You are on page 1of 12

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Pemupukan ubikayu. Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi materi yang ada. Materi materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam belajar ubi kayu. Serta temanteman juga dapat memahami nilai nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pekanbaru, 31 mei 2012

Alfhons Pangaribuan

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI ... ...iii PENDAHULUAN. ..1 LATAR BELAKANG...1 RUMUSAN MASALAH..1 TUJUAN 1 PEMBAHASAN.................................................. ..2 Asal-usul ubi kayu..2 Bahan Tanaman.............................................................. ...3 Cara Tanam..................................................................... ...4 Penggunaan bibit unggul................................................. ...4 Pengolahan tanah.. ...4 Sistem tanam.. ...4 Pemupukan................................................................................................................................ 6 Pemeliharaan............................................................................................................................. 6 PANEN DAN PASCA PANEN......................................................................................................6

BAB I
Pendahuluan
A.Latar belakang
Di Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi dan jagung. Sedangkan untuk konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negaranegara tropis, tiap tahun diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu. Produksi ubikayu di Indonesia sebagian besar dihasilkan di Jawa (56,6%), Propinsi Lampung (20,5%) dan propinsi lain di Indonesia (22,9%). Permasalahan umum pada pertanaman ubikayu adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar seperti belum dilakukan pemupukan baik pupuk an-organik maupun organik (pupuk kandang). Data statistik menunjukkan terjadi penurunan luas areal ubikayu sebesar 10,81% pada tahun 2004 dan 5,08% pada tahun 2005. Dengan berkurangnya luas areal tanaman ubikayu dan meningkatnya kebutuhan bahan baku ubikayu untuk industri makanan dan bio-etanol sementara produktivitas ubikayu masih rendah, maka solusi yang tepat adalah peningkatan produktivitas per satuan luas. Kerena itu penggunaan sistem tanam double row diharapkan akan menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kekurangan bahan baku ubikayu di masa mendatang. B. Rumusan Masalah 1. Apakah tanaman mangga itu? 2. Bagaimana cara menanam mangga? 3. Bagaimana cara pemeliharaan dan pemupukan mangga?

C.Tujuan 1. Untuk mengetahui apa tanaman ubi kayu. 2. Mengetahui manfaaat dan bagaimana syarat tumbuh ubi kayu. 3. Mengetahui cara menanam ubi kayu.

4. Mengetahui cara memelihara dan memupuk ubi kayu.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Ubi kayu Asal-usul ubi kayu Ubi kayu berasal dari Brazilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun 1827 (Allem, 2002). Menurut Allem (2002), asal tanaman ubi kayu menyangkut tiga hal, yaitu asal botani (botanical origin), asal geografis (geographical origin) dan asal budidaya (agricultural origin). Asal botani misalnya menyangkut jenis liar tumbuhan ubi kayu yang menurunkan tanaman ubi kayu yang sekarang dikenal. Asal geografis menyangkut tempat dimana nenek moyang ubi kayu berkembang di masa lalu, sedangkan asal budidaya berhubungan dengan tempat dimana budidaya awal tanaman ini dilakukan oleh orang-orang Indian Amerika (Amerindian). Dari hasil penelitiannya yang juga didukung hasil penelitian banyak peneliti lain, Allem (2002) menyimpulkan bahwa ubi kayu berasal dari jenis liar tumbuhan Manihot flabelifolia. Nenek moyang ubi kayu ini selanjutnya diduga berkembang di daerah padang rumput (sabana) Cerrado. Setelah itu domestikasi terjadi di sebagian daerah Amazon, yaitu di hutan-hutan. Lathrap (1970) dalam Allem (2002) memperkirakan bahwa domestikasi dimulai sekitar 5000 7000 tahun sebelum Masehi. Perkiraan ini diperkuat dengan temuan-temuan arkeologis di Amazon (Gibbons, 1990 dalam Allem, 2002). Ketika orang-orang Eropa pertama kali tiba di Dunia Baru, tanaman ini telah dibudidayakan di semua daerah tropis Amerika (Pattino, 1964 dalam Allem, 2002). Tanaman ini selanjutnya menyebar ke berbagai penjuru dunia, terutama negara-negara di Asia dan Afrika. Tanaman ubi kayu mencapai Afrika sekitar akhir pertengahan abad ke 16 (Ekanayake et al., 1997), sedangkan masuk ke Indonesia kurang jelas tepatnya tahun berapa. Menurut Rumphius, pada abad ke 17 di Maluku telah terdapat tanaman ubi kayu, sedangkan Junghuhn berpendapat bahwa sampai tahun 1838 penduduk Indonesia belum mengenal ubi kayu sebagai bahan makanan walaupun tumbuhan itu sudah ada di Indonesia. Upaya penanaman ubi kayu di Jawa mulai berhasil setelah didatangkan stek dari Paramaribo pada tahun 1858 (Darjanto dan Murjati 1980). Dalam sistematika tumbuhan, ubi kayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar 7.200 spesies, beberapa diantaranya adalah tanaman yang mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian (Manihot spp), dan tanaman hias (Euphorbia spp).

Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut: Kelas Sub Kelas Ordo Famili Sub Famili Genus Spesies : Dicotyledoneae : Arhichlamydeae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Manihotae : Manihot : Manihot esculenta Crantz

Manihot esculenta Crantz mempunyai nama lain M. utilissima dan M. alpi. Semua Genus Manihot berasal dari Amerika Selatan. Brazilia merupakan pusat asal dan sekaligus sebagai pusat keragaman ubi kayu. Manihot mempunyai 100 spesies yang telah diklasifikasikan dan mayoritas ditemukan di daerah yang relatif kering. Tanaman ubi kayu dewasa dapat mencapai tinggi 1 sampai 2 meter, walaupun ada beberapa kultivar yang dapat mencapai tinggi sampai 4 meter. Batang ubi kayu berbentuk silindris dengan diameter berkisar 2 sampai 6 cm. Warna batang sangat bervariasi, mulai putih keabu-abuan sampai coklat atau coklat tua. Batang tanaman ini berkayu dengan bagian gabus (pith) yang lebar. Setiap batang menghasilkan rata-rata satu buku (node) per hari di awal pertumbuhannya, dan satu buku per minggu di masa-masa selanjutnya. Setiap satu satuan buku terdiri dari satu buku tempat menempelnya daun dan ruas buku (internode). Panjang ruas buku bervariasi tergantung genotipe, umur tanaman, dan faktor lingkungan seperti ketersediaan air dan cahaya. Ruas buku menjadi pendek dalam kondisi kekeringan dan menjadi panjang jika kondisi lingkungannya sesuai, dan sangat panjang jika kekurangan cahaya Bahan Tanaman Tanaman ubikayu sebagian besar dikembangkan secara vegetatif yakni dengan setek. Jenis bahan tanaman (varietas/klon) ubikayu yang banyak ditanam di Lampung antara lain adalah varietas UJ-3 (Thailand), varietas UJ-5 (Cassesart), dan klon lokal (Barokah, Manado, Klenteng, dan lain-lain). Varietas UJ-3 banyak ditanam petani karena berumur pendek tetapi kadar pati yang lebih rendah sehingga menyebabkan tingginya rafaksi (potongan timbangan) saat penjualan hasil di pabrik. Hasil kajian BPTP Lampung bahwa penggunaan varietas UJ-5 mampu berproduksi tinggi dan memiliki kadar pati yang tinggi pula.

Cara Tanam Cara tanam yang banyak digunakan petani adalah sistem tanam rapat dengan jarak tanam 70 x 80 cm. Cara tanam ini memiliki banyak kelemahan antara lain penggunaan bahan tanaman dalam jumlah besar (18.000 tanaman/ha) dan produktivitas rendah (18-22 ton/ha). Hasil kajian BPTP Lampung menunjukkan bahwa penggunaan sistem tanam double row dengan variates UJ5 mampu menghasilkan ubikayu 50-60 ton/ha. Adapun cara penanaman ubikayu sistem double row adalah sebagai berikut :

Penggunaan bibit unggul Setek untuk bibit tanaman adalah varietas UJ-5 yang diambil dari tanaman yang berumur lebih dari 8 bulan. Jumlah bibit per hektar dengan sistem tanam double row adalah 11.700 tanaman. Panjang setek yang digunakan adalah 20 cm.

Pengolahan tanah Tanah diolah sedalam 25 cm dapat dilakukan dengan mencangkul, membajak dengan ternak dan traktor. Dibuat guludan atau bedengan dengan jarak ganda (double row) yaitu 80 cm dan 160 cm (Gambar 1 dan 2).

