You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dunia pertanian maupun dunia usaha dalam bidang pertanian erat kaitannya dengan aspek-aspek sosiologi yang mencakup kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan, dan jaringan sosial. Aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supradesa. Kebudayaan dapat memberi pengaruh dalam usaha pertanian. Sabagai contohnya bila pada suatu daerah mayoritas makanan pokok masyarakatnya adalah padi maka secara otomatis usaha pertanian yang dilakukan para petani kebanyakan akan menjadikan padi sebagai komoditas utama usaha mereka. Dalam suatu daerah atau desa terdapat lapisan-lapisan masyarakat atau stratifikasi sosial. Pada beberapa kelompok masyarakat, stratifikasi sosial atau pelapisan masyarakat tersebut dapat diukur dari luas sawah yang dimiliki bila pada daerah tersebut mayoritas mata pencahariannya adalah sebagai petani. Kadang kala dalam usaha pertanian didapati suatu permasalahan yang belum diketahui solusinya sehingga muncul suatu dampak negatif bagi usaha pertanian. Seperti contonhya merebaknya hama tikus yang menyerang tanaman. Dalam menyelesaikan masalah tersebut suatu lembaga dibentuk sebagai tempat musyawarah sehingga dapat ditemukan jalan keluar dari permasalahan itu. Usaha pertanian erat kaitannya dengan pemasaran, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui perantara atau distributor. Dibutuhkan jaringan sosial yang baik agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut. Oleh karena itu aspek-aspek sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa. 1.2 Tujuan Tujuan diadakannya kunjungan lapang sosiologi pertanian yang dilakukan di Sumber Pasir dusun Gagak Asinan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman aspekaspek sosiologis pada tingkat petani dan tingkat desa yang dapat mempengaruhi kemajuan usaha pertanian.

BAB II ASPEK SOSIOLOGIS PETANI


2.1 Deskripsi keluarga dan Usaha Tani Bapak Supain oleh Firman 2.1.1 Deskripsi keluarga petani Berdasarkan hasil wawancara dengan petani telah didapatkan hasil bahwa, pada dusun Gagak Asinan RT 26/RW 08 berkunjung dan berbincang-bincang dengan seorang Petani yang bernama Bapak Supain. Bapak Supain berumur 52 tahun dan memiliki jumlah anggota keluarga 5 orang, 1 Istri dan 4 Anak. Bapak Supain memiliki riwayat pendidikan Lulus SD dan beliau memiliki pekerjaan tetap dan sampingan, pekerjaan sampingan beliau sebagai petani. Beliau sudah belajar bertani semenjak tahun 1982 sampai sekarang. Lahan/Sawah yang dipakai oleh beliau merupakan warisan dari orang tuanya, namun ada beberapa sawah yang sudah di jual. Sedangkan sawah warisan yang sekarang yang sedang beliau kerjakan memiliki luas 3000 m2, bapak Supain tidak memiliki tegalan, beliau hanya memiliki sawah saja, dan beliau juga tidak memiliki hewan ternak. Beliau tidak memiliki hewan ternak di karenakan akan menambah biaya untuk pemeliharaan ternak dan belum lagi beliau harus di sibukkan oleh pekerjaannya. Bapak Supain mula mula belajar tentang dari pertanian dengan cara otodidak. Beliau belajar otodidak dengan cara melihat setiap cara bercocok tanam dari berbagai petani setelah beliau mengerti cara bercocok tanam, beliau kemudian menerapkannya di lahannya sendiri. Namun seiiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, beliau juga belajar ilmu pertanian dari media elektronik, karena media elektronik sering memberikan informasi tentang pertanian yang terpercaya dan sudah mengalami pengujian laboratorium. Media elektronik tersebut berupa televisi, menurut beliau televisi sangat membantu karena di beberapa acara di TV sering di tanyangkan beberapa acara yang membahas tentang pertanian di Indonesia. Beliau hanya mengingat bahwa acara tersebut di siarkan di Metro Tv.

2.1.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Petani Untuk Mencukupi kebutuhan sehari-hari, bapak Supain memiliki pekerjaan tetap sebagai tukang kayu dan pekerjaan sampingan sebagai petani. Bapak Supain lebih memilih tukang kayu sebagai pekerjaan utamanya karena untuk menjadi seorang petani itu kesuksesan ditentukan oleh kondisi alam dan iklim kalau kodisi alam dan iklimnya mendukung untuk bercocok tanam maka hasil produksi pun bagus namun penghasilan
2

menjadi seorang petani itu untuk mendapatkan uang harus menunggu panen, sedangakan kalau menjadi seorang tukang kayu, tentunya penghasilan selalu datang karena beliau sudah memiliki pelanggan dan kebutuhan sehari-hari beliau bisa tercukupi. Dengan memadukan 2 pekerjaan ini kebutuhan ekonomi bapak Supain sudah tercukupi. Bapak Supain memiliki rumah yang luasnya 66 m2(6m x 11m), dengan berlantaikan keramik, dinding rumahnya bertembok dan genteng rumahnya adalah genteng biasa. Dari pekerjaan beliau tersebut, beliau sudah bisa membeli sebuah televisi, 3 unit sepeda motor dan 4 unit telepon genggam/Hp. Dari 2 pekerjaan Bapak Supain, yang lebih beliau prioritaskan adalah menjadi seorang tukang kayu. Dari sekian banyak harta benda yang dimiliki Bapak Supain, ratarata benda berharga beliau di dapatkan dari jerih payah menjadi seorang Tukang kayu. Namun hasil dari pekerjaan sampingan Bapak Supain yang sebagai petani lebih banyak yang disimpan dari pada yang di jual karena padi yang masih belum digiling itu harganya murah sedangkan padi yang sudah menjadi beras itu harganya mahal. Oleh sebab itulah bapak Supain lebih banyak menkonsumsi padinya sendiri dari pada di jual, dan kalupun padinya hendak dijual, beliau akan menjualnya langsung kepada tengkulak karena lebih cepat menjualnya, namun apabila tengkulak tersebut member harga yang rendah terhadap padinya maka beliau akan menggiling padi tersebut terlebih dahulu baru kemudian beliau menjualnya kepada tengkulak.

2.1.3 Kebudayaan Petani Bapak Supain belajar ilmu tentang bertani/bercocok tanam dari melihat ayahnya yang bekerja sebagai petani namun beliau lebih sering belajar otodidak. Beliau sudah menjadi seorang petani semenjak tahun 1982, yang pada saat itubeliau berumur 22 tahun. Dengan cara melihat dan kemudian meniru cara orang lain bercocok tanam namun beliau tidak pernah bertanya kepada orang lain kecuali kalau ada sesuatu yang menurut beliau memang butuh ditanyakan. Contohnya adalah ketika tanaman beliau terserang oleh hama dan beliau tidak tau pestisida apa yang harus di pakai maka beliau akan bertanya kepada petani yang lain. Namun beliau juga sering mendapatkan informasi tentang pertanian dari televisi. menurut beliau televisi sangat membantu karena di beberapa acara di TV sering di tanyangkan beberapa acara yang membahas tentang pertanian di Indonesia. Beliau hanya mengingat bahwa acara tersebut di siarkan di Metro Tv.

Beliau hanya bercocok tanam padi selama setahun penuh, dan benih padi yang beliau dapat berasal dari membeli di toko pertanian. Benih yang beliau pakai adalah varietas Ciherang. Beliau lebih sering menyuruh buruh untuk membeli benih tersebut. Benih padi itu berulang sampai 5 kali dalam periode penanaman padi/benih padi didapat dari hasil panen sebelumnya, setelah 5 kali pemakaian benih maka beliau baru akan membeli benih lagi.

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

Padi
Dalam melakukan persemaian padi, bapak Supain membuat sebuah bedengan berukuran 1m x 5m. bedngan tersebut ditanami benih-benih padi ciherang. Biasanya bapak Supain membuat 2 sampai 3 bedengan. Dan benih yang tertanam dalam persemaian tersebut tidak diberi jarak tanam. Setelah 2 sampai 3 minggu padi yang sudah tumbuh tersebut di pindahkan ke sawah dengan jarak tanam 20cm x 20cm. Ketika padi dipindahkan kesawah, biasanya bapak Supain tidak terlalu menggenangi sawahnya dengan air beliau mengatakan bahwa cukup digenangi air dengan kedalaman 3cm sampai 4cm air dilahan tersebut. Berikut ini adalah sketsa pola tanam dari bapak Supain.

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
Selama Bapak Supain menjadi petani, beliau merasa bahwa ilmu/cara bercocok tanam dari dahulu sampai sekarang masih tetap kecuali munculnya pestisida-pestisida
4

baru/zat kimia dalam pertanian. Beliau lebih mengetahui cara bercocok tanam tentang tanaman padi karena menurut beliau tanaman padi merupakan makanan pokok yang selalu di butuhkan oleh semua orang. Dan beliau menyesalkan adanya lembaga penyuluh pertanian lapang, beliau menyesal karena jarang sekali adanya penyuluhan dari pihak penyuluh, sehingga petani harus belajar bercocok tanam dari mulut ke mulut. Bapak Supain tidak mengikuti kelompok tani dikarenakan pekerjaan utama bapak Supain bukanlah seorang petani. Selain itu bapak Supain cenderung jarang kesawah dan tidak begitu terfokus kedalam masalah pertanian dikarenakan beliau biasanya menyewa buruh untuk merawat tanamannya. Bapak Supain memiliki cara dalam bercocok tanam yang meliputi: 1. Pengolahan Tanah (menggunakan Traktor), 2. Pemupukan, 3. Penanaman (persemaian, tandur/penanaman padi dilahan), 4. Perawatan (penggunanan pestisida dan pencabutan gulma), dan 5. Panen. Menurut bapak Supain untuk pengolahan Tanah, perawatan dan pemanenan, beliau lebih suka menggunakan buruh karena lebih mudah dan bisa dilakukan dengan cara borongan. Untuk perawatan tanaman padi beliau lebih sering menyewa buruh karena pekerjaan utama bapak Supain yang sebagai tukang kayu yang waktunya sering tersita dikarenakan beliau mengejar deadline pemesanan perabotan rumah oleh pelanggannya. Hama yang sering menyerang tanaman padi bapak Supain adalah belalang. Beliau menangani hama tersebut dengan cara penggunaan pestisida. Pestisida yang beliau pakai adalah jenis Desis, dan penentuan dosisnya itu terserah buruhnya karena menurut Bapak Supain, buruh tani yang sudah sering bekerja dengan beliau, sudah tau tentang pemakaian dosisnya. Sedangkan untuk pemupukan beliau memakai Phonska dan Urea dengan penggunaan masing-masing 50 kg pada lahan beliau yang berukuran 3000 m2. Untuk penyewaan buruh, beliau memakai tenaga kerja tetangganya karena pada daerah tersebut banyak yang menjadi buruh tani. Buruh tani tersebut bekerja mulai dari jam 07.30 sampai 11.00 dengan gaji perhari, untuk buruh laki-laki Rp 15.000,- perhari sedangkan wanita Rp 12.500,- perhari. Perbedaan upah ini terjadi karena kapasitas tenaga yang dimiliki seorang laki-laki dan perempuan itu berbeda. Dan juga pekerjaan seorang buruh laki-laki meliputi pengolahan tanah, penggunaan pestisida dan pemanenan. Sedangkan buruh wanita hanya meliputi tandur/penanaman padi dan penyiangan gulma.
5

Irigasi pada sawah bapak Supain diambil dari air sungai. Air sungai inilah yang akan menjadi air irigasi di setiap sawah di daerah tersebut. Dan pembagian air tersebut sudah diatur untuk setiap lahannya. Contoh untuk hari ini air sungai di bagikan untuk bapak Supain, Pak Paijo, Pak Parno, Pak Sutejo dan Pak Darmin. Sedangakn untuk hari berikutnya untuk sawah warga yang lain. Begitu seterusnya hingga berputar kembali ke giliran pak Supain. Dan untuk mengatur pembagian air tersebut ditunjuk 1 orang untuk membagi air di setiap lahan/sawah di daerah tersebut. Orang inilah yang akan menutup dan membuka saluran air pada wilayah tersebut.

