You are on page 1of 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Menurut Notoatmodjo, pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek yang terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pnginderaan sampai menghasilkan pengeahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Wawan dan Dewi, 2010)

2.1.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu: (Wawan dan Dewi, 2010) 1. Tahu (Know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, sebagainya. menyatakan, dan

11

12

2. Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh, menyimpulkan, meramalkan, da sebagainya terhadap suatu objek yang dipeajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Apliksi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, rinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru ari formulasi yang ada.

13

6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu krteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.3

Cara Memperoleh Pengetahuan

2.1.3.1 Cara Kuno 1. Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahakan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. . 2. Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya. 3. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diproleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

14

2.1.3.2 Cara Moderen Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bascon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah. (Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi, 2010)

2.1.4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

2.1.4.1 Faktor Internal 1. Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang mudah menerima informasi. (Wawan dan Dewi, 2010) 2. Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang keluarga. Pekerjaan bukanlah merupakan sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibuibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (Wawan dan Dewi, 2010)

15

3.

Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip dari Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock (2008) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. (Wawan dan Dewi, 2010)

2.1.4.2 Faktor Eksternal 1. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan eilaku orang atau kelompok. (Wawan dan Dewi, 2010) 2. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.

2.1.5

Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Arikunto dalam Wawan dan Dewi (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan sakla yang bersifat kualitatif, yaitu: 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang : : : Hasil presentase 76%-100% Hasil presentase 56%-75% Hasil presentase <56%

16

2.2 Pendidikan 2.2.1 Pengertian Menurut Suprapto dalam Ihsan (2010), pendidikan adalah proses yang berisi beragai macam kegiatan yang cocok bagi ndividu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karya, cipta, rasa, dan budi nurani) dan jasmani (paca indera serta keterampilan-keterampilan). (Ihsan, 2010)

2.2.2

Jenjang Pendidikan Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran.

2.2.2.1 Pendidikan Dasar Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketermapilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untk mengetahui mengikuti pendidikan menengah

17

2.2.2.2 Pendidikan Menengah Pendiikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.

2.2.2.3 Pendidikan Tinggi Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat

menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia. (Ihsan, 2010)

2.2.3

Kriteria Tingkat Pendidikan Menurut Riyanto (2011), pengukuran pada variabel tingkat pendidikan dapat diukur dengan skala ordinal dengan hasil pengukuran: 1. Tinggi Jika pendidikan terakhir SMA (pendidikan menengah) dan Perguruan Tinggi (pendidikan tinggi). 2. Rendah Jika pendidikan terakhir SD dan SMP (pendidikan dasar).

18

2.3 Pekerjaan Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. (Wikipedia Bahasa Indonesia)

2.3.1

Bekerja Karl Marx mengatakan bekerja merupakan aktivitas yang sangat hakiki bagi manusia. Bekerja adalah aktivitas yang menjadi saranabagi manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya. (Fajar Setyani, 2010)

2.3.2

Status Ibu Bekerja Fenomena mengenai kemunculan wanita karir, pada dasarnya baik pria maupun wanita. Menurut Rachman (2007), baik pria maupun wanita harus mampu menjaga keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam peranperan yang menjadi tanggung jawabnya. (Fajar Setyani, 2010)

Masalah pengasuhan terhadap anak biasanya dialami oleh para ibu bekerja yang empunyai anak kecil balita dan batita. Pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stress yang besar bagi para ibu bekerja. Kelelahan fisik dan psikis sering membuat mereka sensitif dan emosional, termasuk dengan anak-anak (Fajar Setyani, 2010)

19

2.4 Konsep Bermain 2.4.1 Pengertian Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktikan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009) Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. (Anggiani Sudono, 2003).

2.4.2

Fungsi Bermain pada Anak Sebelum memberikan berbagai jenis permainan pada anak, maka orang tua seharusnya mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang akan diberikan, agar diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak memiliki berbagai masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi dalam puncaknya seperti masa kritis, optimal, dan sensitif.

