You are on page 1of 13

Euthanasia dan Perspektif Iman Kristen

1.Pengantar Euthanasia mungkin merupakan persoalan yang tidak begitu terdengar, namun dibalik itu Euthanasia merupakan persoalan yang sangat kompleks dikarenakan didalamnya terdapat permasalahan yang saling bertolak belakang antara Iman Kristen dengan Hak Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan jelas dalam Kristen bunih diri itu dilaran alasannya adalah bahwa Tuhanlah yang memberikan kepada manusia nafas kehidupan (Kej 2:7), maka Tuhan jugalah yang berhak mengambilnya kembali. 2. Definisi Euthanasia Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani: eu (= baik) dan thanatos (= kematian). Jadi euthanasia artinya kematian yang baik atau mati dengan baik 3. Sejarah Euthanasia Sekitar tahun 400 sebelum Masehi, sebuah sumpah yang terkenal dengan sebutan The Hippocratic Oath yang dinyat akan oleh seorang Fisikawan Hipokratis Yunani, dengan jelas mengatakan: Saya tidak akan memberikan obat mematikan pada siapapun, atau menyarankan hal tersebut pada siapapun. - The Hippocratic Oath Sekitar abad ke-14 sampai abad ke -20, Hukum Adat Inggris yang dipetik oleh Mahkamah Agung Amerika tahun 1997 dalam pidatonya: Lebih jelasnya, selama lebih dari 700 tahun, orang Hukum Adat Amerika Utara telah menghukum atau tidak menyetujui aksi bunuh diri individual ataupun dibantu. Chief Justice Rehnquist Tahun 1920, terbitnya buku berjudul Permitting the Destruction of Life not Worthy of Life . Dalam buku ini, Alfred Hoche, M.D., Dosen Psikologi dari Universtas Freiburg, dan Karl Binding, Dosen Hukum dari Universitas Leipzig, memperdebatkan bahwa seorang pasien yang meminta untuk diakhiri hidupnya harus, dibawah pengawasan ketat, dapat memperolehnya dari seorang pekerja medis. Buku ini men-support euthanasia non-sukarela yang dilakukan oleh Nazi Jerman

Tahun 1935, The Euthanasia Society of England , atau Kelompok Euthanasia Inggri s, dibentuk sebagai langkah menyetujui euthanasia. Tahun 1939, Nazi Jerman memberlakukan euthanasia secara non sukarela. Hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya. Tahun 1955, Belanda sebagai negara pertama yang mengeluarkan Undang-Undang yang menyetujui euthanasia, dan diikuti oleh Australia yang melegalkannya di tahun yang sama. Setelah dua negara itu mengeluarkan undang -undang yang sah tentang euthanasia , beberapa negara masih menganggapnya sebagai konflik

4. Jenis jenis Euthanasia Euthanasia sendiri dapat dibagi menjadi 6 jenis yaitu: a. Euthanasia sukarela Apabila si pasien itu sendiri yang meminta untuk diakhiri hidupnya. b. Euthanasia non-sukarela Apabila pasien tersebut tidak mengajukan permintaan atau menyetujui untuk diakhiri hidupnhnya. c. Involuntary Euthanasia Pada prinsipnya sama seperti euthanasia non-sukarela, tapi pada kasus ini, si pasien menunjukkan permintaan euthanasia lewat ekspresi. d. Assisted suicide Atau bisa dikatakan proses bunuh diri dengan bantuan suatu pihak. Seseorang memberi informasi atau petunjuk pada seseorang un tuk mengakhiri hidupnya sendiri. Atau bisa juga dokter hanya membantu pasien, misalnya dengan memberi resep obat yang mematikan dalam dosis besar. Euthanasia ini biasanya disebut bunuh diri berbantuan atau bunuh diri yang dibantu dokter atau physician assisted suicide e. Euthanasia dengan aksi

Terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya secara sengaja melakukan suatu tindakan untuk mengakhiri hidup pasien misalnya dengan suntik mati.