2.1.4 Perubahan Sosial Budaya Petani Terkait Cara Bercocok Tanam Selama beliau menjadi petani, beliau merasa bahwa ilmu/cara bercocok tanam dari dahulu sampai sekarang masih tetap sama mulai dari menggunakan jarak tanam dalam penanaman padi, persemaian dengan menggunakan bedengan, yang berbeda adalah munculnya pestisida-pestisida baru/zat kimia dalam pertanian. Beliau lebih mengetahui cara bercocok tanam tentang tanaman padi karena menurut beliau tanaman padi merupakan makanan pokok yang selalu di butuhkan oleh semua orang. Dan beliau menyesalkan adanya lembaga penyuluh pertanian lapang, beliau menyesal karena jarang sekali adanya penyuluhan dari pihak penyuluh, sehingga petani harus belajar bercocok tanam dari mulut ke mulut. Selain itu beliau belajar melalui media elektronik, media elektronik tersebut berupa televisi, menurut beliau televisi sangat membantu karena di beberapa acara di TV sering di tanyangkan beberapa acara yang membahas tentang pertanian di Indonesia. Beliau hanya mengingat bahwa acara tersebut di siarkan di Metro tv. Ketika waktu panen telah tiba bapak Supain melakukan 2 hal, yang pertama beliau menjual hasil panen sedangkan yang kedua adalah disimpan untuk dikonsumsi. Bapak Supain mengatakan bahwa saya lebih suka menyimpan untuk konsumsi keluarga saya dari pada saya jual. Alasan bapak supain mengatakan hal tersebut di karenakan harga padi yang belum menjadi beras jauh lebih murah dari pada padi yang sudah menjadi beras. Dan apabila bapak Supain ingin menjual padinya, beliau lebih suka hal yang simpel yaitu dengan cara menjualnya ke tengkulak, karena biasanya tengkulak itu mendatangi langsung petani. Namun apabila tengkulak membeli dengan harga murah maka bapak Supain cenderung menyimpan hasil panennya tersebut yang kemudian di bersihkan dan di jemur dan kemudian digiling baru setelah itu dijual ke tengkulak, maka

harga dari hasil panen tadi berbeda dari sebelm di olah menjadi agak mahal setelah diolah.

2.1.5 Lembaga yang Berkaitan Dengan Penyediaan Sarana Produksi, Tenaga Kerja, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Lembaga Penyuluh Pertanian Lapang di daerah tersebut jarang sekali melakukan penyuluhan. Bapak Supain mengatakan bahwa rata rata petani disini belajar secara otodidak, hal inilah yang membuat petani di daerah tersebut kurang begitu tau akan pertanian berlanjut. Dan lembaga penyuluh pertanian lapang disana hanya menyediakan pupuk. Pupuk itu pun tidak untuk di berikan secara Cuma-Cuma kepada petani namun petani harus membelipupuk tersebut. Untuk memperoleh tenaga kerja pun petani harus mencari dari tetangga sekitar rumahnya. Namun untuk laki-laki dan perempuan berbeda upah dan cara kerjanya. Untuk laki-laki upahnya Rp15.000-, sedangkan wanita adalah Rp12.000,- dan upah itu dibayar perhari dengan jam kerja mulai dari jam 06.30 sampai jam 10.30. Untuk pemasaran dan pengolahan hasil pak Supain melakukan hal itu sendiri. Jika tengkulak memberikan harga tinggi untuk padi pak Supain maka pak Supain akan langsung menjualnya namun jika di beri harga murah pak Supain akan melakukn pengolahan pasca panen agar harga padinya berbeda. Untuk pengolahan hasil Pak Supain menggiling padinya sendiri terlebih dahulu karena kalau sudah digiling harga padi bisa lebih mahal namun juga harga padi bisa turun kalau penjemuran padi terlalu lama. Dan untuk pemasaran hasil disana sudah diatur, pengaturannya adalah tengkulak di daerah tersebut dibagi menjadi 5 tengkulak. Dan 5 tengkulak ini di pastikan mendapatkan hasil dari petani sesuai dengan pembagiannya, sehingga pembagian pun terbagi secara adil. Dan setiap tengkulak memberi harga untuk setiap 1 kuintal padi berkisar antara Rp340.000,- sampai Rp360.000,- Bapak Supain menjelaskan bahwa untuk pengolahan hasil panen dilakukan oleh pihak seleb/penggilingan.

2.1.6 Kesimpulan Bapak Supain memiliki 2 pekerjaan 1 pekerjaan utama dan 1 pekerjaan sampingan. Pekerjaan utama beliau adalah menjadi tukang kayu sedangakn pekerjaan sampingan beliau adalah petani. Bapak Supain berumur 52 tahun dan memiliki jumlah anggota keluarga 5 orang, 1 Istri dan 4 Anak. Bapak Supain memiliki riwayat pendidikan Lulus
7

SD dan beliau memiliki pekerjaan tetap dan sampingan, pekerjaan sampingan beliau sebagai petani. Beliau sudah belajar bertani semenjak tahun 1982 sampai sekarang. Lahan/Sawah yang dipakai oleh bapak merupakan warisan dari orang tuanya, namun ada beberapa sawah yang sudah di jual. Sedangkan sawah warisan yang sekarang yang sedang beliau kerjakan memiliki luas 3000 m2. Beliau merupakan golongan petani menengah pada segi ekonominya. Beliau hanya menanam padi pada lahan sawahnya. Karena menurut beliau, bercocok tanam padi lebih menguntungkan dari pada bercocok tanam yang lain, karena padi merupakan makanan pokok. beliau memiliki cara bercocok tanaman yang di mulai dari: 1. Pengolahan Tanah (menggunakan Traktor), 2. Pemupukan, 3. Penanaman (persemaian, tandur/penanaman padi dilahan), 4. Perawatan (penggunanan pestisida dan pencabutan gulma), dan 5. Panen. Menurut beliau menjadi seorang petani itu sukses tidaknya seorang petani tergantung pada Alam dan cara dari seorang petani bercocok tanam. Untuk pemanfaatan hasil panen Bapak Supain mengatakan bahwa saya lebih suka menyimpan untuk konsumsi keluarga saya dari pada saya jual. Alasan bapak supain mengatakan hal tersebut di karenakan harga padi yang belum menjadi beras jauh lebih murah dari pada padi yang sudah menjadi beras. Dan apabila bapak Supain ingin menjual padinya, beliau lebih suka hal yang simpel yaitu dengan cara menjualnya ke tengkulak, karena biasanya tengkulak itu mendatangi langsung petani. Namun apabila tengkulak membeli dengan harga murah maka bapak Supain cenderung menyimpan hasil panennya tersebut yang kemudian di bersihkan dan di jemur dan kemudian digiling baru setelah itu dijual ke tengkulak. Untuk memperoleh tenaga kerja pun petani harus mencari dari tetangga sekitar rumahnya. Namun untuk laki-laki dan perempuan berbeda upah dan cara kerjanya. Untuk laki-laki upahnya Rp15.000-, sedangkan wanita adalah Rp12.000,- dan upah itu dibayar perhari dengan jam kerja mulai dari jam 06.30 sampai jam 10.30. Hal yang disesalkan oleh bapak Supain adalah kurangnya penyuluhan dari pihak Lembaga Penyuluhan Pertanian di daerah tersebut. Para Penyuluh tersebut jarang sekali mendatangi petani untuk melakukan penyuluhan. Bapak Supain berharap bahwa para penyuluh tersebut mau memberikan penyuluhan tentang pertanian didaerah tersebut. Irigasi pada sawah bapak Supain diambil dari air sungai. Air sungai inilah yang akan menjadi air irigasi di setiap sawah di daerah tersebut. Dan pembagian air tersebut
8

sudah diatur untuk setiap lahannya. ntuk mengatur pembagian air tersebut ditunjuk 1 orang untuk membagi air di setiap lahan/sawah di daerah tersebut. Orang inilah yang akan menutup dan membuka saluran air pada wilayah tersebut.

2.2 Deskripsi keluarga dan Usaha Tani Bapak Syukur oleh Annisa 2.2.1 Deskripsi keluarga petani Petani sampel di ambil dari dusun gagak asinan RT 28 RW 8 desa pakis sumber pasir. Petani sampel bernama Pak Syukur dengan umur 44 tahun. Beliau memulai pekerjaan sebagai petani sejak pertengahan tahun 2010. Sebagai petani beliau memiliki dua komoditas utama yaitu padi dan ketela. Sebagai petani beliau hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat sekolah menengah pertama atau SMP dikarenakan biaya sekolah yang mahal serta pemikiran orang tua beliau yang lebih menginkan anaknya bekerja membantu kehidupan ekonomi keluarga. Jumlah keluarga petani sampel adalah 5 orang dengan jumlah anak 3 orang. Pekerjaan utama petani sampel adalah sebagai petani. Namun dikarenakan biaya hidup yang tinggi dan ekonomi keluarga yang tidak memadai, beliau diharuskan memiliki pekerjaan sampingan yang nantinya dapat memenuhi biaya hidup sehari-hari. Pekerjaan sampingan beliau adalah sebagai pemilik usaha penggilingan padi atau selep padi dan usaha ini telah berdiri sejak awal beliau menjadi petani yaitu pada pertengahan tahun 2010. Usaha penggilingan ini dikelola sendiri oleh keluarga beliau, yaiyu istiri beliau sendiri, namun terkadang anak sulung beliau ikut membantu mengelola usaha penggilingan padi tersebut. Menurut Pak Syukur, pendapatan dari usaha penggilingan padi ini dapat menghidupi keluarganya, minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Usaha sampingan Pak Syukur ini terletak dirumah beliau yang sederhana. Rumah Pak Syukur dibangun di atas tanah seluas 20 x 15 m2 berlantaikan plester dan berdinding tembok. Sementara atap rumah terdiri dari genteng biasa. Untuk ukuran seorang petani menengah, kondisi tempat tinggal Pak Syukur ini terbilang sederhana dan mampu menampung seluruh keluarga beliau.

