You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Hemiparesis adalah suatu penyakit sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak ,progesif cepat,berupa defisit neurologis yang berlangsung 24 jam atau lebih langsung menimbulkan kematian dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. Faktor resiko pada hemiparesis yaitu : Faktor yang tidak dapat diubah : usia,jenis kelamin,pria,ras,riwayat keluarga,riwayat stroke,riwayat jantung koroner,fibrilasi antrium dan heterozigot atau hemosistinuria. Faktor yang dapat diubah : hipertensi,DM,merokok,penyalahgunaan obat dan alkohol,kontrasepsi oral,dan hematrokrit meningkat. Manifestasi klinis pada hemiparesis akut dapat berupa : Kelumpuhan wajah anggota badan Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan Perubahan mendadak status mental Ataksia Vertigo ,mual,dan muntah

BAB II TINJAUAN TEORI A. DEFINISI PENYAKIT Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif cepat, berupa deficit neurologis fokal,/dan global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic (sumber : Kapita Selekta Kedokteran Jilid II). Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak (sumber : Patofisiologi, Elizabeth J. Corwin). B. ETIOLOGI Infark otak (80%) a. Emboli Emboli kardiogenik Fibrilasi atrium dan aritmia lain Thrombus mural dan ventrikel kiri Penyakit katub mitral atau aorta Endokarditis (infeksi atau non infeksi) Emboli paradoksal (foramen ovalepaten) Emboli arkus aorta Aterotrombotik (penyakit pembuluh darah sedang-besar) Penyakit eksrakanial Arteri karotis interna Arteri vertebralis Penyakit intracranial Arteri karotis interna Arteri serebri interna Arteri basilaris Lakuner (oklusi arteri perforans kecil) b. Pendarahan intraserebral (15%) . Hipertensi .Malformasi artei-vena .Angipati amiloid c.Pendarahan subaraknoid (5%) d. Penyebab lain (dapat menimbulkan infark atau perdarahan) Trobus sinus dura Diseksi arteri karotis atau vertebralis Vaskulitis system saraf pusat Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intracranial yang progesif) Migren Kondisi hiperkoagulasi
2

. Penyalahgunaan obat . Kelainan hematologist (anemia sel sabit, polisistemia,atau leukemia) . Miksoma atrium .Factor Risiko : Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, pria, ras, riwayat keluarga, riwayat TIA atau Stroke, riwayat jantung koroner, fibrilasi atrium & heterozigot atau untuk hemosistinuria. Yang dapat diubah : hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan obat & alcohol, kontrasepsi oral, hematokrit meningkat, bruit karotis, asimtomatis, hiperurisemia, dan dislipedemia. C. Manifestasi Klinis Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologist secara mendadak/subakut, di dahului gejala prodromal, terjadinya pada waktu istirahat atau bangun pagi dan biasanya kesadaran tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar, biasanya terjadi pada usia > 50 tahun. Menurut WHO dalan International Statistical Dessification Of Disease And Realeted Health Problem 10 th revitoan, stroke hemoragik dibagi atas : 1. Pendarahan Intraserebral (PIS) 2. Pendarahan Subaraknoid (PSA) Stroke akibat PIS mempunyai gejala yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi, biasanya terjadi pada siang hari, saat aktifitas atau emosi/marah, sifat: nyeri kepala hebat, mual dan muntah sering terjadi pada permulaan serangan.Hemiparesis/hemiplagi biasa terjadi pada permulaan serangan, kesadaran menurun dan cepat masuk koma (60% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara stengah jam s.d 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari). Pada pasien PSA gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut, kesadaran sering terganggu & sangat bervariasi, ada gejala/tanda rangsangan maningeal, oedema pupil dapat terjadi bila ada subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologist tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa : Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis yang timbul mendadak) Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemiparesik) Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan) Disartria (bicara pelo atau cadel) Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler, atau diplopia) Ataksia (trunkal atau anggota badan) Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala. D. Patofisiologi Pathway a. Stroke non hemoragik b. Stroke hemoragik c. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan radiologi sietem saraf
3

