Professional Documents
Culture Documents
Telingah Tengah
Telingah tengah berbentuk kubus dengan Batas Luar : membrane timpani Batas Dalam : Berturut dari atas ke bawah : kanalis semi sirkularis Horizontal, Kanalis Fasialis,Oval Window ,Round window, Dan Promontorium Batas Depan : Tuba estucius Batas belakang : Aditus ad antrum , Kanali Facialis pars Verticalis Batas atas :Tegmen Timpani Baras Bawah : Vena Jugularis ( Bulbus Jugularis)
Membran Timpani Terbagi atas Pars Flaksida ( Membran Shrapnell) Pars Tensa ( Memberan Propria)
Pars Flaksida Terdiri dari 2 lapis yaitu pada bagian luarnya lanjutal epitel kulit liang telinga sedangkan bagian dalamnya dilapisi oleh sel kubus bersilian
Pars tensa Mempunyai satu lapisan ditengahnya yang terdiri dari serat kolagen dan sedkit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler dibagian dalam
Banyangan Penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut sebagai umbo , dari umbo bermula reflek cahaya cone of light kearah bawah jam 7 untuk timpani kiri dan jam 5 untuk membrane timpani kanan: Reflek Cone of light : Cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membrane timpani. Dimembran timpani ini terdapat 2 serabut sirkuler dan radier . Serabut ini lah yang menyebabkan Timbulnya cahaya yang berbrntuk kerucut
Mmbran Timpani terdapat 4 kuadran : dengan Menarik garis dari Posesus Longus maleus dengan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo 1. 2. 3. 4. Anterior- Superior Anterior- Inferior Posterior- Superior Posteritor Inferior
Bila melakukan meringotomi atau parasitesi Dibuat insisi dibagian Kuadran Posterior Inferior Karena pada bagian ini tidak terdapat tulang pendengaran Dildalam telingan tengah terdapat tulang tulang pendengaran : Maleus melekat pada inkus , Inkus melekat pada stapes : Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea, Hubungan antara tulang tulang pendengaran adalah merupakan persedian Pada pars Flaskida terdapat daerah yang disebut atik :ditempat ini terdapat aditus ad antrum yaitu lubang yang menghubungkan antara telingah tengah dengan atrum mastoid Tuba Estacius: menghunbungkan Nasofaring dengan telinga tengah
Ujung atau Puncak koklea disebut Hilecotrema Menghubungkan Prelimfe skala timpani dengan skala vestibuli Skala Vestibuli dengan Skala timpani berisi PreLimfe Skala Media Berisi endolimfe Dasar skala Vestibuli disebut Membran Reisnnner sedangkan Dasar skala media adalah membrane basalis , Pada membrane ini terdapat organo corti Pada Membran Basal melekat sel Rambut terdiri dari sel rambut dalam , sel rambut luar dan kanalis corti yang mebentuk organ corti
Fisiologi Pendegaran
Getaran suara Ditangkap oleh daun telingaLiang TelingaMembran Timpani bergentarGentaran diteruskan ke Tulang- Tulang pendengaran Stapes Menggerakkan Tingkap lonjong ( Foramen Ovale ) yang juga menggerakkan Prelimfe dalam Skala Vestibuli Getaran Diteruskan ke Membrane Reisner yang mendorong endolimfe dan membrane basal kea rah bawah Prelimfe Dalam skala Timpani akan bergerak sihingga Tinggkap bundar ( Foramen Rotundum ) terdorong kearah luar Skala Media menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membrane basal ke bawah dan meggerakan prelimfe pada skala timpani Berubahnya Membran basal ;Ujung sel rambut menjadi lurus Rasangan Fisik
Diubah oleh adanya perbedaan ion kalium dengan natrium memjadi aliran listrik dan dialirkan oleh cabang cabang N VIII Otak Area ( 39 -40 )
Audiologi
Audiologi Ialah ilmu yang mempelajari seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan Hablitasi dan rehablitasi Hablitasi : Usaha untuk memberikan Fungsi yang seharusnya di miliki Rehablitasu :Usaha Untuk mengembalikan Fungsi yang perna di miliki
Audoologi Dasar Ialah Pengetahuan mengenai Nada Murni , Bising, Ganngguan pendengaran serta cara pemeriksaannya . Pemeriksaan Pendengaran yang dilakukan dengan 1. Tes Pelana 2. Tes Berbisik 3. Audiometer Nada murni Audiologi KHusus Untuk membedakan Tuli SarafKoklea dengan Retro Koklea Audiometri Obyektif Test Tuli Untuk tuli an organic Audiologi anak Audiologi Industri
Cara Pemeriksaan Pendengaran Test Pelana adalah tes ini Merupakan test kuantitatif terbagi atas Test Rinne ialah test untuk membandingkan Hantaran melalui udara dan hantaran melalui Tulang pada telingah yang di periksa Test Waber Ialah test Unutuk membandingkan Hantaran tulang pendegaran Telinga kiri dan dengan Telinga kanan Test Schwaback ialah Membandingkan Hantaran tulang yang diperiksan dengan Pemeriksa dengan Pendegaran Normal
Pada Umumya Pelana Yang sering dipakai 512. 1024, 2048 Jika Memakai 1 pelana di gunakan 512 Tes Rinne + + Tes Waber Tidak ada Lateralisasi Laterlisasi Ke sisi sakit Leteralisasi sisi sehat Tes Schwabach Sama dng Pemeriksa Memajang Memedek Diagnosis Normal Tuli konduktif Tuli sensonural
Test Berbisik : Pemeriksaan ini bersifat semi kuantitatif menentukan derajat ketulian secara kasar.Hal ini dilakukan pada Ruangan yang tenang dengan panjang menimal 6 meter . pada nilai normal tes berbisik 5/6: 6/6
Frekwensi : Nada Murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda yang sifatnya harmonis sederhana, Jumlah getaran perdetik dinyatakan dalam HerZ Bunyi : suara yang dapat didengar oleh telinga manusia mempunyai ferkwesi 20 herz-18,000 Herz Intesiatas Bunyi dinyatakan dalan bentuk decibel Terbagi atas Db hl ( hearing level, ) Db sl ( Sensation level ) Db SPl ( Sound Pressure level)