2.2.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Petani Sebagai petani tentunya Pak Syukur juga menjalankan praktik budidaya tanaman. Beliau menanam padi dan ketela sebagai komoditi utamanya. Dua komoditi ini ditanam pada lahan sawah seluas 0,25 ha. Pak Syukur memperoleh lahan sawah ini dengan cara menyewa dari pemilik lahan bernama Pak Nursalim selama lima tahun terhitung dari tahun 2010. Sistem persewaan ini tidak menggunakan sistem bagi hasil seperti maro,
9

mertelu dan yang lain sebagainya sehingga pemilik lahan tidak ikut menikmati hasil yang didapat dari panen padi dan ketela tersebut. untuk masa sewa 1 tahun, Pak Syukur diharuskan membayar biaya sewa lahan sebesar Rp. 2.500.000,- kepada pemilik lahan. Menurut pengakuan Pak Syukur, pada masa awal beliau memulai pekerjaan sebagai petani, beliau harus mengeluarkan biaya yang cukup banyak. Sehingga beliau terpaksa menjual rumah yang saat itu menjadi tempat tinggal satu-satunya keluarga beliau. Namun sekarang Pak Syukur mampu membangun rumah sederhana yang walaupun tidak terlalu besar namun cukup untuk ditempati seluruh keluarga beliau. Sebagai petani kelas menengah, kehidupan sosial ekonomi beliau terbilang sederhana. Pak Syukur sudah dapat memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari dengan mengandalkan usaha pertanian dan usaha sampingan beliau sebagai pemilik penggilingan padi kecil-kecilan. Sementara dari usaha pertanian dengan komoditas utama padi dan ketela beliau mendapat hasil dari panen sebesar Rp. 350.000,- per kwintal padi. Padi yang dijual tidak di giling terlebih dahulu namun langsung dijual kepada tengkulak yang berada di sekitar daerah Pak Syukur tinggal. Sebagai petani menengah, Pak Syukur tidak memiliki hewan ternak untuk membajak sawah beliau sehingga beliau di haruskan menyewa alat pembajak sawah dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 200.000,- per hari. Pak Syukur hanya memelihara sepuluh ekor ayam yang dipelihara oleh anggota keluarga beliau di pekarangan rumah. Untuk saran transportasi beliau hanya memiliki satu sepeda motor yang terkadang digunakan beliau untuk berangkat ke lahan sawah. Sementara untuk pemenuhan kebutuhan akan komunikasi, beliau memiliki sarana komunikasi berupa televisi dan handphone. Pak Syukur juga memiliki radio, namun penggunaan radio ini tidak terlalu sering karena keluarga beliau lebih memilih untuk menoton televisi daripada mendengar radio. Rumah beliau di bangun di atas tanah seluas 20 x 15 m2. Kondisi rumah beliau terlihat sederhana dari luar dengan lantai terbuat dari plester dan dinding terbuat dari tembok batu bata, sedangkan atap rumah beliau terbuat dari genteng biasa. Rumah beliau termasuk rumah yang layak untuk dihuni oleh anggota keluarganya yang berjumlah 5 orang.

2.2.3 Kebudayaan Petani Untuk menunjang ekonomi keluarga beliau, Pak Syukur menanami lahan sawahnya dengan dua komoditas utama yaitu padi dan ketela. Dua komoditas ini tidak ditanam secara berbarengan atau tumpangsari melainkan menggunakan sistem budidaya rotasi tanaman. Untuk masa tanam dari tahun 2011 hingga tahun 2012, beliau menanam
10

ketela pada awal tahun selama 5 bulan lalu sisanya beliau menanam padi. Pak Syukur menggunakan sistem budidaya seperti ini karena menurut beliau sistem rotasi tanaman dapat meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh hama dan penyakit. Contoh hama adalah wereng dan tikus. Selain meminimalisir serangan hama dan penyakit, sistem rotasi tanam juga dapat memperbaiki kondisi tanah akibat penanaman sebelumnya serta dapat mengurangi tingkat keasaman tanah. Pada lahan seluas 0, 25 ha Pak Syukur menanam padi mulai dari bulan keenam pada periode tanam tahun 2011 hingga tahun 2012. Sebelum melakukan penanaman tentu Pak Syukur melakukan langkah-langkah awal untuk menyiaapkan lahan agar cocok untuk ditanami padi. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. pengolahan tanah primer Pada pengolahan tanah primer pak syukur melakukan pembalikan tanah menggunakan alat bajak yang disewa dengan harga Rp. 200.000,- perhari. Pengolahan tanah primer ini bertujuan untuk membalik tanah dan memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan besar. pengolahan tanah primer juga dapat digunakan untuk mengendalikan gulma. Gulma tersebut dipotong oleh alat bajak hingga menjadi potonganpotongan kecil serta dicampur dalam tanah sehingga dapat menjadi pupuk alami.

2. pengolahan tanah sekunder Setelah Pak Syukur melakukan pengolahan tanah primer, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pengolahan tanah sekunder. Pengolahan tanah ini juga menggunakan alat bajak. Tujuan dari pengolahan tanah sekunder ini adalah untuk memecah bongkahanbongkahan tanah yang besar menjai lebih kecil dan halus seta mencampur potongan gulma ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Setelah pengolahan tanah, lahan sawah digenangi air setinggi 5 cm untuk membuat lahan yang ideal untuk penanaman padi. Air di peroleh dari sistem irigasi yang berasal dari sungai di sekitar lahan sawah tersebut. Sistem irigasi di daerah lahan persawahan tersebut sudah di atur oleh petugas agar pembagiannya merata ke seluruh areal persawahan yang ada di daerah tersebut. Setelah lahan sawah tidak terlalu tergenang air, Pak Syukur melakukan proses penanaman padi. Proses penanaman padi ini dilakukan oleh beliau sendiri karena beliau tidak memiliki buruh tani. Menurut pengakuan Pak Syukur, bibit padi di dapat dengan cara membeli sehingga Pak Syukur tidak perlu repotrepot lagi membuat persemaian sendiri. Pak Syukur membeli bibit padi tersebut dengan
11

harga Rp. 70.000,- perkotak. Varietas yang digunakan Pak Syukur adalah varietas 64 cibogo. Proses penanaman dilakukan dengan cara nandur atau tanam mundur. Pak Syukur menggunakan jarak tanam dengan ukuran 25 x 25 cm dengan tiap lubang tanam ditanami 2 hingga 3 bibit padi. Setelah proses penanaman selesai, sawah digenangi dengan air yang berasal irigasi sungai terdekat setinggi 5 cm. Kondisi air pada lahan sawah Pak Syukur terbilang bagus karena sistem irigasi yang tertata baik dan sumber air yang dekat. Sementara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada tanaman padi tersebut, Pak Syukur menggunakan beberapa jenis pupuk dengan aplikasi yang berbeda-beda serta waktu penggunaan yang berbeda di sesuaikan dengan umur tanaman padi tersebut. Pak Syukur menggunakan tiga jenis pupuk dengan kuota yang berbeda, yaitu pupuk urea, phonska dan ZA. Waktu dan banyak pupuk yang digunakan juga berbeda tergantung umur tanaman. Untuk pupuk urea, pengaplikasiannya pada saat tanaman padi berumur 15 hingga 17 hari. Pengaplikasian pupuk urea ini adlah dengan cara ditabur pada tanaman padi. Untuk sekali pengaplikasian, Pak Syukur membutuhkan pupuk urea sebanyak 20 kg.sedangkan untuk pupuk phonska diaplikasikan saat tanaman sudah berumur 1 bulan, Pak Syukur membutuhkan 30 kg pupuk phonska untuk sekali pengaplikasian. Sedangkan untuk pupuk ZA, Pak Syukur mengaplikasikannya pada saat umur padi sudah mencapai 2 bulan dengan jumlah sekali pengaplikasian sebanyak 25 kg. Ketiga jenis pupuk ini di dapat dengan cara membeli di toko pertanian dengan harga masing-masing pupuk adalah Rp. 100.000, Rp. 125.000, dan Rp. 90.000 per karung. Sementara untuk menanggulangi gulma yang ada Pak Syukur melakukan penyiangan setelah 20 hari dari masa tanam, penyingan dilakukan secara manual dengan mencabut sendiri gulma tersebut atau memakai sabit. Pada saat masa penanaman, tentu akan dijumpai hama yang menggangu. Pada lahan sawah Pak Syukur di jumpai hama berupa ulat dan belalang. Untuk mengendalikan hama tersebut Pak Syukur menggunakan pestisida kimia dengan merk dagang sidametrin. Pestisida tersebut di peroleh dengan cara membeli kontan dari toko pertanian. Selanjutnya untuk menentukan masa panen, biasanya Pak Syukur melihat dari ciri fisik pada padi tesebut, padi yang sudah siap di panen berwarna kunign keemasan dan sudah merunduk. Masa panen biasanya setelah 3 bulan masa tanam. Untuk hasil panen, Pak Syukur langsung menjual kepada tengkulak yang berada di wilayah tersebut. Hasil panen yang dijual masih dalam bentuk gabah, biasanya Pak Syukur menjual hasil panennya dengan harga Rp. 350.000,- per kilogramnya. Namun terkadang hasil panen Pak Syukur tidak selalu dijula, terkadang sebagian hasil panen dikonsumsi sendiri karena Pak Syukur juga memiliki usaha penggilingan padi di
12

rumahnya sendiri. Sebagai petani, Pak Syukur mendapat pengetahuan mengenai cara bercocok tanam secara otodidak dan belajar dari pengalaman sesama petani. Apabila terjadi keaneha pada tanaman padinya Pak Syukur akan bertanya kepada petani lain. Dari situlah Pak Syukur mendapat pengetahuan mengenai cara bercocok tanam. Beliau tidak pernah mendapat penyuluhan dan tidak pernah membaca buku mengenai cara bercocok tanam padi yang baik dan benar. Selama Pak Syukur melakukan budidaya tanaman padi, cara bercocok tanam yang digunakan tidak pernah berubah dikarenakan beliau sudah menganggap cara yang ia gunakan sudah sesuai dan benar. Diagram alir proses budidaya padi : Pengolahan tanah primer

Pengolahan tanah sekunder

Penggenangan awal

Penanaman padi

Penggenangan kedua

Pemupukan dan penyiangan

panen

2.2.4 Perubahan Sosial Budaya Petani Terkait Cara Bercocok Tanam Selama Pak Syukur melakukan praktik bercocok tanam, beliau mengaku tidak terjadi perubahan terkait dengan cara yang digunakan untuk bercocok tanam. Hal ini di sebabkan beliau sudah merasa bahwa cara yang ia gunakan sudah lazim digunakan oleh petani lain dan sudah dianggap benar. Cara bercocok tanam yang dilakukan Pak Syukur
13

tidak mengalami perubahan juga mungkin disebabkan karena Pak Syukur baru menjalan kehidupan sebagai petani selama 1,5 tahun sehingga beliau belum begitu berpengalaman dan pengetahuan beliau juga sebatas dari hasil bertanya kepada petani lain. Menurut Pak Syukur perubahan yang terjadi bukan pada cara bercocok tanam melainkan lebih kepada bagaimana cara menangani hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi beliau. Seperti cara penanggulangan yang baik dan benar serta pestisida apa saja yang sekiranya mampu untuk menanggulangi masalah hama yang menyerang tanaman padi beliau. Pengetahuan mengenai cara penanggulangan ini beliau peroleh secara otodidak maupun dari pengalaman petani lain yang sudah lama berkecimpung dalam usaha pertanian. Sementara untuk perubahan sosial budaya terkait dengan kehidupan keluarga petani, tentu Pak Syukur mengalami perubahan-perubahan tertentu. Seperti keluarga beliau yang pada awalnya tidak memiliki pengetahuan mengenai produk pertanian, sekarang menjadi tahu dan dapat mengoperasikan usaha penggilingan padi dengan baik.

