You are on page 1of 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Perpindahan Kalor
Perpindahan panas mencakup mengenai perpindahan energi karena perbedaan
temperatur diantara dua benda atau material. Disamping itu perpindahan panas juga
meramalkan laju perpindahan panas pada kondisi tertentu.
Persamaan fundamental didalam perpindahan panas merupakan persamaan
kecepatan yang menghubungkan kecepatan perpindahan panas sebagai diantara dua
sistem dengan sifat termodinamis dalamsistem tersebut. Gabungan persamaan
kecepatan, kesetimbangan energi, dan persamaan keadaan termodinamis
menghasilkan persamaan yang dapat memberikan distribusi temperatur dan kecepatan
perpindahan panas. Jadi, pada dasarnya teori perpindahan panas adalah
termodinamika dengan persamaan kecepatan yang ditambahkan.
Berbagai konsep, model, dan hukum Thermodinamika dan perpindahan kalor
dikembangkan dari serangkaian konsep yang di kembangkan dari dunia fisika, model
khusus, dan juga hukum yang digunakan untuk memecah masalah dari system
rancangan.
Oleh karena termodinamika berkisar pada energi maka seluruh sifat-sifat
termodinamika berkaitan dengan energi. Keadaan atau kondisi termodinamika suatu
system didefenisikan berdasarkan sifat-sifatnya.

Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Suhu ( t )
Suhu dari suatu bahan menyatakan keadaan termalnya dan kemampuannya
untuk bertukar energi dengan bahan lain yang bersentuhan dengannya. Jadi suatu
bahan yang bersuhu lebih tinggi akan memberikan energi kepada bahan lain yang
suhunya lebih rendah . Titik acuan bagi skala celcius adalah titik beku air ( 0 C) dan
titik didih air 100 C .
Suhu absolute ( T ) adalah derajat diatas suhu nol absolute yang dinyatakan
dengan dengan Kelvin : ( K ) ; yaitu T = t C + 273. oleh karena itu interval antar
suhu pada kedua skala suhu tersebut identik maka beda suhu pada suhu Celcius
dinyatakan dengan Kelvin (K).

2.1.2 Tekanan ( p )
Tekanan adalah gaya normal (tegak lurus) yang diberikan oleh suatu fluida
per-satuan luas benda yang terkena gaya tersebut.tekanan absolute adalah tekanan
diatas nol (tekanan yang sebenarnya yang berada diatas nol ): tekanan pengukuran
( gauge pressure) diukur atas tekanan atmosfer suatu tempat ( nol tekanan pengukuran
= tekanan atmosfer ditempat atmosfer ditempat tersebut ).
Satuan yang dipakai untuk tekanan adalah newton per-meter kuadrat ( N/m ), juga
disebut pascal (Pa).newton adalah satuan gaya.
2
Tekanan atmosfer standart adalah 101.325 Pa = 101,3 kPa.

Universitas Sumatera Utara
Tekanan dapat diukur dengan instrument seperti tera-ukur tekanan ( pressure
gauges) atau manometer yang diperlihatkan secara skematik, dipasang pada suatu
saluran udara.oleh karena salah satu ujung manometer terbuka ke atmosfer maka
pergeseran muka air dalam manometer hanya menunjukkan tekanan pengukuran.

2.1.3 Kalor Spesifik
Kalor spesifik dari suatu alat bahan adalah jumlah energi yang diperlukan
untuk menaikkan suhu satu-satuan massa bahan tersebut sebesar 1 K. Oleh karena
besaran ini dipengaruhi oleh cara proses berlangsung, maka cara kalor ditambahkan
atau dilepaskan harus disebutkan. Dua besaran yang umum adalah kalor spesifik pada
tekanan tetap (c
p
). Besaran yang kedua lebih banyak berguna bagi kita karena banyak
dipakai pada proses pemanasan dan pendinginan dalam teknik refrigerant dan
pengkondisian udara.
Nilai pendekatan untuk kalor spesifik dari beberapa bahan yang penting
adalah sebagai berikut:

Udara kering
Air
Uap air
Cp =

K
K
K
. / 88 , 1
. / 19 , 4
. / 0 , 1
kg kJ
kg kJ
kg kJ

Dengan J melambangkan satuan energi, joule.


Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Perubahan Temperature.
Apabila proses dengan tekanan tetap diatas ditambahkan batasan dengan
meniadakan kerja yang dilakukan terhadap bahan, misalnya pada sebuah compressor
maka jumlah kalor yang diberikan atau dilepaskan per-satuan massa adalah
perubahan entalpi dari bahan itu. Tabel dan grafik untuk berbagai bahan sudah
tersedia. Nilai entalpi ini didasarkan pada sejumlah bidang datar data yang dipilih
secara bebas. Sebagai contoh, bidang datar data untuk air dan uap air (steam) adalah
suatu nilai entalpi bagi air pada suhu 0 C . berlandaskan pada bidang datar tersebut
entalpi air pada suhu 100 C adalah 419,06 kJ/kg dan uap air pada (steam) pada 100
C adalah 2676 kJ/kg.
Sifat entalpi dapat juga menyatakan laju pemindahan kalor untuk proses yang
pada umumnya terjadi penguapan atau pengembunan, misalnya proses didalam ketel
air atau koil pendingin udara dimana uap air mengembun.

Entalpi, MJ/kg
Gambar 2.1 Diagram Rangka Hubungan Tekanan- Entalpi Air

Sumber: Lit. 7. Halaman, 16
Universitas Sumatera Utara
2.2 Sifat Sifat Cairan Uap
Umumnya sistem pemanasan atau pendingin menggunakan aliran substansi-
substansi yang berupa cairan atau uap yang berubah-ubah keadaannya saat menjalani
pendauran. Contoh dari substansi ini adalah uap air dan refrigran. Oleh karena
tekanan, suhu, dan entalpi adalah sifat penentu selama perubahan, hubungan antara
sifat-sifat ini dimuat dalam table atau digambarkan pada grafik misalnya diagram
hubungan entalpi yang ditunjukkan pada diagram diatas.
Tiga daerah utama dalam diagram ini adalah (1) daerah cairan bawah dingin
(subcooled-liquid) pada bagian kiri, (2) daerah cairan uap dibagian tengah, dan (3)
daerah uap panas-lanjut (superheated-steam) pada bagian kanan. Dalam daerah 1
hanya terdapat cairan , dalam daerah 3 hanya terdapat uap, dan dalam daerah 2
terdapat cairan dan uap bersama-sama. Daerah 2 dan 3 dipisahkan oleh garis uap
jenuh. Bila bergeser dari kiri ke kanan sepanjang garis mendatar dengan tekanan
konstan, yaitu dari garis cair-jenuh, campuran cairan dan uap berubah dari 100 persen
cairan ke 100 persen uap.
Tiga garis suhu konstan yang diperlihatkan pada grafik diatas , untuk t = 50
C, t = 100 C, dan t = 150 C . air mendidih pada suhu yang lebih tinggi bila tekanan
lebih tinggi. Untuk tekanan pada 12,3 kPa, air mendidih pada suhu 50 C, tapi pada
tekanan atmosfer standar yaitu 101 kPa, air mendidih pada suhu 100 C.
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 Konduktifitas Termal Beberapa Zat Cair

Sumber: Lit. 3. Halaman, 9


2.3 Pemanasan Dan Pendinginan
Pada kebanyakan proses pemanasan dan pendinginan, misalnya pada pemanas
air dan pada ketel., perubahan beberapa bagian energi diabaikan. Sering kali
perubahan energi kinetik sebesar v
2
/2 dan energi potensial dari titik yang lain
sebesar 9,81z dapat diabaikan jika terlalu kecil dibandingkan dengan besarnya
perubahan entalpi, kerja yang dilakukan atau perpindahan kalor. Apabila dalam
proses tidak ada kerja yang dilakukan oleh pompa, Kompresor atau mesin,
maka W = 0. karena itu persamaan energi disederhanakan menjadi:
q + mh
1
= mh
2
atau q =m( h
2
- h
1
)
Universitas Sumatera Utara
artinya, laju perpindahan kalor sama dengan dengan laju aliran massa
dikalikan dengan perubahan entalpy.
2.4 Beda Termodinamika Dengan Perpindahan Kalor
- Analisis termodinamika difokuskan pada kondisi kesetimbangan
( meramalkan energi yang diperlukan untuk mengubah keseimbangan
yang satu menjadi sistem keseimbangan yang lain).
- Analisis perpindahan panas difokuskan pada laju perpindahan panas.