Abang dengar adalah Bunyi nada murni yang terlemah pada frekwensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang Nilai Nol audiometric; yaitu Intesitas nada murni yang terkecil pada suatu Frekwensi tertentu yang masih dapat didegar oleh telinga rata rata orang dewasa muda yaitu 18-30 tahun Standar yang Dipakai Menggunakan ISO( Internasional Standar Oraganisasi ) Dan Asa ( Amenican Standar Asosiation) 0 db ISO = -10 bd ASA 10 db ISO = 0 db ASA
Notasi audiogram Untuk Pemeiksaan audiogram dipakai Grafik AC yaitu dibuat dengan garsi lurus penuh , Intesitas yang diperiksa antara (125 -8000 hz) dan Grafik BC dibuat garis garis terputus putus ( intesitas yang diperiksa 250 hz -4000 hz) Untuk telinga kiri dipakai warna Biru dan telinga kanan warna merah
Pada Interpretasi Audiogram Dapat diperhatikan atau ditulis 1. Telinga yang mana 2. Apa jenis Ketuliaannya
3. Bagaimana Derajat ketuliannya Jenis Ketulian terbagi atas 1. Tuli konduktif 2. Tuli sensoneural 3. Tuli Campur Derajat Ketulian dihitung dengan Menggunakan indeks Fletchter Ambang Dengar : AD 500 + AD 1000 Hz + AD 2000 HZ 3 Derajat Ketulian yang dihitung hanya ambang dengar hantaran Udara saja ( AC ) Derajat ketulian 00-25 db 26-40 db 41-60 db 61-90 db >90 db : Normal : Ringan : Sedang : Berat : Sangat berat
Dari Pemeriksaan audiogram disebut ada GAP. Apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama denga 10 db menimal pada 2 frekwensi yang berdekatan Pemeriksaan dengan menggunakan Masking : apabila telingah yang Diperiksa mempunyai perbedaan yang mecolok dengan telinga yang lain Dengan Cara memberikan Bising NB :Narro Bandnoise Masking Audiumetri Nada murni WN : Masking pada Audiometi tutur
AC BC sama atau kurang dari 25 db AC- BC lebih dari 25 db AC lebih dari 25 db tetapi BC Normal atau kurang dari 25 db AC Lebih Besar dari BC BC lebih dari 25 gap
AC BC Berimpit , Tidak ada gap AC- BC Berimpit Tidak ada gap AC BC ada Gap AC BC ada Gap
Audiometri Khusus
Untuk mempelajari audiometri Khusus di perlukan pemahaman istilah recuiment dan decay 1. Recuiment ialah suatu fenomena terjadi sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas abang dengar keadaan ini khas untuk tuli koklea . Pada kelainan koklea pasien dapat membedakan bunyi 1 db sedangkan pada orang normal baru bisa membedakan ya pada 5 db 2. Decay: ( Kelelahan) merupakan adaptasi abnormal merupakan tanda khas pada tuli retrokoklea, saraf pendegaran cepat lelah bila dirasang terus menerus. Bila dibeli istirahat akan pulih kembali Fenomena tersebut dapat dilacak dengan Pemeriksaan sebagai berikut Tes SISI ( Short sensitivity Index ) Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness) Test kelelahan ( Tone Decay ) Audiometri tutur Audiometri bekesay
Tes SISI ( Short increment sensitivity Index ) Tes ini khas untuk mengetahui adaya kelainan koklea dengan memakai fenomena rekuitmen cara pemeriksaan: Menentkan abang dengar pasien terlebih dahulu Misalnya 30db kemudian diberi 20 db diatas abang rangsang yaitu 50 db. Setelah itu diberikan tambahan 5 db lalu diturunkan 4 db lalu 3 kemudian 2 dan 1 db bila pasien dapat membedakan maka TEST dinyatakan + Tes ABLB ( Alternate Binaural loudness) Pada Test ABLB diberikan intesitas bunyi tertentu pada ferkwensi yg sama pada kedua telinga, sampai kedua telingah mencapai presepsi yang sama ,Yang disebut balans negative. Bila balans tercapai terdapat recuitmen positif Test Kelelahan ( Tone Decay) Terjadi kelelahan saraf oleh karena perasangan terus menerus . Jadi kalau telinga yang diperiksa dirangsang terus menerus terjadi kelelahan .Tanda pasien tidak dapat mendengar dengan telinga yang diperiksa Ada 2 cara 1. TTD = Treshold tone decay 2. STAT= Supra threshold Adaptasi tes TTD Cara Gerhart memberikan Persangan secara terus menerus dengan intensitas sesuai dengan ambang dengar . Misalnya 40 db bila setelah 60 detik masih tetap mendengar maka test dinyatakan negative , jika sebaliknya terjadi kelelelahan atau tidak mendegar maka test dinyatakan +
Kemudian intesitas Bunyi ditambah 5 db jadi 45 db maka pasien dapat mrndengar lagi,rangsangan dilakukan dengan 45 db selama 60 detik dan seterusnya Penambahan 0-5 = Normal
10-15 = Ringan 20-25 = Sedang >30 STAT Cara pemeriksaan ini dimulai oleh Jegger Prinsipnya pemeriksaan pada 3 Frekwensi( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL = 100 db Sl Artinya Nada Murni pada frekwensi ( 500 hz 1000 hz dan 2000 hz) pada 110 db SPL diberikan secara terus menerus selama 60 detik , terjadi kelelahan maka tes dinyatakan + = Berat
Audiometri tutur
Pada tes ini dipakai satu suku kata dan 2 suku kata, Kata kata ini disusun dalam daftar Phonetically balance Word LBT ( PB,UST) Pasien disuruh mengulanngi kata kata yang di dengar melalui kaset tape recorder Pada tuli saraf koklea , Pasien sulit membedakan bunyi S,R,H,C,H,CH Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi
Dinilai dengan menggunakan speech discrimination score 90 100 % berari Pendengaran Normal 75 90 % Tuli Ringan 60 75 % Tuli sedang 50 - 60 % Kesukaran dalam mengikuti pembicaraan < 50 % Tuli Berat
Audiometri Bekessy
Prinsipnya mengunakan Nada yang terputus dan Continyu Bila ada suara masuk maka pasien menekan tombol Ditemukan grafik seperti gigi gergaji Garis yang Menaik adalah priode suara yang dapat didengar Garis yang turun ialah suara yang tidak di dengar Pada telinga normal amplitude 10 db sedangkan pada Recuitmen amplitude lebih kecil Normal Tuli Saraf Koklea Tuli f Retro koklea Nada Terputus dan terus menerus Berimpit Nada terputus dan terus menerus berimpit hanya sampai frekwensi 1000 hz dan grafi kotinue makin kecil Nada Terputus dan terus menerus berpisah
Audiometri Obyektif
Terdapat 3 cara pemeriksaan yaitu Audiometri Impedans Electro kokleo grafi Envoke rensponse Audiometri