2.2.5 Lembaga yang Berkaitan Dengan Penyediaan Sarana Produksi, Tenaga Kerja, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pada saat waktu panen tiba, pak Syukur tidak menjual atau memasarkan hasil panen melalui lembaga-lembaga resmi seperti gapoktan maupun pasar-pasar setempat. Hal ini bisa saja terjadi karena menurut pak syukur beliau menjual hasil panennya yang masih berupa gabah kepada tengkulak yang berada disekitar daerah persawahan tersebut. Tengkulak tersebut datang menemui pak syukur dan alngsung membeli hasil panen beliau dengan cara memborong dan langsung membayar kontan. Biasanya pak syukur menjual hasil panennya dengan harga Rp. 350.000,- per kilogramnya. Sementara untuk lembaga pengadaan tenaga kerja memang tidak ada karena pak syukur sendiri yang mengelola lahan sawah tersebut. Beliau juga mengandalkan bantuan dari keluarganya sendiri apabila membutuhkan bantuan yang terkait dengan bercocok tanam. Sehingga beliau tidak memerlukan lembaga yang menyediakan tenaga kerja. Sementara untuk pemasaran hasil, beliau tidak membutuhkan lembaga resmi seperti pasar setempat karena beliau langsung menjual hasil panen kepada tengkulak. Ketiadaan lembaga resmi disini bukan dikarenakan tidak terbentuknya suatu komunitas sosial. Namun lebih dikarenakan petani sampel yang lebih memilih untuk menjual seluruh hasil panennya kepada tengkulak atau menggunakan hasil panennya untuk konsumsi keluarga beliau.

14

2.2.6 Kesimpulan Pak Syukur dapat digolongkan pada petani menengah karena tidak memiliki lahan yang cukup luas. Beliau merupakan petani padi dan ketela. Status kepemilikan lahan beliau adalah sewa dengan tidak menggunakan sistem maro atau mertelu karena beliau harus membayar biaya sewa pertahunnya sebesar Rp. 2.500.000,- kepada pemilik lahan bernama Pak Nursalim. Pak Syukur tidak menggantungkan ekonominya pada hasil panen saja namun juga pada usaha penggilingan padi miliknya yang dikelola oleh anak dan istri beliau. Cara bercocok tanam yang digunakan oleh beliau adalah rotasi tanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit serta untuk mengembalikan unsur hara tanah. Sedangkan untuk hasil panen, beliau langsung menjualnya kepada tengkulak yang datang ke sawah beliau. Hasil panen dijual masih dalam bentuk gabah namun terkadang beliau juga mengkonsumsi hasl panen tersebut.

15

2.3 Deskripsi keluarga dan Usaha Tani Bapak Abdul Hamid Oleh Arifah 2.3.1 Deskripsi keluarga petani Pada praktikum lapang sosiologi pertanian kali ini, kami mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai seorang petani yang bertempat tinggal di Desa Sumber Pasir Dusun Gagak Asinan RT 26/RW 08. Kami melakukan wawancara ketika beliau sedang mengolah lahannya. Petani yang kami wawancarai tersebut bernama Bapak Abdul Hamid, yang telah berusia 60 tahun. Beliau mengaku menempuh pendidikan hanya sampai tingkat Sekolah Dasar. Pendidikan beliau yang hanya sampai tingkat Sekolah Dasar tersebut dikarenakan kondisi orang tua beliau yang tidak memiliki cukup biaya untuk menyekolahkan Bapak Abdul Hamid ke jenjang sekolah yang lebih tinggi, karena memang pekerjaan orang tua beliau yang hanya sebagai seorang petani. Dan sekarang ini, pekerjaan utama beliau juga adalah sebagai seorang petani. Pekerjaan ini beliau kerjakan karena merupakan pekerjaan turun-temurun dari orang tuanya. Dan tidak ada pekerjaan lain yang bisa beliau kerjakan. Beliau tidak memiliki pekerjaan sampingan, karena beliau sendiri mengaku tidak memiliki skill yang lain selain bercocok tanam, sehingga hanya pekerjaan sebagai petanilah yang beliau kerjakan sampai saat ini. Meskipun begitu beliau sudah merasa tercukupi kebutuhannya. Beliau berkata, yang penting bisa makan untuk kebutuhan sehari-hari itu sudah cukup bagi keluarga kami. Profesinya sebagai petani telah Bapak Abdul Hamid jalani sejak tahun 1970. Di rumah, Bapak Abdul Hamid tinggal bersama istrinya yang selain bekerja sebagai ibu rumah tangga juga terkadang membantu pekerjaan Bapak Abdul Hamid di sawah. Istri Bapak Abdul Hamid ini biasanya membantu saat persemaian, pemindahan bibit padi saat akan ditanam setelah persemaian,pemupukan dan penyiangan, hanya saat pengolahan tanah yang istri beliau tidak membantu, karena memang beliau mengaku pada saat pengolahan tanah membutuhkan tenaga yang besar, sehingga Bapak Abdul Hamid memilih untuk mengambil buruh untuk membantunya. Tentu saja saat istrinya membantu, beliau tidak memberinya upah. Selain tinggal dengan istrinya beliau juga tinggal bersama dengan 1 orang anaknya.

2.3.2 Status Sosial Ekonomi Keluarga Petani Berdasarkan keterangan yang kami peroleh dari Bapak Abdul Hamid, lahan yang beliau garap saat ini merupakan lahan milik keluarga beliau sendiri . Lahan tersebut memiliki luas hektar. Lahan berupa sawah tersebut merupakan lahan yang diperoleh dari warisan orang tua beliau yang masih baru-baru ini didapatkan, yaitu sekitar tahun
16

2009 yang lalu. Untuk penyebab mengapa beliau baru-baru ini mendapatkannya, beliau tidak menceritakannya. Dari dulu sawah yang beliau punya ditanami dengan padi, terkadang juga ditanami jagung dan ketela. Beliau juga mengatakan bahwa tidak memiliki lahan lainnya seperti tegal. Di rumah, beliau tidak memiliki hewan ternak/peliharaan sama sekali. Karena beliau merasa hal tersebut kurang begitu penting masih ada hal penting lainnya yang dibutuhkan oleh keluarga beliau. Sedangkan untuk sarana transportasi, Bapak Abdul Hamid mengatakan bahwa di rumahnya hanya

terdapat 1 buah sepeda motor dan 1 buah sepeda ontel. Lalu untuk sarana komunikasi/memperoleh informasi keluarga beliau sehari-hari hanya memiliki 1 buah televisi. Beliau tidak memiliki radio, telepon kabel di rumah ataupun telepon genggam yang bisa beliau bawa sehari-hari. Beliau bertempat tinggal di rumah yang sederhana dengan luas 140 m2 (14 m X 10 m). Meskipun begitu beliau mengatakan bahwa rumah tersebut milik beliau sendiri yang dibangun dari awal, bukan merupakan rumah dari turun temurun/warisan dari orang tua beliau. Rumah yang beliau tempati sekarang ini memiliki atap yang terbuat dari genteng, lantainya terbuat dari plester, dan dindingnya berupa tembok yang berwarna hijau muda. Ada ruang tamu yang bisa dikatakan sempit karena luasnya hanya sekitar 6 m2 (3 m X 2 m) . Kursinya adalah kursi kayu biasa yang berjumlah 1 kursi panjang, 2 kursi pendek dan satu buah meja yang juga terbuat dari kayu. Juga hanya terdapat 1 buah kamar tidur. Dalam satu kamar tidur tersebut, beliau tidur bertiga bersama istri dan anaknya. Terkadang juga beliau tidur di ruang tamu. Untuk kamar mandi, beliau hanya memiliki satu buah kamar mandi yang terpisah dari rumahnya. Sumber air dari kamar mandinya tidak berasal dari air PDAM tetapi beliau dapatkan dengan membuat sebuah sumur di belakang rumahnya. Untuk pengisian air ke dalam bak di kamar mandi, digunakan sebuah pompa air yang di pasang di dalam sumur tersebut. Dinding kamar mandi beliau terbuat dari batu bata, dan pintunya hanya terbuat dari seng.

2.3.3 Kebudayaan Petani Untuk cara bercocok tanam yang digunakan oleh Bapak Abdul Hamid sendiri yaitu dengan mengadakan rotasi tanaman. Pada satu tahun terakhir ini untuk cara bercocok tanam, beliau menanam padi selama 4 bulan, setelah itu ditanami ketela selama 5 bulan , setelah itu ditanami jagung. Cara tersebut dapat digambarkan seperti di bawah ini.