Miografi CT Scan Angiografi MRI EEG EMG 2. laboratorium Darah Urine Cairan serebrospinal E. Penatalaksanaan 1. Demam : deman dapat mengeksaserbasi cedera otak iskemik dan harus diobati secara agresif dengan antipiretik (asetaminofen) atau kompres hangat, jika diperlukan. Penyebab deman adalah pneumonia aspirasi, lakukan kultur darah dan urine kemudian berikan antibiotik intravena secara empiris (sulbenisilin,sepalosporin, dll) dan terapi akhir sesuai hasil kultur. 2. Nutrisi : pasien stroke memiliki risiko tinggi untuk aspirasi. Bila pasien sadar penuh, tes kemampuan menelan dapat dilakukan dengan memberikan satu sendok air putih kepada pasien dengan posisi setengah duduk dan kepala fleksi kedepan sampai dagu menyentuh dada, perhatikan pasien tersedak atau batuk dan apakah suaranya berubah (negative). Bila tes menelan negative dan pasien dengan kesadaran menurun, berikan makanan enteral melalui pipa nasoduodenal ukuran kecil dalam 24 jam pertama setelah onset stroke. 3. Hidrasi intravena : hipovolemia sering ditemukan dan harus dikoreksi dengan kristaloid isotonis. Cairan hipotonis (misalnya dektrosa 5% dalam air, larutan NaCL 0,45%) dapat memperhebat edema serebri dan harus dihindari. 4. Glukosa : hiperglikemia dan hipoglikemia dapat menimbulkan sksaserbasiiskemia. Walaupun relevansi klinis dari efek ini pada manusia belum jelas, tetapi para ahli sepakat bahwa hiperglikemia (kadar glukosa darah sewaktu >200mg/dl)harus dicegah. Skala luncur (sliding scale) setiap 6 jam selama 3-5 hari sejak onset stroke. 5. Perawatan paru : fisioterapi dada setiap 4 jam harus dilakukan untuk mencegah atelaktsis paru pada pasien yang tidak bergerak. 6. Aktivitas : pasien dengan stroke harus diimobilisasi dan harus dilakukan fisioterapi sedini mungkin bila kondisi klinis neurologist dan hemodinamik stabil. Untuk fisioterapi pasif pada pasien yang belum bergerak, perubahan posisi badan dan ekstremitas setiap 2 jam. untuk mencegah dekubitus, latihan gerakan sendi anggota badan secara pasif 4 kali sehari untuk mencegah kontraktur. Splin tumit untuk mempertahankan kaki dalam posisi dorsofleksi dan dapat juga mencegah pemendekan tendon Achilles. Posisi kepala 30 derajat dari bidang horisontal untuk menjamin aliran darah yang adekuat ke otak dan aliran balik vena ke jantung, kecuali pada pasien hipotensi (posisi datar), pasien dengan muntah-muntah (dekubitus lateral kiri), pasien dengan gangguan jalan nafas (posisi kepala ekstensi). Bila kondisi memungkinkan, maka pasien harus diimobillisasi aktif ke posisi tegak, duduk dan pindah ke kursi sesuai toleransi hemodinamik dan neurologist. 7. Neurorestorasi dini : stimulasi sensorik, kognitif, memori, bahasa, emosi serta otak yang terganggu. Depresi dan amnesia juga harus dikenali dan diobati sedini mungkin. 8. Profilaksis trombosis vena dalam : pasien stroke iskemiok dengan imobilisasi lama yang tidak dalam pengobatan heparin intravena harus diobati dengan heparin 5.000 unit atau fraksiparin 0,3 cc setiap 12 jam selama 5-10 hari untuk mencegah pembentukan thrombus
4

dalam vena profunda, karena insidennya sangat tinggi Terapi ini juga dapat diberikan dengan pasien perdarahan intraserebral setelah 72 jam sejak onset. 9. Perawatan vesika : kateter urine menetap (kateter foley), sebaiknya hanya dipakai hanya ada pertimbangan khusus (kesadaran menurun, demensia, afasia global). Pada pasien yang sadar dengan gangguan berkemih, kateterisasi intermiten secara steril setiap 6 jam lebih disukai untuk mencegah kemungkinan infeksi, pembentukan batu, dan gangguan sfingter vesika terutama pada pasien laki-laki yang mengalami retensi urine atau pasien wanita dengan inkontinensia atau retensio urine. Latihan vesika harus dilakukan bila pasien sudah sadar.

