You are on page 1of 7

Pendekatan Pembelajaran Tematik

17 Desember 2009 N.A. Suprawoto Tinggalkan Komentar Go to comments

Proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks, guru lebih banyak berhubungan dengan pola pikir siswa, dimana setiap siswa, siapapun, dimanapun memiliki setumpuk kata, pikiran, tindakan yang dapat mengubah lingkungan, baik di keluarga di sekolah maupun di masyarakat. Pola pembelajaran yang saat ini sudah disosialisasikan khususnya bagi siswa kelas awal (kelas 1, 2 dan kelas 3) adalah dengan menggunakan pendekatan tematik. Begitu nuansa tematik ini digulirkan di dunia guru, dan sekolah, maka sepertinya terjadi suatu keributan. Guru mulai berpikir dan bertanya-tanya, apakah selama ini cara pembelajaran yang rasanya sudah menghasilkan lulusan siswa-siswa berprestasi, yang sudah mencetak dan menghasilkan dokter, insinyur, birokrat dianggap kurang berhasil?. Sehingga ada ungkapan bahwa saya sudah mengajar puluhan tahun, dan saya sudah mempunyai alumni yang berhasil menjadi pejabat, menjadi dokter, menjadi insinyur dan sebagainya dianggap tidak berhasil? Pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi penghambat bagi bergulirnya sebuah inovasi dalam bidang pendidikan. Pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan metode diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi siswa yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. Pembelajaran yang diciptakan baik di kelas maupun di luar kelas dilaksanakan, diharapkan dapat dikondiskan dalam suasana hubungan siswa dan guru yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, hangat, dan menyenangkan dengan prinsip ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, (di depan memberikan contoh dan teladan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di belakang memberikan daya dan kekuatan). Terlebih bagi siswa yang masih berada di kelas 1, 2 dan 3, yang masih memerlukan bimbingan, perhatian, sebagaimana pelayanan para orang tua yang dengan kasih sayang membimbing mereka. Pelaksanaan pembelajaran seyogyanya dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, multisumber belajar serta teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar). Sebuah model pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan untuk disesuaikan dengan kondisi siswa di masing-masing sekolah. Siswa perlu dipersiapkan baik secara internal maupun eksternal, baik ketika di dalam kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi siswa yang masih berada di tataran kelas awal, yaitu kelas 1, 2 dan 3 tentu saja tidak dapat disamakan pelayannya dengan siswa yang ada di kelas tinggi, yaitu di kelas 4, 5 dan 6. siswa di kelas 1, 2 dan 3 perlu diperlakukan khusus, antara lain salah satunya dengan cara membelajarkan dengan menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan tematik yang akhir-akhir ini digulirkan dan telah disosialisasikan di lapangan memerlukan penjelasan yang cukup rinci. Apa, bagaimana membelajarkan model secara tematik akan dikupas di dalam naskah ini tetapi tentunya masih diperlukan adaptasi antara guru dan siswa setempat. Karena suatu model pembelajaran sangat cocok dengan siswa di kelas I di suatu tempat belum tentu sama perlakuannya apabila disajikan untuk siswa I di kelas yang lain. Pemahaman Konsep Pendekatan Pembelajaran Tematik Suatu pemikiran tentang pembelajaran tematik sudah dilakukan sejak konsep kurikulum 2004 mulai digulirkankan. Hal ini mengacu pada hakekat perkembangan anak terutama yang sedang berada di posisi kelas awal, kalau diistilahkan kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan kelas 3. Ciri utama dari perkembangan anak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah adalah pemikiran mereka masih bersifat holistik, perkembangan anak bersifat terpadu. Aspek perkembangan yang satu masih terkait erat antara yang

