You are on page 1of 10

METODE MAGNETOTELURIK

Metode elektromagnetotelurik merupakan metode geofisika yang sering digunakan dalam survey geologi, rekayasa, dan arkeologi dalam segala variasi. Akan tetapi, analisa data dan pemodelan biasanya dilakukan setelah kembali ke base camp atau laboratorium. Jika data dapat diproses secepat proses akuisisi, maka kita dapat memodifikasi konfigurasi atau distribusi titik pengamatan di lapangan jika diperlukan, sehingga akan lebih menghemat waktu dan biaya. Untuk keperluan tersebut, maka dikembangkan suatu cara transformasi untuk mempercepat proses analisis data, terutama untuk jumlah data yang sangat besar. Inversi Bostick merupakan teknik yang sederhana dan cepat untuk analisis kurva sounding tahanan jenis semu dan fasa dari data megnetotelurik (MT). Pada metode transformasi tersebut informasi mengenai kedalaman diperoleh dari frekuensi pengukuran atau waktu untuk metoda elektromagnet berdasarkan prinsip skin-depth. Kemudian tahanan jenis semu pengukuran ditransformasikan menjadi tahanan jenis efektif sehingga diperoleh tahanan jenis sebagai fungsi dari kedalaman. Tugas akhir ini membahas modifikasi transformasi Bostick berdasarkan kajian empiris menggunakan model-model sintesis yang dilakukan Meju (1995). Hal ini dimaksudkan agar diperoleh hasil transformasi berupa tahanan jenis sebagai fungsi dari kedalaman yang lebih realistis. Hasil modifikasi transformasi Bostick diuji menggunakan data magnetotelurik sintesis 1-D dan 2-D. Struktur 2-D dapat diidentifikasi menggunakan inversi data magnetotelurik 1-D selama struktur tersebut tidak terlalu jauh menyimpang dari model 1-D (berlapis horisontal).

Metode pengukuran MT (magnetotelluric) dan AMT (audio magnetotelluric) secara umum adalah sama, perbedaanya hanya pada cakupan frekuensi yang ditangkap, dimana semakin kecil frekuensi yang dihasilkan maka semakin dalam penyelidikan yang diperoleh. Metode MT memperoleh data dari frekuensi sekitar 400 Hz sampai 0.0000129 Hz (perioda sekitar 21.5 jam) sedangkan metode AMT memperoleh data dari frekuensi 10 kHz sampai 0.1 Hz, dimana sumbernya berasal dari alam (arus telurik yang terjadi di sekitar ionosfer bumi). Untuk memperbaiki kualitas data dari gangguan elektromagnet lokal (power line, aktivitas industri, aktivitas manusia, jalan, pohon-pohon besar yang dapat menghasilkan gangguan micro-vibrations dari akar-akarnya, dll) dapat dilakukan dengan cara mengkorelasikan data dari satu alat yang disimpan statis di suatu tempat yang jauh dari gangguan elektromagnetik lokal dengan alat lainnya yang berpindah-pindah (local, remote, far remote station) dan dilakukan dalam rentang waktu yang sama yang disinkronisasikan terhadap waktu UTC. Penggunaan metode magnetotelurik ini secara umum adalah untuk penelitian panas bumi, minyak dan gas bumi, geohidrologi, geologi regional, dan penelitianpenelitian dalam lainnya. Peralatan magnetotelurik yang dimiliki Pusat Survei Geologi adalah : MTU-5A Phoenix. Bila tidak homogeny yang diperoleh adalah tahanan jenis semu. Kisaran pengukuran dari MT adalah dari 1-1-4 Hz. Secara teoritik, jika frekuensinya sangat rendah, penetrasinya akan semakin dalam. Seperti telah disebutkan diatas, struktur tahanan dibawah permukaan terhadap kedalaman (z) akan terjadi atenuasi sebesar : At = exp(-( )1/2 Dimana : f = frekuensi = permeabilitas magnetic =konduktasi(1/p)

Kedalaman dimana medan H teretanuasi menjadi 1/e dari nilai asal. Jika .adalah permeabilitas maka 0 adalah permeabilitas dala ruang hampa T dalam detik dan a dalam Ohm. Kedalaman diatas adalah skin depth. Dalam medan magnet terpolarisasi pada arah y(By = 0 Hy) pada periode T, arus listrik menginduksi pada arah x (tegak lurus) mengakibatkan medan listrik Ex di permukaan Bila Ex dan By diukur bersamaan : r a = (2f)( 2/ 2) =0,2 T( 2/ 2) Dimana : , = 0 =10-3 V/103 m dan =10-9Tesla Sesuai dengan orientasi mendatar medan H diukur dua komponen, missal Ex dan Eyserta By dan Bx. Penambahan T medan H akan enambah kedalaman penetyrasi, sehingga kita dapat berfikir secara analogi seperti sounding schlumberger ( sebagai Biasanya T berkisar antara 1- 1000 detik Dengan demikian kita akan memperoleh kurva MT (biasanya tidak seideal konfigurasi schlumberger), karena H sangat terpengaruh tahanan jenis di permukaan. Untuk model berlapis, penafsiran dapat dilakukan dengan Curve Matching dengan master curve 2 atau 3 lapisan. Dalam lapangan panas bumi untuk MT sounding didapat beberapa kendala, yaitu : Perioda yang tercakup buruk (T< 3 sekon) Anisotropi E dan J di daerah tersebut