Sistem tanam Sistem atau cara tanam double row adalah membuat baris ganda (double row) yakni jarak antar barisan 160 cm dan 80 cm, sedangkan jarak di dalam barisan sama yakni 80 cm. Sehingga jarak tanam ubikayu baris pertama (160 cm x 80 cm) dan baris kedua (80 cm x 80 cm). Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesa, sehingga pembentukan zat pati ubikayu di umbi lebih banyak dan ukuran umbi besarbesar. Selain itu, diantara barisan berukuran 160 cm dapat ditanami jagung dan kacang-kacangan untuk meningkatkan pendapatan petani. Keuntungan lain dari sistem tanam ubikayu double row adalah jumlah bibit yang digunakan lebih sedikit yakni 11.700 tanaman dibandingkan dengan system tanam petani biasa dengan jumlah bibit 17.800 tanaman.

Pemupukan Dosis pemupukan an-organik per ha yang dianjurkan adalah : 200 kg Urea + 150 kg SP36 + 100 kg KCl dan 5 ton pupuk kandang. Pada musim tanam berikutnya dosis pupuk kandang dikurangi menjadi 3 ton/ha. Pemupukan Urea dilakukan 2 kali yakni pada umur 1 bulan dan 3 bulan, sedangkan SP36 dan KCl diberikan 1 kali pada umur 1 bulan setelah tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada sekitar perakaran pada umur 2 minggu setelah tanam.

Pemeliharaan Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 minggu sampai 1 bulan setelah tanam. Penyiangan ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret. Sedangkan penyiangan kedua dilakukan pada umur 3 bulan setelah tanam dengan menggunakan herbisida. Penjarangan cabang dilakukan pada umur 1 bulan, dengan jumlah cabang yang dipelihara adalah 2 cabang per tanaman.

PANEN DAN PASCA PANEN Panen dapat dilakukan pada umur 10 bulan sampai 12 bulan. Panen dilakukan dengan mencabut ubikayu dan memisahkan umbi dari batang. Rata-rata produktivitas ubikayu yang ditanam dengan sistem double row adalah 45-55 ton/ha. Secara umum pengolahan pasca panen ubikayu digunakan untuk membuat tepung tapioka, tepung kasava, kue, mie, dan lain-lain. Pembuatan tapioka sebagian besar dilakukan oleh parbrik besar dengan teknologi modern. Pada buku ini akan ditekankan pada pengolahan ubikayu menjadi tepung kasava sebagai bahan pangan rakyat. Proses pembuatan tepung kasava dapat dilakukan sebagai berikut :

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan Cara tanam yang banyak digunakan petani adalah sistem tanam rapat dengan jarak tanam 70 x 80 cm. Cara tanam yang banyak digunakan petani adalah sistem tanam rapat dengan jarak tanam 70 x 80 cm. Cara tanam ini memiliki banyak kelemahan antara lain penggunaan bahan tanaman dalam jumlah besar (18.000 tanaman/ha) dan produktivitas rendah (18-22 ton/ha). Hasil kajian BPTP Lampung menunjukkan bahwa penggunaan sistem tanam double row dengan variates UJ-5 mampu menghasilkan ubikayu 50-60 ton/ha.

B. Saran Sebaiknya dalam penanaman ubi kayu memperhatikan kondisi-kondisi yang telah dipaparkan dalam makalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Allem AC. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 1-16. Darjanto dan Murjati. 1980. Khasiat, Racun dan Masakan Ketela Pohon. Bogor: yayasan Dewi Sri. Grace MR. 1977. Cassava Processing. Rome: FAO of The United Nations. Mbougueang PD, Tenin D, Scher D, Tchiegang C. 2008. Physicochemical and functional properties of some cultivars of Irish potato and cassava starches. J. of Food Technology 6(3): 139-146. Nguyen TLT, Gheewala SH. 2008. Life Cycle Assessment of fuel ethanol from cassava in Thailand. Int J LCA 13(2): 147-154. Owuamanam CI. 2007. Physical characteristics of cassava flour as affected by cassava cultivar, strength of citric acid solution and root steeping duration. Life Science Journal. 4(4): 80-84. Popoola TOS, Yangomodou OD. 2006. Extraction, properties and utilization potentials of cassava seed oil. Biotechnology 5(1):38-41. Prihandana R, Hendroko R. 2007. Energi Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya. Prihandana R et al. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Rukmana R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Soekartawi. 2005. Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Wargiono J. 1979. Ubi Kayu dan Cara Bercocok Tanam. Bogor: Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Westby A. 2002. Cassava utilization, storage and small-scale processing. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization. New York: CABI Publishing. hlm 281-300.

Tugas makalah

Pemupukan Ubi Kayu

Oleh :

Alfhons Pangaribuan 0906114641

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau 2012

You might also like