You are on page 1of 7

MAKALAH PANCASILA GLOBALISASI

Disusun Oleh : 1. Daniel Handaja 2. Sugianto A.Wicaksana 3. Willy Budiman T. 4. Yohanes Nataniel 5. Michael Kusuma ( 211310058 ) ( 211310073 ) ( 211310078 ) ( 211310079 ) ( 211310088 )

Mata kuliah : Pancasila Jurusan : Prog. Profesional S1-Informatika

INSTITUT SAINS TERAPAN DAN TEKNOLOGI SURABAYA 2012

BAB I PENDAHULUAN

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja, sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya masyarakat. Dan Globalisasi juga merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol. Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negaranegara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti politik dan budaya.

BAB II PEMBAHASAN

Film dokumenter karya John Pilger memaparkan bagaimana dampak globalisasi terhadap Negara dunia ketiga yang bagi para penganutnya diyakini akan menciptakan kesejahteraan yang merata dan mengurangi pengangguran. Tetapi apa yang terjadi di banyak Negara dan khususnya Indonesia tidak seperti itu. Globalisasi malah mempercepat proses pemiskinan dan menciptakan banyak penindasan. Globalisasi muncul karena adanya bangsa-bangsa. Masalah globalisasi merupakan suatu ketergantungan dalam masalah sosial, politik, ekonomi, dan budaya antar bangsa di dunia. Globalisasi terbentuk karena beberapa faktor, yaitu: 1. Kebijakan Negara untuk menjalin kerja sama dengan Negara lain 2. Sistem ekonomi internasional 3. Adanya migrasi penduduk ke berbagai Negara 4. Kemajan ilmu pengetahuan dan teknologi 5. Berkembang pesatnya perusahaan-perusahaan transnasional Dari faktor-faktor diatas, muncul sebuah gagasan dari para pebisnis Barat untuk memanfaatkan Negara dunia ketiga seperti Indonesia sebagai tempat produksi. Banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan dari gagasan tersebut, seperti: 1. Gaji buruh murah Sudah menjadi hal yang lumrah jika tingkat pengangguran di Indonesia sangat tinggi. Karena kebutuhan ekonomi yang sangat tinggi, banyak warga yang rela menjadi buruh pabrik dengan bayaran yang sangat kecil 2. Menghindari pajak Dibandingkan Negara-negara di Eropa dan Amerika, pajak di Indonesia bisa dibilang cukup rendah. Film ini memperlihatkan bagaimana kondisi buruh yang bekerja di pabrikpabrik perusahaan multinasional seperti Nike dan GAP dengan upah yang rendah,

jam kerja yang tidak teratur, dan kondisi tempat kerja yang mengkhawatirkan, dipaksa untuk terus bekerja dan seakan tidak punya pilihan lain selain terus melakukan apa yang diperintahkan oleh bos-bos pabrik. Dalam film ini diperlihatkan juga bagaimana kondisi tempat tinggal para buruh yang bisa dikatakan kumuh, dan bagaimana mereka menyiasati upah mereka agar mencukupi kebutuhan keluarganya dengan cara mengurangi frekuensi makan dan tingkat gizi. Dibeberapa pabrik yang memproduksi merk-merk terkenal seperti Nike, Reebok, Adidas dan GAP, terdapat lebih dari 1000 pekerja dalam ruangan tanpa AC, sesak, dan sangat tidak kondusif. Selain kondisi kerja, jam kerja pun menjadi mimpi buruk bagi para buruh apabila mendadak ada pesanan untuk ekspor. Para buruh dipaksa untuk bekerja selama 16 jam dalam kondisi berdiri. Hal ini sangat tidak manusiawi dengan gaji mereka yang sangat kecil. Pada dasarnya, globalisasi di Indonesia mulai terjadi sejak rezim orde baru. Banyak dugaan yang membuktikan bahwa Presiden Soeharto disokong Amerika dan Inggris serta para pebisnis Barat. Perekonomian Indonesia pada saat itu dibentuk menurut model Amerika guna mempermudah Negara Barat menguasai sumber mineral pasar dan buruh murah. Ketika Soeharto berkuasa, para pebisnis Barat bisa melakukan apa saja dengan masuknya kembali IMF dan Bank Dunia. Mereka berjanji akan mensejahterakan Indonesia, namun hal itu hanyalah janji palsu. Tujuan asli mereka datang ke Indonesia hanyalah memanfaatkan kondisi rakyat Indonesia untuk memperoleh tenaga kerja dengan gaji kecil. Disisi lain, pada saat Presiden Soeharto berkuasa, pemerintah melakukan pinjaman kepada Bank Dunia untuk kepentingan pembangunan Indonesia. Namun dalam laporan internal Bank Dunia pada bulan Agustus 1997 terkuak fakta bahwa hampir 30% pinjaman Bank Dunia kepada Indonesia telah diselewengkan melalui pembayaran gelap kepada staf pemerintah dan para politisi. Banyak kalangan berpendapat bahwa globalisasi mampu membawa kesejahteraan bagi seluruh Negara di dunia. Namun pada kenyataannya, globalisasi malah memperjelas bagaimana proses pemiskinan terjadi melalui penghapusan subsidi beberapa sektor pelayanan publik seperti kesehatan dan

pendidikan.