Konsep temperature
Untuk aliran fluida yang tidak terdapat aliran massa atau aliran arus. Disini
perpindahan panas terjadi karena adanya perbedaan temperature atau adanya gradien
panas.
Konsep tegangan
Perpindahan panas dapat terjadi tanpa adanya perbedaan temperature.Tetapi
dengan perbedaan tegangan dapat terjadi perpindahan panas. Contohnya efek yang
terjadi pada termolistrik.

Sifat perpindahan panas
Jika suatu benda yang mengalami kontak termal, maka panas akan mengalir
dari benda yang temperaturnya lebih tinggi ketemperatur yang lebih rendah.


Universitas Sumatera Utara
2.5 Mekanisme Perpindahan Kalor
Mekanisme Perpindahan Kalor dibagi menjadi tiga , yaitu :
- Perpindahan Kalor Konduksi
- Perpindahan Kalor Konveksi
- Perpindahan Kalor Radiasi

2.5.1 Perpindahan Kalor Konduksi
Adanya gradient temperature akan terjadi perpindahan panas. Dalam benda
padat perpindahan panas timbul karena gerakan antar atom pada temperature yang
tinggi, sehingga atom-atom tersebut dapat memindahkan panas. Didalam cairan atau
gas, panas dihantar oleh tumbukan antar molekul.


Gambar 2.3 Diagram Tempertur Vs Posisi

Persamaan Dasar Konduksi :
- q = -k A
dX
dT
= T
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
q = Laju Perpindahan Panas (kj / det)
k = Konduktifitas Termal (W / cm K atau j / cm sK)
A = Luas Penampang ) (
2
cm
dT = Perbedaan Temperatur ) , (
0 0
F C
dX = Perbedaan Jarak (m / det)
T = Perubahan Suhu ) , (
0 0
F C

- Hukum Umum Konduks.
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan antara
laju aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient yang terdapat
pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada setiap titik
dalam suatu benda pada setiap waktu yang dikenal dengan hukum fourier, yaitu :

dA
dq
= - k
n
T
c
c

Keterangan :
- A = luas permukaan isothermal ) (
2
cm
- n = jarak, diukur normal (tegak lurus) terhadap permukaan (cm, m)
- q = lajualiran panas yang melintasi permukaan pada arah normal (kj/det)
- T = temperatur ) , (
0 0
F C
- K = konduktifitas termal (W / cm K atau j / cm sK)
Universitas Sumatera Utara
- Konduktivitas Termal
Tetapan kesebandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material yang disebut
konduktivitas termal. Satuan yang digunakan dalam konduktivitas termal adalah
kal/cm Sk. Untuk mengubah satuan ini ke Btu/ft jam R dikalikan dengan 242,9 dan
untuk mengubah menjadi W / cm K atau J / cm Sk dikalikan dengan 4,1866.
Berdasarkan rumusan itu maka dapatlah dilaksanakan pengukuran dalam percobaan
untuk menentukan konduktifitas termal berbagai bahan. Pada umumnya
konduktivitas termal itu sangat tergantung pada suhu.