1. Audiometri impedans pada pemeriksaan kelenturan membrane timpani dengan tekanan tertentu pada Meatus Acusticus Eksterna a. Timpanometri yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani Misalnya ada cairan , gangguan rangkaian tulang pendegaran , Kekakuan pada membrane Timpani dan membrane timpani sangat Lutur b. Fungsi Tuba Estacius : Untuk mengetahui Fungsi Tuba ( Terbuka atau Tertutup ) c. Refleks stapedius Pada telinga Normal Reflek satapedius muncul pada Rangsangan 70 80 db Pada Lesi koklea ambang rangsang reflex Stapedius Menurun sedangkan pada Lesi Retrokolea ambang rangsang itu naik 2. Elektrokokleografi Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang gelombang yang khas dari evoke elctro potensial koklea Caranya Dengan Elektroda jarum , Membran timpani ditusuk sampai ke Promontorium kemudian dilihat grafiknya 3. Envoke Rensponce Audiometri Pada pemiriksaan ini di pakai elektroda permukaan , Kemudian direkam gelombang gelombang yang datang dari batang otak , Terdapat 5 macam gelombang Gelombang I : Datang Dari koklea Gelombang II : Datang dari Nucleus Koklearis Gelombang III : Datang dari Nucleus oliva superior Gelombang IV : Datang dari leminiscus lateralis Gelombang V : Datang Dari Folikulus Inferior
Audiologi Anak
Untuk memeriksa ambang dengar anak dilakukan didalam ruangan Khusus ( Free Field)
Cara memeriksanya dengan beberapa cara 1. Neometer dibunyikan suara kemudian perhatikan reaksi anak 2. Free field test- Dilakukan pada ruangan Kedap suara anak sedang bermain kemudian diberikan rangsang bunyi , Perhatikan reaksiya 3. Screening Untuk screening ( Tapis masal ) dipakai hantaran udara saja dengan Frekwensi 500 hz, 1000 hz, 2000 hz
Massa Peri Natal Prematuritas < 37 minggu Berat badan lahir rendah < 2500 gram Tindakan Dengan Alat pada proses Kelahiran ( Extraksi Vakum , Forsep ) Asfiksia dan Anoksia otak ( Nilai Apgar kurang dari 5 pada 5 menit pertama ) Hiperbilirubenemia ( >20 mg/100 ml )
Massa Post natal Infeksi Bakteri atau virus Misalnya Rubella, campak, Parotis, Meningitis, Encefalitis Perdarahan Pada Telinga tengah Trauma Temporal
Joint Comite on Infant Hearing menetapkan pedoman resiko tinggi terhadap ketulian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Riwayat keluar dengan ganngguan pendengaran bawaan Riwayat Infeksi Prenatal ( Infeksi TORCHS) Kelainan anatomi telinga Lahir Prematur < 37 minggu Berat badan Rendah < 1500 gram Persalinan dengan Tindakan HiperBilirubinemia Asfiksia ( Apgar renda 0-3 )
Pemerisaan Brain Evoked Response Audiometi merupakan tes yang obyeketif pada Bayi yang baru lahir Seseorang bayi mampu berkomunikasi pada usia 18 bulan, pada saat itu merupakan priode kritis untuk mengetahui adanya gannguan pendengaran Proses untuk Habilitasi paling bagus bagi tuna rungu sebelum umur 3 tahun
Free Filed test Pemeriksaan ini dilakukan pada ruangan yang cukuo tenang( Bising lingkungan tidakm melebihi 60 desibel )Idealnya ruangan kedap suara ( Sound Prof room) Sebagai sumber bunyi yang sederhana digunakan tepukan tangan , tambur , bola plastic , remasan kertas minyak , Bel, Trompel karet Sumber bunyi tersebut harus dikalibrasi frekwensi dan intesitasnya Bila tersedia dipakai Baby reactometer,Neometer , Viene tone ( Frekwensi 3000 HZ ) dengan pilihan intesitas 70,80,90, `100 Dinilai kemampuan anak memberikan respon terhadap sumber bunyi tersebut
Behavioral Obeservation 0-6 bulan Pafa pemeriksaan ini diamati respons terhadap sumber bunyi berupa perubahan sikap atau reflex yang terjado pada bayi Bila tidak ada respon terhadap stimuli bunyi , pemeriksaan diulangi sekali lagi Kalau tetap tidak berhasil dilakukan pemeiksaan ketiga , pemeriksaan tersebut dilakukan 1 minggu kemudian Bila tetap tidak memberikan respon, Dilakukan pemeriksaan audiologi lanjutan yang lebih lengkap
Hablitasi
Setelah diketahui seseorang anak memderita ketulian , Upaya hablitasi pendengaran harus dilakukan sedini mungkin Pada anak dengan tuli saraf berat harus segera memakai alat bantu pendengaran Diperlukan Penilaaian tingkat kecerdasan oleh Psikolog anak, Dirujuk Untuk proses hablitasi di SLB B atau SLB C tuna rungu dengan Retardasi Mental Pendidikan Khusus dimulai pada usia 2 tahun pada SLB B yang memilki Unit taman latihan dan obeservasi Proses Hablitasi Penderita Tuna Rungu memerlukan kerjasama dengan disiplin ilmu yaitu dr, SpTHT, Audiologist, Psikolog anak , Guru khusus untuk tuna rungu, dan keluarga penderita
Implan Koklea
Adalah suatu perangkap elektronik yang mempunyai kemampuan memperbaiki fungsi pendengaran , sehingga akan meningkatkan komonikasi pederitapada tuli saraf berat dan total bilateral Generasi Implan koklea yang paling mutahir saat ini adalah memiliki 22 saluran chanel
Indikasi Pemasangan Implan koklea Tuli saraf bilateral atau Total Bilateral Untuk anak dengan tuli saraf berat sejak lahir ( tili Pralingual ) . implant koklea sebaiknya dipasang pada usia 2 tahun
Mekaniseme Kerja Implan koklea Impuls suara- mikrofon dan diteruskan Speech Processor melakukan seleksi informasi suara yang sesuai menjadi kode suara yang akan disampaikan Transmiter , Kode Suara akan dipancarkan
menembus kulit menuju receiver atau stimulator, Pada bagian ini kode suara diubah menjadi sinyal sinyal listrik sinyal sinyal listrik Elektroda elekteroda yang sesuai didalam koklea , sehinga terjadi stimulasi serabut saraf
Presbikusis
Presbikusis adalah tuli sensorineural Frekwensi tinggi terjadi pada usia lanjut ,semetrik kiri dan kanan Etiologi Umumnya Presbikusis merupakan suatu Proses degenerasi Diduga ada hunbungan dengan Faktor factor herediter Metabolisme Pola makan Gaya hidup
