You are on page 1of 17

LATIHAN TELAAH KASUS PERAWATAN PRAOPERATIF

1. Sebelum pengobatan dimulai, riwayat kesehatan dikumpulkan dan pemeriksaan fisik dilakukan, selama pemeriksaan fisik tersebut, tanda-tanda vital dicatat dan data dasar ditingkatkan untuk perbandingan dimasa mendatang. Banyak pemeriksaan dianostik mungkin dilakukan, seperti analisis darah, pemeriksaan rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan pemeriksaan feses dan urine. Perawat berada dalam posisi untuk membantu pasien memahami perlunya pemeriksaan diagnostik. Adalah juga suatu kesempatan selama pemeriksaan fisik untu memperhatikan temuan fisik signifikan, seperti dekubitus, edema, atau bunyi nafas abnormal yang lebih jauh

menggambarkan kondisi keseluruhan pasien. 2. Menjelaskan pada klien tentang pembedahan yang akan dilakukan kepada klien agar klien tidak merasa terganggu dan takut atas apa yang difikirkannya. Menanyakan kepada klien masalah yang sedang difikirkannya pada saat pembedahan yang kan dijalaninya. Memberi motivasi, dukungan dan dorongan kepada klien baik secara fisik dan mental. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anastesi,nyeri) dan hasil akhir dari pembedahan. Defisit pengetahuan mengenai prosedur dan protokal praoperatif dan harapan pascaoperatif. 3. a. Mengemukakan pertanyaan dan masalah Menanyakan kepada pasien baik keluarga pasien bahwa apakah pasien pernah mengalami pembedahan sebelumnya dan apakah pernah terjadi permasalahanpermasalahan di bagian-bagian yang pernah dilakukan pembedahan. b. Mengevaluasi pencapaian criteria hasil Menanyakan criteria-criteria/macam-macam operasi yang pernah dijalani oleh pasien, agar pasien bisa menjalani operasi dengan baik dan pembedahan dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak mengalami permasalahan ketika pembedahan -

dilakukan hingga pembedahan tersebut selesai dilakukan dan di jalani, baik dari pasien maupun dari dokter ahli bedah. c. Memberi informasi tambahan Memberikan informasi kepada pasien baik keluarga pasien, bahwa dalam pembedahan pasien di bantu oleh para dokter ahli bedah dan perawat-perawat on steril, pasien juga diberi obat analgesik agar saat pembedahan pasien tidak merasa sakit dan tidak merasakan nyeri yang berlebihan pada saat pembedahan berlangsung. 4. Perawat mengajarkan kepada pasien cara untuk meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Hal ini dicapai dengan memperagakan 5. Menyiapkan ruang pembedahan untuk pasien, mendiskusikannya dengan dokter yang menangani pembedahan tersebut, memberitahu kepada pasien tentang peralatan yang ada di dalam ruang operasi atau ruang pembedahan, mendengarkan pasien dan berada di samping pasien saat pembedahan, menanyakan kepada keluarga pasien tentang riwayat pasien dan keluarga. Pendekatan penuh kepada pasien dan tidak mengancam.

TELAAH KASUS PERAWATAN INTRA OPERATIF

1. Melaporkan kasus tersebut kepada dokter karena menyangkut kesehatan yang terjangkit penyakit. Penyakit pasien dapat menyebar dan di anjurkan kepada dokter dan perawat agar menggunakan sarung tangan ganda sudah rutin, selain perlengkapan scrup rutin dan sarung tangan ganda, beberapa ahli bedah memakai sepatu boath karet, gaun atau apron kedap air, dan pelindung lengan baju pada saat pembedahan agar virus dari pasien tidak menyebar atau pindah ke perawat atau dokter ahli bedah. Tindakan yang diberikan kepada pasien dengan memberikan perawatan yang baik kepada pasien dan menemani pasien pada saat pembedahan dan memberi dorongan dan dukungan kepada pasien baik fisik maupun mental. 2. Memberitahu kepada keluarga pasien bahwa pembedahan yang di alami oleh pasien belum selesai karena pembedahan dapat dilakukan tanpa waktu yang ditentukan. Pembedahan dapat dilakukan lama dan kadang juga dengan waktu yang cepat dan pasien mengalami komplikasi yang berlebihan yang mungkin di sebabkan karena adanya bekas pembedahan yang lama dan mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain. Maka di sampaikan kepada keluarga pasien agar vtidak terlalu kwatir dengan keadaan paiesn dengan memberikan dukungan atau dorongan kepada pasien baik dengan doa dan menanyakan kepada keluarga pasien, apakah pasien pernah mendapatkan pembedahan sebelumnya. 3. Menjelaskan kepada pasien bahwa dalam anestesia pasien diberikan kontinu uap atau gas anastetik dan selama pasien diberikan anastesia pembedahan pasien dalam

