You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pada masa sekarang, di mana semakin menipisnya sumber daya alam yang digunakan sebagai sumber bahan bakar konvensional, orang-orang mulai beralih ke energi alternatif. Contoh konkrit dan paling mudah dirasakan saat ini adalah tingginya kebutuhan migas namun tidak diimbangi oleh kapasitas produksinya. Pemerintah maupun swasta di hampir semua negara kemudian berpacu untuk membangkitkan energi dari sumber-sumber energi baru dan terbarukan untuk menjaga ketahanan energi negaranya. Salah satu sumber energi terbarukan tersebut adalah energi angin. Berdasarkan data LAPAN (Daryanto, et al., 2005), angin di Indonesia memiliki kecepatan yang bervariatif, umumnya terkategorikan sebagai angin berkecepatan rendah. Karena itu, penelitian sistem konversi energi angin (SKEA) kecepatan rendah belum banyak dilakukan di Indonesia. Energi angin bersih karena tidak menghasilkan polusi dan ketersediaanya di alam cukup melimpah, mendorong peneliti melakukan penelitian akan potensi energi yang terdapat pada angin. Oleh karena itu dengan mengetahui proses konversi energi angin menjadi energi mekanik dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan energi angin menjadi salah satu sumber energi yang terbarukan dan tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan. Dalam hal pemanfaatannya sebagai pembangkit listrik, tentu proyek ini akan lebih berdaya guna bila dalam pengembangannya melibatkan pihak yang lebih berkompeten, yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebagai lembaga nasional yang paling berkepentingan dalam pemanfaatan energi alternatif, ini tentu merupakan salah satu peluang bagus bagi mereka dalam upaya memenuhi kebutuhan energi nasional. Oleh karena itu, dalam proposal ini saya mengusulkan suatu proyek pendesainan kincir angin berbasis layang-layang. Dengan adanya kemampuan mengoptimalkan energi angin, baik dalam lingkup lokal, regional maupun nasional, diharapkan pembangkit listrik tenaga angin dapat lebih berkembang pada masa mendatang.

1.2 Perumusan Maslah Dengan berbagai maslah yang telah dijelaskan diatas, maka dalam tulisan kali ini penulis akan membahas tentang konversi energi mekanik menjadi energi listrik dan hal-hal yang mempengaruhi kinerja energi tersebut. 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk membahas lebih dalam tentang pemanfaatan energi angin dan konversi energi yang terjadi, serta tujuan utama dari penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi persyaratan mengikuti babak Grand Final OSN-Pertamina tingkat Nasional. 1.4 Metodologi Dalam hal ini penulis lebih banyak menggunakan buku-buku dan sumber informasi lain untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan energi angin dan konversi energi, serta mempelajari hasil penelitian dari berbagai sumber.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Energi Angin Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh perbedaan suhu udara akibat pemanasan atmosfir yang tidak merata oleh sinar matahari. Karena bergerak angin memiliki energi kinetik. Energi angin dapat dikonversi atau ditransfer ke dalam bentuk energi lain seperti listrik atau mekanik dengan menggunakan kincir atau turbin angin. Oleh karena itu, kincir atau turbin angin sering disebut sebagai Sistem Konversi Energi Angin (SKEA).

2.2 Perilaku dan Potensi Angin Perilaku angin dapat diprediksikan dari data angin. Data angin yang terpercaya memerlukan pencatatan yang lengkap dan kontinyu selama beberapa tahun minimal satu tahun. Data yang didekat dengan stasiun pengukuran dapat diprediksi dengan cara melakukan pengukuran selama beberapa bulan dan kemudian mengkorelasikan hasilhasilnya dengan data di stasiun pengukuran. Seperti diketahui bahwa energi yang dimiliki oleh angin bergantung pada

kecepatannya, dilain pihak kecepatan angin disuatu tempat merupakan variabel random sehimgga sulit diprediksi secara akurat. Oleh karena itu diperlukan penggambaran secara statistik yakni dengan distribusi probabilitasnya. Data angin yang diperlukan untuk memprediksi potensi angin disuatu tempat dapat berupa distribusi kecepatan dan distribusi frekuensi kecepatan angin. Kedua data tersebut masing-masing

menggambarkan kecepatan angin rata-rata dan frekuensi atau lamanya angin bertiup dalam periode tertentu. Perilaku Angin Sebagai Fungsi Kecepatan Kecepatan angin bertambah dengan naiknya ketinggian Adanya fluktuasi kecepatan angin, misalnya terjadi turbulensi pada suatau selang waktu tertentu Turbulensi secara acak terhadap selang waktu

