You are on page 1of 29

LAPORAN TUTORIAL

Infeksi Bakteri, Jamur, dan Virus pada Rongga Mulut


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial Blok Dentomaksilofasial I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Pembimbing : drg. Yuliana M D A, M. Kes

Disusun oleh: Kelompok Tutorial VI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor Ketua Scriber Meja Scriber Papan Anggota :

: drg. Yuliana M D A, M. Kes : Adinda Martina : Nurbaetty Rochmah : Dewi Martinda Hartono (111610101072) (111610101074) (111610101073)

1. Stefanus Christian 2. Ega Sofiana 3. Mohammad Harish 4. Afif Surya Adena 5. Anugerah Nur Yuhyi 6. Fitria Krisnawati 7. Sitti Nur Qomariah 8. Tiara Fortuna Bela B 9. Khamda Rizki Dhamas 10. Sheila Dian Pradipta

(111610101051) (111610101053) (111610101055) (111610101059) (111610101063) (111610101064) (111610101066) (111610101067) (111610101069) (111610101071)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul Infeksi Bakteri, Jamur, dan Virus pada Rongga Mulut. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok VI pada skenario kedua. Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. drg. Yuliana M D A, M. Kes selaku tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok VI Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan. 2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 7 Juni 2012

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gigi dan rongga mulut dapat menjadi focus infeksi yang kemudian mempengaruhi kondisi sistemik seseorang. Salah satu factor yang menyababkan hal tersebut adalah penjalaran atau penyebarannya ke organ lain. Hal ini menjadi sangat penting untuk dipelajari karena seorang dokter gigi diharuskan menatalaksana pasien secara holisitk, dimana didalamnya termasuk eradikasi sumber infeksi, menghentikan penyebaran infeksi, dan mengatasi infeksi yang telah timbul. Oleh karena itu, proses penyebaran infeksi dari suatu focus ke organ lain perlu untuk dipelajari. Rongga mulut memiliki berbagai macam

organisme yang berkembang .oleh kaena itu kemungkinan rongga mulut menjadi focus infeksi cukup besar apalagi bila terdapat ketidakseimbangan antara factor host, agen dan lingkungan. Pembengkakan yang terjadi rongga mulut yang dapat terlihat baik secara intraoral maupun ekstraoral merupakan salah satu tanda adanya infeksi, dan apabila diawali oleh rasa sakit gigi pada daerah yang mengalami pembengkakan maka dapat dicurigai terjadi infeksi. Infeksi merupakan masuk dan berkembangnya mikoorganisme di dalam tubuh yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel dan jaringan tubuh, terjadi di suatu tempat (lokalisasi) dan menyebabkan penyakit sistemik.Etiologi yang mungkin terjadi karena infeksi virus, jamur dan bakteri.Virus, jamur dan bakteri tersebut dapat menyababkan berbagai macam penyakit yang dapat mempengaruhi jaringan lunak rongga mlut. Apabila perkembangbiakkan telah terjadi dan tidak dilakukan perawatan maka pada jaringan akan mengalami berbagai macam infeksi, mulai dari yang ringan sampai yang berat bahkan dapat brakibat fatal seperti tumor.

1.2 Skenario Mikroorganisme baik bakteri, jamur maupun virus dapat menyebabkan infeksi di rongga mulut.Beberapa manifestasi lesi di rongga mulut dari infeksi mikroorganisme dapat bervariasi sperti ulser, vesikel, plak, pseudomembran, eritematosa dan lain-lain.Untuk mengetahui penyebab infeksi diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium. Beberapa infeksi mikroorganisme di rongga mulut merupakan infeksi sekunder dan infeksi primernya berasal dari organ lain, yang sering terjadi berasal dari genital dan paru.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa saja macam-macam lesi pada jaringan lunak rongga mulut? 2. Bagaimana etiologi, gejala klinis dan pemeriksaan penunjang laboratorium terhadap macam-macam kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat : a. Infeksi jamur b. Infeksi bakteri c. Infeksi virus