Patologi Proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N VIII Pada koklea terjadi perubahan yang mencolok yaitu atrofi dan degenerasi sel sel rambut penujang pada organ corti Proses atrofi disertai dengan perubahan vaskuler juga terjadi pada stria vaskuler Terdapat Pula Perubahan berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel sel gangkion dan saraf Lesi terbatas pada koklea, atrofi organ corti, Jumlah sel Rambut dan sel sel penujang berkurang Sel sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang Atrofi stria Vaskuler , Potensial microponic menurun, Fungsi sel dan keseimbangan biokimia/bioelectric koklea berkurang Terjadi perubahan gerakan mekanik pada Duktus koklearis, Atrofi pada ligamentum spiralis , Membrane basalis lebih kaku
Gejala klinik Berkurangnya pendengaran secara perlahan lahan dan progresif , semetrik pada kedua telinga Tinitus Nada Tinggi Coctail Parti Deafness Intesitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telingah hal ini disebabkanTerjadi factor kelelahan saraf
Dianosis Otoskopi ; tampak membrane timpanis suram, Mobilitasnya berkurang Tes Plana ditemukan tuli sensoneural Pada Pemeriksaan audiometric nada Murni menunjukkan suatu saraf nada tinggi. Bilateral, semetrik Pada tahap awal terjadinya penurunann yang tajam ( sloping ) setelah frekwensi 2000 hz, ini terjadi pada tipe sensorik dan neural Sedangkan garis ambang dengar jenis metabolic dan mekanik gambaran audiogram nya lebih mendatar dan tahap berikutnya mengalami penurunan secara berangsur angsur Pada Pemeriksaan audiometric tutur menunjukan adanya gangguan diskriminasi wicara. terjadi pada jenis Neural dan koklea
Penatalaksanaan Rehablitasi Pemasangan alat bantu dengar Latihan Membaca Ujaran ( speec Reading ) Latihan Mendengar ( auditori Training ) Terapi Wicara ( Speech terapi )
Tuli mendadak * Sudeen Deafness Tuli mendadak adalah Tuli yang terjadi secara tiba tba , jenis ketulian nya adalah sensoneural , Peyebab tidak dapat langsung diketahui biasanya terjadi pada satu telinga. Etologi Iskemia Koklea Inveksi Virus ( Parotis , campak, Influensa tipe b) Trauman kepala Trauma Bising yang keras Perubahan tekanan atmosfir Obat Otoksin Neuroma akustika
Iskemia koklea merupakan peyebab utama tuli mendadak, Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena spasme , Trombosis , atau perdarahan , Pembuluh darah ini merupakan end arteri , sehingga apabila terjadi gagguan pada pembuluh darah ini maka koklea sangat muda mengalami kerusakan
Gejala Timbul tuli secara mendadak , kadang kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan tetapi biasanya menetap Pada Infeksi Virus Trdapat Tuli mendadak biasanya pada satu telinga dapat disertai dengan Tinitus dan Vertigo
Penatalaksanaan 1. Bed res total ,istirahat fisik dan mental selama 2 minggu 2. Pemberian Vasodilatansia yang cukup kuat o 3 x900 mg ( 3 amp selama 4 hari) o 3 x 600 mg ( 2 mg selama 4 hari) o 3x 300 mg ( 1 amp selama 6 hari ) o Disertai pemeberian Obat oral Compalamin tab 3x2 setiap hari 3. Prednison 4x 10 mg tapering off tiap tiga hari 4. Vitamin C forte 100 mg 2x1 tablet/hari 5. Neurobion 3x1 tab /hari 6. Diet rendah garam dan rendah kolesterol 7. Inhalasi oksigen 2 liter/menit
Penatalaksanaan Hindari Lingkungan Bising Gunakan tutup telinga dan pelindung kepala Untuk percakapan biasa dapat di coba pemasangan alat bantu dengar (Hearing aid)
Apabila pendegaran semakin memburuk, sehiingga memakai ABD tidak dapat berkomunikasi dengan adekuat maka Dilakukan Psikoterapi untuk menerima keaddanya Latihan pendegaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran dengan ABD secara efisien dan Dibantu dengan Membaca Ucapan bibir, Bahasa Isarat, mimic dan anggota gerak
Golongan aminoglikosida,
Streptomisin , Gentamisin , Neomisin, kanamisin, tobramisin Netil Misin
Tuli bersifat bilateral bernada Tinggi sesuai dengan kehilangan sel sel rambut pada putaran basal koklea.
Eritromisin
Pemberian eritromisin intravena dapat menyebabkan Kurang Pendengaran Tinitus yang Meniup Perna dilaporkan dapat menyebabkan tuli sensoneural bernada tinggi bilateral
Loop Diuretik
Furosemid, Bumitanide , Ethycyrinic acid
dapat menunjukan Potensi ototoksisitas , apabila diberikan pada penderita secara intera vena , Biasanya gannguan pendengaran yang terjadi ringan, tetapi pada kasus kasus tertentu dapat menyebabkan tuli permanen
Atresia liang Telinga, Penyebab nya belum diketahui dengan pasti Diduga oleh Faktor genetic, , Intoksikasi bahan kimia pada proses organogenesis , pada kehamilan trimester Pertama Inveksi Virus yang terjadi pada Trimester pertama kehamilan Pada Atereksia Unilateral sebaiknya di operasi setelah berumur 15-17 tahun Pada Atersia bilateral , sebaikanya diberikan alat bantu dengar , baru dioperasi setelah berusia 5 7 tahun Operasi yang dilakukan adalah beda mikro dilakukan 5-6 jam
Fistula priaurikuler terjadi ketika pembentukan daun telinga pada massa Embrio Kelainan ini terjadi gannguan pada emberional pada arkus Brachialis 1 dan 2 Fistel dapat ditemukan depan tragus atau sekitarnya dan sering terinfeksi Muara Fistel berbentuk bundar atau lonjong , Berukuran seujung Pensil Dari muara Fistel sering keluar secret yang berasal dari kelenjar sebasea Biasanya pasien dating berobat dengan Obtruksi dan infeksi pada fistel , Sihingga terjadi Pioderma dan selulitis fasial Dengan Memasukkan metilen Blue pada Fistel dapat diduga panjang Fistel , cara ini dipakai pada waktu melakukan operasi
Lob Ear
