Rp 7,000,000) Jika JAK Mart menerapkan sistim periodik, maka jurnalnya adalah sbb: [Debit]. Utang Dagang = Rp 7,000,000 [Kredit]. Retur Pembelian = Rp 7,000,000 (Note: pembelian megurangi nilai pembelian) Lanjut dengan diskon Di lain kesempatan JAK Mart membeli barang sebesar Rp 10,000,000 dengan termin kredit 2/10, n/30. Karena JAK Mart bisa melakukan pelunasan seminggu setelah pembelian, maka JAK Mart memperoleh diskon 2%. Bagimana jurnalnya? Jika menerapkan sistim perpetual, maka saat pembelian JAK Mart memasukan jurnal: [Debit]. Persediaan = Rp 10,000,000 [Kredit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000
Saat pelunasan, diskon Rp 200,000 tersebut sekaligus diakui sebagai pengurang nilai persediaan, dengan jurnal: [Debit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000 [Credit]. Persediaan = Rp 200,000 [Credit]. Kas = Rp 9,800,000 Jika menggunakan sistim periodik, maka saat pembelian jurnal yang dimasukan adalah: [Debit]. Pembelian = Rp 10,000,000 [Kredit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000 Diskon yang diperoleh tidak diakui sebagai pengurang nilai persediaan (ingat: sistim periodik tidak mencatat persediaan tetapi pembelian), melainkan dicatat sebagai Diskon Pembelian. Sehingga jurnal yang dimasukan ketika melakukan pelunasan adalah sbb: [Debit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000 [Credit]. Diskon Pembelian = Rp 200,000 [Kredit]. Kas = Rp 9,800,000 3. Retur Penjualan dan Diskon Penjualan Transkasi lainnya yang terkait dengan persediaan adalah retur penjualan dan diskon penjualan. Pada transaksi ini, baik sistim perpetual maupun sistim periodik samasama meggunakan akun yang diberi nama Retur Penjualan dan Diskon Penjualan yang kedua-duanya merupakan kontra-akun penjualan (bersaldo debit), bedanya hanya di pengakuan Harga Pokok Penjualan. Pada sistim perpetual return penjualan, disamping mengakui penurunan piutang dagang dan penurunan penjualan (dengan akun retur penjualan) juga mengakui penurunan harga pokok penjualan dan persediaan. Sedangkan pada sistim periodik, tidak. Misalnya: JAK Mart menerima barang kembali dari pelanggan (karena cacat) senilai Rp 6,000,000. Harga Pokok Penjualan barang yang diretur tersebut adalah Rp 3,000,000. (Kita asumsikan pengakuan penjualan menggunakan metode bruto/gross method) Jika menggunakan perpetual, maka JAK Mart akan mencatat retur tersebut dengan sepasang jurnal: [Debit]. Retur Penjualan = Rp 6,000,000 (kontra akun penjualan bersaldo debit) [Kredit]. Piutang Dagang = Rp 6,000,000 (Untuk mengakui retur penjualan)
Dan; [Debit]. Persediaan = Rp 3,000,000 [Kredit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 3,000,000 (Untuk mengakui barang persediaan yang telah dikembalikan sekaligus menguragi harga pokok penjualan). Sedangkan jika menggunakan sistim periodik, JAK Mart hanya akan memasukan satu jurnal saja, yaitu: [Debit]. Retur Penjualan = Rp 6,000,000 [Kredit]. Piutang Dagang = Rp 6,000,000 (Untuk mengakui retur penjualan) Catatan: Sistim periodik baru akan menghitung saldo persediaan dan mengakui harga pokok penjualan di akhir periodesetelah penghitungan fisik dilakukan. Selanjutnya, diskon penjualan. Bagaimana pencatatanya? Oke. Anggap JAK Mart memberikan diskon Rp 200,000 atas pelunasan pembelian sebesar Rp 10,000,000 dari pelanggan (masih menggunakan metode pengakuan penjualan bruto/gross method) Sistim perpetual dan sistim periodik memasukan jurnal yang sama persis untuk pelunasan yang mengandung diskon penjualan. Dalam contoh ini: [Debit]. Kas = Rp 9,800,000 [Debit]. Diskon Penjualan = Rp 200,000 (kontra akun penjualan bersaldo debit). [Kredit]. Piutang Dagang = Rp 10,000,000 Secara keseluruhan, dari pebandingan jurnalantara sistim periodik dan perpetual, jelas terlihat bahwa: Terhadap laporan keuangan yang disajikan di setiap akhir periode, menggunakan sistim perpetual atau periodik tidak berpengaruh apa-apa, dalam pengertian: nilai saldo akhir persediaan (yang disajikan di neraca) dan harga pokok penjualan (yang disajikan di laporan laba-rugi), akan menunjukan hasil yang sama. Bedanya, hanya terjadi pada teknis pengakuan dan nama akun yang digunakan pada setiap pengakuan transaksi. Sistim perpetual selalu mendebit/mengkredit akun Persediaan untuk setiap transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan persediaan. Sedangkan sistim periodikuntuk sementaramenggunakan akun Pembelian untuk setiap penambahan persediaan dan baru memperhitungkan penurunan persediaan di akhir periodesertelah penghitungan fisik dilakukan.