1.4 Tujuan Permasalahan

1. Mampu menjelaskan macam-macam lesi pada jaringan lunak rongga mulut 2. Mampu menjelaskan etiologi, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang laboratorium terhadap macam-macam kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat : a. Infeksi jamur b. Infeksi bakteri c. Infeksi virus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Rongga mulut dihuni oleh berbagai jenis mikroorganisme yang membentuk mikroflora yang komensal.Mikroflora ini biasanya mengandung bakteri, mikoplasma, jamur, dan protozoa, yang kesemuanya dapat menimbulkan infeksi oportunistik simtomatik tergantung pada faktorfaktor lokal atau daya pertahanan tubuh pejamu yang rendah.Sebagai tambahan, sejumlah virus dapat menimbulkan lesi orofasial atau hadir secara asimtomatis di dalam saliva pada saat timbulnya infeksi virus secara sistemik atau pada pembawa yang sehat. Lesi merupakan diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi suatu bagian.Dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam lesi baik itu pada bibir, lidah, maupun pada mukosa mulut. Gambaran klinis akan dihubungkan dengan riwayat penyakit sehingga dapat ditelusuri diagnosis penyakit. Berdasarkan terjadinya, lesi terbagi menjadi dua yaitu, lesi primer dan lesi sekunder.Erosi, fissur, ulkus dan bekas luka menunjukkan adanya kerusakan lokal pada jaringan kutan.Erosi didefinisikan sebagai pelepasan lapisan epidermis saja.Erosi sembuh tanpa adanya pembentukan bekas luka.Ulkus didefinisikan sebagai keadaan hilangnya lapisan epidermis dan adanya kerusakan pada dermis.Ulkus yang berada pada lapisan kutan masih bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas luka. Bekas luka (scars) adalah kerusakan permanen pada permukaan kulit yang terlihat ( Regezi and Sciubba, 1993). Lesi vesikubulosa dari suatu penyakit dapat bermanifestasi pada mukosa mulut dan kulit.Lesi dapat bervariasi berdasarkan frekuensi, tingkat keparahan dan pengaruh kondisi sistemik.Biasanya lesi vesikubulosa dapat mempunyai karakteristik yang umum. Vesikel yang muncul pada mukosa mulut biasanya kecil dengan diameter tidak lebih dari 0,5 cm, tampak singular dan kadang-kadang dalam bentuk klaster. Vesikel tersebut mudah pecah dan meninggalkan permukaan yang mengalami ulkus (Sonnis, dkk., 1995). Vesikel adalah suatu elevasi pada kulit atau membran mukous superfisial, merupakan defek subepitelial atau intraepitelial yang mengandung serum, plasma atau darah.Vesikel mudah pecah di rongga mulut karena trauma sehingga meninggalkan ulkus yang superfisial. Lesi-lesi yang diakibatkan oleh infeksi virus maupun yang terjadi karena alergi adalah mirip secara mikroskopis sehingga sulit untuk menegakkan diagnosis dengan cara biopsi. Identifikasi proses

penyakit tersebut tergantung pada penampakan klinis dan tes-tes laboratoris, misalnya tes-tes sensitivitas, tes fiksasi dan tes inokulasi (Baskar, 1993). Perubahan pertama yang terjadi adalah suatu area hiperemia dan edema pada jaringan sub epithelial.Cairan mulai terakumulasi di dalam epithelium atau diantara epithelium dan jaringan ikat.Poket cairan yang kecil kemudian bergabung dan mengalami elevasi membentuk suatu vesikel. Perawatan untuk kebanyakan lesi vesikuler adalah sama dan simptomatik. Tes laboratorik penting sebelum penegakan diagnosis dan penentuan terapi (Baskar, 1993). Penyebab paling sering bagi lesi vesikubulosa adalah infeksi virus Herpes Simplex, Varicella Zoster, infeksi virus Coxsakie, Hand Foot dan Mouth Disease dan Herpangina (Gayford dan Haskell, 1991). Diagnosis penyakit vesikubulosa biasanya berdasarkan pada riwayat keluhan, pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain diperhitungkan dalam menentukan diagnosis antara lain adalah onset lesi (akut atau kronis), lamanya waktu kemunculan lesi, kejadian berdasarkan siklus, daerah lain yang terkena lesi seperti kulit, mata dan organ genital, daerah asal pasien serta riwayat pemakaian obat-obatan. Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk menegakkan diagnosis.Beberapa kasus mungkin membutuhkan biopsi untuk mendapatkan diagnosis definitif (Sonnis dkk., 1995).Penatalaksanaan lesi oral secara umum tergantung dari diagnosis yang ditegakkan. 1. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri a. Aktinomikosis Disebabkan oleh bakteri Actinomyces israelii, berhubungan erat terhadap pencabutan gigi, muncul setelah 1-6 minggu kemudian, timbul secara mendadak, berupa pembengkakan, terasa sakit, terkadang terdapat nanah b. Sifilis Disebabkan oleh bakteri spirochaeta, yang disebut Treponema pallidum.Lesi stadium primer, sekunder dan tersier dapat ditemukan dalam mulut, dapat berkembang menjadi lesi yang cukup besar. c. Tuberculosis Tuberculosis mulut pada umumnya hanya dapat ditemukan pada pasien yang menderita tuberculosis paru aktif yang bersifat lanjut (terbuka). Lesi dalam mulut