Terdapat korelasi turbulensi pada ketinggian berbeda Bertambahnya kecepatan angin terhadap naiknya ketinggian sangat bergantung pada kondisi permukaan bumi di bawahnya, hal tersebut berkaitan dengan gaya gesek permukaan Kecepatan rata-rata angin sebagai fungsi ketinggian ditunjukkan oleh grafik dibawah ini, dengan hubungan: U(z) = (u*/0.4) ln (z/zo) Dimana U(z) adalah kecepatan rata-rata angin pada ketinggian z. Variabel u* dan zo masing-masing kecepatan gesek (friction velocity) dan lebar kekasaran (roughhnesslenght) yang keduanya bergantung pada kondisi permukaan alam, misalnya untuk gurun pasir zo berkisar 0.0002 s.d. 0.001 meter, sementara untyuk daerah perkotaan dengan bangunan-bangunan nilai zo berkisar 1 s.d. 2 m. Pada ketinggian tertentu kecepatan angin tidak lagi dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah, ketinggian tersebut dinamakan ketinggian gradien (gradien height) Selang waktu pengukuran kecepatan angin merupakan variabel random,

sehingga pengukurannya selalu berupa rata-ratanya pada selang waktu tertentu. A nemograf mencatat variasi kecepatan angin horizontal dan arah angin terhadapa waktu. Dari hasil eksperimen diketahui bahwa selang waktu yang baik untuk menghitung rata-rata kecepatan angin adalah antara 20 menit sampai 1 jam. 2.3 Daya Energi Angin Energi yang dimiliki oleh angin dapat diperoleh dari persamaan :

(2.1) Dimana : W = Energi angin (Watt) = Kerapatan udara (Kg/m ) A = Area penangkapan angin (m ) = Kecepatan angin (m/s)
2 3

Persamaan di atas merupakan sebuah persamaan untuk kecepatan angin pada turbin yang ideal, dimana dianggap energi angin dapat diekstrak seluruhnya menjadi energi listrik. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Jadi terdapat faktor efisiensi dari mekanik turbine angin dan efisiensi dari generator sendiri. Sehingga daya yang dapat diekstrak menjadi energi angin dapat diketahui dari persamaan berikut :

Wwt = wt
Dimana : = efisiensi kincir angin (%)

(2.2)

2.4 Kecepatan Angin. Hal yang biasanya dijadikan acuan untuk mengetahui potensi angin adalah kecepatannya. Biasanya yang menjadi masalah adalah kestabilan kecepatan angin. Sebagaimana diketahui, kecepatan angin akan berfluktuasi terhadap waktu dan tempat. Misalnya di Indonesia, kecepatan angin pada siang hari bisa lebih kencang dibandingkan malam hari. Pada beberapa lokasi bahkan pada malam hari tidak terjadi gerakan udara yang signifikan. Untuk situasi seperti ini, perhitungan kecepatan rata-rata dapat dilakukan dengan catatan pengukuran kecepatan angin dilakukan secara kontinyu. Untuk udara yang bergerak terlalu dekat dengan permukaan tanah, kecepatan angin yang diperoleh akan kecil sehingga daya yang dihasilkan sangat sedikit. Semakin tinggi akan semakin baik. Pada keadaan ideal, untuk memperoleh kecepatan angin di kisaran 5-7 m/s, umumnya diperlukan ketinggian 5-12 m. Kecepatan angin juga dipengaruhi oleh kontur dari permukaan. Di daerah perkotaan dengan banyak rumah, apartemen dan perkantoran bertingkat, kecepatan angin akan rendah. Sementara kecepatan angin pada daerah lapang lebih tinggi. Kepadatan (porositas) di permukaan bumi akan menyebabkan angin mudah bergerak atau tidak. Faktor porositas ini juga penting untuk diperhatikan ketika mendesain turbin angin.

Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk turbin angin konvensional adalah desain baling-baling. Untuk baling-baling yang besar (misalnya dengan diameter 20 m), kecepatan angin pada ujung baling-baling bagian atas kira-kira 1,2 kali dari kecepatan angin ujung baling-baling bagian bawah. Artinya, unjung baling-baling pada saat di atas akan terkena gaya dorong yang lebih besar daripada pada saat di bawah. Hal ini perlu diperhatikan pada saat mendesain kekuatan baling-baling dan tiang (menara) khususnya pada turbin angin yang besar. Jika kecepatan angin di baling-baling atas dan bawah berbeda secara signifikan, maka yang perlu diperhitungkan selanjutnya adalah pada kecepatan angin berapa turbin angin dapat menghasilkan daya optimal.