Daftar Tabel 2.1 Konduktivitas Termal Berbagai Bahan pada C
0
0
Konduktivitas termal
Bahan
C m W
0
. /
Btu/h . ft . F
logam
perak ( murni )
tembaga ( murni )
aluminium ( murni )
nikel ( murni )
besi ( murni )
Baja karbon, 1% C
Timbal (murni)
baja karbon-nikel
( 18% cr, 8% ni )

410
385
202
93
73
43
35
16,5


237
223
117
54
42
25
20,3
9,4

Universitas Sumatera Utara
bukan logam
kuarsa ( sejajar sumbu )
magnesit
marmar
batu pasir
Kaca, jendela
Kayu maple atau ek
Serbuk gergaji
Wol kaca
Zat cair
Air-raksa
Air
Amonia
Minyak lumas, SAE 50
Freon 12,
2 2
F CCI
Gas
Hidrogen
Helium
Udara
Uap air ( jenuh )
Karbon dioksida


41,6
4,15
2,08-2,94
1,83
0,78
0,17
0,059
0,038

8,21
0,556
0,540
0,147
0,073
0,175
0,141
0,024
0,0206
0,0146


24
2,4
1,2-1,7
1,06
0,45
0,096
0,034
0,022

4,74
0,327
0,312
0,085
0,042

0,101
0,081
0,0139
0,0119
0,00844
Sumber: Lit. 3. halaman, 7
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Perpindahan Kalor Konveksi
Perpindahan panas terjadi secara konveksi dari pelat ke sekeliling atau
sebaliknya. Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yaitu konveksi bebas
dan konveksi paksa.


Gambar 2.4 Perpindahan Panas Konveksi

- Konveksi Pelat
Pada konveksi pelat akan mendingin lebih cepat dapat dilihat pada gambar
berikut:

Gambar 2.5 Konveksi Paksa
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
- Flow = Aliran (m/detik)
- U = Koefisien Perpindahan Panas ) , / (
0 2
C m W
- U = Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh ) , / (
0 2
C m W
- q = Laju Perpindahan Panas (kj/det atau W)
- Tw = Temperatur Dinding ) , (
0
F C
o
- T = Temperatur Sekeliling ) , (
0
F C
o

- Persamaan Dasar Konveksi
T
W
> T
q = h A (Tw T)

Keterangan :
- q = laju perpindahan panas (kj/det atau W)
- h = koefisien perpindahan panas konveksi ) , / (
0 2
C m W
- A = luas permukaan ) (
2 2
m atau ft
- Tw = temperature dinding ) , , (
0
K F C
o
- T = temperature sekeliling ) , , (
0
K F C
o



Universitas Sumatera Utara
- Prinsip Perpindahan kalor Secara Konveksi
Panas yang dipindahkan pada peristiwa konveksi dapat berupa panas laten dan
panas sensible. Panas laten adalah panas yang menyertai proses perubahan fasa,
sedang panas sensible adalah panas yang berkaitan dengan kenaikan atau penurunan
temperature tanpa perubahan fasa.

- Jenis Konveksi Menurut Proses Aliran Fluida
Jika proses aliran fluida diinduksi oleh pompa atau sistem sirkulasi yang lain,
maka peristiwa konveksi paksa. Jika aliran fluida yang disebabkan oleh pemanasan,
maka proses tersebut disebut peristiwa alamiah.

- Laju Perpindahan kalor
Untuk menyatakan laju perpindahan panas dinyatakan sebagai fluks kalor
perhitungannya Didasarkan atas luas perpindahan panas sehingga fluks kalor
didefenisikan sebagai laju perpindahan panas persatuan luas dengan satuan Btu / jam
s atau Watt / m
2
atas dasar luas bidang tempat berlangsung-nya aliran kalor.
2
Selanjutnya, fluks kalor dihubungkan dengan perbedaan temperature yang ditentukan
melalui koefisien perpindahan panas konveksi (konduktans konveksi) h yang
didefenisikan sebagai berikut :
A
q
= h AT


Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
A
q
= fluks kalor
h = koefisien perpindahan panas konveksi
AT = perbedaan temperatur
jika h dan t diketahui , maka A
A
q
dapat dihitung. Untuk sebuah tahanan
termal dalam peristiwa konveksi didefinisikan sebagai berikut :
R =
h
1

Dimana : R = tahanan termal konvektif
h = konduktan konvektif

Daftar Tabel 2.2 Nilai Kira - Kira Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi
h
Modus
C m W
0 2
. / F ft Btu
0 2
. .