Beberapa penyelidikan MT di lapangan panas bumi menunjukkan bahwa tahanan jenis tinggi dijumpai pada perioda 1-1000 detik. Sehingga penafsiran untuk struktur dangkal diperoleh dengan baik. Seiring Ex, By cukup berbeda dengan, Ey, Bx karena : Ansotropi medan E di permukaan, karena variasi tahanan jenis

dangkal/menengah Anisotropi densitas E akan berubah sampai dengan 2 / 1 di perbatasan, seakan searah akan menerus.

INTERPRETASI MAGNETOTELURIK

Pengambilan Data Lapangan Pada dasarnya pengambilan data di daerah survey (data acquisition) MT dilakukan untuk mengetahui variasi medan EM terhadap waktu, yaitu dengan mengukur secara simultan komponen horisontal medan listrik (Ex , Ey) dan medan magnet (Hx , Hy). Sebagai pelengkap diukur pula komponen vertikal medan magnet (Hz). Oleh karena itu, alat ukur MT terdiri dari tiga sensor sinyal magnetik (magnetometer) dan dua pasang sensor sinyal listrik (elektroda) beserta unit penerima yang berfungsi sebagai pengolah sinyal dan perekam data. Magnetometer yang biasa digunakan adalah tipe induksi dengan sensitivitas tinggi (~ 50 mV/nT) mengingat lemahnya sinyal magnetik. Elektroda potensial sebaiknya dari jenis nonpolarizable porous-pot Cu - CuSO4 dengan kestabilan yang tinggi terutama terhadap perubahan temperatur karena pengukuran data MT memerlukan waktu yang relatif lama dibanding dengan pengukuran potensial pada survey geolistrik tahanan-jenis. Elektroda jenis Pb - PbCl2 atau Cd - CdCl2 jarang digunakan, disamping mahal juga dapat mencemari lingkungan.

Unit penerima terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian analog dan bagian digital sesuai dengan bentuk data yang terdapat di dalamnya. Pada bagian analog terdapat dua jenis filter yaitu RFI (radio frequency interference) dan notch filters masingmasing untuk mengeliminasi gangguan atau interferensi dari frekuensi radio dan frekuensi jala-jala listrik dan harmonik-nya (50, 60, 150 dan 180 Hz atau konfigurasi lain). Khusus kanal elektrik dilengkapi pula dengan pengkompensasi SP (self-potential).

Pengolahan Data MT Hubungan dalam persamaan (13) Pengolahan data MT dimaksudkan untuk mengekstraksi fungsi transfer antara medan listrik dan medan magnet dalam domain frekuensi yang mengandung informasi mengenai distribusi tahanan-jenis bawah permukaan. Pada tahap pra-pengolahan data, data mentah yang telah direkam mengalami proses editing dan demultiplexing untuk menggabungkan data dari setiap kanal yang sama (elektrik atau magnetik) untuk masing-masing jangkah frekuensi (LF, MF dan HF). Data tersebut adalah keluaran dari sensor elektrik dan magnetik yang masih berupa harga tegangan listrik terukur. Proses gain recovery ditujukan untuk mengembalikan faktor perbesaran atau amplifikasi yang telah digunakan. Disamping itu, pada proses tersebut harga tegangan listrik terukur dikonversikan kedalam satuan yang biasa digunakan (mV/km untuk medan listrik dan nano Tesla atau gamma untuk medan magnet). Seleksi data dalam domain waktu dapat dilakukan secara manual (seleksi visual) maupun otomatis dengan menetapkan nilai minimal korelasi data yang dapat diterima. Korelasi yang dimaksud adalah korelasi silang (cross-correlation) antara medan listrik dan medan magnet yang saling tegak-lurus. Hasilnya dalam bentuk seri waktu (time series) disimpan dalam file di disket. Pada tahap analisa spektral, transformasi seri waktu tiap kanal ke dalam domain frekuensi menghasilkan spektrum daya dan juga spektrum silang (power- dan

cross-spectra). koherensinya.