17

Jan Feb Mar Jagung jaJ

Apr

Mei

Jun Jul Padi

Ags

Sep

Okt

Nov Des

Ketela pohon

Gambar 1. Rotasi Tanaman

Beliau mengatakan bahwa cara bercocok tanam tersebut beliau lakukan karena mempertimbangkan keadaan musim saat ini ( hujan / kemarau ) karena hal tersebut sangat berpengaruh dala bidang pertanian terutama dalam hal ketersediaan air untuk tanaman. Selain itu juga untuk memutus siklus hidup hama / penyakit yang menyerang tanamannya. Untuk proses dalam penanaman padi beliau melakukannya dengan urutan seperti berikut ini :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pembajakan pertama Persemaian Pembajakan kedua Pemindahan bibit dari persemaian Pemupukan awal Penyiangan pertama Pemupukan kedua Penyiangan kedua

Berdasarkan urutan di atas dapat diketahui bahwa hal pertama yang Bapak Abdul Hamid lakukan adalah dengan mengadakan pengolahan primer yaitu dengan membajaknya menggunakan tenaga hewan dan manusia. Hasil dari pembajakan ini masih berupa bongkahan-bongkahan tanah yang besar. Lalu beliau menyiapkan persemaian. Persemaian dilakukan pada lahan yang akan ditanami. Setelah itu beliau mengadakan pengolahan kedua dengan membajaknya menggunakan garu. Hal tersebut dilakukan untuk meratakan tanah agar penanaman lebih mudah dilakukan. Kemudian beliau memindahkan bibit padi dari persemaian dan menanamnya di lahan yang telah disediakan. Setelah bibit dipindahkan, Bapak Abdul Hamid ini melakukan pemupukan awal yang dilakukan 20 hari setelah bibit pada persemaian dipindahkan ke lahan. Selanjutnya beliau melakukan penyiangan pertama. Lalu mengadakan pemupukan
18

kedua diadakan setelah 40 hari setelah pemupukan pertama. Setelah itu diadakan penyiangan kedua. Dalam melakukan pemupukan beliau menggunakan urea sebanyak 1 kwintal untuk pemupukan pertama pada lahan dengan luas hektar tadi. Lalu untuk pemupukan kedua dilakukan dengan menggunakan Za dan phonska. Ketika kami menanyakan berapa banyak Za dan phonska untuk pemupukan kedua, beliau mengaku untuk takaran secara pastinya beliau tidak tahu, yang jelas banyaknya penggunaan pupuk tersebut lebih kecil dari pada penggunaan pupuk urea pada pemupukan pertama. Dan ketika kami menanyakan apakah beliau juga menggunakan pupuk organik seperti pupuk kandang, beliau mengatakan tidak menggunakan pupuk organik, karena menurut beliau pupuk anorganik lebih cepat menunjukkan hasil produksi yang baik dibandingkan jika menggunakan pupuk organik. Selanjutnya untuk komoditas padi yang ditanam oleh Bapak Abdul Hamid saat ini adalah padi dengan varietas IR 64. Tetapi selain itu ternyata sebelumnya Bapak Abdul Hamid ini juga pernah menggunakan padi dengan varietas IR 74. Ketika kami menanyakan apa perbedaan yang didapatkan oleh beliau ketika memakai padi dengan varietas IR 64 dengan padi varietas IR 74. Beliau mengatakan bahwa perbedaannya adalah untuk padi dengan varietas IR 74 tersebut lebih tahan hama dibandingkan padi IR 64. Lalu untuk keperluan benih padi yang dibutuhkan oleh Bapak Abdul Hamid dalam menanami lahannya luas hektar adalah 12 kg. Beliau melakukan persemaian sampai padi berumur 20 hari. Penanaman padi tersebut dilakukan dengan cara memberikan jarak tanam 24 cm X 24 cm antar tanaman. Ketika kami melihat sawah beliau, ternyata pola tanam yang digunakan menggunakan pola tanam yang berbentuk segi panjang.

Gambar. 2. Pola Tanam Persegi Panjang


19

Penanaman padi dilakukan dengan jumlah bibit yang diberikan perlubang adalah 3 buah bibit. Dalam usaha pertaniannya beliau mengaku bahwa untuk kondisi air untuk mengairi lahannya seluas hektar tersebut telah tercukupi, karena air irigasi ini beliau dapatkan dari sungai yang ada di Sidorejo yang dialirkan sampai ke sawah miliknya. Kemudian dalam perawatan/pengelolaan tanaman yang ada di lahan, Bapak Abdul Hamid ini juga melakukan penyiangan sebanyak 2 kali yaitu saat padi berumur 1 bulan dengan menggunakan arit. Lalu untuk penyiangan kedua beliau lakukan sekitar setelah 4 bulan setelah penyiangan pertama yang juga menggunakan arit. Untuk pencegahan tumbuhnya gulma, beliau juga menggenangi lahan ketika masa-masa padi masih muda/kecil. Lalu setelah agak besar padi tetap diairi tetapi tidak sampai tergenangi. Belia mengaku bahwa hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya serangan hama. Dan jenis hama yang biasa menyerang tanaman padi beliau adalah tikus. Untuk mengendalikan hama tersebut Bapak Abdul Hamid menggunakan pestisida kimia yaitu atoni/topsin . Untuk dosisnya disesuaikan dengan seberapa banyak hama yang menyerang. Ketika kami menanyakan apakah beliau juga menggunakan pestisida alami untuk menanggulangi hama dan penyakit, beliau mengaku tidak menggunakan pestisida selain pestisida kimia, alasannya karena jika menggunakan pestisida alami, maka hamanya tidak cepat mati dan proses pembuatannya pun memakan waktu yang cukup lama. Kemudian dalam menentukan apakah padi yang telah ditanam tersebut telah panen, Bapak Abdul Hamid melakukannya dengan melihat tanda-tanda atau ciri-ciri padi dari penampakan luar yang ditunjukkan, yaitu setelah keseragaman padi tersebut berwarna kuning dan keras. Beliau memanen hasil panennya dengan menggunakan sabit. Setelah itu tanaman padi yang telah disabit tadi dirontokkan dengan digebyok biasa untuk memisahkan padi dan batangnya. Kemudian padi dibersihkan dan dijemur. Dan hasil panen dari padi tadi sebagian disimpan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan sebagian lagi dijual. Tetapi sebagian besar hasil panen dari padi digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak Abdul Hamid.Untuk padi yang disimpan, penyimpanannya berupa gabah. Dan jika akan dimakan untuk kebutuhan sehari-hari baru padi tersebut dislep. Padi tersebut baru dijual jika keluarganya membutuhkan tambahan biaya. Untuk penjualannya, hasil panen padi bukan berupa gabah melainkan sudah berbentuk beras. Beliau mengatakan hal tersebut dilakukan karena jika padi sudah berbentuk beras maka hasil penjualannya akan lebih tinggi dibandingkan saat padi masih berbentuk gabah.
20

2.3.4 Perubahan Sosial Budaya Petani Terkait Cara Bercocok Tanam Dalam pengetahuan tentang cara bercocok tanam, Bapak Abdul Hamid mendapatkannya dari orang tua dan tetangga-tetangga di desanya dengan melihat mereka bercocok tanam dan hasil dari bercdakap-cakap di waktu luang. Beliau mengaku belum pernah mendapatkan penyuluhan baik dari dinas pertanian ataupun dari lembaga lain yang berkaitan dengan pertanian. Untuk pengetahuan tentang cara bercocok tanam sejak awal beliau bercocok tanam sampai sekarang, beliau mengatakan bahwa ada perubahan pengetahuan yang dimilikinya yaitu, dahulu saat menanam padi, Bapak Abdul Hamid hanya berpikir untuk menanam padi sebanyak-banyaknya pada lahan hektar tersebut agar dikemudian hari hasil panen yang didapatkannya juga banyak, tanpa memperdulikan jarak tanam yang harus digunakan. Tetapi sekarang beliau sudah mengetahui bahwa ternyata dengan cara seperti itu malah hasil padi yang dipanen tidak begitu baik dan beliau berpikir bahwa tidak hanya seberapa banyak padi yang harus ditanam pada lahan ha tersebut, tetapi ternyata penting juga untuk memperhatikan seberapa jarak antara satu tanaman dengan tanaman yang lain. Dan sampai sekarang Bapak Abdul Hamid ini masih tetap menanam padi. Karean beliau mengatakan bahwa padi merupakan makanan pokok di lingkungannya, sehingga secara otomatis orangorang akan tetap membutuhkan padi untuk makanannya sehari-hari. Oleh karena alasan tersebutlah beliau tetap bertahan untuk menanam tanaman padi. Tetapi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya selain padi Bapak Abdul Hamid juga menanam jagung dan ketela. Pengadaan rotasi tenaman tersebut beliau lakukan untuk memotong siklus hama, sehingga serangan hama dapat dikendalikan

2.3.5 Lembaga yang Berkaitan Dengan Penyediaan Sarana Produksi, Tenaga Kerja, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa lahan yang diusahakan oleh Bapak Abdul Hamid ini adalah merupakan lahan yang dimilikinya sendiri yang didapatkan melalui orang tuanya dari hasil warisan, yang memiliki luas ha. Dalam pengadaan usaha pertaniannya, Bapak Abdul Hamid ini mendapatkan benih, pupuk kimia (Urea, Za dan Phonska) dan pestisida kimia ( Atoni / Topsin ) untuk tanaman padinya dari orang lain, yaitu dengan membelinya di toko pertanian secara kontan. Beliau tidak menanam benih dari hasil panennya. Untuk pupuk urea, Beliau membeli kontan sebanyak 1 kwintal. Sedangkan untuk Za dan phonska beliau juga membelinya secara kontan sebanyak kwintal. Selanjutnya untuk pestisida kimia yaitu Atoni/Topsin beliau
21

membelinya secara kontan dengan jumlah yang tidak tentu, karena disesuaikan dengan kebutuhan pestisida yang akan digunakan. Untuk pengirigasian lahan yang dimiliki Bapak Abdul Hamid, seperti yang telah dijelaskan tadi, bahwa irigasi diperoleh dengan mengalirkan air dari sungai yang berada di Sidorejo. Untuk kegiatan usaha taninya, beliau kadang menggunakan tenaga kerja jika beliau merasa kewalahan menangani lahannya. Tenaga kerja tersebut beliau dapatkan dari tetangga-tetangga yang ada di desanya. Tenaga kerja yang diambil adalah perempuan dan laki-laki. Mereka bekerja hanya sampai setengah hari ( + sampai jam 11) Tenaga kerja tersebut diberi upah per hari, yaitu untuk laki-laki sebesar Rp 15.000,00 dan untuk tenaga kerja perempuan sebesar Rp 12.500,00. Tenaga kerja tersebut Beliau dapatkan dengan mudah karena merupakan tetangganya sendiri, terutama tenaga kerja wanita, karena kebanyakan dari mereka merupakan ibu rumah tangga. Selain pengolahan saat penanaman, ternyata penanganan untuk pasca panen juga sangat penting. Dalam masalah pemanfaatan hasil panen, sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarga Bapak Abdul hamid. Dan

selanjutnya akan dijual jika memang dirasa hasil panennya banyak atau keluarga beliau meiliki keperluan. Apabila dijual, beliau melakukan kegiatan penanganan pasca panen seperti menyelep sebelum dijual, membersihkan, memilih-milih mana yang baik untuk dijual (sortir) lalu mengemasnya menggunakan karung. Hasil panen tersebut dijual kepada pedagang/tengkulak yang datang sendiri ke rumah beliau. Pedagang tersebut membeli per satuan kwintal dengan harga yang dirasa Bapak Abdul Hamid ini murah yaitu Rp 330.000 ribu per kwintal untuk padi IR 64.

