You are on page 1of 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju akhir.

Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat uiversal. Meskipun unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang diperlukan.

Menurut Anna Keliat (1999) lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan dalam daur kehidupan manusia. Sedang menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

B. Tujuan 1. Menggambarkan bagaimana orang menangani proses menjelang kematian dan sesudah kematian. 2. Menggambarkan tanda-tanda menjelang kematian 3. Menggambarkan persiapan spiritual untuk kematian yang dilakukan berbagai agama.

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut Usia Menurut Anna Keliat (1999) lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan dalam daur kehidupan manusia. Sedang menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2. Proses Menua dan Teori-teori menua Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Prof.Dr.R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono,1994).

Ada 2 jenis teori penuaan yaitu, teori biologi, teori psikososial. Teori biologis meliputi teori genetik dan mutasi, teori imunologis, teori stres, teori radikal bebas, teori rantai silang, teori menua akibat metabolisme. Teori social meliputi pelepasan, teori aktivitas, teori interaksi sosial, teori kepribadian berlanjut, teori perkembangan.

a. Teori Biologis Teori Genetik dan Mutasi. Teori genetik menyatakanbahwa menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesie tertentu. Teori ini menunjukkan bahwa menua terjadi karena perubahan molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi spontan yang tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan usia. Sebagai contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana,1994; Constantinides,1994).

Teori Imunologis. Teori imunologis menua merupakan suatu alternative yang diajukan oleh Walford 1965. Teori ini menyatakan bahwa respon imun yang tidak terdiferensiasi meningkat seiring dengan usia. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan menyebabkan sistem imun tidak mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya. Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada lanjut usia (Goldstein,1989).

Teori Stres. Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan
3

internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lemah.

Teori Radikal Bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme. Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam oksidasi bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas menyebabkan sel tidak dapat beregenerasi (Halliwel,1994). Radikal bebas dianggap sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Teori ini menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan ireversibel.

Teori Rantai Silang. Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein, kerbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, yang mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

Teori Menua Akibat Metabolisme. Telah dibuktikan dalam percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat memperpendek Darmojo,1999). umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi

b. Teori Psikososial Teori Penarikan Diri / Pelepasan. Teori ini merupakan teori social tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Teori ini menyatakan bahwa mayarakat dan individu selalu berusaha untuk mempertahankan diri mereka dalam keseimbangan dan berusaha untuk menghindari gangguan. Oleh yaitu karena itu lansia dengan

mempersiapkan

pelepasan

terakhir

kematian

pelepasan mutual dan pelepasan yang dapat diterima masyarakat. Pelepasan ini meliputi pelepasan peran sosial dan aktivitas sosial. Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian.

Teori Aktivitas. Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung dari bagaimana seseorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan

memepertahankan aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial.

Teori Interaksi Sosial. Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Simmons (1945), mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya bersosialisasi. Mauss (1954), Homans (1961), dan Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa.

Teori Kepribadian Berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia. Pengalaman seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya
6

kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah walaupun ia telah lanjut usia.

Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun negatif. Akan tetapi teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.

3. Karakteristik Lanjut Usia Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu: a. Jenis Kelamin Lansia lebih banyak wanita dari pada pria. b. Status Perkawinan

Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi. c. Living Arrangement Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama anak atau keluarga lainnya. d. Kondisi Kesehatan Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit menyebabkan lansia cenderung dibantu atau tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari. e. Keadaan ekonomi Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia tadat terpenuhi.

4. Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental dan psikososial.

a. Perubahan Fisik 1) Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun. 2) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otototot mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan. 3) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis. 4) Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam hidung dan telinga mulai menebal. 5) Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada pendengaran pengumpulan cerumen dapat terjadi karena meningkatnya keratin 6) Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi kaku dan sulit bernafas. b. Perubahan Sosial 1) Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan single parent. 2) Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan akan meninggal.

3) Terjadinya

kepikunan

yang

dapat

mengganggu

dalam

bersosialisasi. 4) Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah tersinggung c. Perubahan Psikologi Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan depresi dan kecemasan.

B. Konsep Kematian 1. Definisi Kematian/mati Seseorang yang dianggap sudah mati ialah ia tidak lagi mempunyai denyut nadi, tidak bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan segala refleks, serta ketiadaan kegiatan otak.