keadaan tidak sadar dan berbaring dengan tenang diatas meja operasi. Dan pernapasan pasien akan tetap dalam keadaan teratur, frekuensi dan volume nadi dalam keadaan normal, pemberian anestetik yang tepat dapat dipertahankan selama berjam-jam dalam satu bagian tubuh berkisar dari ringan (1) sampai dalam (4), tergantung dari kedalaman anastesia yang diperlukan. Pemberian anastesia di lakukan dengan lancar dan secara bertahap pasien melewati satu tahap ke tahap yang

lain dan hanya dengan doservasi ketat terhadap tanda-tanda yang ditunjukkan oleh pasien, ahli anestesia dapat mengontrol situasi tersebut. 4. Posisi berdasarkan tindakan operasinya a. Dorsal Posisi terlentang dengan punggung datar, kedua lengan harus lurus kesamping badan / satu lengan kesamping perut. 1. Digunakan untuk operasi dada, perut, ekstrimitas bawah dan sendi panggul. 2. Pada operasi lebih spesifik perlu modifikasi : - Daerah muka / wajah, leher kepala di stabilkan dengan ring. - Daerah lengan di atas di beri bantal / gulungan kain di bawah lengan. - Daerah axila dan radikalmasektomi lengan di taruh di atas papan. b. Trendelenburg 1. Pasien terlentang lutut tetap di atas meja operasi. 2. Meja operasi bagian kepala di rendahkan lutut fleksi. 3. Di gunakan untuk operasi bagian bawah atau panggul pasien shock. 4. Untuk pengamanan saat operasi di berikan pada mulut dan bahu. c. Reserve Trendelenberg 1. Pasien terlentang dengan kepala lebih tinggi dari tungkai. 2. Di beri penahan kaki dan ikatan lutut bantal kecil di bawah lutut dan leher. 3. Dalam waktu lama perlu pemberian pakaian anti emboletomi. 4. Di gunakan pada operasi perut di bagian atas, kepala dan leher untuk membantu mengurangi pendarahan. d. Fowler dan duduk 1. Pasien terlentang, lutut di atas patahan meja operasi, bantal di bawah kaki untuk penahan lutut fleksi. 2. Meja operasi bagian kepala di naikkan hingga membentuk sudut as derajat. 3. Di gunakan untuk operasi kraniotomi dan operasi plaerah bawah. e. Litotomi 1. Pasien terlentang, bokong tepat pada patahan meja operasi bagian bawah.