Gambar 2.1. Grafik hubungan kecepatan angin terhadap ketinggian tertentu 2.5 Wind Shear Profile Angin seperti fluida yang lain pada umumnya mempunyai profil geseran atau profil kecepatan ketika mengalir melewati benda padat, misalnya permukaan bumi. Pada tepat di permukaan bumi, kecepatan relatif angin terhadap permukaan bumi sama dengan nol. Kemudian kecepatan ini menjadi semakin tinggi sebanding ketinggian dari permukaan bumi. Ada dua jenis profil geseran angin yang biasa digunakan untuk menghitung energi, yaitu profil geseran angin eksponensial (exponential wind shear profile) dan profil geseran angin kekasaran permukaan (surface roughness wind shear stress).

eksponensial yang diungkapkan dengan rumus berikut :

Di mana, v adalah kecepatan pada ketinggian h, vref dan href masing-masing adalah kecepatan dan ketinggian di mana pengukuran dilakukan. Profil ini tergantung pada kekasaran permukaan. Untuk fluida secara umum mempunyai nilai 1/7. Profil angin pada daerah yang memiliki banyak pepohonan seperti perkebunan atau hutan, nilai dapat mencapai 0,3, sedangkan untuk laut atau daerah-daerah yang terbuka, mempunyai nilai 0,1. 2.6 Konversi Energi Angin Menjadi Energi Listrik Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Pemanfaatan energi angin merupakan pemanfaatan energi terbarukan yang paling berkembang saat ini. Berdasarkan data dari (World Wind Energy Association), sampai dengan tahun 2007 perkiraan energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin mencapai 93.85 GigaWatts, menghasilkan lebih dari 1% dari total kelistrikan secara global. Amerika, Spanyol dan China merupakan negara terdepan dalam pemanfaatan energi angin. Diharapkan pada tahun 2010 total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin secara glogal mencapai 170 GigaWatt. Di tengah potensi angin melimpah di kawasan pesisir Indonesia, total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini kurang dari 800 kilowatt. Di seluruh Indonesia, lima unit kincir angin pembangkit berkapasitas masing-masing 80 kilowatt (kW) sudah dibangun. Tahun 2007, tujuh unit dengan kapasitas sama menyusul dibangun di empat lokasi, masing-masing di Pulau Selayar tiga unit, Sulawesi Utara dua unit, dan Nusa Penida, Bali, serta Bangka Belitung, masing-masing satu unit. Mengacu

pada kebijakan energi nasional, maka pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 megawatt (MW) pada tahun 2025. 2.7 Fakto yang Mempengaruhi Kinerja Generator Listrik yeng berbeasis Energi Angin 1. Rotor (kincir) Rotor turbin sangat bervariasi jenisnya, diameter rotor akan berbanding lurus dengan daya listrik. Semakin besar diameter semakin besar pula listrik yang dihasilkan, dilihat dari jumlah sudut rotor (baling-baling), sudut dengan jumlah sedikit berkisar antara 3 6 buah lebih banyak digunakan. dengan soliditas tinggi mempunyai efisiensi yang lebih kecil dibandingkan dengan rotor yang mempunyai soliditas rendah.

Gambar 2.2. Efisiensi rotor untuk berbagai tipe turbin angin Menurut teori batasan efisiensi turbin, bila sejumlah aliran massa (angin) dilewatkan pada cakram penghalang, maka aliran massa tersebut akan membelok membentuk garis aliran (streamline). Dengan bentuk disain cakram tertentu (luas penampang atas lebih kecil daripada luas penampang bawah), akan terjadi perbedaan kecepatan dan perbedaan tekanan udara di antara sisi atas dan sisi bawah cakram. Hal ini terjadi karena kesetimbangan debet aliran massa (asas kontinuitas), sehingga pada

permukaan cakram terjadi gaya hambat (drag, sejajar permukaan) dan gaya angkat (lift, tegak lurus permukaan). Perbandingan lift terhadap drag (L/D ratio) merupakan kriteria penting dalam mendisain blade rotor. 2. Kecepatan angin Kecepatan angin akan mempengaruhi kecepatan putaran rotor yang akan menggerakkan generator. 3. Jenis generator Generator terbagi dalam beberapa karakteristik yang berbeda, generator yang cocok untuk SKEA adalah generator yang dapat menghasilkan arus listrik pada putaran rendah. 4. Pertimbangan Aerodinamik Rancangan aerodinamik yang sangat baik akan meningkatkan efisiensi sudu dan efisiensi rotor. Hal yang harus diperhatikan di sini adalah bahwa optimisasi antara biaya perancangan aerodinamik dengan peningkatan daya yang dihasilkan harus cukup rasional. Pertimbangan aerodinamik yang tepat diharapkan dapat memberikan rekomendasi bentuk sudu dan rotor yang tepat yang memiliki efisiensi cukup untuk suatu kegunaan tertentu (baik mekanikal maupun elektrikal), sehingga tidak menghabiskan biaya tinggi untuk desain dan pembuatan.