2.3.6 KESIMPULAN Bapak Abdul Hamid masih tergolong petani sederhana. Meskipun begitu, untuk keperluan hidupnya beliau sudah merasa tercukupi. Beliau tinggal dengan seorang istri dan seorang anak kandungnya. Tingkat pendidikan beliau bisa dikatakan rendah, karena beliau menyelesaikan pendidikannya hanya sampai tingkat Sekolah Dasar, karena memang pekerjaan orang tua dari Bapak Abdul Hamid hanya sebagai petani, sehingga kondisi ekonomi keluarga beliau kurang mencukupi. Dan sekarang beliau juga mengikuti jejak orang tuanya tersebut. Meskipun tidak ada pekerjaan lain yang dikerjakan selain bertani, beliau sudah merasa tercukupi kebutuhannya. Lahan yang sekarang digunakan oleh Bapak Abdul Hamid ini merupakan lahan yang didapatkannya melalui warisan dari orang tuanya. Luas lahan tersebut adalah
22

hektar. Akan tetapi untuk tempat tinggal merupakan milik beliau sendiri, meskipun bisa dikatakan rumah tersebut sangat sederhana karena luasnya hanya 140 m2. Untuk sarana transportasi dan komunikasi pun beliau hanya memiliki 1 buah sepeda motor, 1 buah sepeda ontel dan 1 buah televisi. Beliau mendapatkan pengetahuan tentang bercocok tanam dari orang tua dan tetangga-tetangganya (otodidak). Padi yang beliau tanam sekarang ini merupakan Varietas IR 64. Tapi pernah juga menggunakan padi dengan varietas IR 74, Perbedaan dari keduanya yaitu IR 64 lebih tahan hama dari pada IR 64. Dalam usaha taninya beliau melakukannya mulai dari 2 kali pengolahan lahan yaitu pengolahan primer dan sekunder, persemaian, pemindahan bibit dari persemaian ke lahan yang akan ditanam dengan jumlah bibit adalah 3 buah tiap lobang tanam. 2 kali pemupukan yaitu pemupukan pertama menggunakan urea dan pemupukan kedua menggunakan Za dan phonska, 2 kali penyiangan yaitu saat 1 bulan setelah penanaman bibit padi dengan menggunakan arit dan penyiangan kedua yaitu 4 bulan setelah penyiangan pertama juga menggunakan arit, pengendalian hama dan penyakit yaitu menggunakan atoni atau topsin sampai dengan pemanenan yang dilakukan dengan penggebyokan biasa. Ternyata dalam pengolahan pertaniannya, beliau juga mempertimbangkan keadaan musim karena hal tersebut berkaitan dengan kondisi air bagi tanaman. Baik pupuk maupunu pestisida yang digunakan oleh Bapak Abdul Hamid semuanya merupakan pupuk dan pestisida anorganik. Beliau tidak memakai produk alami, karena beliau mengatakan jika menggunakan pestisida dan pupuk organik hasilnya tidak cepat terlihat.Dalam menanami lahannya beliau melakukan rotasi tanaman , yaitu 4 bulan ditanam padi, 5 bulan ditanami ketela dan 3 bulan ditanami jagung. Hal tersebut dilakukan karena mempertimbangkan kondisi musim dan untuk memutus siklus hama dan penyakit. Hama yang bisasa meyerang tanaman beliau adalah tikus. Beliu menggunakan jarak tanam 24 cm X 24 cm antar tanaman. Untuk pola tanam pada lahan yang beliau miliki berbentuk persegi panjang. Air yang digunakan untuk irigasi, beliau dapatkan dengan mengalirkannya dari sungai yang ada di Sidorejo. Dari hasil panen yang didapatkan, sebagian besar untuk keperluan sendiri dan sebagian lagi untuk dijual. Mulai dari awal beliau bertani, telah ada perubahan pengetahuan yang didapatkannya yaitu tentang bagaimana seharusnya jarak tanam yang digunakan dalam usaha taninya yang sebelumnya beliau hanya asal menanam. Sampai sekarang beliau tetap menanam padi karena padi merupakan makanan utama di lingkungannya.

23

Beliau tidak menanam kembali benih dari hasil panennya, sehingga beliau harus membelinya di toko. Baik benih sebanyak 12 kg, pestisida yaitu urea sebanyak 1 kwintal serta Za dan phonska sebanyak kwintal, maupun pupuk yang tidak tentu jumlahnya, beliau dapatkan dari toko pertanian yang ada di desanya dengan membayar secara kontan. Ketika beliau tidak mampu menangani lahannya sendiri, beliau mempekerjakan buruh tani. Buruh tani tersebut didapatkannya dengan mudah karena merupakan tetangganya sendiri. Buruh tersebut bekerja setengah hari dengan sistem pembayarannya per hari dimana laki-laki mendapatkan upah rp 15.000,00 dan yang perempuan Rp 12.500,00 .Untuk hasil panen padi tersebut, karena sebagian besar beliau konsumsi sendiri dan sebagaian lagi beliau jual untuk tambahan biaya hidup, sehingga untuk sistem penjualannya ada tengkulak/pedagang yang datang ke rumah beliau, sehingga beliau tidak perlu menjualnya ke pasar. Padi yang dijual kepada para tengkulak tidak lagi berupa gabah tetapi sudah berupa beras, sehingga harganya pun akan lebih mahal. Tengkulak tersebut membeli beras dari Bapak Abdul Hamid per satuan kwintal dengan harga Rp 330.000,00 untuk padi yang varietasnya IR 64.

2.4 Deskripsi keluarga dan Usaha Tani Bapak Fahrul Rozi 2.4.1 Deksripsi keluarga Petani Pada hari Rabu tanggal 30 Mei 2012 saya melakukan wawancara untuk memenuhi tugas Sosiologi Pertanian(Sos-Per), didesa sumber pasir dusun Gagak Asinan, RT. 26 RW. 28 Kecamatan pakis, kabupaten Malang. Saya mewancarai seorang bapak yang bernama Fahrul Rozi berusia 60 tahun berpendidikan terakhir sampai jenjang Sekolah Menengah Atas(SMA). Bapak Fahrul Rozi memiliki lima orang anak dan seorang istri, anak pertamanya sudah berkeluarga dan tinggal dan telah memiliki pekerjaan diluar kota sehingga anggota keluarga yang masih tinggal bersama beliau berjumlah 6 orang. Beliau dan keluarga menempati rumah dengan ukuran 9 x 7=62 dengan jenis lantai yang

sudah tegel kramik berwarna putih, tembok yang sudah flaster batu-bata, atap sudah berplafon dan menggunakan menggunakan genteng biasa serta didepan pintu rumah terdapat pagar yang terbuat dari besi. Kondisi bangunan rumah dapat dikatakan cukup baik, barang-barang prabotan tertata dengan rapid dan suasana rumah yang nyaman. Sarana transportasi yang digunakan beliau dan keluarga dulu menggunakan sepeda biasa sekarang menggunakan sepeda motor. Prabotan yang terdapat didalam rumah beliau antara lain 2 buah televisi warna yang terdapat diruang keluarga 1 unit dan diwarung 1
24

unit, 1 radio yang terdapat dikamar, 2 kipas angin yang masing-masing terdapat dikamar beliau 1 unit dan dikamar anak beliau 1 unit, 1 unit kulkas, dan 1 unit pesawat telephone berjenis kabel(fixline), bapak fahrul rozi tidak memelihara hewan ternak ini dikarenakan tidak ada lahan yang dapat digunakan yang, dipekarang beliau tidak dapat digunakan karena terlalu sempit dan juga dapat membuat bau rumah menjadi tidak nyaman sehingga tidak memungkinkan untuk berternak.

2.4.2 Status Sosial Keluarga Petani Profesi utama bapak Fahrul Rozi adalah seorang petani yang membudidayakan tanamanan padi dengan profesi sampingan beliau adalah seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial(IPS) disebuah Sekolah Menengah Umum yang tak jauh dari tempat tinggalnya. istri beliau juga memiliki usaha dagang kecil-kecilan dengan membuka warung yang ada didepan rumah mereka. Bapak fahrul Rozi memiliki lahan sawah sendiri yang digarap dengan ukuran ha yang merupakan warisan dari keluarganya sejak 35 tahun yang lalu, dan lahan sewaan seluas ha yang beliau sewa dari Yayasan Masjid, yang ada didaerah beliau tinggal dengan waktu kontrak selama 2 tahun dan saat ini baru berjalan 2 bulan. Beliau tidak memiliki lahan tegala dikarenakan beliau cendrung mengusahakan lahan sawah dan jika menanam palawija hanya sebagai tanaman rotasi saja dan palawija sekala kecil beliau memamfaatkan pekarangan dirumahnya. Setamat dari jenjang SMA beliau lebih memilih bercocok tanam disawah karena itu merupakan mata pencaharian penghidupan keluarga dan meneruskan usah dari orang tua, Beliau belajar bagaimana cara bercocok tanam diperoleh dari orang tua secara turun- temurun, dari kakek ke bapak beliau hingga saat ini diwarisi oleh beliau, mulai dari cara pengolahan tanah sebelum dilakukan penanaman, penanaman, musim tanam yang cocok sampai penggunaan pupuk yang tepat. Dulu

tahapan pengolahan awal(pengolahan tanah) dan tahapan-tahapan pengoahan yang lain beliau kerjakan bersama istri beliau. Sekarang beliau menggunakan buruh laki-laki berjumlah satu orang tersebut dengan upah sebesar 15rb rupiah dengan lama kerja satu hari dari jam setengah tujuh pagi hingga jam setengah sebelas pagi dengan mendapatkan jatah makan satu kali. Buruh tersebut dikontrak dari melakukan kegiaatan pengolahan tanah hingga pada proses akhir(panen) kecuali pada saat proses tandur itu dilakuakan oleh beliau dan turut serta istri beliau istrinya.

25

2.4.3 Kebudayaan Petani(cara bercocok tanam dan pengetahuan cara bercocok tanam) Pola tanam yang diterapkan oleh Bapak Fahru Rozi adalah pola tanam monokultur yaitu pola tanam yang hanya menanam satu jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama. dan dengan sistem rotasi tanaman yaitu sistem tumbuh serangkaian jenis tanaman yang berbeda di daerah yang sama di musim yang berurutan rotasi tanaman yang dipakai beliau adalah ubi jalar. Bapak Fahrul Rozi memiliki alasan menggunakan pola tanam monukultur karena dapat memperoleh hasil yang besar disebabkan tidak adanya persaingan antar tanaman dalam memperebutkan unsur hara maupun sinar matahari, selain itu juga karena teknis budidayanya yang relatif mudah karena tanaman yang ditanam maupun yang dipelihara hanya satu jenis saja tujuan utama mengguakan sistem rotasi tanaman yaitu yang utama untuk mengurangi hama dan penyakit yang sama. Menurut yang bapak Fahrul Rozi, lahan sawah yang dimilikinya ditanami padi berjenis IR-64 karena menurutnya kualitas lebih baik dibandingkan dengan kualitas local. Beliau menjelaskan sebelum melakukan penanaman tanah diolah dengan menggunakan bajak fungsinya untuk membalik tanah. Bajak yang digunakan juga sudah modern dengan menggunakan mesin tidak menggunakan sapi karena dengan menggunakan bajak mesin/traktor proses pengolahan tanah lebih cepat hanya memerlukan 1 hari kerja sedangkan dengan mengggunakan sapi./kerbau proses pengolahan tanah memakan 5 hari setelah dilakukan pengolahan tanah dibiarkan selama 1 minggu ini dimaksudkan agar parasit yang ada dapat mati kemudian barulah digenangi dengan air. lalu dilakukan penanaman bibit sendiri terkadang diperoleh dengan membeli atau membuat sendiri yang sebelumnya telah disemai. ini dilakukan oleh istri dan bantuan dari beliau sendiri, dalam perlakuan penyemaian beliau memiliki anggapan bahwa haruslah prempuan, karena lebih telaten, menentukan jarak dan pola yang tepat dan agar hasil dari padi tersebut bagus. Pada hari ke 5 setelah penanaman dilakukan pemupukan, pupuk yang digunakan adalah Urea dengan ditambah ZA sedikit. fungsi dari pupuk urea sendiri agar tanaman padi tetep hijau dan ditambah ZA agar buah/bulir padi dapat menghasilkan lebih banyak. Pada pemupukan pertama beliau menghabiskan pupuk UREA sebanyak 50 kg untuk satu lahan ditambah sedikit ZA dan pada pemupukan kedua beliau menggunakan 35 kg ZA ditambah sedikit UREA. untuk 1 lahan pemupukan tidak dilakukan ketika musim hujan menurut beliau karena tidak berdampak banyak terhadap pertumbuhan padi pemupukan dilakukan dengan perbandingan UREA lebih banyak ditambah sedikit ZA.