BAB III ASKEP TEORI A.PENGKAJIAN Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari prosos keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapar mengidentifikasi, mengenali
5

masalah-masalah, kebutuhan kesehatan, dan keperawatan pasien baik mental, sosial dan lingkungan. (Isi kapan pengkajian dilakukan, jam brapa, siapa yang melakukan,data diperoleh dari pasien, keluarga, catatan medik, perawat, dokter atau tim kesehatan lain) Nama Mahasiswa : Alfaera Dwi ANjani Tempat praktik :RSUD Dr.Soeroto Ngawi Tanggal pengkajian :15-12-2010 Sumber informasi :Pasien,Keluarga,& Perawat sebelumnya 1.Identitas diri klien Pasien (diisi lengkap) : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Tgl Masuk RS, No. CM, Alamat. Penanggung Jawab (diisi lengkap) : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. 2. Riwayat kesehatan Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian) Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit) Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) riwayat kesehatan keluarga (adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak) 3. Pemeriksaan fisik Keadaan umum . pemeriksaan persistem a. sistem persepsi & sensori (pemeriksaan 5 indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa) b. Sistem persarafan (bagaimana tingkat kesadaran, GCS, reflek bicara, pupil, orientasi waktu & tempat) c. Sistem pernafasan (Nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan jalan nafas) d. Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi dari irama, kualitas dan frekuensi) e. Sistem gastrointestinal (nilai kemampuan menelan, nafsu makan/minum, peritaltik, eliminasi) f. Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur dari kulit pasien) g. Sistem reproduksi h. Sistem perkemihan (nilai frekunsi BAK, volume BAK) 4. Pola fungsi kesehatan
6

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : pada klien hipertensi terdapat juga kebiasaan untuk merokok, minum alcohol dan penggunaan obat-obatan. Pola aktifitas dan latihan : pada klien hipertensi terkadang mengalami/merasa lemas, pusing, kelelahan, kelemahan otot dan kesadaran menurun. Pola nutrisi dan metabolisme : pada pasien hipertensi terkadang mengalami mual dan muntah. Pola eliminasi : pada pasien hipertensi terkadang mengalami oliguri. Pola tidur dan istirahat. Pola kognitif dan perceptual Persepsi diri/konsep diri Pola toleransi dan koping stress : pada pasien hipertensi biasanya mengalami stress psikologi. Pola seksual reproduktif Pola hubungan dan peran Pola nilai dan keyakinan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan stroke adalah sebagai berikut: 1. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : renal, serebral, kardiovaskuler,pulmonal, gastrointestinal, perifer) b/d aliran arteri terhambat. 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal & neurovaskeler. 3. Risiko disfungsi neurovakuler perifer b/d imobilisasi. 4. Konstipasi b/d aktifitas fisik tidak adekuat. 5. Gangguan cirta tubuh b/d penyakit. 6. Kurang perawatan diri : mandi, berpakaian, makan, toileting b/d tidak berfungsinya anggota gerak. C. PRIORITAS DIAGNOSA 1. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : serebral) b/d aliran arteri terhambat. 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal & neurovaskeler. 3. Kurang perawatan diri:mandi,berpakaian,makan,toileting b/d tidak berfungsinya anggota gerak. D. INTERVENSI & RASIONAL KEPERAWATAN Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : serebral) Kreteria hasil : 1. Tekanan darah dalam batas-batas yang dapat diterima 2. Tidak ada keluhan sakit kepala, pusing 3. Nilai laboratorium dalam batas-batas normal 4. Tanda-tanda vital stabil Intervensi : 1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam, nadi apical dan neurologis tiap 10 menit. Rasional : Untuk mengevaluasi perkembangan penyakit dan keberhasilan terapi. 2. Pertahankan tirah baring pada posisi semi fowler sampai tekanan darah dipertahankan pada tingkat yang dapat diterima.
7