Dapat juga Dengan Fistuligrafi dengan mengunakan zat kontras dan kemudian dilakukan pemeriksaan radiologi Jika terbentuk abses berulang atau pembentukan secret yang kronik maka dilakukan pengangkatan Fistel secara Keseluruan
Hematoma
Disebabkan oleh Trauma Terdapat Penumpukan Bekuan darah pada daerah Tulang rawan dan Perikondrium Bila hematoma tidak dikeluarkan terjadi organisasi dari hematoma Cara Mengeluarakan bekuan darah ialah Insisi secara steril Komplikasi yang terjadi apabila tindakan tidak steril ialah perikonditis
Pseuodo kista
Terdapat cairan kekuningan diantara tulang rawan daun telinga dan perikondrium Pasien tidak mersakan nyeri dating ke dokter Sebagai Terapi dilakukan pungsi secara steril kemudian dilakukan balut tekan dengan GIPS selama seminggu , supaya perikondrium melekat pada tulang rawan Bila Punsi tidak steril maka dapat menyebabkan Perikondritis dan berlajut menjadi teliga lisut (Cauliflower ear)
Perikondritis
Radang pada tulang rawan daun telinga terjadi karena Trauma Pasca operasi telinga seperti Mastoiditis Sebagai komplikasi pada Pseudo kista
Gejala Terapi Bila sudah terbentuk abses maka di aspirasi secara steril untuk mengeluarkan nana Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep seperti Polimicin atau bacitracina Antiseptic ( asam asetat 2-5 % dalam Alkohol 2 % ) Obat siptomati seperti analgetic Rasa Nyeri yanga hebat tidak sesuai dengan besar bisul Hal ini terjadi karena kulit pada liang telinga tidak memiliki jaringan ikat longgar dibawahnya Rasa nyeri timbul spontan , pada waktu membuka mulut ( sendi temporo mandibula) Selain terdapat juga gangguan pendengaran apabila ferunkel besar meyumbat liang telinga
Terapi Masukan Tampon pada yang mengandung antibiotic ke liang telinga supaya terdapa kontak baik antara obat dan kulit yang meradang , Dapat Diberikan Antibiotik sistemik
Otomikosis
Infeksi jamur pada Liang telinga dipermuda oleh kelembapan yang tinggi didaera tersebut Etiologi Aspergilus Candida Albicans
Gejalala berupa rasa gatal dan rasa penuh di telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan
Hiprtrofi Adenoid
Adenoid adalah Massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada diding Posterior Naso Faring Dan termasuk cicin Waldayer ,Ukuran Terbesar Ditemukan Pada anak Berumur 3 tahun dan menghilang sama sekali pada Umur 14 Tahun Akibat Terjadi Sumbatan Koana Pasien Bernapas Melalui Mulut Sehingga Terjadi 1. Fasies Adenoid Yaitu Tampak hidung kecil, Gigi incisivus kedepan ( Prominen), arkus Faring Tinggi dan Pasien Tampak seperti orang bodoh 2. Faringitis dan Bronkitis 3. Gangguan Ventilasi dan Dranase sinus Paranasal sehingga dapat Terjadi Sinusitis Kronik
Diagnosis Ditegakkan Berdasarkan gejala klinik Pada Rinos kopi anterior : Dengan Melihat Tertahannya gerak Platum mole Pada Waktu Fonasi Pada Rinoskopi Posterior : Sukar Dilakukan pada anak anak Kadang Dilakukan Pemeriksaan dengan jari untuk meraba daerah naso faring dengan jari . Tetapi cara ni dapat menyebabkan Pasien Muntah Dilakukan Pemeriksaan Radiologi Yaitu Foto Tengkorak lateral
Tosilo Faringitis
Radang akut Orofaring dapat Berupa Faringitis atau Tonsilitis akut , Peyakit ini sering ditemukan dan dapat menyerang semua umur
Etiologi
Streptococus Varidans Sterptococus Pyogenes Adenovirus Echo Virus
Patologi
Mula Mula Terjadi Infiltrasi pada lapisan epitel Epitel Mengalami Pengikisan Maka Jaringan Limfoid superficialis mengadakan reaksi Terdaapat bendungan radang dengan Infiltrasi Leukosit PMN- Proses ini secara klinis Tampak Kriptus Tonsil yang berisi Denritus- Denritus Merupakan Kumpulan Bakteri , Leukosit, Dan epitel yang terlepas . Suatu tonsillitis akut dengan Dedritus yang jelas Disebut Tonsilitis Folikularis, Bila bercak bercak dedritus itu berdekatan menjadi satu disebut Tosilitis Lakunaris Bercak detritus yang melebar itu dapat lebih Lebar sehingga terbentuk membrane semu ( Pseudo Membran )
Diangnosis Banding
angina Plaut Vincent , Tosilitis difteri , Scarlet Fever Angina agranulositosis
Gejala Klinik
Deman Mencapai 40 derajat c Rasa lesu Rasa nyeri pada persedian Tidak ada nafsu makan ( anoreksia ) Rasa Nyeri di Telingah ( Otalgia ) Karena Refred Pain dari N IX
Pemeriksaan :
Tampak Mukosa Faring mengalami Hiperemis Tonsil Meradang Terlihat detritus berbentuk folikel , Lakuna tau Membran Kelenjar Sub mandibula Membengkak dan Nyeri tekan
Terapi
Antibiotik atau sulfonamide Analgetik/antipiretik Obat Kumur atau obat isap yang mengandung Disinfectan
Tonsilitis Membranosa
Penyajit yang termasuk dalam golongan Tosilofaringitis Membranosa ialah A. B. C. D. Tonsilitis Defteri Tonsilitis Septik Angina Plaut Vincent Penyakit Kelainan darah sepperti Leukemia akut , anemia Pernisiosa , Neutropenia maligna serta Infeksi mononukleusis E. Proses specific : TBC dan Lues F. Infeksi Jamur : Monoliasis , aktinomikosis dan blastomikosis G. Infeksi Virus seperti Morbili, Pertusis dan skarlatina
Tosilitis Defteri
Merupakan suatu Penyakit radang tonsil yang disebabkan oleh Coryne bacterium Diphteriae ( Gram Positif ) , Kuman ini umunya terdapat disaluran napas bagian atas yaitu Hidung , faring dan laring
Gejala umum : Suhu sub Febrin Nyeri kepala Anoreksia Badan lemah dan Nadi Lambat
Gejala Lokal Tampak Tonsil meradang disertai bercak Putih kotor yang makin lama makin meluas dan bersatu membetuk membran semu Membran ini meluas Ke Platum Mole ,Uvula , Nasofaring ,Laring dan bahkan meluas sampai ke Trakea. Membran semu ini melekat erat dan mudah berdarah Bila Infeksi tak terbendung maka Kelenjar limfe akan membengkak ( Bull Neck )
Gejala akibat Eksotoksin Miocarditis dan dapat Mengakibatkan Decompensasi cordis Dapat Mengenai Saraf Kranial Khususnya bagian motorik
