You are on page 1of 2

ULAMA DUKUNG REFERENDUM

Di dalam siaran Biro Penerangan MB GAM Eropa: "Jeda Kemanusiaan" bukan Jeda Tuntutan", ada kami kutip sedikit pernyataan sikap HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh) mendukung referendum. Berhubung ada yang menanyakan kepada kami bagaimana selengkapnya pernyataan Ketua HUDA, Tgk. H. Ibrahim Bardan, maka di sini kami turunkan seperti tercantum di dalam Tabloid KONTRAS 14 - 20 Juni 2000, bagian yang mengenai dukungan HUDA terhadap referendum: "Menyangkut pemulihan keamanan di Aceh, HUDA telah berupaya semaksimal mungkin. HUDA sudah menyampaikan surat kepada Presiden RI (Gus Dur). Dalam surat itu mencantumkan bahwa HUDA mendukung referendum, sesuai yang dikehendaki mahasiswa, thaliban, dan rakyat Aceh.Menurut HUDA, referendum merupakan suara hati rakyat Aceh. Sampai sekarang belum ada jawaban yang pasti dari presiden, kendati kami atas nama HUDA telah tiga kali menyurati Gus Dur. Pertama kami serahkan di Banda Aceh, kemudian di Ciganjur (Jawa Barat - Bipen MB GAM), dan terakhir di Istana Negara pada April lalu. Sejak HUDA berdiri, hanya surat tersebut (dukungan terhadap referendum - red) yang pernah saya tandatangani. Kami tidak pernah minta uang kepada pemerintah RI. Yang kami minta adalah tanggapan pemerintah terhadap referendum. Namun, sampai hari ini belum ada jawabannya. Dan kami atas nama HUDA tetap memperjuangkan referendum, yang kami nilai sesuai dengan suara hati nurani rakyat Aceh" "Tidak ada ide lain yang perlu disampaikan dan tidak akan diterima selain (oleh rakyat), kecuali mendukung referendum. Berikan kesempatan kepada seluruh rakyat Aceh secara bebas dan aman memilih opsi merdeka atau otonomi. Kalau menang opsi merdeka, pemerintah tak boleh menolak. Begitu juga sebaliknya, kalau yang menang adalah opsi otonomi, tidak boleh diganggu gugat lagi.Ya, karena referendum permintaan rakyat. Sekarang rakyat Aceh ingin menentukan nasib sendiri. Bukan oleh orangorang atau lembaga tertentu yang mengaku mewakili suara rakyat. Soalnya, rakyat Aceh telah berkali-kali dikecewakan oleh keputusan yang diambil oleh orang-orang yang pernah mengaku sebagai mewakili rakyat. Kekecewaan pertama (rakyat Aceh), setelah 67 tahun dijajah Belanda, orang-orang yang mewakili rakyat Aceh menjemput Jepang di Singapura untuk mengusir Belanda. Lalu, sekitar tiga tahun ketika dijajah oleh Jepang, ternyata lebih parah dan lebih berat. Setelah merdeka, status Aceh dileburkan di bawah Provinsi Sumatra Utara. Lalu rakyat Aceh dizalimi. Kemudian muncul pemberontakan rakyat Aceh selama 10 tahun. Rakyat Aceh kembali dikecewakan ketika tanahnya diambil untuk pembangunan perusahaan raksasa, dibayar ganti rugi di bawah harga pasaran, kalau diprotes dianggap menghambat pembangunan dan akan dihukum. Setelah perusahaan-perusahaan besar hadir di Aceh, anak-anak Aceh tidak diberikan kesempatan bekerja. Kalaupun ada yang diterima bekerja di proyek-proyek besar itu, hanya sebatas pekerja kasar. Kemudian, pabrik gula Cot Girek yang lahan tebunya cukup luas terbentang di Kecamatan Lhok Sukon, Aceh Utara, tiba-tiba dipindahkan ke Sei Semayang, Sumatra

Utara.Kekecewaan yang lebih dahsyat, sejak masa DOM sampai sekarang, rakyat Aceh diperlakukan secara tidak manusiawi. Tuntutan rakyat Aceh yang minta keadilan, justru dibasmi dengan senjata. Selain itu, belum ada tindakan positif dari Pemerintah RI terhadap para pelaku pelanggaran HAM di Aceh. Ini semakin mempertebal kekecewaan Aceh terhadap pusat" Demikianlah alasan dukungan HUDA terhadap tuntutan referendum bagi Aceh. Sikap HUDA itu patut kita sambut bersama dengan menghimpun kekuatan dalam satu Front Bersama berbagai komponen masyarakat Aceh, lelaki dan perempuan, mahasiswa, thaliban, ureung Dayah (thaliban), pemuda, pelajar, para cendekiawan, sarjana, guru, pengusaha/pedagang, ureung meugo (kaum tani), ureung meu-utih (kaum buruh), ureung meu-'eungkt/meulat (nelayan), pegawai negeri, semua bangsa Aceh, semua kaum pendatang yang merasa dirinya sebagai ureung Aceh, para prajurit TNI/Polri dari bangsa Aceh yang cinta bangsa Aceh. Marilah dengan semangat persatuan bangsa Aceh, kita susun satu program perjuangan untuk menentukan masa depan Aceh yang demokratis, kerakyatan, adil, makmur, sejahtera dan damai! Bersatu kita teguh, berpecah kita runtuh. Norsborg, Swedia, 27 Juni 2000. Biro Penerangan MB GAM Eropa

You might also like