Globalisasi

menimbulkan

hutang

dan

hutang

melahirkan

kesengsaraan, pengangguran, dan krisis. Akibatnya rakyat Indonesia harus membayar mahal untuk kesehatan dan pendidikan. Dan uang hutang yang dicuri keluarga Soeharto saat berkuasa harus dibayar kembali oleh generasi penerus Bangsa Indonesia. Setiap hari lebih dari 1 trilyun rupiah disetor Negara miskin di seluruh dunia ke Negara kaya dalam bentuk pembayaran hutang. Dalam wawancara John Pilger dengan Stanley Fischer, wakil direktur IMF, Pilger mengajukan pertanyaan mengenai kemungkinan dihapuskannya hutang yang sangat diharapkan oleh 250 juta rakyat Indonesia dan diperkirakan dapat mengurangi kemiskinan. Sekali lagi, terungkap bahwa melalui rezim yang berkuasa, globalisasi yang didukung oleh lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia banyak menciptakan pelanggaran seperti diskriminasi terhadap hak asasi manusia dan pencabutan subsidi tarif dasar listrik dan bahan bakar minyak yang akan semakin mempercepat proses pemiskinan. Dalam aspek konseptual, globalisasi mengalami banyak perdebatan didalamnya. Pro kontra konseptual seringkali menjadi hal yang wajar mengingat banyaknya aspek yang melingkupi dan perspektif yang digunakan. Globalisasi dalam aspek teori tidak dapat menggunakan satu perspektif saja, tetapi harus dilihat dalam aspek parsial menurut kebutuhan. Dari sini, globalisasi sebagai suatu fenomena masa kini mempunyai pengaruh yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada persoalan ekonomi, politik, maupun sosial, tetapi juga melampaui batasan yang selama ini dipahami. Contohnya perbandingan antara Tanzania dan Goldman Sachs. Tanzania adalah sebuah Negara yang memiliki pendapatan nasional sebesar $2,2 milyar dengan jumlah penduduk mencapai 25 juta orang. Sedangkan Goldman Sachs adalah perusahaan penanaman modal yang keuntungannya $2,2 milyar per tahun dengan rekan bisnis hanya berjumlah 161. Tentu contoh ini membuktikan bahwa globalisasi telah melampaui batas. Bagaimana mungkin perusahaan penanaman modal memiliki keuntungan yang sama dengan sebuah Negara yang memiliki 25 juta penduduk. Semuanya tampak tidak masuk akal, namun kini dengan adanya globalisasi kasus tersebut bisa terjadi kapan saja.

Dalam era globalisasi, masyarakat beserta institusi-institusi yang ada di dalamnya, tidak dapat lepas begitu saja fungsi dan perannya dari kekuatan pasar uang dan modal. Kedua elemen ini menciptakan suatu sistem baru yang mana modal financial menjadi aspek penting dalam perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Karena itu, globalisasi membangun bentuk baru organisasi sosial tanpa keikutsertaan negara sebagai lembaga ekonomi dan unit politik utama dari masyarakat dunia karena kekuatan yang dimiliki oleh pasar uang dan modal lebih mempunyai daya intervensi lebih besar dibandingkan lainnya. Untuk memerangi pengaruh globalisasi terhadap buruh miskin, banyak hal yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi masyarakat Negara dunia ketiga, seperti: 1. Peraturan dan kode etik bagi perusahaan harus dipatuhi secara penuh 2. Menaikkan gaji buruh 3. Memberikan jaminan kesehatan bagi para buruh 4. Menghapus hutang Negara dunia ketiga untuk meringankan

penderitaan kaum buruh 5. Mengurangi jam kerja para buruh 6. Menyediakan fasilitas kerja yang layak bagi para buruh

BAB III KESIMPULAN

Era globalisasi menandai bahwa kebutuhan akan kerjasama semakin penting dan ketergantungan antara negara menjadi semakin kompleks. Konsep Negara pusat untuk negara-negara industri maju dan negara pinggiran untuk negara-negara berkembang, seperti Indonesia yang terlibat dalam pola interdependensi tersebut. Saling ketergantungan antara negara pusat dan negara pinggiran berada pada posisi kedua pihak saling membutuhkan. Negara-negara pusat membutuhkan ketersediaan lahan dan buruh, sedangkan Negara-negara pinggiran membutuhkan lapangan kerja untuk mengurangi tingkat pengangguran dan krisis ekonomi. Namun disatu sisi globalisasi menimbulkan pengaruh yang negatif bagi perekonomian bangsa Indonesia. Pendapatan buruh yang rendah, jam kerja yang terlalu lama, dan kondisi hidup para buruh yang mengkhawatirkan harus menjadi tolak ukur tersendiri. Belum lagi hutang Negara yang disebabkan pemerintah orde baru yang tidak bertanggung jawab semakin memberi beban pada buruh-buruh miskin. Dengan dampak negatif yang begitu besar, dunia perlu melakukan perubahan untuk mencegah munculnya Negara adikuasa yang terus mencari keuntungan dari Negara-negara pinggiran. Dari sini globalisasi ekonomi dunia akan terus berlanjut dengan memperlebar jurang yang kaya dan yang miskin. Negara yang kaya akan semakin kaya, sedangkan Negara miskin akan semakin miskin.

You might also like