Untuk lebih jelasnya, dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain pada anak (A. Aziz Alimul Hidayat, 2009) : 1. Membantu perkembangan sensorik dan motorik Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakuakan dengan melakukanrangsangan pada sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktivitas anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya.

Rangsangan yang dimaksud melalui stimulasi permainan.

20

2. Membantu perkembangan kognitif Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada anak aat bermain, maka anak akan mencoba melakukan berkomunikasi dengan bahasa anak, mamapun memahami objek permainan seperti dunia tempat tinggal, ampu membedakan khayalan dan kenyataan, ampu belajar warna, memahami bentuk dan ukuran dan berbagi manfaat benda yang digunakan dalam permainan, sehingga fungsi bemain pada model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya. 3. Meningkatkan sosialisasi anak, proses sosialisasi ini dapat terjadi melalui permainan. 4. Meningkatkan kreativitas. Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreativitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu darri permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan dalam permainan sehingga anak lebih kreatif. 5. Meningkatkan kesadaran diri Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk eksplorasi tubuh dan meraakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang slaing berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

21

6. Mempunyai nilai terapeutik Bermain dapat menjadikan diri naka lebih senang dana nyaman sehingga adanya stress dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri dari anak terhadap dunianya. 7. Mempunyai nilai moral pada anak Bermain juga memberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal ini dijumpai pada anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah, dan ketika berinteraksi dengan temannya.

2.4.3

Kategori Bermain

2.4.3.1 Bermain Bebas Bermain bebas berarti anak bermain tanla aturan dan tuntunan. Anak bisa mempertahannkan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.

2.4.3.2 Bermain Terstruktur Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu ole orang dewasa. Kategori ini membatasi dan meminimalkan daya cipta anak. (Dian Adriana, 2011)

2.4.4

Variasi dan Keseimbangan dalam Aktivitas Bermain Anak memerlukan alat permainan yang bervariasi sehingga bila bosan permainan yang satu, dia dapat memilih permainan yang lainnya.

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif dan pasif, yang biasa disebut hiburan. Dalam bermain aktif,

22

kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif kesenangan didapat dari orang lain.

Variasi aktivitas bermain menurut Dian Adriana, 2011 adalah sebagai berikut:

2.4.4.1 Bermain Aktif 1. Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play) Perhatian pertama pada anak bermain adalah memeriksa alat permain tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar. 2. Bermain konstruktif (construction play) Pada anak umur 3 tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumahrumahan. 3. Bermain drama Misalnya sandiwara boneka, dan dokter-dokteran dengan temannya. 4. Bermain bola, tali, dan sebagainya.

2.4.4.2 Bermain Pasif Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengarkan. Bemain pasif ini adalah ideal apabila anak sudah lelah bermain dan membutuhkan sesuatu untuk mengatsi kebosanan dan keletihannya. Contoh bermain pasif adalah sebagai berikut:

23

1. Melihat gambar-gambar di buku/majalah 2. Mendengarkan cerita/musik 3. Menonton televisi, dan lain-lain

Kadang-kadang tidak dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti di bawah ini: 1. Kesehatan anak menurun Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktiviras bermain 2. Tidak ada variasi dari alat permainan 3. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnya kalau anak tidak tahu cara menggunakannya. 4. Tidak mempunyai teman bermain Kalau tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain yang dapat dikerjakan sendiri akan terbatas

2.4.5

Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Aktivitas Bermain Menurut Dian adriana, 2011 adalah sebagai berikut: 1. Energi ekstra/tambahan Bermain memerlukan energi tambahan, anak sakit kecil keinginannya untuk bermain. Apabila ia mulai lelah atau bosan, maka akan menghentikan permainan. 2. Waktu Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain

24

3.

Pemilihan Jenis Alat Permainan Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya.

4.