Rasional : Tirah baring membantu menurunkan kebutuhan oksigen, posisi duduk meningkatkan aliran darah ateri berdasarkan gaya grafitasi, konstruksi arteriol pada hipertensi menyebabkan peningkatan darah pada arteri. 3. Pantau data laboratorium misal: GDA, kreatinin. Rasional : Indicator perfusi atau fungsi organ. 4. Anjurkan tidak menggunakan rokok atau nikotin. Rasional : Meningkatkan vasokontriksi. 5. Kolaborasi pemberian obat-obatan antihipertensi misal golongan inhibitor simpa (propanolol, atenolol), golongan vasodilator (hidralazin). Rasional : Golongan inhibitor secara umum menurunkan tekanan darah melalui efek kombinasi penurunan tahanan perifer, menurunkan curah jantung, menghambat syaraf simpatis, dan menekan pelepasan rennin. Golongan vasodilator berfungsi untuk merilekkan otot polos vaskuler. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal & neurovaskeler. Kreteria hasil : a. Kerusakan kulit terhindar, tidak ada kontraktur dan footdrop. b. Klien berpartisipasi dalam program latihan c. Klien mencapai keseimbangan saat duduk d. Klien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang hemiplagi. Intervensi : 1. Berikan posisi yang benar. Rasional : pemberian posisi yang benar penting untuk mencegah kontraktur; meredakan tekanan; membantu kesejajaran tubuh yang baik; mencegah neuropati kompresif; khususnya terhadap saraf ulnar dan pireneal. 2. Berikan posisi tidur yang tepat. Rasional : mempertahankan posisi tegak ditempat tidur dalam periode yang lama akan memperberat deformitas fleksi panggul dan pembentukan dekubitus disakrum. 3. Berikan papan kaki. Rasional : digunakan sesuai interval selama periode flaksid setelah stroke untuk mempertahankan kaki pada sudut yang benar terhadap tungkai ketiak pasien pada posisi terlentang. Hal ini mencegah footdrop dan korda tumit menjadi pendek akibat kontraktur otot gastroknemius. 4. Cegah adduksi bahu. Rasional : membantu mencegah edema dan fibrosis yang akan mencegah rentang gerak normal bila pasien telah dapat melakukan kontrol lengan. 5. Cegah rotasi panggul. 6. Atur posisi tangan dan jari. a. Jari-jari diposisikan sedikit fleksi b.Tangan ditempatkan agak supinasi Rasional : posisi tangan dan jari yang fungsional dapat mencegah edema tangan. 7.Ubah posisi pasien tiap 2 jam Rasional : pemberian posisi ini penting untuk mengurangi tekanan dan mengubah posisi dengan sering untuk mencegah pembentukan dekubitus. 8. Latihan rom (range of motion) 4 s/d 5 kali sehari.
8

Rasional : latihan bermanfaat untuk mempertahankan mobilitas sendi, mengembalikan control motorik, mencegah terjadinya kontraktur pada ekstremitas yang mengalami paralysis, mencegah bertambah buruknya system neurovaskuler dan meningkatkan sirkulasi. Latihan juga menolong dalam mencegah terjadinya stasis vena yang dapat mengakibatkan adanya trombus dan emboli paru. 9. Siapkan pasien untuk ambulasi Rasional : untuk mempertahankan keseimbangan saat duduk dan saat berdiri. .Kurang perawatan diri : mandi, berpakaian, makan, toileting b/d tidak berfungsinya anggota gerak. Kreteria hasil : a. Pasien dapat merawat diri berpakaian b. Pasien dapat merawat diri mandi c. Pasien dapat merawat diri makan d. Pasien dapat merawat diri toileting Intervensi (self care assistance) : 1. Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri 2. Pantau kebutuhan klien untuk alat bantu dalam mandi, berpakaian, makan, toileting. 3. Berikan bantuan hingga klien sepenuhnya dapat mandiri 4. Dukung klien untuk menunjukkan aktivitas normal sesuai kemampuan 5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien E.IMPLEMENTASI & RESPON 1.Memonitor Tekanan darah tiap 4 jam sekali Respon : pasien merasa lebih nyaman,mengetahui perkembangannya tiap 4 jamnya 2.Memberikan pengarahan posisi tidur yang tepat Respon : pasien dapat beristirahan dengan nyenyak 3.Mengkaji kemampuan klien untuk perawatan diri Respon : pasien merasa diperhatikan dan terpenuhinya kebutuhannya

BAB IV ASKEP KASUS Nama mahasiswa Tgl Praktek NIM Paraf Ruang Tanggal Pengkajian A. Pengkajian
9

: Alfaera Dwi Anjani : 14 S/D 20-12-2010 : 04.03.0183 : :ANGGREK 7/1 : 15-12-2010

1. IDENTITAS DATA. Identitas diri klien Nomer Rekam Medis Tanggal masuk RS Nama Klien Umur Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Agama Status perkawinan Alamat Penanggung jawab Nama Jenis kelamin Alamat Pekerjaan

: 384585 : 11-12-2010 : NY.A : 55 tahun : perempuan : SD : Wiraswasta : islam : kawin :Sempol 03/12,Gendingan,Kauman,Mgawi : Tn. A : laki-laki : Sempol 03/12,Gendingan,Kauman,Mgawi : wiraswsta