Bagaimana jika perusahaan yang menerapkan sistim periodicterpaksa harus menyajikan laporan padahal periode belum berakhirmisalnya: untuk pengajuan kredit? Perusahaan bisa (a) menggunakan laporan periode sebelumnya, atau (b) melakukan penghitungan fisik saat itu juga lalu menjalankan prosedur seperti yang dilakukan di akhir periode. Oke. Penerapan sistim periodik atau perpetual tidak ada pengaruhnya terhadap laporan keuangan. Bagaimana dengan pengelolaan persediaan dan keuangan secara keseluruhan? Mari kita lihat implikasinya Lanjut
Barang dagangan anda adalah tergolong bernilai tinggi Iklan produk/perushaan anda muncul di TV atau suratkabar lokal setiap hari Volume penjualan harian anda sangat tinggi Anda mempekerjakan lebih dari 40 orang pegawai sales Anda membayangkan bahwa pelanggan akan sangat kecewa jika mereka datang berbelanja tetapi barang persediaan yang anda iklankan ternyata sudah habis terjual
Dengan kondisi operasional perusahaan seperti ini, apakah menggunakan sistim perpetual cukup masuk akal? Jelas iya. Anda perlu mengetahui saldo persediaan barang setiap haribahkan mungkin setiap jam atau menit, yang tidak mungkin bisa anda dapatkan jika menggunakan sistim periodik.
10
Dengan sistim perpetual, setiap transkasi penjualan selalu diikuti dengan pencatatan barang keluar, sementara dalam sistim periodik tidak. 2. Perusahaan Kedua, Toko Serba Ada Di Stasiun Kereta Api Di sini anda mengelola toko yang menjual berbagai macam barang, untuk orang-orang sibuk yang bepergian kesana-kemari dengan kondisi yang selalu terburu-buru. Anda perlu mempertimbangkan kondisi opersional toko anda sebelum memutuskan untuk menerapkan sistim persediaan perpetual atau periodik. Bagaimana situasinya?
Penjualan paling banyak terjadi di waktu pagisaat sebagian besar orang buruburu ke tempat kerja atau ke kampus, dan petang harisaat sebagian besar orang buru-buru pulang ke rumah setelah seharian bekerja. Anda menjual berbagai macam barang mulai dari kertas tisu, permen, koran/majalan, gantungan kunci, stationary, minuman dingin, kue kotak, dll Anda hanya memiliki 2 orang pegawai yang untuk melayani pembeli di waktuwaktu padat sudah terlihat kewalahan, sehingga sering anda sendiri yang ikut membantu. Di jam-jam padat, banyak pelanggan yang sampai harus mengantri untuk membayarsementara mereka hanya membeli barang-barang kecil yang sesungguhnya bisa dibeli di toko mana saja.
Dalam kondisi operasional seperti ini, apakah menerapkan sistim persediaan perpetual masuk akal? Jelas tidak. Pegawai dan anda tidak akan sempat melakukan aktivitas administrative (termasuk accounting) yang dperlukan untuk menerapkan sistim perpetual. Salah-salah, pelanggan tidak jadi belanjakarena malas menunggu proses. Betul, kehadiran teknologi barcode dan infrared yang banyak digunakan di bisnis retail sangat membantu proses input data penjualan. Alat yang sama juga bisa digunakan dalam proses input data pembelian barang persediaan. Jika memungkinkan untuk menggunakan teknologi ini, tentu, perusahaan atau toko sekecil apapun bisa menerapkan sistim perpetual tanpa hambatan, dan anda bisa melakukan pengawasan terhadap persediaan dengan lebih baik.
11