Ruangan untuk bermain Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman atau di tempat tidur

5.

Cara bermain Anak belajar bermain melalui mencoba-mencoba sendiri, meniru teman-temannya, atau diberi tahu caranya.

6.

Teman bermain Anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Kalau ia main sendiri, maka ia akan kehilangan kesempatan belajar dari temantemannya. Akan tetapi kalau anak terlalu banyak bermain dengan anak lain, maka anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhan sendiri.

7.

Reward Berikan semangat atau pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah permainan

2.4.6

Keuntungan Bermain Keuntungan bermain menurut Dian Adriana, 2011: 1. Membuang energi ekstra 2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang, otot, dan organ-organ.

25

3. Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan 4. Anak belajar mengontrol diri 5. Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya. 6. Meningkatkan daya kreativitas 7. Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda yang ada disekitar anak 8. Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan kedukaan. 9. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya 10. Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang dalam bermain 11. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan 12. Dapat mengembangkan kemampuan intelektual

2.4.7

Kesalahan-kesalahan dalam Memilih Alat Permainan Menurut Soetjiningsih, 2002 kesalahan yang sering dibuat dalam memilih alat permainan adalah sebagai berikut: 1. Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan.

Padahal pada umumnya anak-anak suka mengulang-ulang alat permainan yang sama untuk beberapa waktu yang lama 2. Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan menarik, tetapi mereka tidak berpikir pa yang dikerjakan anak terhadap alat permainan tersebut.

26

3. Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat permainan. Mereka lupa bahwa alat permainan yang dibuat sendiri atau dari barang bekas sering menyenangkan pula 4. Alat permainan yang terlalu lengkap, sehingga sedikit peluang bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi. Sekali anak melihatnya, hanya sedikit tersiksa waktu untuk memainkannya. 5. Alat permainan tidak sesuai umur anak, anak terlalu tua atau terlalu muda terhadap alat permainanya. Sehingga maksud dan tujuan alat tersebut tidak tercapai. 6. Memberikan terlau banyak lat permainan dengan tipe yang sama. 7. Banyak orang tua yang tidak meneliti kemananan dari alat permainan yang dibelinya.

2.4.8

Cara Menolong Anak untuk Bermain Agar tujuan dari stimulasi dengan alat permainan tercapai, berbagai hal harus diperhatikan , yaitu: (Soetjiningsih, 2002) 1. Bermain/alat permainan harus sesuai dengan taraf perkembangan anak. 2. Agar kemampian bermain anak berkembang, orang tua harus sabar. Pehatikan kemampuan dan minat anak, janganlah orang tua menuntut anak di luar kemampuannya. 3. Ulangi suatu cara bermain, sehingga anak bena-benar terampil sebelum meningkat pada ketrampilan yang lebih majemuk.

27

4. Orang tua selalu menjadi model bagi anak-anaknya. Apabila orang tua senang dengan sesuatu alat permainan, maka nak cenderung menyukai juga. 5. Sebelum orang tua mengajak bermain dengan menggunakan alat permainan, pelajarilah terlebih dahulu cara dan tujuan bermain dari alat permainan tersebut. 6. Jangan memaksa anak bermain, bila si anak sedang tidak ingin bermain. 7. Hentikan kegiatan bermain sebelum anak mulai bosan. 8. Alat permainan anak tidak selalu harus baru. 9. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau terlalu sedikit. Karena, kalu terlalu banyak akan membuat anak bingung, sedangkan kalau terlalu sedikit anak tidak mencapai kesempatan secara optimal mengembangkan ketrampilannya. 10. Bila anak terlau menetap perhatiannya kepada alat pemainan tertentu, janganlah orang tua terlalu khawatir. Usahakan untuk tetap memperkenalkan alat permainan yang lain agar anak mendapatkan pengalaman yang lebih luas 11. Bila orang tua menyediakan waktu sedikit untuk bermain dengan anaknya setiap harinya, maka akan terjalin hubungan yang akrab dengan anaknya, yang sangat untuk perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari. 12. Sekali-kali beri kesempatan kepada anak untuk bermain sendiri. Anak sebaiknya diberikan kesempatan untuk dapat menyenangkan dirinya

28

sendiri.