f. Euthanasia dengan penghilangan atau biasa disebut Euthanasia Pasif Apabila dokter atau tenaga medis lainnya secara sengaja tidak lagi memberikan pengobatan demi memperpanjang kehidupan pasien, misalnya: dengan mencabut alat -alat yang digunakan untuk mempertahankan hidup, keluarga tidak lagi merawat pasien di RS. Hal ini terjadi untuk pasien yang benar -benar sudah terminal, dalam arti tidak bisa disembuhkan lagi, dan segala upaya pengobatan sudah tidak berguna pula. Belakangan tidak lagi dianggap sebagai euthanasia. Umumnya kalangan dokter dan agamawan setuju. Karena toh pasien meninggal karena penyakit nya, bukan karena usaha -usaha yang dilakukan manusia . Dalam Alkitab sebetulnya ada juga kasus euthanasia. Tapi tentu tidak dalam bentuk yang sekarang. Dalam Ayub 2:9 dikisahkan ketika istri Ayub yang mungkin tidak tahan meliha t penderitaan suaminya, lalu menyuruh Ayub supaya mengutuk Tuhan sehingga bisa mati sekalian. 5. Alasan Dilakukan Euthanasia Euthanasia merupakan suatu pengakhiran hidup, tentu untuk mengakhiri hidup sesorang memiliki alasan yang kuat. Dari beberapa survey negara dan penyaringan sumber, berikut adalah tiga alasan utama mengapa euthanasia itu bisa dilakukan: a. Rasa Sakit yang Tidak Tertahankan Mungkin argumen terbesar dalam konflik euthanasia adalah jika si pasien tersebut mengalami rasa sakit yang amat bes ar. Namun pada zaman ini, penemuan semakin gencar untuk mengatasi rasa sakit tersebut, yang secara langsung menyebabkan presentase terjadinya assisted suicide berkurang. Euthanasia memang sekilas merupakan jawaban dari stress yang disebabkan oleh rasa sa kit yang semakin menjadi. Namun ada juga yang dinamakan drugged state atau suatu saat dimana kita tak merasakan rasa sakit apapun karena pengaruh obat. Karena itulah kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada rasa sakit yang tidak terkendali, namu n beberapa pendapat

menyatakan bahwa hal tersebut memang bisa dilakukan dengan mengirim seseorang ke keadaan tanpa rasa sakit, tapi mereka tetap harus di-euthanasia-kan karena cara tersebut tidak terpuji. Hampir semua rasa sakit bisa dihilangkan, adapun ya ng sudah sebegitu parah bisa dikurang jika perawatan yang dibutuhkan tersedia dengan baik. Tapi euthanasia bukalah jawaban dari skandal tersebut. Solusi terbaik untuk masalah ini adalah dengan meningkatkan mutu para profesional medis dan dengan menginformasikan pada setiap pasien, apa saja hak -hak mereka sebagai seorang pasien. Meskipun begitu, beberapa dokter tidak dibekali dengan pain management atau cara medis menghilangkan rasa sakit, sehingga mereka tidak tahu bagaimana harus bertindak apabila seoran g pasien mengalami rasa sakit yang luar biasa. Jika hal ini terjadi, hendaklah pasien tersebut mencari doketr lain. Dengan catatan dokter tersebut haruslah seseorang yang akan mengontrol rasa sakit itu, bukan yang akan membunuh sang pasien. Ada banyak spesialis yang sudah dibekali dengan keahlian tersebut yang tidak hanya dapat mengontrol rasa sakit fisik seseorang, namun juga dapat mengatasi depresi dan penderitaan mental yang biasanya mengiringi rasa sakit luar biasa tersebut. b. Hak untuk Melakukan Bunuh Diri Mungkin hal kedua bagi para pro -euthanasia adalah jika kita mengangkat hal paling dasar dari semuanya, yaitu hak. Tapi jika kita teliti lebih dalam, yang kita bicarakan di sini bukanlah memberi hak untuk seseorang yang dibunuh, tetapi memberikan hak pada orang yang melakukan pembunuhan tersebut. Dengan kata lain, euthanasia bukanlah hak seseorang untuk mati, tetapi hak untuk membunuh. Euthanasia bukanlah memberikan seseorang hak untuk mengakhiri hidupnya, tapi sebaliknya, ini adalah persoalan mengub ah hukum agar dokter, kerabat, atau orang lain dapat dengan sengaja mengakhiri hidup seseorang. Manusia memang punya hak untuk bunuh diri, hal seperti itu tidak melanggar hukum. Bunuh diri adalah suatu tragedi, aksi sendiri. Euthanasia bukanlah aksi pribadi, melainkan membiarkan seseorang memfasilitasi kematian orang lain. Ini bisa mengarah ke suatu tindakan penyiksaan pada akhirnya. c. Haruskah Seseorang Dipaksa untuk Hidup? Jawabannya adalah tidak. Bahkan tidak ada hukum atau etika medis yang menyatakan b ahwa apapun akan dilakukan untuk mempertahankan pasien tetap hidup. Desakan, melawan permintaan