2. GENOGRAM : Keterangan : : perempuan : ibu klien dengan riwayat sama : pasien perempuan : laki-laki Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama Setengah badan sebelah kiri tidak terasa, berat & tidak bisa digerakkan, badan terasa lemas. Faktor pencetus Pasien mempunyai penyakit darah tinggi yang berlang sung lama sudah 1 tahun. Awal serangan Sejak 1 mingggu sebelum pasien masuk rumah sakit setengah anggota badan sebelah kiri terasa dingin. Usaha yang pernah dilakukan Pasien pernah memeriksakan kondisinya ke Puskemas apabila kepala pasien pusing, dan pada tanggal 11 agustus 2006 pasien masuk rumah sakit dengan keluhan tiba-tiba badan terasa lemas, setengah badan sebelah kiri tidak terasa & berat untuk digerakkan. Upaya pengobatan Di UGD pasien mendapat pengobatan : 1. Oksigen 2-3 Liter/menit 2. Injeksi piracetam 3 gr IV/12 jam 3. Injeksi brainaet 1 Amp IV/12 jam
10

4. Captopril 2 x 25 gram b. Riwayat kesehatan yang lalu Pasien pernah menderita hipertensi. 1 tahun yang lalu. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu dari pasien memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien 3. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum Personal hygine : cukup Status gizi : tidak ada masalah b. pemeriksaan persistem a. sistem persepsi & sensori Pendengaran : normal, tanpa bantuan Penglihatan : baik, tidak ada keluhan Penciuman : baik, tidak ada septum. Pengecapan : baik,masih bisa merasakan makanan. Perasa : masih dapat merasakan stimulus b. Sistem persarafan Tingkat kesadaran : composmentis GCS : 4-5-6 Bicara : lancar Pupil : isokor Orientasi waktu : klien mengetahui waktu azdan Orientasi tempat : klien mengetahui dirinya dirawat dirumah sakit c. Sistem pernafasan Frekuensi : 20X/menit Kualitas : kuat Suara : vesikuler Jalan nafas : terpasang O2 2 3 ltr/menit d. Sistem kardiovaskuler TD : 170/130 mmHg Nadi Irama : teratur Kualitas : kuat Frekuensi : 78X/menit e. Sistem gastrointestinal Nafsu makan.minum : baik, 3X sehari Kemampuan menelan : baik Eliminasi : BAB 5X sehari f. Sistem integumen Warna kulit : sawo matang Turgor kulit : kembali cepat Tekstur kulit : baik (tidak ada luka) g. Sistem reproduksi
11

Tidak ada masalah h. Sistem perkemihan Frekunsi BAK : 3-5X sehari, tidak ada masalah Volume BAK : 1000-1500 CC/hari c. Pola fungsi kesehatan 1. Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan Pasien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada badan yang membuat kita menjadi tidak nyaman dan pasien mengatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan aktifitas tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani). Pasien mengatakan bahwa sering mengkomsumsi makanan yang berlemak merugikan kesehatan, tetapi pasien setiap hari sering mengkonsumsinya. 2. Pola aktivitas - latihan Kemampuan pasien dalam menata dirinya sebelum dan selama sakit adalah : Aktifitas 0 1 2 3 4 Makan Mandi Berpakaian Toileting Tingkat mobilitas ditempat tidur Berpindah Kemampuan ROM Berjalan Kekuatan otot Keterangan : 0 : Mandiri 1 : Menggunakan alat Bantu 2 : Dibantu orang lain 3 : Dibantu orang dan peralatan 4 : ketergantungan/tidak mampu Selama sakit pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktifitas rutinnya yaitu berjalan karena setengah dari badannya bagian kiri tidak bisa digerakkan. Pola tidur-istirahat Sebelum sakit, pasien mengatakan pasien jarang melakukan tidur siang kecuali dalam keadaan lelah/mengalami kelelahan. Biasanya pasien tidur malam mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 04.30 WIB dam lamanya tidur pasien 8,5 jam. Selama sakit pasien mengatakan merasa sulit memasuki awal tidur karena nyeri kepala, terkadang terbangun pada malam hari dan ketika bangun tidur nyeri kepala berkurang. Dan lamanya tidur 6 jam dan awal tidur malam mulai pukul 22.00 dan bangun pada pukul 04.00. 4. Pola nutrisi dan metabolisme Sebelum sakit, pasien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x sehari dengan porsi 1 piring yang isinya nasi, sayur, tempe, tahu, dan ayam. Pasien minum sehari 7 gelas/hari, kadang-kadang pasien minum teh pada pagi hari.
12

3.