satu dengan yang lainnya dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain. Perkembangan fisik tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional, demikian juga sebaliknya. Perkembangan anak akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan dan lingkungan kesehariannya, mulai dari lingkungan yang terdekat ke lingkungan yang semakin jauh, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam menyiapkan pembelajaran di kelas awal ini guru perlu mempertimbangkan beberapa aspek agar pembelajaran dapat berdaya guna dan berhasil guna. Belajar secara menyenangkan sangatlah dianjurkan agar supaya siswa tidak merasa sedang di format untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan, melainkan dengan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan siswa tidak merasakan bahwa dia sebenarnya sedang belajar dan sedang mentransformasi suatu ilmu pengetahuan ke dalam dirinya, karena suasananya yang Joyfull Learning Aspek yang perlu mendapat perhatian dalam mengoptimalkan pembelajaran di sekolah dasar adalah dengan mewujudkan pembelajaran tematik dengan memperhatikan keterpaduan berbagai mata pelajaran dalam setiap kali tatap muka. Dalam mengakomodasi berbagai aspek tersebut, guru perlu menyiapkan diri untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak dengan cara pembelajaran menggunakan pendekatan tematik yang memadukan berbagai mata pelajaran. Anak diajak memahami konsep melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran semacam ini diyakini sebagai suatu pembelajaran yang lebih bermakna karena sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran dengan pendekatan tematik bertolak dari suatu topik atau tema tertentu yang dipilih guru dengan atau bersama anak. Di mana konsep-konsep suatu mata pelajaran saling terkait dan dijadikan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi suatu topik atau tema. Belajar dengan pendekatan tematik ini lebih banyak menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar, membuat anak menjadi aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pembelajaran ini cocok sekali dengan konsep dari John Dewey yaitu Learning by Doing. Dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tematik ini perlu disajikan contoh model penerapan pembelajaran tematik agar guru memperoleh gambaran secara utuh. Model penerapan pendekatan tematik yang secara utuh diawali dengan pemetaan kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran, kemudian dibuat jaringan KD dan Indikator, setelah itu dituangkan ke dalam format silabus, dari silabus ini dibuat rencana pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran tematik dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran terpadu melalui tema sebagai pemersatu kegiatan yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, dimaksudkan untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Karena siswa dalam memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya. Pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pelaksanaan pendekatan ini berawal dari suatu tema dan atau topik yang dipilih/dikembangkan dan ditemukan oleh guru dan atau bersama anak. Apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, maka pembelajaran terpadu ini tampak lebih menekankan pada keterlibatan anak dalam belajar. Membuat anak aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Memberikan pengalaman langsung pada anak dan tidak tampak adanya pemisahan antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya. Menyajikan materi dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat fleksibel dan hasil pembelajarannya dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Tim pengembang PGSD dalam Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar disebutkan bahwa pengertian pembelajaran terpadu dapat dilihat sebagai: Pembelajaran yang beranjak dari satu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain, baik yang berasal dari bidang studi yang bersangkutan maupun dari bidang studi lainnya. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi/mata pelajaran yang

mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi/mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan anak dapat belajar dengan lebih baik dan bermakna Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Pembelajaran dengan menggunakan tema berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta menambah semangat karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna serta dikenal oleh anak. Pemilihan dalam pembelajaran tema bertujuan agar supaya anak dapat: 1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu; 2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama; 3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; 4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi anak; 5. Lebih bergairah belajar, karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi yang nyata seperti: bertanya, bercerita, menulis, sekaligus mempelajari mata pelajaran yang lain; 6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas; 7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan bahkan lebih dan/atau pengayaan; 8. Budi pekerti dan moral anak dapat ditumbuhkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut : 1. Berpusat pada anak; 2. Memberikan pengalaman langsung pada anak; 3. Pemisahan antara bidang studi/mata pelajaran dalam tidak begitu jelas; 4. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi/mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran; 5. Bersifat luwes; 6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Kekuatan Tema Dalam Proses Pembelajaran Pembelajaran terpadu memiliki kekuatan antara lain: 1. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak; 2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak; 3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna; 4. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi 5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama; 6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan oranglain artinya respek terhadap gagasan orang lain.

Tema berperan sebagai pemersatu kegiatan yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus, dengan membuat pembelajaran tematik, yaitu terpadu antara kelompok mata pelajaran Agama (Akhlak Mulia/Budi Pekerti/Tata krama), Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang terdiri dari: (Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam), Estetika (Seni Budaya Keterampilan), dan Jasmani dan Olah Raga dan kesehatan. Khusus untuk mata pelajaran agama, tidak diberikan contoh perpaduan dalam tematik, dikarenakan di

