You are on page 1of 3

MEMBANGKITKAN GAIRAH PENDIDIKAN PERTANIAN DI PERGURUAN TINGGI Oleh: Reny Sukmawani * Membaca artikel sdr Adi Surya (Pertanian

di titik nadir), Pikiran rakyat, rabu 19 Agustus 2009 serasa terwakili dalam menggambarkan kondisi pertanian di masa kini khususnya kondisi pendidikan pertanian baik ditingkat menengah maupun perguruan tinggi. Pendidikan pertanian di tingkat menengah masih bisa berkembang dengan adanya bantuan dari pemerintah sehingga dapat digratiskan. Tetapi pendidikan pertanian di perguruan tinggi ibarat hidup segan, mati pun tak ingin. Jangankan pendidikan pertanian di perguruan tinggi swasta, di negeri sekalipun berdasarkan data hasil seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri 2008 menunjukkan 2.894 kursi kosong (Adi Surya). Bisa dibayangkan, apabila di PTN saja jurusan pertanian tidak populer dan kurang diminati, bagaimana kondisi di PTS? Jurusan pertanian memiliki tantangan yang berat dalam menghadapi persaingan di era globalisasi ini. Bagaimana tidak, pada saat semua mata memandang terhadap teknologi yang serba canggih, jurusan pertanian banyak dipandang sebelah mata sebagai suatu program studi yang miskin mahasiswa dan bermasa depan suram. Kesan ini muncul karena pertanian identik dengan kehidupan petani yang kumuh, lusuh, bermandikan tanah dan lumpur serta bersenjatakan cangkul. Pendapat ini tentu saja tidak benar, karena sesungguhnya jurusan pertanian memiliki potensi dan keunggulan yang dapat dijadikan andalan sehingga dapat membawa mahasiswanya menjadi lebih mandiri dan percaya diri dalam menyongsong masa depan. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kembali gairah pendidikan pertanian di perguruan tinggi adalah dengan mengadakan program kewirausahaan. Mahasiswa secara formal mendapatkan matakuliah kewirausahaan dan pengantar bisnis sebagai salah satu langkah dalam mempersiapkan calon lulusan agar mandiri. Selain secara formal dalam bentuk sks wajib, program kewirausaan ini pun sebaiknya dilaksanakan secara non formal dalam bentuk non kredit secara berkesinambungan. Mahasiswa selain diberi motivasi dan diberi keilmuan dari sisi

kewirausahaannya juga diwajibkan mempraktekkan langsung ilmu kewirausahaannya.

Implementasinya dilakukan melalui tahapan perencanaan, penyusunan proposal usaha dan pelaksanaan usaha secara mandiri melalui pendampingan dosen mata kuliah yang bersangkutan. Disamping itu secara non formal, mahasiswa dari mulai awal semester diperkenalkan dan ditanamkan pada program kewirausahaan yang beranggotakan mahasiswi dan mahasiswa dengan minat yang sama dalam mengembangkan ilmunya secara mandiri dan menerapkannya langsung di lapangan sebagai salah satu upaya untuk berlatih mandiri. Semua kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih dan menggembleng mahasiswa di bidang kewirausahaan, sehingga diharapkan ketika lulus nanti mahasiswa menjadi sarjana pertanian yang siap, mandiri dan dapat menciptakan lapangan kerja. Disamping kewirausahaan, upaya lain yang dapat dilakukan adalah melalui program kemitraan dengan berbagai pihak yang dituangkan dalam nota kesepahaman bersama dan piagam kerjasama. Kemitraan yang dibangun bukan saja dalam hal proses penyelenggaraan pendidikan melainkan juga dalam hal lainnya seperti penelitian dan pengabdian masyarakat, penyaluran tenaga kerja / rekruitmen bahkan kemitraan dalam hal pemberian modal usaha bagi para lulusan. Kedua program ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan jumlah peminat pada jurusan pertanian. Tentu saja bukan hal yang mudah untuk mengimplementasikan program tersebut dalam waktu singkat. Dalam pelaksanaannya diperlukan dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, dunia industri maupun dunia usaha. Perhatian yang tinggi dari pemerintah sangat berarti dalam meningkatkan gairah pendidikan pertanian ini. Karena pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian negara kita sehingga mempunyai nilai strategis. Hal ini disebabkan karena 1) mayoritas rumah tangga penduduk Indonesia yang mengusahakan pertanian dan mayoritas angkatan kerja bekerja di bidang pertanian, 2) pertanian menyubang pendapatan nasional terbesar, 3) kandungan impor dalam usaha agribisnis rendah, 4) pertanian sebagai salah satu sumber devisa, karena sebagian besar devisa dari non migas berasal dari pertanian, 5) kegiatan pertanian lebih bersifat ramah terhadap lingkungan, 6) pertanian off farm merupakan indunstri yang lebih mudah diakses oleh petani dalam rangka trasformasi struktural, 7) pertanian merupakan

kegiatan usaha penghasil makanan pokok dan kebutuhan lainnya. 8) pertanian bersifat labor intensive 9) mempunyai efek multiplier yang tinggi. Disamping itu, pertanian merupakan tumpuan utama dalam pemulihan ekonomi dari krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Dari sisi kemampuan menghasilkan produk pertanian, Indonesia mempunyai sumber daya yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari lahan yang luas dan subur, sumber daya perairan dan kelautan yang potensial, keadaan iklim yang cocok untuk pertanian dalam mendukung kegiatan pertanian ditambah lagi dengan banyaknya lembaga-lembaga pertanian harus penelitian pertanian. Untuk memanfaatkan kesempatan atau peluang tersebut diperlukan sumberdaya manusia (SDM) yang handal. Pelaku pada sektor manajerialnya dan kemampuan pengusahaan teknologi. ditingkatkan kemampuan SDM-nya, perlu ditingkatkan kewirausahaannya, kemampuan Berdasarkan hal tersebut pendidikan tinggi yang mencetak SDM-SDM pertanian perlu dibangkitkan lagi. Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi apabila generasi muda Indonesia ini lambat laun meninggalkan dunia pertanian. * Dosen Program Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Sukabumi

You might also like