akan sembuh setelah pasien mendapatkan pengobatan anti-tuberkulosis. Pasien yang memperoleh perawatan anti-tuberkulosis untuk lesi paru tidak memiliki lesi intraoral. 2. Infeksi yang disebabkan oleh jamur a. INFEKSI JAMUR SISTEMIK Meliputi; - Histoplasmosis - Coccidiodomycosis - Blastomycosis - Cryptococcosis b. INFEKSI JAMUR SUBKUTAN meliputi; - Sporotrichosis c. INFEKSI JAMUR OPPOTUNISTIK meliputi; - Phycomycosis (Mucormycosis) - Aspergilosis 3. Infeksi yang disebabkan oleh virus a. Herpes zoster (shingles) Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Saat virus ini mendapatkan stimulus, maka terjadilah reaktivasi dan menyebabkan herpes zoster. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang-orang dengan imunosupresi. b. Herpes simplex

c. Herpes labialis

d. Herpangina

e. Hand, foot and mouth disease

BAB III
PEMBAHASAN

Jenis-jenis Lesi Rongga Mulut

Jenis Lesi

Bentuk Lesi

Ukuran Lebih dari 1m

Makula

Papula

Dari titik sampai < 1 cm

Warna Merah, coklat keputihan, merah kebir uan, biru kecoklatan Kemerahan, kekuningan, dan abu-abu keputihan

Kenampakan Batas jelas dan daar (tidak ada peninggian) Bercak putih pada kulit/mukosa, berbatas jelas, ada peninggian Mengadakan perluasan ke tepi; timbul bentuk yang melandai Permukaan halus, menonjol atau bentuk fisura Pemadatan massa jaringan yang berbatas jelas dan biasanya berisi jaringan ikat dan dilapisi oleh epithel, dasar mukosa melibatkan mukosa dan jaringan epidermis dibawahnya Peninggian pada kulit atau mukosa yang

Plak

Diameter > 1 cm

Putih keabuan

Lesi Primer

Nodula

Vesikula

Dari titik 1 sampai 5 mm

Bula

Diameter > 5 mm

Pustula

Keratosis

Putih sampai keabuan

Wheals

Diameter lebih kecil daripada papula

Erosi

Ulser Lesi Sekunder

Fisura

ber isi bahan cair (serum, plasma, darah) Adalah bentukan seperti vesikula tetapi lebih besar dari vesikel Adalah bentukan yang sama seperti vesikula/bula tetapi ber isi nanah /pus Adalah penebalan yang tidak normal dari lapisan terluar epitel (stratum korneum) Adalah bentukan yang sama seperti papula. Berisi serum Sama dengan ulser karena kerusakan mukosa kulit, kerusakan sampai sekitar stratum basalis Kerusakan melebihi stratum basalis Retakan kecil yang meluas melalui epider mis dan memaparkan dermis. Dapat terjadi pada kulit ker ing dan pada inflamasi kronik

Sikatriks

Deskuamasi

Jaringan baru yang berlebihan pada penyembuhan luka Pengelupasan lapisan epitel (stratum korneum) Bisa fisiologis pengelupasan epitel sehingga kulit mengalami regenerasi

Pseudomembran Cacat atau kerusakan pada kulit / mukosa akibat luka bakar terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit

Eschars

Krusta

a. INFEKSI JAMUR DIKELOMPOKKAN MENJADI 3 :

1) INFEKSI JAMUR SISTEMIK Meliputi; Histoplasmosis Coccidiodomycosis Blastomycosis Cryptococcosis ETIOLOGI & PATHOGENESIS Etiologi;

Histoplasmosis Histoplasma capsulatum Coccidiodomycosis Coccidioides immitis Blastomycosis Bastomyces dermatitidis Cryptococcosis Cryptococcus neoformans Karakteristik : melibatkan infeksi primer di paru Infeksi berpotensi menyebar ke organ yang lain Infeksi di rongga mulut : Implantasi sputum yang terinfeksi jamur. Penyebaran jamur secara hematogen dari paru-paru.