pasien, menunda kematian dengan alasan hukum dan sebagainya juga bisa dinilai kejam dan tidak berperikemanusiaan. Saat itulah perawatan lebih lanjut menjadi tin dakan yang tanpa rasa kasihan, tidak bijak, atau tidak terdengar sebagai perilaku medis. Hal yang harus dilakukan adalah dengan menyediakan perawatan di rumah, bantuan dukungan emosional dan spiritual bagi pasien dan membiarkan sang pasien merasa nyaman de ngan sisa waktunya.

6.Pandangan Hukum di Indonesia

Secara hukum di Indonesia praktek euthanasia (aktif) dilarang. . KUHP Bab IX tentang Kejahatan terhadap Nyawa, Pasal 338 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena makar mati,dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun Pasal 340 KUHP: Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain ,dihukum ,karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara selam a-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun. Pasal 341 KUHP: Seorang ibu dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan ataupun tidak berapa lama sesudah dilahirkan ,karena takut ketahuan bila ia sudah mel ahirkan anak ,dihukum karena makar mati terhadap anak (kinderdogodslag) dengan hukuman penjara selama -lamanya tujuh tahun. Pasal 343 KUHP: bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan. Pasal 344 KUHP: Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sedniri ,yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh -sungguh,dihukum penjara selama -lamanya dua belas tahun. Pasal 345 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh diri,menolongnya dalam perbuatan itu,atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,dihukum penjara selama-lamanya empat tahun. Pasal 359 KUHP: Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang,di hukum penjara selama -lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.

Tetapi dalam KUHP ada alasan pengecualian dari hukuman dan deskriminalisasi yang dasar pemberiannya diperoleh baik dalam KUHP itu sendiri. Pasal 48 KUHP:Tidaklah dapat dihuk um barang siapa yang melakukan suatu perbuatan dibawah pengaruh suatu keadaan yang memaksa. Pasal 50 KUHP: Tidaklah dapat dihukum barang siapa yang melakukan suatu perbuatan untuk melaksanakan suat peraturan perundang-undangan Apa yang dimaksudkan dalam p asal 50 KUHP ini dapat dilihat dari petugas pelaksana hukuman mati.Dia membunuh karena diperintahkan oleh hokum sehingga ia membunuh tapi ia tidak dapat dihukum. Sementara untuk euthanasia pasif dan tidak langsung,dokter harus bisa membuktikan bahwa tindakan medik terhadap pasien sudah tidak ada gunanya lagi (euthanasia pasif) atau membuktikan bahwa tindakan medik yang dilakukannya itu bertujuan untuk meringankan penderitaan pasien (euthanasia tidak langsung ).