Indonesia ada beberapa agama yang diakui (Islam, Katolik dan Protestan, Hindu dan Budha), maka harapan penulis agar sekolah menyesuaikan dengan karakteristik keagamaannya masing-masing. Dan khusus untuk mata pelajaran agama ini disarankan agar guru kelas dapat berkoordinasi dengan guru agama dan juga guru olah raga untuk bersama-sama membuat kesepakatan mana-mana indikator yang akan dibelajarkan bersamasama dalam naungan tema dan mana yang akan dibelajarkan oleh guru agama dan guru olah raga. Penyepakatan ini mengacu pada bobot penyajian sebagaimana yang tertuang di dalam ketentuan Kerangka Dasar Kurikulum yang disebutkan: 15% untuk Agama, 50% untuk Calistung (baca, tulis dan hitung), 35% untuk Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian, Iptek (Bahasa, IPA, IPS dan Matematika), Estetika, Olah Raga dan Kesehatan Alokasi waktu yang disediakan total adalah 26 jam pelajaran perminggu untuk kelas 1, 27 jam pelajaran perminggu untuk kelas 2 dan 28 jam pelajaran perminggu untuk kelas 3. sedangkan jumlah minggu efektif tersedia antara 34 40 minggu. Dan untuk kepentingan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator misalnya ditetapkan 36 minggu efektif dalam satu tahun, sehingga masing-masing semester tersedia 18 minggu. Pembelajaran tematik bagi siswa kelas 1, 2, dan 3 ini tidak dikenal adanya jadwal pelajaran. Karena pembelajarannya harus dilakukan oleh guru kelas yang menyajikan secara terpadu dalam naungan sebuah tema. Jadi jadwal penyajiannya adalah pelajaran tema yang memuat beberapa mata pelajaran sekaligus. Apabila terdapat kompetensi dasar dan indikator yang dibuat ternyata diketahui tidak dapat dipadukan dalam sebuah tema, maka khusus indikator-indikator tersebut perlu dibuatkan tema tersendiri agar dapat mencapai ketuntasan kompetensi dasar. Prinsip Pemilihan Tema Pembelajaran terpadu yang diikat dengan sebuah tema tertentu disebut juga sebagai pembelajaran tematik. Dalam penyusunannya guru perlu melihat semua kurikulum dan silabus dari semua mata pelajaran untuk menemukan dan menentukan tema dan atau topik yang bisa dikaitkan atau dipadukan. Penentuan tema atau topik yang dipilih diharapkan melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang terkait dengan sesuatu yang menjadi bagian dalam kehidupan siswa. Pemilihan dan penentuan tema atau topik yang merupakan pemersatu mata pelajaran, dan dengan adanya tema tersebut tidak dikehendaki bahwa mata pelajaran tidak dapat dibahas. Apapun tema yang akan dimunculkan seyogyanya tidak menghalangi masuknya indikator dari kompetensi dasar dari sebuah mata pelajaran yang akan dibahas. Oleh karena itu perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : a. Tema tidak terlalu luas, namun dapat dengan mudah dipergunakan untuk memadukan banyaknya mata pelajaran b. Tema bermakna, artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya. c. Tema harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak d. Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di sekolah/kelas e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar f. Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat terhadap hasil belajar siswa. g. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. Setelah guru memiliki tema, langkah berikutnya adalah membuat jaringan Kompetensi Dasar (KD) dan indikator. Semua KD dan indikator yang telah dibuat dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia,, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Estetika/Seni Budaya dan Olah Raga Jasmani dan Kesehatan) ditulis dalam jaringan. Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Tematik Model pembalajaran dengan pendekatan tematik khususnya siswa kelas 1, 2 dan 3 melalui beberapa tahapan antara lain, 1) guru harus sudah memiliki tema untuk satu tahun; 2) guru melakukan analisis standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator dari kurilulum 2004; 3) membuat hubungan antara kompetensi