GAMBARAN KLINIS Gejala awal dihubungkan dengan infeksi pada paru; batuk, panas, keringat malam, penurunan berat badan, dada sakit, hemoptysis. Kulit: muncul erythema multiformis Lesi rongga mulut; ulserasi, single atau multiple, nonhealing, indurasi, sakit dan purulen.

HISTOPATOLOGI inflamasi granulomata Terdapat mikroorganisme penyebab dominasi makrofag dan sel giant multinucleat Hiperplasia Pseudoepitheliomata

DIAGNOSIS Biopsi Kultur

DD ;

Ulserasi kronis, nonhealing Squamous cell carcinoma Trauma kronis Oral TB Syphilis TERAPI Ketoconazole Fluconazole Amphotericin B Pembedahan reseksi atau insisi. INFEKSI meliputi; - Sporotrichosis ETIOLOGI & PATHOGENESIS Etiologi : Sporothrix schenckii Manifestasi di rongga mulut implantasi jamur pd mukosa dari kontaminasi tanah atau tumbuhan berduri Setelah periode inkubasi (bbrp minggu) nodula subkutan ulser JAMUR SUBKUTAN

Manifestasi sistemik jarang, tetapi bisa terjadi jika respon imun menurun GAMBARAN KLINIS Lesi muncul pd daerah yg terimplantasi jamur dan menyebar melalui saluran limfatik Pada kulit : tampak nodula berwarna merah, kmd pecah eksudat dan ulserasi Di rongga mulut : tampak ulser kronis nonspesifik Dapat terjadi Limfadenophathy HISTOPATOLOGI Inflamasi granulomata Abses sentral dapat ditemukan pada beberapa granulomata Hiperplasia pseudoepitheliomata Terdapat Jamur penyebab. DIAGNOSIS Biopsi Kultur pada agar sabouraud Terapi Larutan potassium iodida Jika alergi bisa dengan ketoconazole.

2) INFEKSI JAMUR OPPOTUNISTIK meliputi; Phycomycosis (Mucormycosis) Aspergilosis

ETIOLOGI & PATOGENESIS Phycomycosis (mucormycosis); infeksi yang melibatkan genum mucor dan rhizopus. Normal ditemukan pada jamur roti atau pada buah dan sayur yang busuk Infeksi Opportunistik. Aspergilosis; infeksi dari Aspergillus Aspergillus; terdapat dimana-mana pada lingkungan. Infeksi terjadi terutama pada penderita : diabet ketoasidosis, immunosupresif, penerima transplatasi, malignant progresif, terapi steroid, radiasi, infeksi HIV dan AIDS Rute infeksi melalui traktus gastrointestinal dan respiratory.

GAMBARAN KLINIS Lesi sering pada nasal cavity, sinus paranasal dan oropharynx. Rasa sakit dan pembengkakan mendahului ulserasi. Jaringan nekrosis menyebabkan perforasi palatum Komplikasi : meluas sampai mata dan otak. Jamur cenderung invasi pd dinding arterial penyebaran secara hematogen.

HISTOPATOLOGI Terdapat infiltrat inflamasi akut dan kronis Terdapat jamur penyebab Karakteristik; dinding pembuluh darah nekrotik, mengandung thrombi dan jamur

DD Perforasi lesi palatal Gumma nekrosis spt pada sifilis stadium 3 Midline granulomma (T-cell lyphoma) Wegeners granulomatosis

Keganasan pd nasal dan sinus (squamous cell carcinoma, salivary gland adenocarcinoma) TERAPI Amphotericin B : drug of choice Debridemen pembedahan dari lesi Prognosis tgt keparahan penyakit dan terapi yang tepat Kematian relatif sering pada infeksi ini.