Terapi
Berikan ADS segera tanpa menunggu hasil Kultur dosis nya 20.000 10.000 unit tergantung umur , berat dan lamanya penyakit Antibiotik : Eritromisin atau gol penisilin Koritikosteroid Simptomatik
Komplikasi
Laringitis Difteri Miokarditis Kelumpuhan otot Platum mole , Otot mata , ( Terutama otot untuk akomodasi ), Otot faring dan laring Albuminuria sebagai komplikasi ke ginjal
Tonsilitis septic
Merupakan Peradangan Tonsil yang disebabkan oleh Bakteri streptococcus Hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi ,
Gejala
Demam tinggi 39 -40 derajat c Nyeri ketika menelan Nyeri kepala hebat dan kadang kadang Mual - muntah Nyeri di seluruh tubuh dan tubuh terasa lemah
Pemeriksaan
Mukosa faring dan tonsil Hiperemis Terdapat bercak putih keabuan Tampak Edema sampai sekitar Uvulae Mulut Berbau ( Foetor ex ore )
Komplikasi
Pembesaran kelenjar Limfe submandibula Otitis Media Laringitis
Pemeriksaan Terapi Perbaiki Higine Mulut Antibiotik Vit C dan Vit B com Tampak Membran Putih keabuan di Tonsil , Uvula , Diniding faring ,gusi, serta Prosesus alveolaris Mukosa Mulut dan Faring Hiperemi Foetor Ex ore Kelenjar Submandibula Membesar
Tonsilitis Kronik
Merupakan lanjutan dari Penyakit Tonsilitis akut dan Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut tetapi kadang- kadang kuman berubah menjadi golongan gram negative Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah Rasangan menahun ( Rokok , Makanan, Pengaruh cuaca ) Pengobatan Tonsilitis akut yang Tidak adekuat Higene Mulut yang Buruk
Patologi
Pada Radang Kronik terdapat 2 bentuk Hipertofi Tonsil
Atrofi Tonsil
Proses radang Berulang -Maka Epitel Mukosa Terkikis jaringan Limfoid juga terkikis Sehingga Proses Penyembuhan jaringan Limfoid diganti Menjadi jaringan Parut Jaringan parut ini sesuai dengan sifatnya akan mengalami pengerutan Kelompok Jaringan Limfoid Mengerut sehingga Ruang antara kelompok melebarHal ini secara klinik tampak pelebaran kriptus kriptus akan di isi Detritus Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul dan akhirnya Timbul Perlengketan dengan jaringan disekitar Fossa tonsilaris Pada anak anak disertai Pembesaran kelenjar Limfe Submandibula Gejala dan tanda Pasien Mengeluh ada sesuatu yang menghalagi di tenggorokan Tenggorokan dirasakan kering Pernapasan Berbau Pada Pemiriksaan tonsil : Membesar dan Tidak Rata , Kriptus Melebar dan Terisi Detritus
Komplikasi
Komplikasi Didaerah Sekitarnya Rinitis Kronik Sinusitis Otitis Media
Komplikasi Didaerah organ jauh dari tonsil Endokarditis Atritiss Miositis Nefritis Iridoskilitis Dermatitis Pruritis Urtikaria dan Furonkolosis
Faringitis Kronik
Faktor Predisposisi proses radang Kronik ini Rinitis Kronik Sinusitis Iritasi kronik yang dialami oleh Perokok atau Peminum alcohol Inhalasi uap yang merasang mukosa faring Infeksi yang Menyebabkan Faringitis Kronik Daerah yang Berdebu Orang yang bernapas Melalui Mulut karena hidung Tersebut oleh salah satu factor peyebab penyakit
Faringitis Kronik Terbagi atas 2 bentuk Faringitis Kronik Hiperplastik Faringitis Kronik Atrofi
Terapi : Penyakit Kronik dihidung atau sinus paranasal yang menyebabkan Faringitis Diobati Melakukan Penggosokan Memakai Zat kaustik Misalnya Nitras Argetin dan Albotil Dapat juga dilakukan juga dengan electro kauter Pengobatan simptomatik berupa obat kumur dan antirusif atau expektoransia
Faringitis Kronik atrofi sering timbul bersama dengan Renitis atrofi . Pada Renitis atrofi : udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapan sehingga menimbulkan Rasangan serta infeksi pada faring Gejala Terapi Obat Kumur Penjagaan Higene Mulut Obat Simptomati Pasien Mengeluh Tenggorokan kering Mulut berbau Pada Pemeriksaa tampak mukosa faring terdapat lender yang melekat Dan bila lendir itu di angkat maka tampak Mukosa kering
Faringtis Spesifik
1. Faringitis Leutika 2. Faringitis TBC
Faringitis Leutika
Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Troponema palidum dan dapat menimbulkan infeksi didaerah faring . Stadium Primer Kelainan terdapat pada lidah, tonsil dan dinding Posterior faring , Kelainan ini berupa bercak keputihan pada tempat tersebut Bila infeksi terus berlangsung maka Timbul ulkus Ulkus pada Daerah faring bersifat sama dengan Ulkus pada genetalia Ulkus tidak Nyeri Pembesaran kelenjar mandibula yang tidak nyeri tekan
Stadium Sekunder Stadium ini jarang di temukan Terdapat eritema pada dinding Posterior Faring yang menjalar ke laring
Stadium Tersier Terdapatnya Guma Tonnsil dan Platum Mole merupakan tempat predileksi untuk tumbunya gumma
Bila didapatkan Guma di dinding Post faring akibatnya dapat mengenai Vet Servicalis dan bila pecah maka dapat menyebabkan kematian Bila guma sembuh maka bekas guma akan terbentuk jaringan parut
Diagosis
Diagnosis dengan pemeriksaan serologik
Terapi
Obat pilihan utama ialah Penisilin
Faringitis Tubercoosa
Merupakan Radang Mukosa Faring yang disebabkan oleh Micobacterium Tb yang besifat basil tahan asam dapat meyerang Platum Mole , Tonsil , Platum durum , dasar lidah dan epiglostis Biasanya Infeksi daerah faring merupakan Proses sekunder dari TBC paru Kecuali kuman tahan asam jenis bovinum Pada jenis BOvinum Merupakan Jenis TBC yang Primer
Peryebaran Infeksi
Eksogen Endogen
Gejala
Anoreksia Nyeri tenggorokan yang hebat dibanding Peradangan yang timbul Nyeri Pada waktu Menelan Tidak jarang mengalami Regurgitasi Nyeri Telingah dan adenopati servical
Diagnosis
BTA Foto Thoras Biopsi jaringan untuk menyingkirkan keganasan
Terapi :
Terapi Sesuai dengan TBC paru
