You are on page 1of 20

Minggu, 27 April 2008 PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

Pendahuluan

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Wikipedia, 2007).

Gambaran proyeksi Haworth struktur glukosa (-D-glukopiranosa)

Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosamonosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7 (Wikipedia, 2007).

Model pengisi ruang molekul glukosa

Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein (Wikipedia, 2007).

Bentuk rantai D-Glukosa.

Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida (Wikipedia, 2007).

Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida). Dekstrosa terbentuk akibat larutan D-glukosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kanan. Dalam kasus yang sama D-fruktosa disebut "levulosa" karena larutan levulosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kiri (Wikipedia, 2007).

Glukosa berubah dari proyeksi Fischer ke proyeksi Haworth.

Gula terdapat dalam dua enantiomer (isomer cermin), D-glukosa dan L-glukosa, tapi pada organisme, yang ditemukan hanya isomer D-isomer. Suatu karbohidrat berbentuk D atau L berkaitan dengan konformasi isomerik pada karbon 5. Jika berada di kanan proyeksi Fischer, maka bentuk cincinnya adalah enantiomer D, kalau ke kiri, maka menjadi enantiomer L. Sangat mudah diingat, merujuk pada D untuk "dextro, yang merupakan akar bahasa Latin untuk "right" (kanan), sedangkan L untuk "levo" yang merupakan akar kata "left" (kiri). Struktur cincinnya sendiri dapat terbentuk melalui dua cara yang berbeda, yang menghasilkan glukosa- (alfa) dan (beta). Secara struktur, glukosa- dan - berbeda pada gugus hidroksil yang terikat pada karbon pertama pada cincinnya. Bentuk memiliki gugus hidroksil "di bawah" hidrogennya (sebagaimana molekul ini biasa digambarkan, seperti terlihat pada gambar di atas), sedangkan bentuk gugus hidroksilnya berada "di atas" hidrogennya. Dua bentuk ini terbentuk bergantian sepanjang waktu dalam larutan air, hingga mencapai nisbah stabil : 36:64, dalam proses yang disebut mutarotasi yang dapat dipercepat (Wikipedia, 2007).

Glukosa merupakan hasil fotosintesis pada tumbuhan dan beberapa prokariota. Glukosa juga terbentuk dalam hati dan otot rangka dari pemecahan simpanan glikogen (polimer glukosa) serta disintesis dalam hati dan ginjal dari zat antara melalui proses yang disebut glukoneogenesis (Wikipedia, 2007).

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (17 kilojoule) energi pangan per gram. Pemecahan karbohidrat (misalnya pati) menghasilkan mono- dan disakarida, terutama glukosa. Melalui glikolisis, glukosa segera terlibat dalam produksi ATP, pembawa energi sel. Di sisi lain, glukosa sangat penting dalam produksi protein dan dalam metabolisme lipid. Karena pada sistem saraf pusat tidak ada metabolisme lipid, jaringan ini sangat tergantung pada glukosa (Wikipedia, 2007).

Glukosa diserap ke dalam peredaran darah melalui saluran pencernaan. Sebagian glukosa ini kemudian langsung menjadi bahan bakar sel otak, sedangkan yang lainnya menuju hati dan otot, yang menyimpannya sebagai glikogen ("pati hewan") dan sel lemak, yang menyimpannya sebagai lemak. Glikogen merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Meskipun lemak simpanan dapat juga menjadi sumber energi cadangan, lemak tak pernak secara langsung dikonversi menjadi glukosa. Fruktosa dan galaktosa, gula lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke hati, yang mengkonversinya menjadi glukosa (Wikipedia, 2007).

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita diabetes mellitus atau kencing manis, jumlah glukosa darah lebih besar dari 130 mg per 100 ml darah (Poedjiadi, 1994).

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut "gula darah", selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin (Wikipedia, 2007).

Bila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglisemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglisemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglisemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf (Wikipedia, 2007).

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, entah karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butirbutir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut gliogenosis, yang mengurangi level gula darah. Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan oleh tidak cukup atau tidak dihasilkannya insulin, sementara tipe 2 disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang dilepaskan ("resistensi insulin"). Kedua jenis diabetes ini mengakibatkan terlalu banyaknya glukosa yang terdapat di dalam darah (Wikipedia, 2007).

Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan kali ini adalah mengetahui menentukan kadar gula pereduksi (glukosa) dalam darah dengan metode spektofotometri dan melakukan pemisahan/isolasi suatu makromolekul polisakarida dalam darah.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah pipet tetes, pipet volumetrik, tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, erlenmeyer, kertas tissu, tabung Folin Wu, spektronik-20, kertas saring, dan corong.

Bahan-bahan yang digunakan adalah darah ayam, akuades, larutan kupritartat alkalis, larutan fosfomolibdat, larutan standar glukosa 0,1 dan 0,2 mg/ml, larutan H2SO4 0,67 N, dan larutan Na-wolframat.

Prosedur Percobaan

Satu ml darah dipipet ke dalam erlenmeyer kecil, serta ditambahkan 1 ml Na-wolframat 10%, dan 1ml H2SO4 0,67 N (tetes demi tetes). Larutan dicampur dengan baik dan dibiarkan 10 menit, kemudian saring dengan kertas saring dalam tabung erlenmeyer. Tiga tabung reaksi dipersiapkan, ketiga tabung diisi dengan 1 ml filtrat, 1ml standar glukosa, dan 1ml akuades. Masing-masing tabung ditambahkan 1 ml larutan kupritartrat. Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan dengan air mendidih selama 8 menit tepat. Setelah itu didinginkan, lalu diencerkan dengan 7 ml akuades. Satu ml larutan fosfomolibdat ditambahkan pada setiap tabung, perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm.

Hasil pengamatan

Tabel hasil pengamatan spektronik-20

Larutan

Transmitan

Absorban

[mg/ml]

Filtrat

Standar Glukosa

Blanko

41,8

29,0

100

0,3788

0,5376

0,7046

Pembahasan

Glukosa diuraikan dalam sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah meningkat setelah kita makan atau minum sesuatu yang bukan air putih biasa. Kadar glukosa yang tinggi, yang disebut hiperglisemia, merupakan tanda penyakit diabetes melitus. Gula darah yang tinggi lambat laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung. Kadar yang tinggi ini dapat disebabkan oleh efek samping protease inhibitor (PI). Gula darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kelelahan. Hal ini hanya salah satu penyebab kelelahan. Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin. Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dari darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas kita tidak membuat cukup insulin. Atau, jumlah insulinnya cukup namun tubuhnya tidak bereaksi secara normal. Ini disebut resistansi insulin. Apa pun alasannya, sel-sel tidak memperoleh glukosa secukupnya untuk dijadikan tenaga, dan glukosa menumpuk dalam darah. Beberapa orang yang memakai PI mengalami resistansi insulin dan kadar gula darahnya dapat meningkat tajam. Keadaan ini kadang kala diobati dengan obat yang biasa dipakai untuk diabetes. Belum ada tes darah yang sederhana untuk resistansi insulin (Spiritia, 2004). Uji glukosa darah pada praktikum ini menggunakan metode spektofotometri. Spektrometer absorbsi adalah sebuah instrumen untuk mengukur absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom/molekul. Spektrofotometer dikembangkan beberapa puluh tahun lalu untuk keperluan para fisikawan dan kimiawan dalam mempelajari struktur molekul dan mengembangkan dengan teori molekul. Kini, spektrofotometer juga banyak digunakan untuk berbagai seperti studi bahan, lingkungan ataupun untuk mengontrol suatu proses kimiawi dalam industri. Amersham Biosciences adalah perusahaan intrumentasi yang memfokuskan diri dalam pengembangan spektrofotometer untuk keperluan penelitian Biologi molekuler. Setiap laboratorium Biologi pasti memiliki spektrofotometer sebagai salah satu tools modernnya (Sentrabd, 2007). Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang.

Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut (Sentrabd, 2007).

Pada percobaan, 1 ml darah dipipet ke dalam erlenmeyer kecil, serta ditambahkan 1 ml Nawolframat 10%, dan 1ml H2SO4 0,67 N (tetes demi tetes). Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades. Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur (Poedjiadi, 1994). Penambahan Na-wolframat bertujuan mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Na-wolframat.

Larutan yang telah dibuat didiamkan selama 10 menit agar terjadi endapan albumin secara sempurna, sehingga ketika endapan tersebut dipisahkan dengan kertas saring akan memisah dengan sempurna.

Tiga tabung reaksi dipersiapkan, ketiga tabung diisi dengan 1 ml filtrat, 1ml standar glukosa, dan 1ml akuades. Masing-masing tabung ditambahkan 1 ml larutan kupritartrat. Larutan kupritartrat ditambahkan untuk membentukan warna biru ketika ditambahkan pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung asam laktat dan ion Cu+. Hal ini sesuai dengan prinsip uji tauber yang memberikan hasil positif (warna biru) pada larutan yang mengandung monosakarida (glukosa).

Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan dengan air mendidih selama 8 menit tepat. Pemanasan berfungsi menambah laju reaksi oleh kupritartat. Ketiga tabung tersebut didinginkan, lalu diencerkan dengan 7 ml akuades. Satu ml larutan fosfomolibdat ditambahkan pada setiap tabung, penambahan H2SO4 0,67 N juga bertujuan menciptakan suasana asam karena reaksi dengan fosfomolibdat terjadi pada suasana asam. Perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm.

Pada penambahan kupritartrat, ion kupri akan direduksi oleh gula menjadi kupro dan mengendap sebagai Cu2O. Dengan menambahan pereaksi fosfomolibdat kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Intensitaas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat (Girinda 1989).

Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert Beer. Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk wadah. Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang beinteraksi dengan sinar. Bayangkan anda memiliki zat warna organik yang kuat/tajam. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah. Jika ingin membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain, namun tidak mengetahui konsentrasinya, maka tidak akan dapat dibuat perbandingan dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar lebih banyak. Bentuk wadah yang semakin panjang akan mempengaruhi panjang larutan sehingga sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih banyak molekul (Sentrabd, 2007).

Hasil pengamatan dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar glukosa yang diperoleh dari darah ayam adalah 0,7046 mg/ml. Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh aktifitas tubuh, kesehatan dan faktor genetik.

Kesimpulan

Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Spektrometer absorbsi adalah sebuah instrumen untuk mengukur absorbsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu oleh suatu atom/molekul. Darah mengandung albumin yang harus dihilangkan pada uji glukosa, albumin diendapkan dengan penambahan akuades dan Na-wolframat. Pada penambahan kupritartrat, ion kupri akan direduksi oleh gula menjadi kupro dan mengendap sebagai Cu2O. Dengan menambahan pereaksi fosfomolibdat kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Intensitaas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat. Hasil pengamatan dengan spektronik-20 dan perhitungan menunjukkan bahwa kadar glukosa yang diperoleh dari darah ayam adalah 0,7046 mg/ml. Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh aktifitas tubuh, kesehatan dan faktor genetik. http://darmaqua.blogspot.com/2008/04/penentuan-kadar-glukosa-dalam-darah.html Selasa, 19 Juli 2011 Glukosa Darah

Laporan Praktikum Waktu : 13.30-16.30 WIB

Hari,tanggal

: Sabtu,11 Desember 2010 Biokimia Umum

PJP Asisten

: Waras Nurcholis,M. Si : Fahry Irwan

PENENTUAN GLUKOSA DALAM DARAH Kelompok 21

Asti Latifah Reza Dewantoro AA Ayu Putu Puspita

C34090043 C34090050 C34090066

DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Pendahuluan Glukosa darah merupakan bagian dari karbohidrat yang merupa monosakarida. Glukosa memiliki peran penting dalam pembentukkan glikogen, karena glikogen merupakan karbohidrat penyimpan energi yang terdiri dari unit-unit glukosa dengan tautan -1,4 dan 1,6. Glukosa dalam tubuh dijaga keseimbangannya dengan dibantu glikogen dengan cara kelebihan glukosa yang ada disimpan dalam darah dan dapat diambil jika tubuh memerlukan energy (Sari 2007). Glukosa dalam darah dapat diukur dalam darah secara keseluruhan, namun pelaporan data cukup dengan cara mengukur dan menentukan kadar gula dalam darah tersebut. Hal tersebut disebabkan sel darah merah (eritrosit) memiliki konsentrasi yang lebih tinggi protein (misalnya, hemoglobin)

dari serum, serum memiliki kadar air yang lebih tinggi dan akibatnya lebih terlarut daripada glukosa darah. Tes laboratorium glukosa darah dapat dilakukan uji FBS (pengujian pada saat puasa), glukosa urine test, Post Prandial Blood Sugar 2-H (PPBS 2-h), uji toleransi glukosa oral (OGTT), dan glukosilasi hemoglobin (HbA1c). Hasil-hasil pengukuran glukosa dapat dilihat dari table sebagai berikut: Tingkat Glukosa Penyebab Abnormal Persistent Hiperglikemia