7. Pro-Kontra Para Etikawan

Para etikawan t idak seragam dalam menyikapi soal euthanasia ini. Mereka pro- kontra. 7.1 Pro Euthanasia Yang pro salah satu alasannya yang paling kerap dikemukakan adalah, bahwa pasien terminal memiliki hak untuk mati. Menurut mereka, jika pasien sudah sampai akhir hidupnya, ia berhak meminta agar penderitaannya segera diakhiri. Sebab beberapa hari yang tersisa dari hidup si pasien pasti penuh penderitaan. Euthanasia hanya sekadar mempercepat kematiannya, sehingga memungkinkan pasien mengalami kematian yang baik tanpa penderitaan yang tidak perlu. Selain daripada itu juga dukungan terhadapa Pro Euthanasia datang dari kelompok orang cacat. Mereka menekankan bahwa pengambilan keputusan untuk euthanasia adalah otonomi Ind ividu. Jika seseorang memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan atau berada dalam kesakitan yang tak tertahankan, mereka harus diberikan kehormatan untuk memilih cara dan waktu kematian mereka dengan bantuan yang diperlukan. Mereka mengklaim bahwa

perbaikan teknologi kedokteran merupakan cara untuk meningkatkan jumlah pasien yang sekarat tetap hidup. Dalam beberapa kasus, perpanjangan umur ini melawan kehendak mereka. Mereka yang mengadvosikan euthanasia non sukarela , seperti Peter Singer, berargumentasi bahwa peradaban manusia berada dalam periode ketika ide tradisional seperti kesucian hidup telah dijungkir balikkan oleh praktek kedokteran baru yang dapat menjaga pasien tetap hidup dengan bantuan instrumen. Dia berargumen bahwa dalam kasus kerusakan otak permanen, ada kehilangan sifat kemanusiaan pada pasien tersebut, seperti kesadaran, komunikasi, menikmati hidup, dan seterusnya, mempertahankan hidup pasien dianggap tidak berguna, karena kehidupan seperti ini adalah kehidupan tanpa kualitas atau stat us moral. 7.2 Oposisi terhadap Euthanasia Sedang mereka yang kontra datang dari kaum religius maupun sekuler dengan alasan bahwa setiap kehidupan manusia memiliki nilai intrinsik dan mengambil hidup sesorang dalam kondisi normal adalahsuatu kesalahan. Advo kator hak orang cacad mengemukakan salah satu alasan, bahwa euthanaasia ini bisa disalahgunakan. Kalau ada pengecualian terhadap larangan membunuh, bisa-bisa nanti cara ini dipakai juga terhadap orang orang cacat, misalnya, atau orang tua, atau orang -orang yang dianggap tidak berguna. Ini juga salah satu yang kemudian dituduhkan kepada Kevorkian, bahwa ia juga melakukan euthanasia terhadap pasien yang depresi (yang secara medis masih bisa diobati).

8. Beberpa Contoh Kasus Euthanasia 8.1 Kasus dr. Kevorkian Kasus dr. Kerkovin bertemoat di Amerika dimulai ketika seorang dokter bernama Jack Kevorkian mengaku bahwa sejak tahun 1990 ia telah membantu lebih dari 130 pasien dengan berbagai penyakit kronis untuk mengakhiri hidupnya (melakukan eu thanasia). Kevorkian kemudian dijuluki sebagai dr. Death. Kontroversi terjadi. Ada yang mengutuk, tapi ada juga yang membelanya. Para pembela itu menyebut Kevorkian sebagai dokter yang menunjukkan belas kasihan mendalam dengan penderitaan para pasien. Terl epas dari kontroversi mana yang benar dan mana