b. INFEKSI JAMUR KANDIDIASIS Faktor Prediposisi termasuk : Pemakaian gigi tiruan Penurunan salvias, misalnya karena penggunaan obat Terapi antibiotik, terutama spectrum luas Diabetes mellitus tidak terkontrol Terapi kortikosteroid Radioterapi daerah mulut dan kerusakan yang terjadi pada kelenjar saliva sesudahnya Defisiensi zat besi, vitamin B12 , dan asam folat Kondisi imunosupresi, termasuk: 1) HIV 2) Leukimia 3) Agranulositosis 4) Obat sitotoksik 5) Malnutrisi dan malabsorpsi Kandidiasis klinis tampil berupa : 1. Kandidiasis akut a. Pseudomembranosa (thrush) Gejala Dapat tanpa gejala Dapat menimbulkan rasa sakit dalam rongga mulut

Kurang nyaman saat menelan Tanda Kandidiasis pseudomembranosa tampil sebagai bercak

putih/kuning seperti krem di mukosa mulut, dapat dilepaskan dari jaringan di bawahnya, meninggalkan daerah yang merah dan mudah berdarah. b. Atrofik (eritematosa) Ditemukan pada pasien yang sedang mendapatkan pengobatan steroid dan antibiotic spectrum luas. Gejala Sering kali sakit Tanda Mukosa mulut terlihat merah menyala. Daerah manapun dapat terlibat, termasuk palatum, lidah, dan mukosa bukal Kandidiasis eritematosa, yang terlihat pada pasien HIV positif, adalah lesi bersifat kronis Kandidiasis atrofik tampil sebagai daerah merah, biasanya ditemukan di palatum dan dorsum lidah

2. Kandidiasis atrofik kronis (kandidiasis eritematosa kronis, stomatitis karena gigi tiruan, denture sore mouth) Faktor prediposisi yang berperan adalah tertutupnya palatum dalam jangka waktu lama oleh pelat gigi tiruan atau pelat ortodontik Gejala Biasanya tidak ditemukan gejala Tanda Mukosa berwarna merah menyala Berhubungan dengan daerah palatum yang tertutup oleh pelat terlihat sehat dengan warna normal Istilah denture sore mouth sebenarnya kurang tepat, karena pasien sering kali tidak mengetahui keberadaan lesi tersebut

Merupakan infeksi candida yang paling umum ditemukan dengan insidens 25-50% pada pemakai gigi tiruan

3. Kandidiasis hiperplastik kronis (kandidal leukoplakia) Kebiasaan merokok sangat erat hubungannya sebagai factor penyerta dalam etiologi kelainan ini Memiliki potensi untuk berubah kea rah keganasan Gejala Rasa sakit di komisura bibir Tanda Di komisura bibir ditemukan daerah berwarna putih yang menempel cekat pada jaringan di bawahnya Lesi bersifat unilateral atau bilateral Tampilan lesi bisa halus atau berbintik-bintik Dapat disertai ulserasi Jarang senbuh sama sekali walaupun sudah digunakan antijamur sistemik Pasien harus dianjurkan untuk segera menghentikan kebiasaan merokok Biopsi diperlukan untuuk menentukan diagnosis kandidal, leukoplakia, karena mikrorganisme ditemukan intraepitel, tidak di atas permukaan mukosa Biopsi eksisi mungkin perlu dilakukan untuk menghilangkan lesi bila terpi antijamur tidak berhasil Yang paling penting diperhatikan : lesi bersifat praganas Dalam waktu 10 tahun, 7% kasus akan berubah menjadi ganas Diperlukan pemeriksaan ulang jangka panjang

4. Kandidiasis mukokutaneus kronis Infeksi candida rongga mulut juga dapat terjadi sebagai bagian dari gangguan mukokutan yang jarang ditemukan