Konveksi bebas,T =
o
30
Plat vertical, tinggi 0,3 m
(1 ft) di udara
Silinder horizontal, diameter 5 cm
di udara
Silinder horizontal, diameter 2 cm

4,5


6,5


0,79


1,14

Universitas Sumatera Utara
dalam air
Konveksi paksa
Aliran udara 2 m/s di atas plat
bujur sangkar 0,2 m
Aliran udara 35 m/s di atas plat
bujur sangkar 0,75 m
Udara 2 atm mengalir di dalam
tabung diameter 2,5 cm,
kecepatan 10 m/s
Air 0,5 kg/s mengalir di dalam
tabung 2,5 cm
Air udara melintas silinder
Diameter 5 cm, kecepatan
50 m/s
Air mendidih
Dalam kolam atau bejana
Mengalir dalam pipa
Pengembunan uap air, 1 atm
Muka vertical
Di luar tabung horizontal
890

12

75


26


3500

180


2500-35.000
5000-100.000

4000-11.300
9500-25.000
157

2,1

13,2


11,4


616

32


440-6200
880-17.600

700-2000
1700-4400

Sumber: Lit. 3. Halaman, 12

Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Perpindahan Kalor Radiasi
Perpindahan panas oleh perjalanan foton yang tak terorganisasi. Setiap benda-
benda terus-menerus memancarkan foton secara serampangan didalam arah,waktu,
dan energi netto yang dipindahkan oleh foton tersebut, diperhitungkan sebagai panas.

Persamaan Dasar Radiasi :
q = o A (T
1
- T
2
)
4 4

Keterangan :

q = laju perpindahan panas (Kj / menit)
A = luas permukaan ( )
2
cm
o = ketetapan Stefan boltzman ) / (
2
s rad
T
1
,T
2
= temperature permukaan ) (
0 0
F C

2.5.4 Gabungan Konduksi, Konveksi & Radiasi
Apabila perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi
digabungkan maka akan terjadi seperti pada gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6 Gabungan Konveksi, Konduksi, Dan Radiasi

- Hubungan Persamaan
Kalor Yang Dikonduksi = Kalor Radiasi + Kalor Konveksi

- k A
dX
dT
= F
E
F
G
o A (T
W
4
-T
S
4
) + h A (T
W
-T)

Keterangan :

- T
W
= temperatur dinding
- T
S
= temperatur sekitar
- T = temperatur fluida
- F
E
= faktor emisivitas
- F
G
= faktor bentuk

Universitas Sumatera Utara
2.6 Analogi Aliran Panas Dan Aliran Listrik
Analogi aliran panas dan aliran listrik adalah sumber penyebab-penyebab
terjadinya perindahaan kalor.
Rumus aliran panas dan aliran listrik:

Listrik Panas
i =
Re
V A

A
q
=
Rth
T A


Keterangan :
i = Arus Listrik (Ampere)
q/A = Arus panas ) (
0 0
F C
o V = Beda Potensial (Volt)
o T = Beda Temperatur ) (
0 0
F C
Re = Tahanan Listrik ( ohm atau V/A)
R = Tahanan Panas (ohm)

2.7 Prinsip Dasar Mesin Pendingin
Pada dasarnya tiap-tiap mesin pendingin terdiri atas:
- Motor penggerak
- Kompresor
- Saringan
Universitas Sumatera Utara
- Pipa kapiler/keran expansi
- Pipa penguapan (evaporator) dan
- Refrigerant

2.7.1 Motor pengerak (motor listrik)
Dalam sitim kerja mesin pendingin motor listrik sebagai penggerak pada
kompresor, sedangkan kompresor bertugas untuk menghisap dan menekan refrigerant
sehingga refrigerant beredardalam unit mesin pendingin. Di sini kompresor dan
motor listrik benar-benar menjadi satu unit yang tertutup rapat.
Prinsip kerja mesin pendingin ialah jika motor penggerak berputar maka akan
memutar kompresornya. Dengan berputarnya kompresor maka refrigerant (yang
dalam wujud gas) akan naik suhu maupun tekanannya. Hal ini disebabkan molekul-
molekul dari refrigerant bergerak lebih cepat dan saling bertabrakan akibat adanya
kompresi.
Disini berlaku hukum Boyle, pada saat terjadinya kompresi (volume gas diperkecil).
Gas dimampatkan, maka tekanan gas akan naik. Volume gas berbanding terbalik
terhadap tekanannya (pada temperatur konstan).
tan) ( tan
2 2 1 1
kons T kons V P V P = =
Dapat disimpulkan bahwa dengan kompresor, suhu dan tekanan gas refrigeran akan
naik.


Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Saringan
Biasanya saringan terdiri atas silica gel dan screen. Silica gel fungsinya untuk
menyerap kotoran, air, sedangkan screen yang terdiri dari kawat kasa yang halus
gunanya untuk menyaring kotoran dalam sistim, umpamanya potongan timah, karat
dan lain sebagainya. Jadi dalam sistim tidak ikut mengalir: air, asam, serbuk-serbuk
atau kotoran-kotoran. Pada kompresor apa bila motornya terbakar, saringan harus
diganti yang baru. Apabila kotoran-kotoran akibat kawat yang terbakar tersebut
melewati pipa kapiler atau keran expansi, akan mengakibatkan saluran
buntu/tersumbat.
Apabila pipa kapiler/keran expansi (refrigerant control) buntu maka tidak akan
terjadi proses pendinginan. Waktu menyambung saringan dengan pipa kapiler/keran
expansi, bagian saringan yang disambung dengan refrigerant control letaknya
sebaiknya lebih rendah dibandingkan dengan bagian saringan yang disambung
dengan kondensor agar hanya refrigerant cair saja yang mengalir masuk ke refrigerant
control.

2.7.3 Pipa Kapiler (keran expansi)
Pipa kapiler ini gunanya untuk menurunkan tekanan dan mengatur jumlah
cairan refrigerant yang mengalir, diameter dari pipa kapiler tergantung pada kapasitas
mesin pendinginnya. Penggunaan pipa kapiler pada mesin pendingin akan
mempermudah pada waktu start karna dengan menggunakan pipa kapiler pada saat
mesin tidak bekerja tekanan pada kondensator dan evaporator cenderung sama. Hal
ini berarti meringankan tugas kompresor pada waktu start.
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu keluar dari pipa kapiler (sebelum masuk ke evaporator) suhu dan tekanan
dari refrigerant menjadi lebih rendah dari semula. Untuk lebih menurunkan suhu
cairan refrigerant maka dipergunakan sistim penukar panas (Heat Exchanger).

2.7.4 Katup Ekspansi (Thermostatic Expansion Valve)
Thermostatic expansion valve terdiri dari bagian-bagian yang hampir sama
dengan automatic expansion valve. Tambahannya adalah jarum yang dihubungkan
dengan flexible metal (bellow/diafragma) kedudukannya diatur oleh sensing bulb
yang peka terhadap pengaruh panas (secara otomatis).
Sensing bulb tersebut dipasang pada suction line dihubungkan dengan expansion
valvenya dengan perantaraan pipa kapiler, jika sensing bulb dingin maka tekanannya
rendah karena zat yang ada didalamnya sebagian berubah menjadi cair. Akibatnya
diafragma, jarum bergerak keatas menutup aliran cairan refrigerant. Sebaliknya
apabila sensing bulb panas, sebagian dari control fluid menguap sehingga tekanannya
naik, akibatnya diafragma jarum bergerak kebawah membuka aliran cairan
refrigerant.

2.7.5 Refrigeran (bahan pendingin)
Bahan pendingin adalah suatu zat yang mudah dirubah bentuknya dari gas
menjadi cair atau sebaliknya, dipakai untuk mengambil panas dari evaporator dan
membuangnya di kondensor.


Universitas Sumatera Utara
Syarat-syarat untuk bahan pendingin adalah:
- Tidak beracun
- Tidak dapat terbakar atau meledak sendiri atau bila bercampur dengan udara,
pelumas dan lain sebagainya.
- Tidak menyebabkan korosi terhadap logam yang dipakai pada sistim
pendingin.
- Bila terjadi kebocoran mudah dicari.
- Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
- Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai setiap kali dimampatkan,
diembunkan dan diuapkan.
- Perbedaan antara tekanan penguapan dan tekanan pengembusan (kondensasi)
harus sekecil mungkin.
- Mempunyai panas latent penguapan yang besar agar panas yang diserap
evaporator besar jumlahnya, sebaliknya bahan pendingin sedikit.