Selama sakit, pasien tidak mengalami perubahan nafsu makan atau pola makan, frekuensi makan tetap 3x/hari, minum 6x/hari dan pasien tidak merasakan adanya mual-mual dan muntah. 5. Pola eliminasi Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa dalam BAB biasanya 1-3x sehari dengan konsistensi feses lembek dengan warna kuning dan BAK 3-5x sehari dengan warna kuning. Pasien mengatakan bahwa ia merasa tenang menghadapi masalahnya 6. Pola kognitif perceptual Pasien selama sakit mampu berkomunikasi dan mengerti apa yang sedang dibicarakan, merespon dan berorientasi dengan baik dengan orang lain. Terdapat gangguan persepsi sensorik berupa nyeri pada dareah kepala. 7. Persepsi diri/konsep diri Karena ia percaya bahwa semua masalah pasti ada jalan keluarnya dan kepercayaan terhadap anak-anaknya yang dapat menggantikan perannya sewaktu menyelelesaikan masalah yang terdapat di rumah. Tetapi meskipun demikian pasien juga merasa cemas terhadap penyakitnya apakah bisa sembuh dengan total dan tidak terjangkit lagi. 8. Pola toleransi - koping stress Selama menyelesaikan masalah pasien selalu terbuka dengan anggota keluarga yang lain sehingga ketika ada masalah selalu dipecahkan bersama terutama dengan suamin dan anak-anaknya. 9. Pola hubungan dan peran Hubungan pasien dengan keluarga baik dan dengan masyarakat sekitar. Keluarga pasien khawatir dengan kondisi pasien dan keluarganya selalu mendampingi pasien. 10.Pola nilai dan keyakinan Sebelum sakit, pasien mengatakan bahwa ia dalam menjalankan ibadah/sholat tidak secara rutin dilakukan. Selama sakit, dia selalu berdikir dan berdoa agar kondisinya dapat pulih kembali. 11.Pola Seksual dan Reproduksi Sebelum sakit : Pasien tidak ada masalah dalam BAK tetap lancar dan normal. Pasien juga lancar setiap bulan dalam menstruasi. Saat ini : Pasien dalam hal BAK dan menstruasi juga tidak masalah sama seperti sebelum sakit. d. Pemeriksaan head to toe 1. Pemeriksaan kulit dan rambut Kulit : Sianosis (-), ikterus (-), pucat (-), turgorkembali cepat, edema (-). Rambut : Warna hitam keputihan, distribusi merata tidak botak dan lebat. 2. Pemriksaan kepala dan leher Kepala : Mata, reflek pupil (+), konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Telinga, pada daun telinga, liang telinga, membrane timpani, mastoid tidak ada tanda adanya peradangan dan terlihat bersih, pendengaran baik. Mulut, bibir gusi dan lidah radang (-), tidak memakai gigi pasangan, kondisi gigi tidak terdapat caries. Hidung, tidak terdapat polip, sekrer/lendir (-).
13

3.Pemeriksaan dada Leher : Pasien mengatakan lehernya terasa kaku, massa (-), nyeri telan (-). Paru-paru : Bentuk dada simetris, pergerakan nafas teratur, suara nafas vesikuler. Jantung : denyut nadi agak cepat dan iramanya regular/teratur, frekuensi 78x/menit, tidak ada suara jantung tambahan. Tekanan darah 170/130 mmHg. 4.Pemeriksaan abdomen Tidak ada lesi pada dinding/kulit perut, ketegangan dinding perut (-), nyeri tekan (-). 5. Ektrimitas Edema (-), rentang gerak baik, kekuatan otot 5 0 e. Pemeriksaan Penunjang 1. Kimia klinik .Parmeter Hasil Satuan Nilai normal .GDS .Trigleserida .colesterol total .HDL .LDL .Kreatinin .ureum 2. Urine lengkap Warna Reaksi Protein Gula Keton Urobilin Bilirubin Nitrite Darah Protein esbach P.P test : kuning : asam :+ ::::::::-