Hiperglikemia transien

Persistent Hipoglikemia

Transient Hipoglikemia Referensi Range, GDP: 70-110 mg / dl Diabetes Mellitus

Pheochromocytoma

Insulinoma

Alkohol Akut Proses menelan Korteks adrenal hiperaktif Sindrom Cushing

Parah Penyakit Hati

Korteks adrenal insufisiensi Addison's Disease

Obat: salisilat, agen antituberkulosis Hipertiroidisme

Reaksi stres akut

Hypopituitarism

Penyakit hati berat Acromegaly

Syok

Galactosemia

Beberapa penyakit penyimpanan glikogen Kegemukan

Kejang

Insulin ektopik produksi dari tumor

Fruktosa herediter intoleransi Sumber: news-medical.net Pengukuran glukosa juga dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan alat yang bernama spektrofotometer. Alat tersebut dapat diatur dengan panjang gelombang yang sesuai, salah satunya dengan panjang gelombang 660 nm dengan spektronik-20. Hal tersebut dapat

dilanjutkan dengan pengukuran kadar gula darah dengan menggunakan hukum Lambert Beer , yaitu: Kadar gula darah = A sampel A.standard x Cstandar

Tujuan Tujuan dalam praktikum ini agar mahasiswa dapat menghubungkan kadar glukosa darah dengan proses absorpsi. Menentukan gula pereduksi (glukosa) dalam darah dengan metode spektrofotometri. Melakukan pemisahan/isolasi suatu makromolekul polisakarida dalam jaringan hewan. Mengamati perbedaan hidrolisis glikogen oleh enzim dan oleh asam mineral.

Alat dan Bahan alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah tabung Erlenmeyer, pipet tetes, kertas saring, tabung Folin Wu (karena keterbatasan alat digunakan tabung reaksi), penangas air, alat spektrofotometer. Bahan-bahan yang diperlukan diantaranya adalah darah sapi, akuades, Na-Wolframat, H2SO4, standard glukosa, kupritartrat, dan fosfomolibdat. . Metode Praktikum Pipet 1 ml darah ke dalam Erlenmeyer kecil, tambahkan 7 ml akuades, 1 ml Nawolframat 10%, dan 1 ml H2SO4 0,67 N (tetes demi tetes). Campurkan baik-baik, biarkan 10 menit saring dengan kertas saring dan siapkan 3 tabung reaksi. Tabung ke-1 isi dengan campuran 1 ml filtrat (sampel darah) dengan 1 ml kupritartrat, tabung ke-2 diisi dengan 1 ml standard glukosa dan 1 ml kupritartrat, dan tabung ke-3 sebagai blanko diisi dengan 1 ml akuades dengan 1 ml kupritartrat. Panaskan ketiga tabung dalam air mendidih selama 8 menit tepat. Kemudian dinginkan, encerkan dengan 7 ml akuades. Kemudian tambahkan 1 ml fosfomolibdat pada setiap tabung. Baca intensitas warna dalam alat spektrofotometri pada panjang gelombang = 660 nm.

Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil penentuan kadar glukosa darah pada = 660 nm

Tabung

Absorban

Kadar glukosa

Kadar rata-rata dalam darah 8 mg/ dL

glukosa darah Blanko

Standar glukosa

0,55

Sampel 1

0,746

135,6

82,7 Sampel 2

0,292

53,1 Sampel 3

0,327

59,4

Contoh perhitungan : C standar M1 . V1 = M2 . V2 0,1 ml M2 = M2 . 10 ml = 0,01

Kadar gula darah

[sampel 1] = Asampel x Cstandar x Fp Astandar = 0,746 x 0,01 x 10 0,550 = 0,1356

[glukosa darah]

= [sampel 1] x Vsampel Vdarah = 0,1356 x 10 1 = 1,356 mg/ ml = 135,6 mg/ dL

Pembahasan Gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa darah memiliki fungsi sebagai sumber energi sel-sel tubuh. Penentuan kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pada praktikum ini, metode yang digunakan untuk penentuan kadar glukosa darah adalah metode Folin-Wu. Metode Folin-Wu diperkenalkan pertama kali oleh Otto Folin dan Hsien Wu pada tahun 1919. Prinsip penentuan kadar glukosa darah dengan metode Folin-Wu adalah reaksi reduksi ion kupri di dalam larutan kupritartrat oleh gula pereduksi menjadi ion kupro. Senyawa Cu2O yang terbentuk selanjutnya bereaksi dengan asam fosfomolibdat membentuk senyawa fosfomolibdenum oksida yang berwarna biru tua. Intensitas warna biru yang terbentuk sebanding dengan kadar glukosa di dalam darah sampel sehingga dapat diukur serapannya secara spektrofotometri (Ganong 1994). Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan proses filtrasi ebih cepat (Haden 1923). Spektrofotometer adalah semacam alat ukur yang bekerja berdasarkan prinsip spektrofotometri. Sederhananya adalah berdasarkan penyerapan panjang gelombang. Prinsip kerja

