Professional Documents
Culture Documents
BPUPKI
(dokuritsu junbi cosakai )
1 Maret 1945
Dr. Rajiman Widyodiningrat
Menyelidiki dan mempelajari hal-hal penting mengenai masalah tata pemerintahan atau pembentukan Indonesia Merdeka
Dr. Supomo
Ir. Soekarno
29 Mei 1945
1. Peri Kebangsaan
5. Kesejahteraan Rakyat
2. Peri Kemanusiaan
4. Peri Kerakyatan
3. Peri Ketuhanan
31 Mei 1945
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
4. Musyawarah
Dr. Supomo
3. Keseimbangan Lahir Batin 5. Keadilan Rakyat
1 Juni 1945
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme Atau Peri kemanusiaan
4. Kesejahteraan Sosial
Ir. Sukarno
3. Mufakat atau Demokrasi 5. Ketuhanan Yang Maha Esa
PANCASILA
PANITIA SEMBILAN
Ir. Soekarno (Ketua); Drs. Muh. Hatta (Wakil Ketua); A.A. Maramis, S.H. (anggota); Abikusno Cokrosuyoso (anggota); Abdul Kahar Muzakkir (anggota); Haji Agus Salim (angota); K.H. Wahid Hasyim (anggota); Achmad Soebardjo, S.H. (anggota); Mr. Muh. Yamin (anggota).
Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu hukum dasar Negara Indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan, dengan berdasar kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Sidang II BPUPKI
(10 sampai dengan 16 Juli 1945) Dalam sidang ini dibicarakan mengenai penyusunan Rencana Pembukaan Undangundang Dasar dan rencana Undang-undang Dasar serta rencana lain yang berhubungan dengan kemerdekaan bangsa Indonesia Dalam rapat tanggal 11 Juli 1945 dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar dengan susunan sebagai berikut:
Ir. Sukarno; R. Otto Iskandardinata; B.P.H. Purbaya; K.H. Agus Salim; Mr. Achmad Subarjo; Mr. R. Supomo; Mr. Maria Ulfah Santosa; K.H. Wahid Hasyim; Parada Harahap; Mr. J. Latuharhary; Mr. R. Susanto Tirtoprojo; Mr. Sartono;
Mr. KPRT Wongso Negoro; KRTH Wuryaningrat; Mr. R.P. Singgih; Mr. Tan Eng Hoa; dr. P.A. Husein Jayadiningrat; dr. Sukirman Wiryosanjoyo; Mr. A.A. Maramis; Miyano (utusan Jepang).
2. 3. 4. 5.
Nilai persatuan dan kesatuan Mereka begitu menempatkan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Nilai keikhlasan Para perumus dasar negara kita saat itu tidak terpikir untuk mendapat imbalan. Mereka ikhlas demi bangsa dan negaranya. Berani menegakkan kebenaran dan keadilan Demi keadilan, mereka berani melakukan perjuangan di tengah-tengah bahaya. Toleran terhadap perbedaan Perumusan dasar negara diwarnai dengan sikap menghargai perbedaan. Nilai musyawarah mufakat Mereka merumuskan dasar negara dengan asas musyawarah untuk mencapai kata mufakat.