3.sediment leukocyte : +++ eritrocyte : ++ epithel cell :4.PROGRAM TERAPI : TANGGAL JAM JENIS TERAPI 16/08/2006 16:00 Piracetam 3 gr/12 jam IV Cholinar 250 mg/12 jam IV Lasix 1 Amp/8 jam IV Forbion 2 x 1 per-Oral
14

16/08/2006 24:00:00 Lasix 1 Amp/8 jam IV 17/08/2006 04:00 Piracetam 3 gr/12 jam IV Cholinar 250 mg/12 jam IV Forbion 2 x 1 per-Oral 08:00 Lasix 1 Amp/8 jam IV Captopril 2 x 25 gr per-Oral 16:00 Forbion 2 x 1 per-Oral Piracetam 2 x 280 mg per-Oral Cholinar 3 x 500 mg per-Oral 20:00 Captopril 2 x 25mg per-Oral 18/08/2006 24:00:00 Cholinar 3 x 500 mg per-Oral 04:00 Forbion 2 x 1 per-Oral Piracetam 2 x 280 mg per-Oral Captopril 2 x 25mg per-Oral 08:00 Cholinar 3 x 500 mg per-Oral Bioneuron 2x1 per-Oral Ranitidine 2 x1 per-Oral vit B1/B6/B12 2 x 1 per-Oral 16:00 Cholinar 3 x 500 mg per-Oral 20:00 Bioneuron 2x1 per-Oral Ranitidine 2 x1 per-Oral vit B1/B6/B12 2 x 1 per-Oral 19/08/2006 24:00:00 Cholinar 3 x 500 mg per-Oral 08:00 Bioneuron 2x1 per-Oral Ranitidine 2 x1 per-Oral vit B1/B6/B12 2 x 1 per-Oral Forbion 2 x1 per-Oral Piracetam 2 x 280 mg per-Oral Radin 2 x1 per-Oral Brainact 2 x 1 per-Oral 20:00 Forbion 2 x1 per-Oral Piracetam 2 x 280 mg per-Oral Radin 2 x1 per-Oral Brainact 2 x 1 per-Oral 20/08/2006 08:00 Forbion 2 x1 per-Oral Piracetam 2 x 280 mg per-Oral Radin 2 x1 per-Oral Brainact 2 x 1 per-Oral Captopril 2 x 25mg per-Oral Figo1 x10 mg per-Oral B. ANALISA DATA DATA PROBLEM SIMTOM Jam/tgl
15

.16-08-2006/09:00 DS Pasien mengatakan setengah anggota badan kiri kaku. Pasien mengatakan kepalanya pusing. Pasien mengatakan tekanan darahnya tinggi. Pasien mengatakan setengah dari badannya susah untuk digerakkan Pasien mengatakan tidak mampu mandi, berpakaian, makan, toileting secara mandiri. DO TD : 170/130. N : 78X/menit. S : 36,5 C. Perfusi jaringan tidak efektif (spesfik : serebral),Aliran arteri terhambat Pasien tampak susah untuk berpindah posisi Pasien bedrest,Kerusakan mobilitas fisik,Kerusakan muskuloskeletal & neurovaskuler Dalam mandi, berpakaian, makan, toileting pasien dibantu oleh keluarga. Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting Tidak berfungsinya anggota gerak C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Perfusi jaringan tidak efektif (spesifik : renal, serebral, kardiovaskuler, pulmonal, gastrointestinal, perifer) b/d aliran arteri terhambat. 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan muskuloskeletal & neurovaskeler. 3. Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting b/d tidak berfungsinya anggota gerak.

BAB V PENUTUP
A.KESIMPULAN Hemiparesis adalah kelemahan pada satu sisi tubuh. Kontras dengan Hemiplegia , yang kelumpuhan total pada lengan, kaki, dan bagasi di sisi yang sama dari tubuh. Hemiparesis adalah generally penyebab luka dari the corticospinal tract. Hemiparesis umumnya disebabkan oleh lesi pada saluran kortikospinalis , yang berjalan turun dari kortikal neuron di lobus frontal ke motor neuron saraf tulang belakang (lihat paragraf kedua Amyotrophic lateral sclerosis ) dan bertanggung jawab untuk gerakan otot-otot tubuh dan anggota tubuhnya. Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau seluruh fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke perdarahan). Pada kasus ini, pasien tiba-tiba merasa tubuh sebelah kiri lemah saat bangun tidur dan bicara pelo. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dibuat diagnosis stroke iskemik.

16

17

You might also like