2. Pasang strups panjang pendeknya tungkai atas pasien. 3. Letakkan ke dua lutut di atas strirrups beri alas kain di bawah lutut untuk mencegah penekanan. 4. Di gunakan untuk operasi daerah reutal, vagina dan beberapa pembedahan anus copy, sigmoidescopy, dll. f. Prone 1. Pasien tidur telungkup, gulungan kain bantal di letakkan di bawah kedua axila dan publis bernafas leluasa. 2. Ke dua lengan di samping kepala, di buat pada panggul, lutut, di tekuk dan di beri bantal. 3. Di gunakan untuk operasi daerah belakang tubuh, seperti lami nektomi. g. Jack Knife (kraske) 1. Pasien telungkup di atas patahan meja operasi, kedua lutut di ikat. 2. Meja operasi bagian bawah di turunkan bagian atas juga di turunkan hingga membentuk sudut 90 derajat. 3. Lengan atas papan, di bawah axila dan dada di support dengan gulungan kain. 4. Di gunakan untuk operasi haemorhoedektomi dengan bantuan adhesive. h. Lateral position Ada 2 macam posisi lateral 1. Kidney lateral - pasien di miringkan ke salah satu sisi lengan, sebelah atas di letakkan di atas tempat lengan, sedang lengan bagian bawah pada papan lengan. Punggung di tarik ke pinggir meja operasi, daerah panggul tepat dada patahan meja berikut penyangga. - Di buat patahan bagian kepala di turunkan sendan bagian-bagian bawah di turunkan sehingga punggung terenggang. - Di gunakan untuk operasi ginjal dan batu ureter atas dan tengah.

2. Chest position - Sama dengan kidney position hanya daerah thoraks berada di atas patahan. - Ada 3 macam letak tungkai - Di gunakan untuk operasi paru dan operasi jantung bawaan (PAD). i. Knee chest - Pasien telungkup tungkai abduksi dan fleksi lutut dan panggul elevasi. - Kepala, bahu dan dada menempel di meja operasi sedang lengan menyilang di atas kepala. - Di gunakan untuk vanigal fistel. 5. Hipertermia Maligna adalah gangguan otot yang di turunkan yang secara kimiawi di induksi oleh agens anestetik. - Etiologi dan Patofisiologi : selama anestesia, agens paten seperti anestetik inhalasi (halotan, enfluran) dan relaksan otot (suksinilkolin) dapat memicu gejala hipertermia maligna, medikasi seperti simpatomimetik (epinetrin), teofilin, aminofilin, anti fcolinergik (atropin) dan glikosida jantung (digitalis) dapat juga menginduksi atau menguatkan reaksi tersebut. Patofisiologi ini berkaitan dengan aktivitas sel-sel otot. Sel-sel otot terdiri atas cairan bagian dalam (sarko plasma) dan membran bagian terluar. Kalsium, suatu faktor penting dalam proses kontraksi alat, normalnya di simpan dalam kantung yang terdapat dalam sarko plasma.

LATIHAN TELAAH KASUS PASCA OPERATIF

1. Pengkajian yang haruis segera dilakukan. Perawat PACU yang menerima pasien memeriksa hal-hal berikut dengan ahli anestesi / anestetis : 1. Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan. 2. Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan napas, tanda-tanda vital 3. Anestetik dan medikasi lain di gunakan (misalnya : narkotik, relakson otot, antibiotik). 4. Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin mempengaruhi perawatan pasca operatif (misalnya : hemoragi berlebihan, syok dan henti jantung). 5. Patologi yang di hadapi (jika malignansi, apakah pasien atau keluarga sudah di beritahukan). 6. Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian. 7. Segala selang, drain, kateter, atau alat bantu pendukung lainnya. 8. Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anestesi yang di beritahu. Pengkajian awal pasien ini termasuk mengevaluasi saturasi oksigen dengan disimetri nadi dan memantau volume dan ketentuan nadi, kedalaman dan sifat pernapasan, warna kulit dan tingkat kesadaran, dan kemampuan pasien untuk berespon terhadap perintah. Bagian yang di operasi di periksa terhadap drainase atau hemoragi, dan terhadap adanya pengkleman, selang yang seharusnya tidak di klem dan dihubungkan ke peralatan drainase. 2. Potensial komplikasi yang disertai dengan perencanaan dan implementasinya. - Perubahan perfusi jaringan sekunder terhadap hipovolemia, pengumpulan darah darah parifer, dan vasakonstriksi. - Resiko terhadap kekurangan volume cairan - Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan tempat insisi bedah drainase.

- Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan kerentanan terhadap invasi bakteria. * Perencanan Dan Implementasi Tujuan utama pasien dapat mencakup fungsi pernapasan yang optimal, reda dari nyeri dan ketidak nyamanan pasca operatif (mual dan muntah, di tensi abdomen, cegukan), pemeliharaan suhu tubuh normal, bebas dari cedera, pemeliharaan keseimbangan nutrisi, kembalinya fungsi perkemihan yang normal, mengalami kembali pola biasanya dari usus, pemulihan mobilitas dalam keterbatasan pasca operatif dan rencana rehabilitatif, reduksi ansietas dan pencapaian kesejahteraan psikologi, dan tidak adanya komplikasi. 3. Intervensi Keperawatan Perawat membantu dalam melaksanakan pengobatan yang di resepkan. Bila di resepkan vasudilator, tekanan darah pasien harus di pantau dengan konstant. - Patosiologi Inflamasi ringan sampai berat dari vena terjadi dalam kaitannya dengan pembekuan darah, komplikasi dapat terjadi dari sejumlah penyebab, termasuk cedera pada vena yang di sebabkan oleh strap yang terlalu ketat atau penahan tungkai pada waktu operasi, tekangan dari gulungan selimut di bawah lutut, hemokonsetrasi akibat kehilangan cairan dan dehidrasi atau yang lebih umum lagi adalah melambat dan depresi sirkulasi setelah pembedahan. a. Syok Adalah komplikasi pasca operatif operatif yang paling serius. - Tanda-tanda klasik syok : * Pucat * Kulit dingin, basah * Pernapasan cepat * Sianasis pada bibir, gusi dan lidah * Nadi cepat, lemah dan bergetar * Penurunan tekanan nadi

* Biasanya tekanan darah rendah dan urine pekat - Pencegahan : Memastikan status fisik optimal sebelum pembedahan dan mengantisipasi segala komplikasi yang dapat timbul selama atau setelah pembedahan. - Pengobatan Pasien di jaga agar tetap hangat, infus larutan ringer laktat mulai diberikan. Pasien dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai di naikkan. b. Hemoragi Di kelompokkan menjadi (1) Primer, (2) Intermediari (3) Sekunder - Hemoragi primer terjadi pada waktu pembedahan - Hemoragi intermediari terjadi selama beberapa jam setelah pembedahan ketika kenaikan darah ketingkat normalnya. - Hemoragi sekunder dapat terjadi beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik. * Manifestasi Klinis Tanda-tanda klinis yang ditunjukkan oleh hemoragi tergantung pada jumlah darah yang hilang dan seberapa cepat kehilangan darah tersebut terjadi. * Penatalaksanaan Pasien dibaringkan dalam posisi syok (berbaring datar terlentang dengan tungkai dinaikkan membentuk sudut 20 derajat sementara lutut di jaga lurus. c. Trombosis Vena Provunda (TVP) Trombosis pada vena yang letaknya dalam dan bukan superfisial. * Manifestasi Klinis Gejala pertama TVP bisa nyeri atau keram pada betis * Pencegahan Meresepkan heparin dosis rendah dan di berikan melalui subkutan sampai pasien ambulatori.

* Pengobatan

Terapi antikoagulan, pemeriksaan berulang masa koagukasi atau masa tromboplastin parsial darah penting untuk mengontrol pemberian. d. Embolisme Pulmoral Benda asing (bekuan darah, udara, lemak), yang terlepas dari tempat asalnya dan terbawa di sepanjang aliran darah. * Pencegahan Pada pasien yang sangat lemah di mana sekresi yang tertahan adalah faktor yang menyulitkan, dapat dilakukan trakeostomi sehingga penghisapan dapat dilakukan secara langsung melalui trakea. * Jenis komplikasi pernapasan - Hipoksemia yang tidak terdeteksi - Atelekhitis - Bronkhopneumania dan pneumonia - Kongesti pulmonari Hipostatik - Pleurusi dan efusi e. Retensi Urine dapat terjadi setelah segala prosedur pembedahan, retensi terjadi paling sering setelah pembedahan pada rektum, anus, dan vagina, dan setelah herniorafi dan pembedahan pada abdomen bagian bawah. f. Obstruksi intestinal Komplikasi yang dapat menyertai pembedahan abdomen g. Delirium Terjadi kadang-kadang pada beberapa kelompok pasien dan jenis delirium yang paling sering adalah delirium toksik, traumatik, dan putus alkohol (delirium tremens).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka.