spektrofotometri berdasarkan Hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik melewati suatu media, maka sebagian cahaya tersebut diserap, sebagian dipantulkan, dan sebagian dipancarkan (Silverstain 1967). Perubahan warna yang terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang gelombang 660 nm. Pereaksi yang digunakan pada penentuan kadar glukosa darah antara lain H2SO4, kupritartrat alkalis, fosfomolibdat, dan Na-wolframat 10 %. H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Na-wolframat. Selain itu, H2SO4 juga bertujuan menciptakan suasana asam karena reaksi dengan fosfomolibdat terjadi pada suasana asam. Kupritartrat digunakan untuk pembentukan warna biru ketika ditambahkan pereaksi fosfomolibdat, karena larutan ini mengandung asam laktat dan ion Cu+. Hal ini sesuai dengan prinsip uji tauber yang memberikan hasil positif (warna biru) pada larutan yang mengandung monosakarida (glukosa). Dengan menambahan pereaksi fosfomolibdat, kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Nawolframat bertujuan mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. Selain itu pemanasan dilakukan untuk menambah laju reaksi (katalisator) pada kupritartrat (Girindra 1989). Hewan pemamah-biak memiliki kadar glukosa dalam darah yang cenderung rendah, yaitu sekitar 2.2 mmol/L pada domba dan 3.3 mmol/L pada sapi (Murray et al. 2003) atau sebanding dengan 59.4 mg/dL. Kadar yang rendah ini berhubungan dengan kenyataan bahwa pada hakekatnya hewan pemamah-biak akan memfermentasikan semua karbohidrat dalam pakannya menjadi asam lemak yang lebih rendah (mudah menguap). Asam lemak ini dapat menggantikan glukosa sebagai bahan bakar utama metabolik jaringan dalam keadaan kenyang (Berkman 1953). Kadar glukosa yang tinggi, yang disebut hiperglikemia, merupakan tanda penyakit diabetes melitus. Gula darah yang tinggi lambat laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung. Kadar yang tinggi ini dapat disebabkan oleh efek samping protease inhibitor (PI). Gula darah yang rendah, yang disebut hipoglikemia, dapat menyebabkan kelelahan. Hal ini hanya salah satu penyebab kelelahan. Pada orang sehat, gula darah dikendalikan oleh insulin (Lehninger 1982). Insulin adalah hormon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa dari darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas kita tidak membuat cukup insulin. Atau, jumlah insulinnya cukup namun tubuhnya tidak bereaksi secara normal. Ini disebut resistansi insulin. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat glukosa darah antara lain makanan, minuman, aktivitas tubuh, kesehatan, dan faktor genetik (Lehinger 1982). Praktikum ini menggunakan sampel darah sapi. Pada umumnya kadar glukosa darah sapi normal berkisar 59.4 mg/ dL. Percobaan dilakukan dengan menghitung absorbansi pada sampel, standar dan blanko. Absorbansi pada sampel adalah 0.455 lebih kecil dari absorbansi standarnya. Kadar gula darah dapat dihitung dengan hukum Lambert Beer. Dengan menghitung perbandingan ratarata absorabsi sampel per absorbansi standar yang dikaliakan dengan konsentarsi standar. Perhitungan kadar gula darahnya adalah 135,6 mg/dL. Hasil ini menunjukan bahwa dalam

sampel darah sapi yang diambil lebih dari standar glukosa darah sapi normal. Kondisi ini menunjukkan sapi yang darahnya digunakan sebagai sampel pada percobaan berada dalam kondisi hiperglikemia. Metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan kadar glukosa darah adalah dengan metode GOD-PAP. Metode GOD-PAP adalah salah satu metode penentuan kadar glukosa sesudah oksidasi enzimatik oleh glukosa oksidase. Simpulan Penentuan kadar glukosa dalam darah sapi (mg/100 mL darah atau %mg) menggunakan alat spektrofotometri memberikan hasil akhir kadar glukosa sebesar 135.6 mg/dL. Hasil ini lebih tinggi dari kadar glukosa normal pada sapi yaitu 3.3 mmol/L atau setara dengan 59.4 mg/dL. Kondisi ini menunjukkan sapi yang darahnya digunakan sebagai sampel pada percobaan berada dalam kondisi hiperglikemia. http://puspitanegara.blogspot.com/2011/07/glukosa-darah.html MERIKSAAN GLUKOSA DARAH MERIKSAAN GLUKOSA DARAH