5. Pemilihan Tempat Secara umum tempat-tempat yang baik untuk pemasangan turbin angin konvensional antara lain: 1. Celah di antara gunung. Tempat ini dapat berfungsi sebagai nozzle, yang mempercepat aliran angin. 2. Dataran terbuka. Karena tidak ada penghalang yang dapat memperlambat angin, dataran terbuka yang sangat luas memiliki potensi energi angin yang besar.

3. Pesisir pantai. Perbedaan suhu udara di laut dan di daratan menyebabkan angin bertiup secara terus menerus (Golding, 1982). Pada dasarnya, turbin angin dapat dipasang di mana saja di tempat-tempat tersebut di atas. Bila ingin mendapatkan kecepatan angin yang lebih besar tanpa harus melakukan modifikasi sedemikian rupa pada turbin, maka penempatan turbin angin pada kedudukan yang semakin tinggi bisa dilakukan. Apalagi diketahui bahwa kekuatan angin pada ketinggian di udara besarnya bisa menjadi ratusan kali lebih bertenaga ketimbang di daratan. Namun demikian, pengkajian potensi angin tetap harus dilakukan untuk mendapatkan suatu sistem konversi energi angin yang tepat. Pada prakteknya, penentuan tempat pemasangan sistem konversi energi angin dapat ditentukan dengan cara: 1. Pemilihan Tempat. Tempat ditentukan sesuai kebutuhan, kemudian potensi energi angin dikaji dari data yang didapat. Cara ini mempertimbangkan: a. aksesibilitas baik untuk pekerjaan konstruksi maupun perawatan, b. kondisi sosial budaya setempat, c. kepentingan lain 2. Pemilihan Potensi. Pemilihan tempat berdasarkan besarnya potensi energi angin yang tersedia. Semakin besar kecepatan angin rata-rata di suatu tempat akan semakin baik. Semakin tinggi potensi energi yang tersedia akan memberikan keuntungan berupa ukuran sistem konversi energi angin yang semakin kecil dan tidak perlu terlalu efisien sehingga pembuatannya akan lebih mudah dan murah.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Energi angin adalah pemanfaatan angin sebagai sumber energi. Sistem energi angin adalah perubahan energi kinetik (pergerakan) dari angin menjadi energi mekanik atau listrik yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan praktis. Pembangkit Listrik Tenaga Angin mengkonversikan energi angin menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan untuk memutar rotor pada generator dibagian belakang turbin angin, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Energi Listrik ini biasanya akan disimpan kedalam baterai sebelum dapat dimanfaatkan. Selain pemilihan rotor yang tepat, pemilihan tempat yang strategis juga mempengaruhi besarnya energi yang akan didapatkan pada proses konversi tersebut. Pemilihan tempat berdasarkan besarnya potensi energi angin yang tersedia. Semakin besar kecepatan angin rata-rata di suatu tempat akan semakin baik. Semakin tinggi potensi energi yang tersedia akan memberikan keuntungan berupa ukuran sistem konversi energi angin yang semakin kecil dan tidak perlu terlalu efisien sehingga pembuatannya akan lebih mudah dan murah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Energi Angin. (online) (http://www.alpensteel.com/article/47-103energi-angin--wind-turbine--wind-mill/447--teknologi-magnetic-levitation-padaturbin-angin.html (Diakses pada tanggal 21 April 2010) Anonim. 2007, Kincir Angin. (online) (www.mst.gadjahmada.edu/dl/Kincir_Angin.pdf (Diakses pada tanggal 21 April 2010) Anwar, Moh. Saiful. 2008. Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pada Stasiun Pengisian Accu Mobil Listrik. Surabaya : Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Culp, Archie W. 1985. Prinsip-Prinsip Konversi Energi. Terjemahan oleh Darwin Sitompul. Erlangga : Bandung. Kadir A. 1987. Energi Angin. Dalam : Energi. Jakarta : UI-Pres.

You might also like