Patologi Gejala Odinofagia ( Nyeri Menelan ) yang lebih hebat biasanya pada satu sisi saja Nyer Teligah ( Otalgia ) Muntah ( Regurgitasi ) Mulut berbau ( Foetor ex Ore Hipersalifasi Rinolalia (Suara sangau) Daerah superior dan lateral Fossa Tonsilaris Merupakan jaringan Ikat longgar Maka infiltarsi supurasi ke Ruang Pontensial Peritonsil tersering menempati daerah ini. Sehingga Platum Mole Membekak Pada stadium Infiltrasi selain pembekakan Juga terjadi Tampak mukosa Hiperemi Bila Proses Berjalan terus maka daerah tersebut lebih lunak dan berwarna kekuning kuningan Tonsil terdorong ketengah , depan, bawah Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral Peradangan berlangsung terus akan meyebabkan iritasi M. Peterigoid Interna sehingga timbul Trismus Abses dapat Pecah Mungkin dapat Menyebabkan aspirasi ke paru
Pemeriksaan Terapi Pada Stadium Infiltrasi diberikan antibiotic dosis tinggi Obat Simptomatik ( Analgetik /antiperetik ) Kumur kumur dengan cairan hangat Kompres Dingin pada Leher Bila Ditemukan Abses maka Dilakukan Pungsi pada daerah anbses , Kemudian insisi untuk megeluarkan nana Tempat Insisi yaitu Paling menonjol dan lunak atau pada garis pertengahan yaitu garis yang mehubungkan dasar uvulae dengan graham atas terakhir pada sisi yang sakit Bila Terjadi trismus ..Untuk mengatasi nyeri disutikan analgesia local yaitu xilocain atau novicain 1 % di gaglion sfenopalatinum Pasien dianjurkan Operasi tonsilektomi OPerasi Tonsilektomi bersama sama dengan dranase abses disebut Tonsilektomi a chaud Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 3- 4 hari disebut Tonsilektomi a tiede Operasi tonsil dilakukan setelah dranase abses 4 6 Minggu disebut Tonsilektomi a Froid Pada Umumnya Tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi nya tenang yaitu 2 3minggu setelah dranase abses Kadang Kadang sukar memeriksa Faring karena Trismus Palatum mole tampak membengkak dan menonjol kedepan Tonsil bengkak Hiperemis terdorong ketengah , depan, bawah Uvulae Bengkak dan terdorong ke sisi Kontra lateral
Komplikasi
Abses Pecah Menyebabkan aspirasi paru Penjalaran ke Para faring sehingga terjadi Abses Parafaring , Pada Penjalaran selanjutnya Masuk kedalam mediastnum sehingga terjadi Mediastinitis Penjalaran di daerah intra cranial dapat meyebabkan Trombus sinus cavenosus , Menigitis, dan abses otak
Gejala
Infeksi saluran napas atas menyebabkan Limfedenitis retrofaring Trauma Diding belakang Faring oleh benda asing seperti tulang ikan atau tindakan medis berupa adenoiktomi Tuberculosis Vet Servicalis ( Cold Abses)
Disfagia Odinofagia Anak Rewel dan sering Menangis dan Tidak mau makan dan minum Sesak napas Karena sumbatan jalan napas Terutama di Hipofaring Proses berlanjut terus akan Mengenai laring maka dapat Menimbulkan stridor Sumbatan akibat Abses dapat Mengganggu resonansi suara
Pemeriksaan Pada diding belakang Faring tampak Benjolan yang teraba lunak
Diagnosis Diagnosis ditegakakan dengan riwayat ISPA atau Riwayat Trauma Foto Rongent Jaringan lunak leher lateral
DD Terapi Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral Insisi Abses dengan menggunakan laringoskopi langsung dalam posisi Trendelnburg, Pus segera diisap agar tidak terjadi aspirasi Pasien drawat inap sampai tanda infesi reda Adenoiditis Tumor Aneurisma aurta
Komplikasi Penjalaran ke ruang parafari, ruang Vaskuler vicera Mediastinitis Obstruksi jalan napas menyebabkan asfiksia Bila Pecah spontan maka akan menyebabkan Pnemonia aspirasi
Abses Parafaring
Etiologi
Ruang oarafaring mengalami infeksi melalui Langsung : akibat Tusukan jarum pada saat melakukan tonsilektomi dengan analgesia, Jarum suntik yang telah terkontaminasi kuman menembus lapisan otot ( m . Konstiktor Faring sup) yang memisahkan ruang parafaring dari fossa tonsilaris Proses Supurasi kelejar limfe Leher bagian dalam, gigi , tonsil , faring , Hidung, sinus paranasal , Mastoid dan Vet Servicalis dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadi abses parafaring Penjalaran infeksi dari Ruang peritosil, Retrofaring atau submandibula
Gejala klinik Demam Tinggi Trismus atau Indurasi Pembengkakan di sekitar angulus mandibulae Pembengkakan Dinding Lateral faring sehingga menonjol kea rah Medial
Komplikasi Terapi Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral Evakuasi abses dengan cara explorasi dalam anestesi umum Caranya insisi dari luar dan intra oral Insisi Dari Luar dilakukan 2 jari dibawah dan sejajar Mandibula , secara tumpul dieksplorasi dilanjutkan dari batas anterior M, Stenocledomastoideus kea rah atas belakang menyusuri bagian medial Mandibula dan M, Ptrogoedeus Intena mencapai ruang parangfaring. Bila ada nana di selubung karotis maka insisi dilakukan secara Vertikal dari Pertengahan Insisi Horisontal ke bawah didepan M, Stenocledomastoideus Cara Mosher Insisi Intraoral dilakukan Pada dinding lateral Faring dengan Memakai Klem arteri , eksplorasi Dilakukan denga menembus M Konstritor faring sup Kedalam Ruang parafaring anterior Proses Peradangan dapat melauli Hematogen , Limfogen atau PerKontinuitatum Penjalaran Ke atas dapat mengakibatkan peradangan Intrakranial Kebawah Menyelusuri selubung karotis dapat menyebabkan Mediatinitis Abses Juga dapat merusak dinding Pembuluh darah Terutama Pembuluh darah karotis Jika mengenai Pembuluh darah karotis maka akan terjadi Ruptur mengakibatkan Perdarahan Bila terjadi preflibitis dan endo fliibitis Dapat Timbul Trobombo Flibitis dan Septikemia
Angina Ludovici