2. Sebab sebab Kematian a. Penyakit 1) Keganasan, misalnya : a) Karsinoma ( C ) b) Karsinoma Hati c) Karsinoma Paru d) Karsinoma Mammae
10

2) Penyakit Kronis, misalnya : a) CVD ( Cerebro Vasculair Diseases ) b) CRF ( Chronic Renal Failure atau Gangguan Ginjal ) c) DM ( Gangguan Endokrin ) d) MCI ( Myocard Infarc atau Gangguan Kardiovaskuler ) e) COPDM ( Chronic Obstruction Pulmo Diesases ) b. Kecelakaan, misalnya : Epidurat Haematoma

3. Cirri ciri pada Lanjut Usia Menjelang Kematian a. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki. b. Gerakan peristaltic usus menurun. c. Tubuh klien lanjut usia tampak mengembang. d. badan dingin dan lembab terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya. e. kulit nampak pucat, berwarna kebiru-biruan/kelabu. f. denyut nadi mulai tidak teratur. g. nafas dengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia. h. tekanna darahnya menurun.
11

i. terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

4. Tanda tanda Kematian a. Pupil (bola matanya) tetap membesar atau melebar dan tidak berubah-ubah. b. Hilangnya semua refleks dan ketiadaan kegiatan otak yang tampak jelas dalam hasil pemeiksaan EEG yang menunjukkan mendatar dalam waktu 24 jam.

5. Tahap tahap Menuju Kematian Tahap tahap untuk itu tidak selamanya berurutan secara tetap tetapi dapat saling tindih kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali lagi ke tahap itu. Lamanya setiap dapat bervariasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan, Aapbila suatu tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa timbul kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap jika perawat memperhatikan secara seksama dan cermat. a. Tahap pertama (tahap penolakan) Tahap ini adalah kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai dengan komentar : Saya? tidak mungkin. selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa

12

semua orang kecuali dia. klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh penolaknnya sehingga ia tidak memperhatikan fakta-fakta yang mugkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. ia malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan minta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan non professional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah ada di ambang pintu. b. Tahap kedua (tahap marah) Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak terkendalikan. klien lanjut usia itu berkata : Mengapa saya ? seringkali klin lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala hal. ia mudah marah terhadap perawat dan petugas petugas kesehatan lainnya terhadap apa saja yang mereka lakukan. pada tahap ini bagi klin lanjut usia lebih merupakan hikmah daripada kutukan . kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri klin lanjut usia . akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini perawat kesehatan harus hati-hati dalam memberikan penilaian dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan sebagai reaksi uyang terhadap kematian yang perlu diungkapkan.

13

c. Tahap ketiga (tahap tawar-menawar) Pada tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata: ya. benar, Aku, tetapi, Kemaraahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan kesana sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan sendirinya . akan tetapi, pada tahap tawarmenawar inilah banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan hal-hal seperti membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang orang tercinta yang ditinggalkan. selam tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan bagian dari urusanurusan yang belum selesai dan harus dibereskan sebelum mati. misalnya klien lanjut usia mempunyai satu permintaan terakhir untuk melihat pertandingan olahraga , mengunjungi seorang kerabat, melihat cucu terkecuali, pergi makan di restorant, dan sebagainya. perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena tawar menawae membantu klien lanjut usia memasuki tahap-tahap berikutnya. d. Tahap keempat (tahap sedih) Tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata : ya, benar aku, ini biasanya merupakan saat-saat yang sedih, karena klien

14

lanjut usia sedang dalam suasana berkabung karena di masa lampau ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri ,bersama dengan itu harus harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah dinikmatinya . selama tahap ini klien lanjut usia cenderung untuk tidak banyak bicara dan sering menangis. saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum mati. e. Tahap kelima (tahap akhir/tahap menerima) tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini klien Lanjut Usia telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi oleh karena ia sudah menyatakan segala sesuatunya. tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenanagan. seseorang mungkin saja berada lama sekali dalam tahap menerima tetapi bukanlah tahap pasrah yang berarti kelelahan. Dengan kata lain, pasrah kepada maut tidak berarti menerima maut.