26

Pada hari ke 7 setelah penanaman dilakukan penyiangan gulma secara mekanis dengan menggunakan sabit dan kimiawi dengan menggunaka pestisida beliau menyebut obat suket (ally) dan penyulaman betujuan untuk mengganti tanaman padi yang mati dengan tanaman yang baru. Kegiatan pemupukan dan penyiangan gulma dilakukan dilakukan sebanyak dua kali yakni pada awal penanaman dan ketika tanaman telah berusia 21 hari. Sistem pengairan yang digunakan bersumber dari 1 sungai yang dialirkan dengan menggunakan parit pinggir sawah tetapi pengairan dilakuan menurut pembagian wilayah barat, utara, pertengahan, dan timur. dengan menggunakan jadwal selang dua hari, pada wilayah barat mendapat hari senin dan selasa, pada wilayah utara mendapatkan hari rabu dan kamis, sedangkan daerah pertengahan selalu mendapat airan air(netral), pada wilayah sawah beliau berada diwilayah timur sehingga beliau dapat jatah pengairan pada hari sabtu dan minggu. Bapak fahrul rozi biasanya memulai tanam pada bulan januari dan panen pada sekitar awal april beliau menghindari menanam padi pada bulan juni karena menurut dia jika dilakukan tanam padi pada bulan tersebut tanaman padi terkena penyakit ,serangan hama tikus dan sejenis walang lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lain sehingga pada bulan itu tanaman padi di alihkan dengan tanaman ubi jalar.

2.4.4 Perubahan social budaya bertani terkait dengan becocok tanam Menurut yang bapak Fahrul Rozi, pengetahuan beliau tentang cara bercocok tanam padi tidak banyak berubah karena diperoleh dari orang tua turun-temurun yang membedakan cara beliau dulu dan cara orang tua beliau tidak terlalu banyak misalnya dulu pada pengolahan tanah sebelum tanam beliau membajak dengan menggunakan sapi proses menggunaka hewan tersebut memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 5 hari untuk keseluruhan lahan dan memerlukan biaya tambahan untuk merawat sapi tersebut satelah melakukan kegiatan membajak. Namun, saat ini beliau telah beralih menggunakan bajak mesin karena dengan menggunakan alat tersebut kegiatan pengolahan tanah hanya memerlukan waktu satu hari dengan hanya mengeluarkan biaya sewa untuk bajak mesin tersebut. Pada jenis padi dulu beliau menggunakan padi local namun melihat perkembangan yang ada yakni melihat dari tetangga beliau yang juga petani, beliau akhirnya memilih menggunakan benih padi berjenis IR-64 karena menurutnya kualitas lebih baik dibandingkan dengan kualitas local. Benih yang ditanam biasanya bikin sendiri jika sedang dibutuhkan segera dapat dibeli. Penyiangan gulma yang dulu hanya dilakukan dengan cara mekanis yakni ditebas dengan menggunakan sabit sekarang beliau telah
27

menggunakan pestisisda atau beliau sebut obat suket (ally) karena dengan menggunakan obat tersebut gulma lebih cepat mati dan pertumbuhan lebih lama. Beliau dulu menggunakan pupuk organik seperti kandang dan kompos kini telah beralih menggunakan pupuk kimia seperti UREA dan ZA dikarenakan hasil tanaman yang diperoleh dengan pupuk tersebut lebih maksimal. Pengairan sawah yang sekarang sudah terorganisir dengan dibentuknya pengurus sehingga pengairan bias dilakukan seadil-adilnya. Sekarang penggolahan sawah yang dulu dilakukan oleh beliau sendiri sekarang sudah dialih tugaskan kepada buruh tani Bagi petani seperti beliau pengguna buruh tani sangat diperlukan dalam proses pengolahan tanah, penanaman bibit, dan penangan panen namun, untuk memperoleh tenaga buruh terutama yang masih muda pada saat ini sangat sulit. Buruh tani laki-laki lebih memilih beralih profesi menjadi buru bangunan diluar desa dan buruh tani prempuan lebih memilih pekerja sebagai buruh pabrik karena penghasilan yang didapat dirasa lebih cukup dibanding menjadi buruh tani gaji seorang buruh tani laki-laki yakni sebesar Rp 15.000-, dengan dapat satu kali jatah makan dan buruh tani prempuan mendapatkan bayaran sebesar Rp 13.000-, tanpa jatah makan. Yang masih menjadi buruh tani saat ini orang-orang yang sudah tua yang dirasa tenaganya sudah kurang. Hasil panen yang dulu dipasarkan sendiri langsung ke daerah klojen malang, kini sudah ada penebas(pemborong) yang datang langsung kegiatan seperti pembersihan kulit padi, pernyortiran dan penjualan sudah dilakukan sendiri oleh pemborong untuk membeli dengan harga jual sekitar 2,5 sampai 3 juta rupiah untuk per 10 kwintalnya beliau hanya sedikit mengetahui pemasaran yang dilakukan oleh pemborong disebar keagen-agen beras dikota malang.

2.4.5 Lembaga yang berkaitan dengan sarana produksi, tenaga kerja dan pemasaran hasil usaha pertanian Status lahan usahatani Bapak Barnawi yaitu mempunyai sawah milik sendiri sebesar 1/4 ha dan sawah hasil sewa dari Yayasan Masjid sebesar 1/4 ha dengan waktu sewa selama 2 tahun yang saat ini baru berjalan selama 2 bulan. Asal Bapak Fahrul Rozi memperoleh benih padi pada musim tanam saat ini adalah melalui pembelian dari toko pertanian dengan membeli secara kontan. Dalam kegiatan usahataninya, Bapak Fahrul Rozi tidak menggunakan pupuk organik ataupun pestisida nabati,. Pupuk yang digunakan oleh Bapak Fahrul Rozi adalah pupuk kimia yaitu UREA dan ZA yang dibeli dari toko
28

pertanian secara kontan. Pada desa sumber pasir dusun Gagak Asinan, RT. 26 RW. 28 Kecamatan pakis, kabupaten Malang, terdapat kelompok pengatur pengairan yang mana Bapak Fahrul Rozi Menjadi anggota yang mengkoordinir pembagian air menurut pembagian wilayah barat, utara, pertengahan, dan timur. Menurut beliau didesanya GAPOKTAN( GAbungan Kelompok Tani) beliau yang sebagai salah satu anggottanya baru terbentuk sekitar 3 bulan tempatnya berada didekat balai desa. Sehingga masih belum terlalu memberikan kontribusi yang maksimal dalam kegiatan usaha tani. Untuk tenaga kerja bapak Fahrul Rozi biasanya berasal dari

tetangga beliau sendiri dan ada juga buruh tani itu sendiri yang datang menawarkan diri untuk menjadi tenaga kerja. Namun saat ini beliau telah memiliki buruh tetap untuk mengolah sawahnya pekerjaan biasanya dilakukan mulai dari jam 07.30 WIB sampai dengan jam 10.30 WIB dengan upah perharinya sebesar Rp 15.000-, dengan makan. Pemasaran hasil panen mulai dari penggilingan padi, penyortiran dan penjualan tidak dilakukan sendiri oleh beliau akan tetapi telah dilakukan oleh pemborong(penebas)

sehingga beliau tinggal menerima hasil penjualanya saja. Hampir semua hasil panen dari bapak fahrul Rozi dijual dan Sebagian kecil ada yang diambil sebagai konsumsi

2.4.6 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil wawancara didesa sumber pasir dusun Gagak Asinan, RT. 26 RW. 28 Kecamatan pakis, kabupaten Malang dengan Bapak Fahrul Rozi(60 tahun) beliau memiliki 5 orang anak dan seorang istri. Beliau adalah petani yang mengusahakan lahan sawah dengan budidaya padi jenis IR-64 luas lahan yang dimiliki adalah ha milik sendiri dan ha merupakan lahan sewaan dari Yayasan Masjid .Sistem tanam yang digunakan beliau adalah monokultur dan Tanaman yang digunakan sebagai rotasi tanam adalah ubi jalar. Beliau mendapatkan pengetahuan cara bercocok tanam turun-temurn dari orang tua dengan sedikit perubahan pada pengolahan tanah yang sekarang sudah menggunakan bajak mesin/traktor, menggunakan bibit varietas IR-64 ,menggunakan pupuk UREA dan ZA serta menggunakan tenaga buruh dalam pengolahan sawahnya. Pada penjualan hasil panen beliau sudah tidak lagi memasarkan hasil panen karena sudah ada pemborong(penebas) yang datang untuk membeli. Kegiatan pasca panen seperti penggilingan padi, penyortiran dan penjualan yang dulu dilakukan sendiri sudah dikerjakan oleh pemborong sehingga beliau hanya tinggal meneriama uangnya saja beliau menjual dengan harga 2,5 sampai 3 juta rupiah untuk per 10 kwintalnya.
29

2.5 Deskripsi keluarga dan Usaha Tani Bapak Muhammad Sodiq oleh Adit
2.5.1 Deskripsi Keluarga Petani

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di dusun Gagak Asinan RT 26/RW 08 berbincang-bincang dengan seorang Petani yang bernama Muhammad Sodiq.