Faktor - Usia Pasien

Rasional - makin tua pasien makin kurang lentur jaringan

Pengkajian/Intervensi Keperawatan - lakukan tindakan terhadap semua jaringan dengan hati-hati - lakukan tindakan terhadap jaringan dengan cermat dan menyeluruh

- Penanganan jaringan

- penanganan yang kasar menyebabkan cedera dan meperlambat penyembuhan

- pantau tanda-tanda vital amati letak insisi terhadap adanya bukti perdarahan dan infeksi

- Hemoragi

- akumulasi darah menciptakan ruang rugi juga sel-sel mati harus disingkirkan

- pantau terhadap defisit volume (kerusakan sirkulasi) - perbaiki dengan penggantian cairan sesuai yang diresepkan.

- Hipovdemia

- volume darah yang tidak mencukupi mengarah pada vasokonstriksi dan penurunan oksigen dan nutrien yang tersedia untuk menyembuhkan luka.

- tinggikan bagian yang sakit pasang kompres dingin

-Faktor lokal edena - penurunan suplai oksigen melalui gerakan meningkatkan tekanan interstisial pada pembuluh - Teknik pembalutan yang

tidak adekuat terlalu kecil terlalu - memungkinkan invasi kencang dan kontaminasi bakteri, mengurangi suplai oksigen yang membawa nutrien dan oksigen - Defisit nutrisi - sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat - pantau kadar glukosa darah. Berikan suplemen A dan C sesuai yang diresepkan. - ikuti pedoman untuk teknik pembalutan yang tepat

Metode Efektif Menurunkan Insiden Infeksi Luka Intervensi Pasca Operatif Teknik aseptip yang verbal selama penggantian balutan pembersihan yang menyeluruh pada area sekitar. Selang Drainase Jauhkan selang selang ini dari insisi Pemulangan Dini Faktor Rasional - dapat terjadi penipisan protein, kalori Pengkajian/Intervensi Keperawatan - perbaiki kekurangan, dapat membutuhkan terapi nutrisi parenteral - jaga agar luka bebas dari benang - Benda asing - benda asing memperlambat penyembuhan - Defisit oksigen insufisien oksigenasi jaringan - oksigen yang tidak memadai dapat mengakibatkan tidak adekuatnya fungsi paru dan kardio vaskular juga vasokons triksi setempat. - Penumpukan drainase - sekresi yang menumpuk mengganggu penyembuhab - pantau sistem drainase portabel atau tertutup lainnya terhadap ketepatan fungsi.lakukan tindakan untuk membuang sekresi yang menumpuk. balutan, bedak tabus dan bedak sarung tangan - berikan dorongan untuk napas dalam, berbalik, batuk terkontrol

5. Pengkajian memantau pasien terhadap tanda-tanda nutrisi. Penampilan pasien, nadi, pernapasan, tekanan darah dan suhu tubuh digunakan untuk menentukan dan mengetahui nutrisi tubuh pasien. * Penatalaksanaan Keperawatan - periksa status nutrisi pasien - beberapa nutrisi yang hilang, dan beberapa nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien - memberikan vitamin pada pasien agar nutrisi dalam tubuh pasien meningkat.

Tugas Individu : KDM Dosen : Ibu. ANDI SRI RAHAYU.M

LATIHAN TELAAH KASUS KEPERAWATAN

OLEH :

RAHMIANI 1D 09 14 31

UPTD AKPER ANGIN MAMIRI PROVINSI SUL-SEL 2009 - 2010

Tugas Individu : KDM Dosen : Ibu. ANDI SRI RAHAYU.M

LATIHAN TELAAH KASUS KEPERAWATAN

OLEH :

ROSITA 1G 09 15 56

UPTD AKPER ANGIN MAMIRI PROVINSI SUL-SEL 2009 - 2010

You might also like