Sekaligus

berarti

memberikan

kesempatan

anak

mengembangkan ketrampilan untuk mandiri.

2.4.9

Perkembangan yang distimulasi dengan Bermain Menurut Soetjiningsih, 2002: 1. Perkembangan fisik/motorik kasar Menggunakan mainan sepeda roda dua/tiga, bola, mainan yang ditarik/didorong, tali, dan lain-lain. 2. Motorik Halus Menggunakan gunting, pensil, bola, balok, lilin, dan lain-lain. 3. Kecerdasan/kognitif Mengguanakan mainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna, dan lain-lain. 4. Bahasa Menggunakan mainan buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, dan lain-lain. 5. Menolong diri sendiri Menggunakan gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dan lain-lain. 6. Tingkah laku sosial Menggunakan mainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak pasir, bola, tali, dan lain-lain.

29

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Pemilihan Menurut Notoatmodjo (2003), faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan rseultansi dari berbagi faktor baik internal maupun eksternal. Beberapa teori yang telah dicoba dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia.

Lawrence Green menganalisis perilaku dari tingkat kesehatan yang terbentuk dari 3 faktor yaitu: 1. Faktor predisposisi (presdisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya 2. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya 3. Faktor pendorong (renforcing factor), yang terwujud dalam sikap dan perilaku tugas kesehatan, atau petugas yang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5.1

Jenis Mainan untuk Balita

2.5.1.1 Pengertian Mainan Mainan adalah sesuatu yang digunakan dalam permainan oleh anak-anak. (Wikipedia Bahasa Indonesia)

30

2.5.1.2 Jenis Mainan untuk Balita 2.5.1.2.1 Umur 12-24 bulan Tujuan: 1. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara 2. Memperkenalkan sumber suara 3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik 4. Melatih imajinasinya 5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk kegiatan yang menarik

Alat permainan yang dianjurkan: 1. Genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya 2. Alat permainan yang dapat didoroang dan ditarik 3. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misalnya: cangkir yang tidak mudah pecah, sendok, botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, krayon/pensil berwarna.

2.5.1.2.2

Umur 25-36 bulan Tujuan: 1. Menyalurkan emosi/perasaan anak 2. Mengembangkan ketrampilan berbahasa 3. Melatih motorik halus dan kasar

31

4. Mengembangkan

kecerdasan

(memasangkan,

menghitung,

mengenal dan membedakan warna) 5. Melatih kerja sama mata dan tangan 6. Melatih daya imajinasi 7. Kemampuan membedakan warna dan benda

Alat permainan yang dianjurkan: 1. Lilin yang dapat dibentuk 2. Alat-alat untuk menggambar 3. Puzzle sederhana 4. Manik-manik ukuran besar 5. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda 6. Bola

2.5.1.2.3

Umur 37-72 bulan Tujuan: 1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan 2. Mengembangkan kemampuan berbahasa 3. Mengembangkan mengurangi 4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura (sandiwara) 5. Membedakan benda dengan perabaan pengertian tentang berhitung, menambah,

32

6. Menumbuhakan sportivitas 7. Mengembangkan kepercayaan diri 8. Mengembangkan kreativitas 9. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dan lain-lain) 10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar 11. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya 12. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya pengertian mengenai terapung dan tenggelam 13. Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan: 1. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anakanak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air. 2. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain di luar rumah. (Soetjiningsih, 2002)

33

2.5.2 Balita 2.5.2.1 Pengertian Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. (Muaris, 2006 dalam http://digilib.unimus.ac.id)

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat Balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari dua sampai lima tahun, atau biasa digunakan dalam perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. Peiode usia ini disebut juga sebagai anak usia prasekolah (Wikipedia Bahasa Indonesia).