dasar, indikator dengan tema; 4) membuat jaringan indikator; 5) menyusun silabus tematik dan langkah keenam adalah penyusunan rencana pembelajaran tematik. Langkah-langkah tersebut akan dibahas satu per satu di bawah ini. a) Pemilihan Tema Penentuan tema yang akan dikembangkan di kelas 1 2 dan 3 dapat mempertimbangkan kriteria pembuatan tema seperti yang tertulis di depan tadi. b) Analisis Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Kegiatan untuk melakukan analisis indikator, kompetensi dasar dan hasil belajar yang sesuai dengan tema dapat diorganisasikan sepenuhnya oleh sekolah. Dengan demikian kegiatan ini tidak perlu dilakukan secara tersendiri, tetapi dapat dilaksanakan bersamaan dengan penentuan jaringan indikator. c) Hubungan Kompetensi Dasar, Indikator dengan Tema Mengidentifikasi semua indikator dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran (Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Seni-Budaya dan Olah Raga Jasmani dan Kesehatan) Memasukkan hasil identifikasi ke dalam format (tabel) hubungan indikator dan kompetensi dasar ke dalam tema yang relevan Jika ada indikator dan kompetensi dasar yang tidak bisa dimasukkan ke dalam suatu tema, maka indikator dan kompetensi dasar tersebut dibuatkan atau dicarikan tema khusus dan disajikan tersendiri, baik oleh guru kelas maupun oleh guru mata pelajaran (terutama indikator dan kompetensi dasar Agama dan Penjas) Contoh Model Pembelajaran dengan Teknik Jigsaw di Kelas I ,Tema: Aku dan Keluargaku Untuk siswa yang masih duduk di kelas I banyak berbicara dengan bahasa gambar, karena bahasa tulis masih dalam taraf belajar memegang pensil dan belajar huruf. Teknik Jigsaw bagi siswa kelas I sekolah dasar bisa juga diterapkan tetapi bukan sebagai ahli informasi dalam pengertian memahami wacana, melainkan informasi tentang bagaimana dapat menceritakan makna gambar yang diperoleh dalam pembelajaran. Contoh penerapan teknik jigsaw bisa seperti di bawah ini: 1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil, sambil belajar angka maka bisa menggunakan teknik menghitung misalnya: jumlah siswa ada 40 anak. Semua anak akan menghitung 1, 2, 3, 4. selesai hitungan 4, kembali ke 1 begitu seterusnya sampai semua anak mempunyai angka nomor berapa. Kalau sudah selesai menghitung semua, beberapa siswa ditanya dia nomor berapa, untuk mengetahui apakah siswa tersebut masih ingat akan angka/nomor dirinya. 2. Semua siswa yang berdekatan dan yang mempunyai angka 1 s.d 4 dikelompokkan menjadi satu kelompok, sehingga dalam satu kelas akan ada 10 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 anggota dalam satu kelompoknya (apabila di dalam kelas tersebut jumlah siswa ada 40 anak) 3. Guru menyajikan beberapa gambar misalnya: a. Gambar keluarga terdiri dari seorang ayah, ibu dan 2 anak (laki-perempuan) b. Gambar sebuah ruang tamu dengan seperangkat meja kursi c. Gambar kakek dan nenek (orang tua dari ayah/ibu) datang d. Gambar adik/bibi dari ibu membacakan cerita untuk anak-anak 4. Setelah dipastikan semua anak menerima gambar sesuai dengan nomor dirinya masing-masing, selanjutnya semua anak ditugaskan mengamati gambarnya yang diterimanya kemudian memaknai gambarnya. 5. Setelah selesai, memaknai gambarnya yang diterimanya, semua siswa yang memiliki gambar sama berkumpul dalam satu kelompok besar. Untuk mempermudah siswa membentuk kelompok ahli, guru menyiapkan kertas yang berbeda warna sehingga apabila ada siswa yang salah masuk ke kelompok yang tidak sesuai dengan nomor gambarnya akan mudah diketahui. 6. Dalam kelompok ahli (kelompok gambar yang sama) semua siswa diminta saling bercerita sesuai dengan pemaknaan masing-masing, kemudian disepakati kesimpulan dari cerita yang sama. 1. Setelah selesai berdiskusi tentang gambar semua siswa ditugaskan untuk kembali ke kelompok semula (yang beranggotakan 4 anak) dikatakan sebagai kelompok 4 serangkai, karena terdiri dari 4 anggota dalam setiap kelompoknya. 2. Setelah berkumpul kembali ke kelompok awal, semua siswa diminta untuk secara bergantian bercerita tentang hasil diskusi di kelompok ahli tadi. Semua siswa dalam kelompok empat serangkai ini akan mendapat cerita dari tiga temannya. Sehingga setiap siswa dalam satu kelas akan mempunyai 4 jawaban yang kurang lebih sama. 3. Berikutnya guru memanggil satu kelompok secara bergantian untuk maju ke depan kelas menceritakan hasil