Tabel. 2.3 Bahan pendingin didefinisikan dengan angka-angka tersebut dibelakang
huruf R (refrigerant)
Nomor
Refrigerant
Kode warna
Cylinder
Nama dan rumus kimia
R-11
R-12
R-22

Orange
Putih
Biru pucat

Trichloromonofluoromethane F CCI
3
Dichlorodifluoromethane
2 2
F CCI
Monochlorodifluoromethane
2
CHCIF
Universitas Sumatera Utara
R-500
R-502
R-503
R-504
R-717
Kuning
Ungu muda
Aqua marine
Tan
Perak
Azeotropic mixture
Azeotropic mixture
Azeotropic mixture
Azeotropic mixture
Ammonia
3
NH
Sumber: Lit. 4. Halaman
Untuk setiap mesin pendingin refrigerant yang digunakan berbeda-beda tergantung
penggunaanya / kapasitas, jenis kompresor dan lain-lainnya. Kadang satu type
refrigerant cocok untuk penggunaan beberapa penggunaan.
- Domistic refrigerator R-12, R-22
- Domistic food freezers R-12, R-22, R-502
- Automobile air conditioning R-12
- Home air conditioning R-22, R-500
Publik building air conditioning
- Low capasity R-12, R-22
- Medium capasity R-11, R-12, R-22
- High capasity R-11, R-12
- Ship board air conditioning R-11, R-12, R-22
- Frozen food delivery service R-22
- Metal srinking Nitrogen
- Industral proces R-11
Universitas Sumatera Utara
Pemilihan type dari refigerant yang digunakan pada mesin pendingin sudah
ditentukan oleh pabrik dengan beberapa pertimbangan. Selain pertimbangan
mengenai penggunaan / kapasitas seperti telah dijelaskan diatas bahwa juga harus
dipertimbangkan jenis kompresor yang dipakai.

2.8 Proses Pendinginan
Proses mesin pendingin melalui beberapa tahap sebagai berikut:
2.8.1 Kerja Kompresi
Kerja kompresi (Btu/lb) merupakan perubahan entalpy pada proses dibawah
ini:


Gambar.2.7 Daur kompresi uap ideal dalam diagram
tekanan-enthalpy



Universitas Sumatera Utara
Skema proses pendinginan dapat dilihat pada diagram aliran sebagai berikut:

Gambar.2.8 Diagram aliran
Hubungan ini diturunkan dari persamaan aliran energi tetap (steady flow of
energy):
det) / (
3 2
3 2
L h h w
w h q h
=
+ = +

Keterangan:
- h = Entalpi (W/ ) ,
0 2
C m
- q = Perpidahan kalor (Kj/det)
- w = Kapasitas (L/det)

2.8.2 Laju pengeluran Kalor
Pelepasan kalor dalam Btu/lb adalah perpindahan kalor dari refrigeran pada
proses kerja pendinginan. Pengetahuan ini juga berasal dari persamaan aliran energi
yang steady, dimana energi kinetik, energi potensial, dan kerja dikeluarkan.
det) / (
3 4
Kj h h q =
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Dampak Refrigerasi (Re)
Dampak refrigerasi dalam Btu/lb adalah kalor yang dipindahkan pada proses
. Besarnya harga bagian ini adalah sangat penting diketahui karna proses ini
merupakan tujuan utama dari seluruh sistim.
2 1
h h
1 2
Re h h =
Keterangan:
- Re = Efek Refrigerasi (Refrigration Effect)

2.8.4 Koefisien Perstasi (COP)
Koefisien prestasi dari dayr kompresi uap ideal adalah dampak refrigerasi
dibagi dengan kerja kompresi.
4 3
1 2
h h
h h
COP

=

Keteranagan :
- COP = (Coefifisien Of Performance)







Universitas Sumatera Utara

You might also like