2.5.2.2 Ciri Khas Perkembangan Balita 2.5.2.2.1 Perkembangan Fisik Pertambahan berat badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena balita menggunakan banyak energi untuk bergerak.

2.5.2.2.2 Perkembangan Psikologis 1. Psikomotor Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan

psikomotor balita yang mulai terampil dalam pergerakannya (lokomotion). Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam,

34

melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti meronce, menulis, menggambar,

menggunakan gerakan pincer yaitu memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti

memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan kemulutnya, mengikat tali sepatu.

2. Kognitif Pada periode usia ini pemahaman terhadap obyek telah lebih ajeg. Balita memahami bahwa obyek yang diaembunyikan masih tetap ada, dan akan mengetahui keberadaan obyek tersebut jika proses penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika prose penghilangan obyek tidak terlihat, balita mengetahui benda tersebut masih ada, namun tidak mengetahui dengan tepat letak obyek tersebut. Balita akan mencari pada tempat terakhir ia melihat obyek tersebut. Oleh karena itu pada

permainan sulap sederhana, balita masih kesulitan untuk membuat prediksi tempat persembunyian obyek sulap.

Kemampuan bahasa balita bertumbuh dengan pesat. Pada periode awal balita yaitu usia dua tahun kosa kata rata-rata balita adalah 50 kata, pada usia lima tahun telah menjadi diatas 1000 kosa kata. Pada usia tiga tahun balita mulai berbicara dengan kalimat

35

sederhana berisi tiga kata dan mulai mempelajari tata bahasa dari bahasa ibunya, contoh kalimat:

1. Usia 24 bulan: "Haus, minum" 2. Usia 36 bulan:"Aku haus minta minum" 3. Sosial dan Individu

Pada periode usia ini balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial diluar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada pada suatu tempat dengan sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu

permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama berarti melakukan kegiatan dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian peran.

Balita

mulai

memahami

dirinya

sebagai individu yang kelamin, mulai

memiliki atribut tertentu

seperti nama, jenis

merasa berbeda dengan orang lain dilingkungannya. Mekanisme perkembangan ego yang drastis untuk membedakan dirinya dengan individu lain ditandai oleh kepemilikan yang tinggi terhadap barang pribadi maupun orang signifikannya sehingga pada usia ini balita sulit untuk dapat berbagi dengan orang lain.

Proses pembedaan diri dengan orang lain atau individuasi juga menyebabkan anak pada usia tiga atau empat tahun memasuki

36

periode negativistik sebagai untuk mandiri.

salah

satu

bentuk

latihan

Tabel 2.2 Ciri Perkembangan Balita Perkembangan Laki-laki Perempuan Motorik TB(cm) BB(kg) TB(cm) BB(kg) 23 87 96 12 15 8695 1215 Sudah pandai berlari, tahun berolahraga, dan dapat meloncat. Usia Fisik Kognitif Keterampilan tangan mulai membaik, pada usia 3 tahun belajar menggunting kertas, belajar menyanyi, dan membuat coretan sederhana. Mulai belajar membaca, berhitung, menggambar, mewarnai, dan merangkai kalimat dengan baik.

45 100 tahun 120

1621

100 120

1622 Dapat berdiri pada satu kaki, mulai dapat menari, melakukan gerakan olah tubuh, keseimbangan tubuh mulai membaik.

Sumber : Label Ilmu Pengetahuan Alam dan Manusia

37

2.6 Kerangka Teori Gambar 2.1 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Keyakinan - Nilai-nilai - Pendidikan - Pekerjaan

Faktor Pendukung - Lingkungan fisik - Ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan

Perilaku

Faktor Pendorong - Sikap dan perilaku tugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi masyarakat

(Modifikasi teori perilaku Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003)

You might also like