Tes diagnostik Pada daerah yang terlibat dilakukan pemeriksaan apus, kemudian diberi pewarnaan (pewarnaan Gram atau reagen PAS (periodic acid-Schiff)) Kalium hidroksida (KOH) juga dapat digunakan untuk melihat hifa. Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan swab dan oral rinse untuk pemeriksaan kultur Hitung candida kuantitatif dapat dilakukan untuk memantau terapi yang diberikan. Pasien diminta untuk memberikan sampel salivanya atau berkumur-kumur dengan larutan phosphate-buffered saline selama satu menit, sebelum dibuang ke dalam wadah steril Pemeriksaan biopsi dan histopatologi perlu dilakukan untuk memastikan adanya kandidiasis hiperplastik kronik

b. INFEKSI BAKTERI 1. Tuberkulosis Penyakit yang mudah diketahui Disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Walaupun jarang, tetapi dapat ditemukan ulkus yang bersifat persisten, biasanya terjadi di lidah dengan dinding ulkus bergaung, cekungan tersebut dapat berwarna keabuan atau kekuningan sebagai akibat adanya infeksi local. Tuberculosis mulut pada umumnya hanya ditemukan pada pasien yang menderita tuberculosis paru aktif yang bersifat lanjut (terbuka) Gejala : Rasa sakit progressif yang pada akhirnya berpengaruh pada gangguan nutrisi. Tanda intraoral: Lokasi ciri khas di dorsum lidah. Bibir dan palatum lebih jarang terkena. Bentuk bersudut atau bercabang (stealer). Dasar lesi pucat, disertai lendir yang kental di dasar ulkus.

Tepi lesi tidak beraturan dengan dinding bergaung. Tes diagnosis: Pemeriksaan biopsy menunjukkan adanya daerah perkijuan, nekrosis, dan sel datia berinti banyak. Keberadaan mikrobakteria dapat dipastikan dengan memberikan

pewarnaan untuk bakteri yang bersifat tahan asam (pewarnaan ZiehlNelseen). Pada pemeriksaan roentgen foto thorax ditemukan: bintik-bintik difus pada paru-paru, kavitasi, konsolidasi dan adenopati halus. Heaf test: ditemukan respons cepat dan berkepanjangan. Tes sputum: positif untuk basilus tahan asam. Diperlukan waktu beberapa minggu untuk pemeriksaan kultur.

2. Sifilis Merupakan penyakit yang ditularkan secara seksual. Disebabkan oleh bakteri spirochaete, yang disebut treponema pallidum. Penyakit ini merupakan penyakit yang perlu dilaporkan bila ditemukan. Sangat perlu untuk dirujuk ke klinik genitourinary untuk semua kasus yang dicurigai. Sifilis Primer Lesi klasik sifilis primer adalah chancre, biasanya ditemukan di regio genital. Jarang ditemukan pada atau sekitar rongga mulut. Gejala: Tidak ada rasa sakit, kecuali bila terinfeksi Tanda: Lokasi bibir, ujung lidah, yang lebih jarang di region lain dalam mulut. Ukuran bervariasi dari 5 mm sampai beberapa sentimeter diameternya.

Bentuk bulat. Tepinya lebih tinggi dari sekitarnya dan ada indurasi. Jumlah ulkus- biasannya soliter. Kondisi yang terkait Nodus limfatik regional membesar, kenyal, dan berdiri sendiri. Bentuk ulkus dengan tepi indurasi mirip karsinoma sel skuamosa Chancre sembuh sendiri tanpa meninggalkan jaringan parut Sangat menular Sifilis sekunder Muncul 3-12 minggu sesudah lesi primer (pada pasien yang tidak dirawat) berupa ruam kulit berwarna merah, berbentuk papula atau macula. Lesi mulut sering terjadi bersamaan dengan ruam kulit. Gejala: Ulkus tidak sakit Tanda: Lokasi palatum, tonsil, tepi lateral lidah dan bibir. Bentuk ulkus yang datar dengan tepi tak beraturan, tertutup oleh membrane keabuan. Lesi menyatu membentuk bercak membulat yang kita kenal sebagai mucous patch. Sifilis tersier Kini jarang terjadi Lesi sifilis tersier berupa gumma, suatu proses granulomatosa yang sangat merusak. Gejala: Tidak ada rasa sakit Tanda: Lokasi - biasanya ditemukan di palatum, tonsil, dan lidah. Ukuran bervariasi dari beberapa mm hingga beberapa cm diameternya. Bentuk cekung ditengah Dasar lesi memadat dan pucat.