salah, yang pasti pada tanggal 14 April 1999 dr. Kevorkian dijatuhi hukuman 25 tahun penjara. 8.2Kasus dr. Cox Kasus dr. Cox terjadi di Inggris tahun 1992 ketika dr. Nigel Cox mengakhiri hidup Lilian Boyes seo rang pasien sekaligus teman baiknya selama 14 tahun. Caranya dengan mem berikan suntikan potassium chlorice. Dr. Cox mau melakukan itu karena ia sungguh-sungguh merasa iba dengan penderitaan sahabatnya itu. Ia mengalami kesakitan luar biasa. Lima hari seb elum kematiannya ia memohon -mohon kepada saya untuk mengakhiri penderitaannya dengan mengakhiri hidupnya, demikian pembelaan dr. Cox. Kedua anak Lilian Boyes justru menyetujui tindakan dr. Cox. Mereka malahan memberikan pembelaan dan berpendapat bahwa dr. Cox telah merawat ibu mereka dengan sungguh -sungguh dan penuh kasih. Tetapi apa pun bentuk pembelaan, yang pasti kemudian dr. Cox diadili dan dijatuhi hukuman 12 bulan, hanya saja ijin prakteknya tidak dicabut. Ia tetap bisa menjalankan profesinya sebagai dokter. Kedua contoh kasus di atas memperlihatkan kepada kita, betapa problematisnya soal euthanasia ini. Pada satu pihak kita bisa saja berada pada barisan orang -orang yang pro. Alasan yang biasa dikemukakan adalah: tidak ada kesempatan hidup, biaya mahal bisa digunakan untuk yang hidup, penderitaan si pasien. Tetapi pada pihak lain kita juga bisa berada pada barisan orang yang kontra. Alasannya adalah apa pun yang namanya pembun uhan adalah pembunuhan dan itu dilarang oleh Tuhan sendiri. 8.3 Nazi Euthanasia Pada bulan Oktober tahun 1939, ditengah -tengah kekacauan Perang Dunia ke-II, Hitler memerintahkan ke seluruh wilayah jajahannya untuk membunuh orang -orang yang menderita sakit atau cacat. Dengan kode Aktion T 4, program Nazi Euthanasia adalah untuk menghilangkan keberadaan orang -orang yang tidak pantas untuk hidup lagi. Pada awalnya hanya difokuskan pada bayi yang baru lahir dan anak -anak yang masih sangat kecil. Para dokter dan ibu rumah tangga diperintahkan untuk mendaftarkan anak -anak dibawah tiga tahun kepada pemerintah Jerman. Kemudian, keputusan untuk membiarkan anak tersebut hidup atau tidak diambil oleh tiga ahlis medis tanpa pemeriksaan maupun memperhatikan hasil kesehatan anak tersebut.