diskusinya. Kelompok lain bisa memberikan komentar, atau pertanyaan terhadap cerita temannya di depan kelas, sambil membiasakan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya. 4. Guru memberikan klarifikasi apabila ada cerita siswa/kelompok yang tidak sesuai dengan fakta gambar. Dan memberikan penguatan jika jawaban siswa benar. Dan jika salah, maka guru memberikan pelurusan secara arif, tidak menyalahkan, melainkan memberikan rasional yang bijak. Cara ini hanyalah salah satu dari sekian banyak teknik pembelajaran. Masih banyak teknik lain yang dapat dipergunakan dalam membelajarkan materi yang memadukan materi dari berbagai mata pelajaran yang disatukan dalam sebuah tema. REFERENSI UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN
27/02/2009 oleh Kang_Herry Puskur Balitbang Depdiknas (2002) menawarkan 2 macampendekatan dalam proses pembelajaran , yaitu Pendekatan pembelajaran bermakna, dan Pembelajaran tematik Penerapan kedua pendekatan ini disesuaikan dengan tingkat kematangan anak dalam belajar. 1. Pendekatan Tematik Pendekatan tematik adalah pembelajaran yang melibatkan beberapa beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalamanyang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya diberikan pada siswa Sekolah Dasar kelas rendah. Pada masa ini pad umumnya siswa melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (Holistik), perkembangan fisiknya tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mentalnya, sosisl dan emosionalnya. (Puskur, Balitbang Depdiknas 2002:2) Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk pelaksanaan pendekatan pembelajaran tematik ini adalah: a. Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester uang sama dari setiap mata pelajran b. Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester c. Muatlah matrik hubungan kompetensi dasar dengan tema . Penyusun hendaknya memperkirakan dan menentukan kompetensi-kompetensi dasar pada sebuah mata pelajaran yang dikembangkan dan cocok dengan tema. d. Buatlah pemetaan pembelajaran tematik, untuk melihat kaitan antara tema dengan kompetensi dasar dari sebuah mata pelajaran. e. Susun silabus berdasarkan matrik atau jaringan topik pembelajran tematik 2. Pembelajran Bermakna Pembelajaran bermakna merupakan kegiatan pembelajaran yang menitikberatkan pada kegunaan pengalaman belajar pada kehidupan nyata peserta didik. Dalam hal ini guru dituntut mampu meyakinkan secara realistik suatu pengalaman belajar dengan menekankan pada siswa belajar secara aktif dan dapat memotivasi belajar yang tinggi kepada peserta didik. Tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran bermakna yang ditawarkan Puskur adalah sebagai berkut: a. Pemanasan / Apersepsi Mengawali kegiatan pembelajaran, guru harus memperhatikan dan melakukan hal-hal berikut: - Pelajran harus dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami siswa - Motivasi siswa ditumbuhkan dengan bahan ajar yang menarik dan berguna - Siswa didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal baru b. Eksplorasi

Pengembangan sejumlah pengalaman belajar hendaknya memperhatikan: - Keterampilan baru yang diperkenalkan - Kaitkan materi pengalaman belajar dengan pengetahuan yang sudah ada pada siswa sebelumnya. - Pilih metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaan siswa akan pengalaman baru yang disajikan c. Konsolidasi Pelajaran Pemantapan pengalaman belajar siswa dapat dilakukan dengan cara: - Melibatkan siswa secara aktif dalam menafsirkan dan memahami pengalaman atau mater baru - Melibatkan siswa secara aktif dalam pemecahan masalah - Menekankan pada kaitan struktural yaitu kaitan antara materi pengalaman baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan - Pilih metodologi yang tepat sehingga pengalaman baru dapat terproses menjadi bagian dari kehidupan siswa sehari-hari. d. Pembetukkan Sikap dan Perilaku Proses internalisasi suatu pengalaman baru dapat dilakukan dengan: - Mendorong siswa menrapkan konsep atau pengertian baru yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. - Membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan siswa sehari-hari berdasarkan pengalaman belajarnya. - Pilih metodologi yang tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku siswa menuju perubahan yang lebih baik. e. Penilaian Formatif Untuk menentukan efektifitas serta keberhasilan proses pembelajaran dapat dilakukan hal-hal berikut: - Kembangkan cara-car menilai hasil belajar siswa secara variatif - Gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan dan masalah-masalah yang dihadapi baik oleh siswa maupun guru. - Pilih metodologi penelitian yang paling tepat dan sesuai dengan tujuan yang mesti dicapai. Tahapan pelaksanaan dari pendekatan pembelajaran ini dapat digambarkan sebagai berkut: Pemanasan Apersepsi Tanya jawab tentang pengetahuan dan pengalaman (Alokasi 5-10%) Eksplorasi Memperoleh/ Mencari Informasi baru (Alokasi 25-30%) Konsolidasi Pembelajaran Negosiasi dalam pencapaian pengetahuan baru (Alokasi 35-40) Pembentukkan Sikap dan Perilaku Pengetahuan diproses menjadi nilai, sikap dan perilaku (Alokasi 10%) Penilaian Formatif Sumber: Dian Sukmara, Drs. M.Pd, Implementasi Life Skill dalam KTSP, Mughni Sejahtera Bandung, 2007

You might also like