Tepi lesi cekung ditengah. Tes khusus: Sifilis primer tahap awal kemungkinan tidak memberikab hasil positif pada pemeriksaan serologi. Pemeriksaan apus yang diambil dari permukaan chancre akan menegaskan keberadaan treponema pallidum jika di bawah mikroskop lapangan gelap Tes serologi, baik yang spesifik maupun non spesifik, seharusnya digunakan dalam pemeriksaan penyaring dan diagnosis. Jenis pemeriksaan ini juga penting dilakukan untuk membedakan pasien yang mengidap penyakit aktif dengan yang sudah dirawat secara efektif. Tes nonspesifik positif pada penyakit aktif, menjadi negative setelah pengobatan: VDRL dan RPR. Tes spesifik yang dilakukan sesuai dengan prosedur laboratorium TPHA dan FTA Abs.

3. Aktinomycosis Biasanya disebabkan oleh bakteri yang hidup komensal dalam mulut yaitu Actinomyces israellii Patogenesisnya tidak jelas merupakan infeksi kronis yang supuratif. Dapat ditemukan riwayat trauma dalam mulut, seperti ekstraksi gigi, fraktur rahang. Gejala: Pembengkakan pada daerah wajah Ditemukan abses yang mengeluarkan pus dikulit bagian wajah dan leher. Tanda: Ditemukan abses kronis disertai indurasi, biasanya disudut mandibula Kulit yang terlibat berwarna merah atau keunguan. Dapat ditemukan fibrosis luas.

4. Gonorhoe Disebabkan Neissera gonorhoe, melalui kontak seksual

Lokasi infeksi: pada traktus genital bawah, mata, faring, dan rectum. Infeksi genital dapat ditularkan ke membrane mukosa mulut atau pharyng melalui kontak orogenital. Gambaran klinis : Gejala klinis orak gonorrhea tidak spesifik, terdapat ulser multiple, eritema generalis, stomatitis generalis, infeksi lebih sering pada faring dengan gejala erythema generalis, ulser, lymphadenopathy servikal.

Diagnosis Hapusan lesi harus ditanam dalam medium stewart dan segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan mikroskopis serta kultur.

5. Noma Disebabkan oleh Fusobacterium necrophorus (terutama), Borelia vincentii, Staphylococcus aureus, dan Provotella intermedia.

Gambaran klinis: Noma terutama menyerang anak-anak Lesi noma diawali: ulser sakit biasanya pada gingival atau mukosa bukal dan berkembang secara cepat menjadi jaringan nekrotik. Penetrasi organisme ini dapat terjadi melalui pipi, bibir palatum nekrotik. lesi

6. Leprosy Disebabkan Mycobacterium leprae Lesi dapat terjadi intraoral atau intranasal. Terdapat respon granulomatous Dapat dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium yaitu biopsy.

c. INFEKSI VIRUS 1. Herpes zoster (shingles)

Zoster adalah peradangan karena virus, terletak di akar ganglion bagian posterior, melibatkan satu atau lebih saraf sensoris perifer. Herpes zoster menyebabkan cacar air pada anak-anak, tetapi sebagaimana halnya herpes simplek virus tetap berada di ganglion sensoris sampai terjadi rekativitasi. Reaktivitasi pada orang dewasa menyebabkan herpes zoster. Penyakit ini banyak ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada orang dewasa, yang berusia diatas 60 tahun. Di daerah trigeminus, divisi ophthalmicus adalah yang paling sering terkena. Pasien dating ke dokter gigi bila divisi kedua atau ketiga yang terkena. Medical History Herpes zoster dapat terjadi pada lansia yang terlihat sehat. Pada orang dewasa muda atau anak-anak, imunosupresi (misalnya, karena penyakit HIV), dapat ikut menyebabkan herpes zoster, terutama herpes yang bersifat parah dan atau/atau rekuren.

Gejala Pada tahap prodromal ditemukan rasa sakit seperti terbakar, letaknya di dalam, parah dan bersifat unilateral gejala prodromal terjadi beberapa hari sebelum daerah berwarna merah dan vesikel timbul. Vesikel pecah dan membentuk krusta dikulit, tetapi dalam mulut membentuk ulserasi dangkal. Vesikel dan ulserasi terletak unilateral di sepajang distribusi saraf sensoris. Pasien mengalami demam dan terlihat kurang sehat. Bila melibatkan rongga mulut, akan timbul rasa sakit dan kesulitan saat menelan.

Tanda Bila yang terlibat adalah divisi maksilaris, palatum durum dan palatum molle akan terkena dan bersifat unilateral. Bila divisi ophthalmicus yang terlibat (herpes Gasserian), akan berkembang ulserasi kornea yang berbahaya.