Tiap ahli medis menambah tanda (+) dengan pensil merah atau tanda (-) dengan pensil biru di setiap lembar kasus para anak anak tersebut. Tanda (+) merah berarti keputusan untuk membunuh anak tersebut, dan tanda (-) biru berarti keputusan untuk membiarkannya hidup. Jika tiga tanda (+) merah telah dikeluarkan, maka anak tersebut akan dikirim ke Departemen Khusus Anak di mana mereka akan menerima kematian dengan suntik mati atau dengan cara dibiarkan mati kelaparan. Program Nazi Euthanasia akhirnya berkembang dengan menyertakan anak-anak yang lebih tua yang memiliki cacat juga para orang dewasa. Putusan Hitler pada bulan Oktober 1939, menyatakan pemberian hak untuk para ahli medis tertentu untuk memberikan euthanasia pada orang-orang yang tidak dapat disembuhkan lagi. Putusan tersebut disebarkan ke seluruh rumah sakit dan tempat medis lainnya. Sejumlah enam tempat pembunuhan telah ditentukan, termasuk sebuah gedung klinik psikiatri yang terkenal di Hadamar. Di Bradenburg, tempat yang dulu nya adalah sebuah penjara, dirubah menjadi tempat pembunuhan di mana Nazi melakukan eksperimen pertamanya dengan gas beracun. Di dalamnya terdapat kamar gas yang terhubung dengan pipa karbon monoksida beracun yang akan menewaskan orang di dalamnya. Pasien-pasien yang akan menerima euthanasia dibius terlebih dahulu sebelum ditelanjangi dan dimasukkan ke dalam kamar gas. Setiap tempat pembunuhan tersebut dilengkapi dengan krematorium di mana mayat -mayat dari kamar gas akan dibuang. Pihak keluarga akhirnya dat ang dan mengambil sendiri tubuh anggota keluarganya yang sudah tak bernyawa. Sebagai hasilnya, pada tanggal 23 Agustus, Hitler menghentikan Aktion T 4 , yang telah mengambil nyawa ratusan ribu orang. Namun bagaimanapun juga, program Nazi euthanasia secara diamdiam terus berlanjut, tapi bukan dengan menggunakan gas beracun, melainkan dengan menggunakan obat -obat dan dibiarkan kelaparan. Tempat-tempat pembunuhan tersebut akh irnya dijadikan sebagai tempat eksperimen bagi para ahli medis. Mereka menggunakan keahlian dan pengetahuan mereka untuk membangun tempat pembunuhan baru di Auschwitz, Treblinka dan tempat tempat pusat jajahan dengan tujuan untuk menghabisi seluruh orang Yahudi yang ada di Eropa. Sebagai contoh, di negara Polandia, salah satu negara yang paling merasakan penderitaan saat kedatangan Nazi Jerman. Negara tersebut pada awalnya memiliki sekitar 700.000 penduduknya yang merupakan orang Yahudi. Namun setelah Nazi datang, dan melakukan pendudukan

besar-besaran, jumlah orang Yahudi di sana yang bertahan hanya sekitar 10.000 orang.

9. Pandangan Iman Kristen Iman Kristen, secara te gas menolak euthanasia aktif (entah suntik mati atau bunuh diri berbantuan). Alasannya adalah bahwa Tuhanlah yang memberikan kepada manusia nafas kehidupan (Kej 2:7), maka Tuhan jugalah yang berhak memanggilnya kembali. Hidup dan mati adalah hak prerogatif Tuhan sebagai Sang Khalik. Alasan-alasan seperti rasa kasihan melihat penderitaan pasi en, alasan ekonomi, atau kerepotan mengurus pasien, adalah tidak bisa mengesampingkan hak prerogatif Allah tersebut. Euthanasia aktif pada hakikatnya sama dengan membunuh (menghilangkan nyawa) pasien, sekalipun dengan dalih yang argumentatif. Dan manusia s ebenarnya adalah mahluk yang unik. Beda dengan binatang; tidak ada keberatan untuk mengakhiri penderitaan yang terjadi pada binatang. Tapi manusia tidak pantas diperlakukan dengan cara demikian. Manusia diberi anugerah oleh Tuhan untuk melangsungkan kehi dupannya, akan tetapi juga untuk menemui kematiannya. Kita harus merawatnya baik -baik sampat saat terakhir. Tentang kematian kita serah kan kepada Tuhan. Kedua, dalam penderitaan yang sangat itulah kerap manusia menemukan sesuatu yang paling hakiki dalam h idupnya. Bandingkan dengan pengalaman Ayub selepas ia melewati penderitaannya. Ayub 42:5, Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Di sini Ayub seolah hendak mengatakan. Dulu ketika ia masih sukses, makmur, hidup bergelimang kemewahan ia hanya tahu tentang Tuhan dari ajaran -ajaran dan nasihat-nasihat orang lain. Tetapi sekarang setelah ia melewati berbagai penderitaan itu, ia mengalami sendiri Allah.