6. Pengaruh Kematian a. Pengaruh Kematian terhadap Keluarga Klien Lanjut Usia 1) Bersikap kritis terhadap perawatan

15

2) Keluarga dapat menerima keadaan keluarganya 3) Terputusnya komunikasi dengan orang menjelang maut 4) Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang

bersangkutan tidak dapat mengatasi rasa 5) Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi 6) keluarga menolak diaknosa, penolakan tersebut dapat

memperbesar beban emosi keluarga. 7) Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan

b. Pengaruh Kematian terhadap Tetangga/teman 1) Simpati dan dukungan moril 2) Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan

7. Hak hak Asasi Pasien Yang Menjelang Ajal ( Meninggal ) a. Berhak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati. b. Berhak untuk merasa punya harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah-ubah. c. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan itu, walupun dapt berubah-ubah. d. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah dekat dengan cara sendiri.

16

e. Berhak

untuk

berpatisipasi

dalam

pengambilan

keputusan

mengenai perawatannya. f. Berhak untuk mengharapakan akan terus mendapat perhatian medis dan perawatan walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa nyaman. g. Berhak unutu tidak mati dalam kesepian. h. Berhak untu bebas dalam rasa nyeri. i. Berhat untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaanpertanyaan. j. Berhak untuk tidak tertipu.

k. Berhak untu mendapatkan bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima kematian. l. Berhak untuk mati dengan benar dan terhormat.

m. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi untuk keputusan keputusan yang mungkin saja bertentrangan dengan orang lain. n. Membicarakan dan memperluas pengalaman-pengalaman

keagamaan dan kerohaniaan. o. Behak untuk mengharapakan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.

17

C. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang. b. Riwayat kesehatan dahulu Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama. c. Riwayat kesehatan keluarga Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan klien. 2. Head To Toe Perubahan fisik saat kematian mendekat a. Pasien kurang responsif terhadap sentuhan b. Fungsi tubuh melambat c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja d. Rahang cenderung jatuh e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah g. Kulit pucat h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.

18

D. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Menjelang Ajal 1. Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan

diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup. 2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain. 3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat perawatan). 4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau

ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

E. Rencana Keperawatan (Intervensi) Pada Pasien Menjelang Ajal 1. Akomodasi dukacita 2. Menerima realitas kehilangan 3. Mencapai kembali rasa harga diri 4. Memperbaharui aktivitas atau hubungan normal 5. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan & spiritual 6. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan
19

7. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari 8. Mempertahankan harapan 9. Mencapai kenyamanan spiritual 10. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi

20

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Asuhan terhadap orang yang menjelang ajal telah memasuki dimensi baru, apa yang sebelumnya dianggap tabu telah muncul sampai tingkat sensitivitas yang meningkat dan kesadaran akan persamaan publik dan profesional. Ada juga perubahan sosial dalam mengenali kebutuhan unit lansia. Tidak hanya itu, dua perubahan vital ini telah memengaruhi peran dan tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan yang kompeten kepada lansia yang menjelang ajal.

B. Saran Sebaiknya klien banyak berdoa kepada Allah SWT karena hidup dan mati kita telah ditentukan oleh Allah. Dan dengan berdoa dapat memberikan ketenangan dan kedamaian, tidak ada lagi ketakutan untuk menjelang ajal.

21

Daftar Pustaka

Kemp & Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little Brown&co Kubler-Ross,E.,(1969) ,On Death and Dying, ,London: Tavistock Publication Kircher & Callanan (2003),Near Death Experiences and DeathAwareness in the Terminally Ill,Connecticut :www.iands org Kozier & Erb (1991),Fundamentals of Nursing,vol.II, 4th ed.,California : Addison-Wisley Publishing Co. Legislature of the State Of Arizona,Medical treatment;Terminal Illness,HB 2001-432R-1 Ver,ALIS onlineNorthern Territory of Australia (1997),Right of the Terminally Ill Act Pattison,Mansell (1977), The Experience of Dying, Englewood Cliffs:Prentice- Hall Inc. www.growthhouse.org, Grief,anger and loss : Improving care of the Dying

22

You might also like