Seleksi

data

dalam

domain

frekuensi

didasarkan

pada

Pemodelan Dan Interpretasi MT Interpretasi kualitatif didasarkan pada penampang tahanan-jenis semu

(pseudosection), peta tahanan-jenis semu pada beberapa periode, peta total conductance serta peta-peta yang menampakkan hasil analisa tensor seperti diagram polar, vektor induksi dan sebagainya. Interpretasi kuantitatif didasarkan atas hasil pemodelan 1-D dan 2-D. Pemodelan dimaksudkan untuk mengekstraksi informasi yang terkandung dalam data untuk memperkirakan distribusi tahanan-jenis bawah permukaan melalui model-model. Model yang paling sederhana adalah model 1-D dimana tahananjenis bervariasi hanya terhadap kedalaman r(z). Model 1-D biasanya direpresentasikan oleh model berlapis horisontal, yaitu model yang terdiri dari beberapa lapisan dimana tahanan-jenis tiap lapisan homogen. Dalam hal ini parameter model adalah tahanan-jenis dan ketebalan tiap lapisan. Pemodelan menggunakan model 1-D hanya dapat diterapkan pada data yang memenuhi kriteria data 1-D. Namun demikian, dengan asumsi tertentu pemodelan 1-D dapat pula diterapkan pada data yang dianggap mewakili kecenderungan lokal atau struktur secara garis besar, misalnya impedansi invarian dan impedansi dari TE-mode. Pemodelan 1-D menggunakan kurva sounding TE-mode didasarkan atas anggapan bahwa pengukuran medan listrik searah jurus tidak terlalu dipengaruhi oleh diskontinuitas lateral tegak lurus jurus.

MANFAAT MT (MAGNETOTELURIK) DAN CSAMT (CONTROL SOURCE AUDIOMAGNETOTELURIK) Penggunaan metode magnetotelurik ini secara umum adalah untuk penelitian panas bumi, minyak dan gas bumi, geohidrologi, geologi regional,dan penelitianpenelitian dalam lainnya. Peralatan magnetotelurik yangdimiliki Pusat Survei Geologi adalah : MTU-5A Phoenix. Contoh Kasus Penggunaan :

MT (Magnetotelurik) dan CSAMT (ControlSource Audio Magnetotelurik) Pusat Penelitian Geoteknologi - LIPI bekerjasama dengan tim dariHokkaido

University dan Tokyo Institute of Technology melakukan surveimagnetotelurik (MT) di daerah gempa 27 Mei 2006, Yogyakarta. Pengukurandilakukan di 2 lintasan dengan total 36 titik sounding, setiap lintasanmerupakan kombinasi titik pengukuran AMT (audio frequencymagnetotellurics) dan AMT tambah MT. Data MT hasil survei yang berupaderet waktu (time series) diolah menggunakan teknik robust processing danremote reference sehingga didapatkan tensor impedansi. Tensor impedansi berisi informasi mengenai distribusi tahanan-jenis (resistivity) bawah permukaan. Pemodelan data MT menghasilkan penampang

tahananjenisdengan pola utama basement yang bersifat resisitif (100-10000 myu m)diinterpretasi sebagai batu gamping. Basement ini mempunyai kedalamanyang bervariasi di sepanjang lintasan pengukuran, mulai dari 500 meter sampai dengan 2 kilometer. Basement dibelah oleh suatu zona konduktif diperkirakan sebagai rekahan yang ditimbulkan sesar Opak. Struktur cekungan diisi oleh material yang

konduktif (lebih kecil100 myu m) yangmembentuk pola cekungan dengan kedalaman maksimum 2 km. Lapisan inidiinterpretasi sebagai sedimen batuan gunung api muda. Pola cekungan berasosiasi dengan kerusakan yang terjadi akibat gempa. Bisa disimpulkan bahwa cekungan yang mempunyai nilai peak ground acceleration (PGA)tinggi dengan anomali gravitasi yang rendah ini mengamplifikasi gelombang gempa. Amplifikasi gelombang inilah yang

mengakibatkan kerusakan parahdi Bantul dan Yogyakarta.

KESIMPULAN

Perbedaan dari MT dan CSAMT hanya pada cakupan frekuensiyang ditangkap, dimana semakin kecil frekuensi yang dihasilkan makasemakin dalam

penyelidikan yang diperoleh. Metode MT memperoleh datadari frekuensi sekitar 400 Hz sampai 0.0000129 Hz (perioda sekitar 21.5 jam)sedangkan metode AMT memperoleh data dari frekuensi 10 kHz sampai 0.1Hz, dimana sumbernya berasal dari alam (arus telurik yang terjadi di sekitar ionosfer bumi).

You might also like