10. Simpulan Euthanasia bisa dikatakan sama saja dengan pengguguran maupun pembunuhan. Di dalam Iman Kristen kita jelas menolak hal itu karena seperti yang diperkatakan Tuhan melalui Hukum Taurat yang diturunkan Allah kepada Musa yaitu Hukum ke 6 yang berbunyi Jangan Membunuh ( Kel uaran 20 :13 ). Tentu saja hal jangan membunuh ini termasuk di dalamnya membunuh diri sendiri karena Tuhanlah yang memberi kita nafas kehidupan ( Kejadian 2 : 7) maka dari itu hanya Tuhanlah yang berhak mengambilnya kembali. Meski Euthanasia itu bertujuan baik namun tetap saja sama dengan pembunuhan. Maka Euthanasia itu bukanlah suatu pilihan untuk mengakhiri hidup karena penderitaan. Kita sebagai Umat Kristen meringankan penderitaan dapat dengan cara berdoa keapada Tuhan, saling menguatkan satu sama lain d an lainnya.

11. Daftar Pustaka Alkitab. Kejadian, Keluaran, Mazmur, Markus, dan Ibrani kongregasi untuk ajaran Iman, deklarasi mengenai Euthanasia, 5 Mei, 1980 Kumpulan-akta-gereja-GPIB.pdf http://attonk.blogspot.com/2008/12/euthanasia -menurut-ajarangereja.html. http://m ytaste.wordpress.com/euthanasi a/ http://Yesaya.indocell.net/id947.htm http://www.akupercaya.com/diskusi -general/1260-euthanasiamembunuh-apa-menolong-5.html http://www.komnasham.go.id/portal/files/Edisi_III_Tahun_IV_200 6.pdf http://netsains.com.2007.11.euthanasia-dan-kematian-bermartabatsuatu-tinjauan-bioetika/ http://www.sahabatsurgawi.net/bina%20iman/euthanasia.html http://www.tftwindo.org/Tracts/T6.htm

Euthanasia dan Perspektif Iman Kristen

Karya Tulis ini Dibuat untuk Memenuhi Nilai Tugas Agama Nama : Benny Suryadi NIM : 315080103

Dosen : Pdt. Riberial Rubo,S.Th,M.Th

Universitas Tarumanegara Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur

PRAKATA

P e r ta m a - t a m a s a y a u ca pk a n p uj i s y uk ur ke p a da T uh a n Y a ng M a ha E s a ka r e na a ta s b er k a t d a n r a h m a t - N y a , s a y a d a pa t m e ny el es a i ka n ma ka l a h i ni t e pa t w a kt u. M a k a l a h i n i di b ua t s e ba g a i t ug a s d a r i ma ta k ul i a h A g a ma . T u g a s i n i di m ul a i d a r i 1 7 F eb r u a r i 2 0 10 h i n g g a 3 J u ni 2 0 10. M a k a l a h i ni m em b a ha s t e nt a n g a w a l E ut h a n a s i a s e ca r a u m um d a n me n ur ut p er s pe k ti f Im a n K r i s t e n . S eg a l a da ta y a ng di d a p a t ka n u nt u k m a k a l a h i ni b er a s a l d a r i A l k i t a b da n b a ha n l i t er a t ur . K em u di a n s a y a j u g a i n g i n m en g u ca p ka n t er i m a ka s i h k e pa da do s e n A g a ma , P dt R i b er i a l R u bo , S . T h, M . T h da n pi ha k p i ha k y a ng t el a h b a n y a k me m ba n t u p e n ul i s a n k a r y a t ul i s i ni , s er t a te m a n - t ema n y a n g ti da k da p a t di s e b ut ka n s a t u p er s a t u n a ma na d a l a m m e ny el es a i ka n tu g a s A g a m a i ni . S a y a b er ha r a p k a r y a t ul i s i ni s es ua i de n g a n k et e nt u a n - k et e n tu a n y a ng s eh a r us ny a di p en u h i . S a y a me n g h a r a pka n k r i ti k d a n s a r a n da r i p e m ba ca a g a r p em b u a t a n ka r y a tu l i s s el a nj ut ny a l e b i h b a i k.

J a ka r ta , 3 J un i 20 1 0

Penulis

You might also like