You are on page 1of 2

Tiga unsur kerjasama APEC, sebagaimana disebutkan dalam Deklarasi Para pemimpin APEC di Bogor tersebut adalah : 1.

Strengthening the open multilateral trading system 2. Enhancing trade and investment liberalization in the Asia-Pacific 3. Intensifying Asia-Pasifik development cooperation
Dimasukkannya wacana mengenai kerjasama pembangunan Asia Pasifik (butir 3) merupakan inisiatif Indonesia. Tujuannya, sebagaimana disebutkan dalam Deklarasi Bogor, adalah untuk mendorong negara anggota APEC untuk mengembangkan sumber daya alam maupun manusia di kawasan Asia dan Pasifik guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan pembangunan yang merata dengan mengurangi jurang ekonomi di antara para anggota APEC.

Perekonomian 21 anggota APEC pada saat ini sebesar 55 persen dari produk domestik bruto (PDB) global, merupakan pasar dari 2,7 miliar konsumen dan menguasai 43 persen dari perdagangan dunia.

APEC saat ini beranggotakan 21 perekonomian yaitu Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Cili, China, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Filipina, Papua Nugini, Rusia, Singapura, Thailand, China Taipei, Amerika Serikat, dan Viet Nam.

Bagi Indonesia yang akan menjadi tuan rumah KTT APEC pada 2013, kerja sama tersebut memiliki arti luas antara lain pemberian fasilitas dan peningkatan kapasitas industri di setiap perekonomian anggota APEC dan seluruh pemimpin yang harus mempertimbangkan perbedaan kondisi dan status ekonomi setiap anggota.

Untuk membuat APEC relevan dan berperan besar, Indonesia berpandangan pentingnya kerja sama ekonomi dan peningkatan kapasitan industri di masing-masing anggota. Satu hal yang membedakan APEC dari organisasi antarpemerintah lain, termasuk WTO, adalah tidak ada ikatan pada anggotanya untuk melaksanakan sejumlah kesepakatan. Semua keputusan diambil lewat konsensus dengan semangat regionalisme terbuka sehingga anggota terhindar dari pemaksaan agenda kekuatan eksternal. Semangat inilah yang dikenal sebagai The ASEAN Way: inklusif dan berdasarkan konsensus, sebuah proses yang tidak asing lagi bagi Indonesia. Pembentukan Uni Eropaterlepas dari masalahnya saat ini juga diawali dengan kerja sama ekonomi yang kemudian ditingkatkan menjadi komunitas ekonomi Eropa. Melihat ekonomi di

Asia Pasifik yang sudah terintegrasi, APEC hanya tinggal satu langkah lagi untuk menjadi komunitas ekonomi. Namun, jalan menuju komunitas ekonomi Asia Pasifik membutuhkan komitmen anggota APEC untuk meliberalisasi perdagangan dan investasi. Suatu hal yang berat di tengah krisis ekonomi saat ini sehingga banyak negara tergoda untuk memberlakukan proteksi.
Di tengah situasi perekonomian dunia yang kurang menggembirakan ini, APEC akan menghadapi ujian apakah kerj asama di antara 21 ekonomi Asia-Pasifik ini kredibel di mata para pemangku kepentingannya dan dapat mengambil peran kunci untuk mempertahankan tingkat perdagangan regional pada saat pasar dunia terus mengalami kontraksi, ungkap Wamendag. Seperti pada pertemuan serupa sebelumnya, Direktur Jenderal World Trade Organization (WTO), Pascal Lamy, akan hadir dan berdiskusi dengan para Menteri APEC mengenai perkembangan ekonomi dan perdagangan terakhir. Meskipun telah dimaklumi bahwa Perundingan Putaran Doha belum dapat diselesaikan dalam waktu dekat ini, sekurangnya para Menteri dan Dirjen WTO akan membahas pelaksanaan komitmen anggota WTO untuk tidak menerapkan kebijakan proteksionis terutama di saat dunia menghadapi kemungkinan krisis ekonomi sebagai dampak krisis hutang di zona Euro. Isu lain yang akan menjadi perhatian para Menteri APEC adalah fasilitasi perdagangan dan investasi, ketahanan pangan dan energi dari aspek perdagangan dan investasi, reformasi struktural (termasuk reformasi peraturan), dan pertumbuhan berbasis inovasi yang bertumpu pada pengembangan sumber daya manusia. Sukses APEC selama ini terutama adalah dalam hal fasilitasi perdagangan dan investasi, sementara program liberalisasi lebih bersifat voluntary dan tidak mengikat secara hukum sesuai dengan prinsip dasar APEC itu sendiri. Oleh karena itu, pembahasan mengenai daftar environmental goods untuk diliberalisasikan tarifnya menjadi maksimum 5% pada 2015 sesuai arahan para Pemimpin APEC di Honolulu tahun lalu, dan tetap akan ditempatkan dalam kerangka voluntarisme APEC, tambah Wamendag Bayu Krisnamurthi.

Dalam pertemuan tahunan APEC di Kazan, Rusia. Bayu, mewakili delegasi RI menegaskan, bahwa pengguliran Perundingan Putaran Doha dan pelaksanaan berbagai program kerjasama APEC menjadi sangat penting di tengah situasi perekonomian dunia yang kurang menggembirakan ini, yang pada gilirannya meningkatkan insentif bagi negara-negara anggota untuk menerapkan kebijakan yang bernuasa proteksionis. Secara khusus para anggota APEC memberi perhatian pada upaya mengatasi hambatan dalam mata rantai suplai dengan target perbaikan kinerja sebesar 10% pada tahun 2015, penguatan partisipasi UKM dalam mata-rantai produksi, pertukaran informasi standar, kesesuaian antara kegiatan perdagangan dan kebijakan lingkungan, perbaikan iklim investasi, dan pencapaian target pengurangan biaya-biaya sebesar 25% pada tahun 2015. Kerja sama APEC ini cukup luas cakupannya, dan merupakan sebuah proses berkelanjutan untuk mengembangkan dan menerapkan best practices di berbagai bidang. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan iklim usaha yang mudah, cepat dan murah di kawasan ini agar pelaku usaha dapat mengembangkan potensi bisnisnya secara maksimal, ungkap Bayu.

You might also like