Distribusi lesi yang bersifat unilateral disepanjang distribusi anatomi dermatom merupakan ciri khas herpes zoster. Kelompok vesikel berdinding tipis, ataupun ulserasi yang bersifat unilateral (intraoral), berhenti dengan tegas di daerah garis tengah.

2. Herpes simplex Disebabkan virus herpes simplex Tipe: Tipe 1 : menyerang rongga mulut, pharyng. Tipe 2 : menyerang genitalia, kulit. Penularan : kontak langsung pada fase vesikula

Herpes simplex primer Etiologi : virus herpes simplex tipe 1 Gejala prodromal : malaise, letih, dan nyeri tenggorokan. Gejala klinis: Oral: mulut sakit, vesikula pecah menjadi ulser dangkal, permukaan kasar, sakit, tepi kemerahan ukuran bervariasi tunggal/multiple(sering), tertutup fibrin putih. Pemeriksaan penunjang laboratorium: Isolasi virus Sitologi

3. Herpes labialis Dikenal sebagai fever blister / cold sore. Disebabkan oleh virus herpes hominis tipe 1. Gejala klinis: Herpes labialis dimulai dengan rasa gatal dari tempat yang terkena. Dalam 12 jam timbul vesikel dan vesikel tersebut akan pecah membentuk krusta Dallam 36-48 jam. Pada umumnya krusta akan hilang dan lesi sembuh

pada hari ke-8 dan ke-10. Panas dan limfa denopati dapat timbul sebelum adanya vesikel. Erupsi vesikel pada kulit didekat atau pada tepi merah bibir. Rasa terbakar dan rasa agak gatal Vesikula pecah, ulser sakit, terdapat lesi oral palatum durum mukosa bukal.

Pemeriksaan penunjang laboratorium: Tes laboratorium dengan fluorescent antigen herpes simplex.

4. Herpangina Gejala: Radang tenggorokan, demam, rasa tidak enak badan. Tanda: Suhu tubuh meningkat disertai lymfadenopathy Walaupun jarang, dapat terjadi pembengkakan kelenjar saliva seperti pada penyakit mumps. Untuk menentukan diagnosis tetapnya diperlukan pemeriksaan laboratorium. Lokasi vesikel dan ulserasi multiple ditemukan di palatum molle dan tonsil Ukuran kecil 1-2 mm Bentuk bulat dan dangkal Mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang

5. Hand, foot, mouth disease. Merupakan penyakit yang ringan, gejala sistemiknya juga sedikit. Ditemukan vesikel pada tangan dan kaki, selain ulserasi yang ditemukan di mulut. Gejala: Mukosa mulut terasa sakit dan ada nyeri tekan makan dan menelan menambah rasa kurang nyaman lokasi ulserasi multiple di lidah, mukosa bukal, damn palatum durum

ukuran kecil, 1-2 mm, bulat dan dangkal mukosa sekitarnya berwarna merah dan meradang ditemukan lesi berupa macula dan vesikula di tangan dan kaki. Tungkai dan lengan juga dapat terkena

BAB IV
KESIMPULAN Beberapa mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan juga virus dapat menginfeksi jaringan lunak rongga mulut. Infeksi yang disebsbkan oleh bakteri diantaranya adalah : Aktinomikosis Tuberkolosis Gonorhoe sifilis

Infeksi yang disebabkan oleh virus diantaranya adalah : Herpes zoster Herpes Simplex Virus (HSV) Herpes simplex labialis

Infeksi yang disebabkan oleh jamur diantaranya adalah : Candidiasis Oral


Thrush (Pseudomembranous Kandidiasis) Kandidiasis Atropik (Denture Sore Mouth) Kandidiasis Hiperplastis(Kandidaleukoplakia Atropik Kandidiasis ( Antibiotik Stomatitis )

DAFTAR PUSTAKA
Birnbaum, Warren. 2009. Diagnosis Kelainan dalam Mulut : Petunjuk bagi Klinisi/Penulis. Jakarta : EGC Soeparman, dkk. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit Universitas Indonesia. Stawiski MA. Infeksi Kulit. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:EGC, 1995;1291. Siregar RS. Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Ke-2. Jakarta: ECG,2005 ;84-7. Hartadi, Sumaryo S. Infeksi Virus. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 92-4.

You might also like