Muhammad Sodiq berumur 35 tahun dan memiliki jumlah anggota keluarga 6 orang, 1 Istri dan 5 Anak. Muhammad Sodiq memiliki pendidikan formal SMP dan beliau memiliki pekerjaan tetap dan sampingan, pekerjaan tetap beliau sebagai petani. Beliau sudah belajar bertani semenjak tahun 2002 sampai sekarang. Lahan/Sawah yang dipakai oleh beliau merupakan warisan dari orang tuanya, namun ada beberapa sawah yang sudah di jual. Sedangkan sawah warisan yang sekarang yang sedang beliau kerjakan memiliki luas 0.5 ha, beliau tidak memiliki tegalan, namun beliau menyewa sawah seluas 1 ha. Beliau juga tidak memiliki hewan ternak. Beliau tidak memiliki hewan ternak di karenakan akan menambah biaya untuk pemeliharaan ternak dan belum lagi beliau harus di sibukkan oleh pekerjaannya. Petani yang saya wawancarai bernama Muhammad Sodiq yang saat ini sedang berusia 35 tahun. Tingkat pendidikan formal beliau hanya sampai SMP. Dengan tingkat pendidikan yang minim beliau hanya dapat bekerja sebagai petani dan bekerja sampingan sebagai pembajak sawah. Pada tahun 2002 beliau memulai pekerjaan sebagai seorang petani. Julmah anggota keluarga beliau 6 orang. (LIHAT PUNYA TEMENMU YG SUDAH TAK KOREKSI)

3 Status Sosial Ekonomi Keluarga Petani Luas lahan sawah milik sendiri mencapai hektar dan itu milik turun temurun dari keluarga beliau (warisan). Lahan sewa dari tetangga pun juga ada sekitar 1 hektar. Sedangkan, luas lahan tegal hanya hektar tetapi itu milik turun temurun. Jumlah ternak yang dipelihara adalah seekor sapi milik sendiri dan jumlahnya 1 ekor. Sarana transportasi yang dimiliki adalah sebagai berikut : Sepeda Pedal : 1 unit Sepeda Motor : 2 unit
30

Mobil

: 1 unit

Sarana komunikasi yang dimiliki adalah sebuah TV yang berjumlah 2 unit. Rumah tempat tinggal petani memiliki luas bangunan 20x8 m2. Jenis lantai rumahnya pun sudah berubah dari tanah menjadi keramik. Jenis dinding rumah adalah tembok dan jenis atap rumah genting biasa. (LIHAT TEMENMU YANG SUDAH TAK KOREKSII)

4 Kebudayaan Petani (Cara Bercocok Tanam Dan Pengetahuan Tentang Cara Bercocok Tanam ) Dalam satu tahun terakhir lahan sawah ditanami hanya dengan tanaman padi saja. Alasannya, dengan menanam tanaman padi beliau dapat menikmati hasil sendiri dan pola tanam seperti itu tidak sulit. Sedangkan, Lahan tegal pada satu tahun terakhir ditanami oleh tanaman musiman yaitu pohon-pohonan. Alasannya, beliau tidak ikut menanam karena itu lahan warisan.(KENAPA CUMA PADI SAJA ?) Lahan sawah yang dimiliki oleh beliau hanya ditanami oleh tanaman padi saja. Dengan cara pengolahan tanah menggunakan traktor. Jarak tanam yang diberikan sekitar 25 cm, jumlah bibit 10 kg/hektar dan kondisi airnya baik karena memakai saluran sungai. Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman ada 3 jenis yaitu : urea, Phonska, dan SP-36. Pemupukan dilakukan selama 3 kali dengan cara pemupukan dicampur semua. Waktu pemupukan yang pertama dilakukan 10 hari setelah tanam, kedua 20 hari dan ketiga 40 hari. Jumlah pupuk yang digunakan pada lahan sawah dengan komposisi urea 1 kwintal, Phonska 50 kg, dan SP-36 50 kg. Penyiangan dilakukan 2 kali setiap umur 20 hari dan 40 hari dilihat dengan kondisi gulma. Biasanya beliau melakukan akal dengan cara menggunakan obat agar tumbuh gulma yang di obat berjalan lambat. Penyiangan dilakukan menggunakan alat tradisional yaitu tangan. Awal ditanami tanaman padi harus sudah ada air yang menggenangi sawah. Jadi sewaktu musim kedua sawah harus sudah tidak digenanggi air lagi atau kering. Cara pengairannya pun cukup mudah. Karena sungai pada tempat tersebut tidak jauh. Jenis hama yang dijumpai selama usaha tani pada lahan sawah adalah tikus, wereng, dan walang sangit. Hama mucul pada musim tertentu. Jika musim tikus hanya tikus saja yang berkeliaran. Pada 3 kali tanam hanya 1 kali tanam saja yang berbahaya dikarenakan adanya hama. Hama tikus dikendalikan dengan cara diracun tiap sore hari, hama wereng dikendalikan dengan pestisida, dan hama walang sangit dikendalikan dengan obat. Ada pula obat yang digunakan yaitu akodan. Pestisida yang digunakan adalah pestisida kimiawai. Pestisida nabati juga pernah
31

digunakan oleh beliau dengan komposisi biji sirsak, daun kemangi, tembakau dan kembang paitan. Pestisida nabati yang digunakan beliau memiliki sistem bertahap.

5 Perubahan Sosial Budaya Petani Terkait Cara Bercocok Tanam Cara beliau menentukan bahwa tanaman padi sudah saatnya panen ditentukan oleh umur. Umur yang baik untuk dipanen sekitar umur 4 bulan. Pada jenis sayuran jika penanaman dilakukan sekarang maka panen dilakukan pada saat sehabis lebaran. Pemanenan dilakukan menggunakan sabit dan digebyok. Karena alat yang digunakan untuk panen belum ada. Setelah panen dilakukan kemudian hasil dibersihkan, dijemur dan dislep. Penjemuran tidak dilakukan oleh beliau sendiri karena sulit untuk proses penjemuran. Jadi beliau membawa hasil panen dalam bentuk beras. Hasil panen sebagian di simpan sebagian di jual. Cara penyimpanan dilakukan dengan sistem gabah. Gabah jika disimpak akan awet. Beliau memperoleh pengetahuan cara bercocok tanam dari turun temurun dan pengalaman sendiri. Kemudian pengalaman itu di praktekkan sendiri ke lahan. Beliau sendiri tidak langsung diajari cara bercocok tanam. Beliau hanya disuruh membantu orang tua bertani. Cara dari Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) juga baru dicoba. Pengetahuan dan cara budidaya beliau dimulai sejak awal bertani umur 25 tahun. Pada umur 25 tahun sampai sekarang cara bertani beliau ada perubahan. Perubahan yang terjadi antara lain : Dapat mengetahui waktu awal tanam yang baik Dapat mengetahui bagus tidaknya padi Cara pemupukan Jarak tanam mulai dari 23 cm menjadi 25 cm Sistem Legowo (Berselang-selang)

6 Lembaga Yang Berkaitan Dengan Pengadaan Sarana, Produksi, Tenaga Kerja, Dan Pemasaran Hasil Usaha Tani Status lahan pada musim tanam saat ini pada lahan sawah milik sendiri hektar ,sawah yang menyewa dari tetangga 1 hektar dengan harga sewa Rp. 2.500.000/ hektar dan sawah bagi hasil hektar dengan aturan pembagian setengah-setengah. Benih pada musim tanam saat ini dari toko pertanian, beliau memilih dari toko karena hasil yang diperoleh maksimal. Sedangkan, jika dari hasil panen sebelumnya/membuat benih sendiri hasilnya tidak bagus. Pupuk kimia yang digunakan pada usaha tani musim tanam saat ini ada 4 jenis yaitu : Urea, SP-36, Phonska, dan ZA. Dengan jumlah pembelian Urea 1 kwintal, SP32

36 1 sak, Phonska 30 kg, dan ZA 1 kwintal. Dan jenis pupuk itu semua beli dari kelompok tani. Pupuk organik yang digunakan pada usaha tani musim tanam saat ini adalah kompos dengan jumlah pembuatan 7 kwintal. Pupuk kompos yang didapat dan digunakan oleh beliau adalah dengan cara membuat sendiri. Pestisida kimia yang digunakan pada usaha tani musim tanam saat ini adalah Desis dan Curacron dengan jumlah Desis 50 ml dan Curacron 100 ml. Masing-masing produk membeli kontan dari toko pertanaian. Pestisida nabati yang digunakan pada usaha tani musim tanam saat ini menggunakan pestisida yang dibuat oleh beliau sendiri dengan komposisi kacang-kacangan yang berbakteri, air leri dari beras, dan dicampur gula tetes dengan hasil 1 drum. Untuk pengairan pada tanaman usaha tani musim tanam sekarang dengan menggunakan sungai dengan cara mengalirkan melalui parit kecil. Kegiatan usaha tani pada musim tanam saat ini menggunakan tenaga kerja luar keluarga dengan upah jika laki-laki Rp. 15.000 dan wanita Rp. 10.000. Tenaga kerja yang dipekerjaan hanya 1 orang laki-laki. Tenaga kerja yang digunakan terbilang cukup mudah untuk mencarinya karena tenaga kerja tersebut sudah terbiasa ikut oleh beliau dengan upah yang di minta tenaga kerja mingguan. Hasil panen musim tanam sekarang sebagian kecil dikonsumsi sendiri dengan jumlah dari hasil dan lebihnya dijual. Proses sebelum penjualan dilakukan grading dahulu agar mengetahui beras itu jelek atau bagus. Beras yang bagus dikonsumsi sendiri sedangkan yang jelek di jual ke toko. Petani sudah dapat mengetahui mana yang bagus mana yang jelek. Hasil yang dijual berupa beras. Sebelum proses pengupasan dilakukan pembersihan terhadap hasil yang akan dijual. Proses pengupasan dilakukan dengan menggunakan slep karena hasilnya berbeda jika menggunakan manual. Setelah tahap-tahap itu dilakukan hasil panen dikemas tiap 25 kg dalam 1 sak. Penjualan dilakukan pada toko sendiri dan apabila hasil melimpah dijual kepada pasar. Penjualan dilakukan pada toko terdekat dengan harga Rp. 180.000 / sak dengan menggunakan mobil.

7 Kesimpulan Pada petani yang saya wawancarai memiliki 2 pekerjaan yaitu sebagai petani dan sebagai pembajak sawah. Dengan memiliki 2 pekerjaan beliau dapat menghidupi 6 anggota keluarganya. Sarana transportasi yang digunakan ada 3 jenis yaitu sepeda pedal 1 unit, sepeda motor 2 unit, dan mobil 1 unit. Sedangkan, sarana komunikasi yang dimiliki hanya berupa TV yang berjumlah 2 unit. Petani ini menanam tanaman padi dengan pola tanam tetap. Yang maksudnya pada satu musim hanya ditanami oleh satu tanaman saja. Dengan pola tanam ini menurut petani
33

sangat baik karena jika petani menanam padi hidupnya akan nyaman. Dengan menanam padi maka hasil yang didapat adalah beras dan petani hanya mencari lauk saja sebagai makanan.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan

Dari kelima petani tersebut memiliki cara bercocok tanam yang hampir sama. Namun yang membedakan dari kelima petani tersebut seperti penggunaan pupuk, pestisida, penyiangan, dan lain-lain. Dari kelima petani tersebut hampir keseluruhan dari mereka menjual hasil panen mereka langsung kepada tengkulak karena lebih cepat mendapatkan uang. Dan yang paling mereka sesalkan adalah jarang diselenggarakannya penyuluhan, padahal disana terdapat lembaga penyuluh pertanian. Karena jarangnya adanya penyuluhan, mereka rata-rata belajar secara otodidak dan dari mulut kemulut.

KESIMPULAN DARI SEMUA KELOMPOK !!!! DOKUMENTASI JANGAN LUPA !

34

LAMPIRAN

Rumah petani Pak Syukur

Sawah Pak Syukur

Sawah Pak abdul hamid

wawancara

Wawancara bersama pak Syukur

wawancara bersama pak Supain

35

You might also like