Glukosa adalah gula yang terpenting bagi metabolisme tubuh, dikenal juga sebagai gula fisiologis. Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Sedangkan dalam tumbuhan Glukosa 6-fosfat yang dihasilkan selama fotosintesis adalah precursor dari tiga jenis karbohidrat tumbuhan, yaitu sukrosa, pati dan selulosa. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Meskipun disebut gula darah, selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin. Dalam pemeriksaan klinik, penentuan kadar gula darah dapat dilakukan berdasarkan : 1. Senyawa-senyawa mereduksi ; Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Prisip penentuannya didasari pada kemampuan glukosa untuk mereduksi ion anorganik seperti Cu2+ atau Fe(CN)63-. Penentuan glukosa secara reaksi reduksi kurang spesifik dibanding cara enzimatik, terutama bila dalam darah terdapat bahan yang dapat mereduksi misalnya kreatinin,

asam urat dan gula-gula lain selain glukosa (manosa, galaktosa dan laktosa) yang akan memberikan hasil pemeriksaan yang lebih tinggi daripada kadar glukosa yang sebenarnya. 2. Karbohidrat Total ; Pengukuran kadar karbohidrat dalam serum atau plasma digunakan untuk diagnosa dan monitoring treatment diabetes mellitus, serta untuk mendeteksi hipoglikemia, fungsi pancreas, arcinoma sel dan kemungkinan terdapat berbagai penyakit lainnya yang disebabkan oleh kelainan metabolisme karbohidrat. Prinsipnya yaitu Glukosa dioksidasi menjadi asam glukonat dan H2O2 dengan enzim GOD-PAP. Kemudian, H2O2 direaksikan dengan peroksidase dan O-dianisidin menghasilkan senyawa berwarna yang dapat dibaca pada spektrofotometer 500 nm. 3. Enzimatik Gula Darah ; Glukosa dapat ditentukan kadarnya secara enzimatik, misalnya dengan penambahan enzim glukosa oksidase (GOD). Prinsip kerja metode ini adalah Metode enzimatik dibantu enzim-enzim contoh katalase (reaksi Hantz) dan peroksidase (reaksi trinder). Pereagen yang digunakan menggunakan pereagen GOD-PAP. Absorbansi dan Warna absorbansi metode enzimatik intensitasnya pada 500 nm dengan warna merah (dari H2O2 yang terbentuk + peroksidase). Dengan prinsip dasar glukosa dioksidasi oleh oksigen dengan katalis enzim glukosa oxidase (GOD) akan membentuk asam glukonik dan hidrogen peroksida (H2O2). Dengan adanya oksigen atau udara, glukosa dioksidasi oleh enzim menjadi asam glukuronat disertai pembentukan H2O2. Enzim peroksidase (POD) mengakibatkan H2O2 membebaskan O2 yang mengoksidasi akseptor kromogen yang sesuai serta memberikan warna yang sesuai pula. Kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang terjadi, diukur secara spektrofotometri. Hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-aminoantipyrin dan fenol dengan katalis peroksidase (POD) membentuk quinoneimine dan air. Quinoneimine ini merupakan indikator yang menunjukan kadar glukosa dalam darah. Glukosa + O2 asam glukonat + H2O2 2 H2O2 + 4 Aminoantipirin + Fenol Quinonemine + 4 H2O Pada reaksi ini terbentuk H2O2 yang dengan peroksidase (POD) akan bereaksi dengan 2,4 diklorofenol dan 4 amino antipirin. Oksidasi ini menimbulkan zat warna merah antipirin quinonemine yang intensitasnya sebanding dengan kadar glukose yang diukur secara fotometrik. Kelebihan dari metode enzimatik ialah spesifik, presisi tinggi, relatif bebas dari gangguan dan cocok diadaptasikan untuk otomatisasi. Sedangkan kekurangannya antara lain adanya efek steroid namun sangat minim karena kadar yang sangat kecil. Diposkan oleh Ra_kagome di 15:24 2 komentar http://adiyarea.blogspot.com/p/meriksaanglukosa-darah.html http://www.scribd.com/doc/32769806/UJI-GOD-PAP

You might also like