Etiologi Angina Ludovici ialah selulitis ruang suprahioid, Ruang ini terdiri dari Ruang sub lingual, Sub Mentalis dan sub maxilla yang disebut juga ruang sub mandibula Ruang sub Ligual di pisahkan dari ruang submentalis dan sub masilla oleh otot Milohioid Infeksi yang terbatas hanya pada satu atau lebih ruang submandibula atau bila terbentuk abses disebut Pseudo agina lidovici
Gejala Terapi
Infeksi gigi Peradangan supuratif Kelenjar Limfe servical didalam ruang sub mandibula
Terdapat nyeri tenggorokan dan leher Dasar Mulut membengkak dan mendorong lidah keatas belakang sehingga Menimbulkan sesak napas Pembengkakan pada daerah sub mandibula yang tampak hyperemis dan keras pada perabaan
Antibiotik Dosis tinggi untuk kuman aerob dan anerob diberikan secara Parenteral Eksplorasi dengan tujuan Mengurangi Dekompresi dan evakuasi pus atau jaringan nekrotikan Insisi Dilakukan secara Horizontal setinggi os Hioid ( 3 4 Jari dibawah mandibula ) Perlu Pengobatan terhadap penyebab infeksi gigi , untuk mencegah kekambuhan
Komplikasi Sumbatan jalan napas akibat Lidah terdorong keatas belakang Mediatinitis Sepsis
Kelainan Laring
Kelainan Konggenital Peradangan Laring Nodul Pita suara Keratosis Laring
Laringomalasi :
Merupakan kelainan paling sering ditemukan Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah sehingga pada waktu inspirasi epiglottis tertarik kebawah dan menutup rima glottis Dengan demikian Jika pasien Bernapas , napas Berbunyi stridor
Stridor merupakan gejala awal dan dapat menetap dan Mungkin Pula hilang timbul ini disebabkan lemahn ya kerangka laring Tanda sumbatan jalan napas dengan terlihatnya retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan supra clavicular Bila sumbatan makin berat maka dilakukan Intubasi endotrakeal
Stenosi Subglotik
Kelainan ini disebabkan Gejala Stridor retraksi pada daerah supra sterna , epigastrium, Intercostal , dan sup clavicular Pada stadium yang lebih berat ditemukan sianosis dan apnea Penebalan jaringan sub mukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis Kelainan bentuk tulang rawan krikoid dengan lumennya yang lebih kecil Bentuk tulang rawan krikoid Normal dengan ukuran yang lebih kecil Penggeseran cicin trakea yang pertama kearah atas belakang ke dalam lumen krikoid
Laringitis Akut
Radang akit laring pada umumnya merupakan kelanjutan rinofaringitis ( common cold ) . Pada anak laryngitis akut ini dapagt menyebabkan Sumbatan jalan napas sedangkan pada orang dewasa tidak secepar pada anak Etiologi Gejala Demam Malaise Suara parau sampai afoni Nyeri ketika menelan dan berbicara Serta gejala sumbatan laring Sebagai penyebab radang lalah bakteri yang menyebabkan Peradangan Lokal Virus yang menyebabkan Peradangan sistemik
Pemeriksaan Terapi Pada Pemeriksaan Tampak Mukosa laring hiperemis dan membengkak terutama diatas dan bawah pita suara . Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung dan sinus paranasal
Istirahat berbicara dan bersuara selama 2- 3 hari Menghirup udara lembab Menghidari dari iristasi pada faring dan laring Misalnya Merokok Dan Minum air es Antibiotik apabila peradangan berasal dari paru Bila ada sumbatan laring maka dipasang Pipa Endotrakea atau Trakeostomi
Laringitis Kronik
Peradangan kronik pada Laring yang disebabkan oleh Sinusitis kronik, Deviasi septum yang berat Polip hidung Bronkhitis Penggunaan suara secara Berlebihan ( Berteriak teriak atau Bicara Keras ) Vocal abuse
Pemeriksaan Gejala Terapi Mengobati Peradangan Dihidung , Faring serta Bronkus yang mungkin peyebab Laringitis Vocal Rest Suara Parau yang menetap Rasa Tersangkut di leher Pasien sering mendehem tanpa mengluarkan secret karena Mukosa Yg Menebal Tampak Mukosa Hiperemis dan menebal serta Permukaan Tidak rata Kadang kadang pada Pem Patologi terdapat melaplasia skuamosa
Larigitis TBC
Gambaran Klinik Terbagi atas 4 stadium 1. Stadium Infiltrasi 2. Stadium Ulserasi 3. Stadium Perikondritis
4. Stadium Fibro tuberkulosis Stadium InfiltraSi Mukosa Laring Posterior mengalami Pembengkakan dan Hiperemis Kadang kadang Pita suara terkena juga Pada stadium ini Mukosa Laring berwarna pucat Kemudian Didaerah sub mukosa terbentuk Tuberkel sehingga Mukosa tidak rata tampak bintik bintik berwarna kebiruan Tuberkel Membesar serta beberapa tuberkel yang berdekatan bersatu sehingga mukosa diatas nya meregang Bila Tuberkel Pecah maka timbul Ulkus
Stadium Ulserasi Terjadi Ulkus dangkal, dasarnya ditutupi oleh perkijuan serta dirasakan nyeri oleh Pasien
Stadium Perikondritis Ulkus makin dalam sehingga mengenai kartilago laring Yang Paling sering terkena ialah kartilago aritenoid dan epiglottis Pada stadium ini Terbentuk skuester Pada stadium ini keadaan pasien Memburuk dan dapat meninggal dunia Bila Pasien beratahan maka Proses pun Berlanjut dan masuk pada stadium Terakhir yaitu Stadium Fibrotuberculosis
Stadium Fibrotuberculosis Pada stadium ini terbentuk Fibrotuberkulosis pada dinding Posteior , Pita suara dan sub glotik
Gejala Klinik DD 1. Laringitis leutika 2. Karsinoma faring Rasa kering , Panas dan tertekan diaderah laring Suara Parau dirasakan Berminggu minggu sedangkan Pada Stadium lanjut dapat menyebabkan afoni Hemoptisis Odinofagia berat Keadaan umum Memburuk pada stadium lanjut Pada Pemeriksaan Paru ( secara klinik dan Radiologik ) Terdapat proses aktif (Biasaya pada stadium Eksudasi , Pembentukan Kaverna
Laringitis Leutika
Gambaran klinik Apabila Guma Pecah maka timbul ulkus Ulkus ni mempunyai sifat yang khas yaitu sangat dalam bertepi dengan dasar yg keras Ulkus ini Tidak menyebabkan nyeri dan menjalar dengan cepat
Gejala Klinik Suara Parau Batuk Kronik Disfagia timbul bila ada gumma dekat Introitus Osepagus
Komplikasi Terapi Pinisilin dosis tinggi Pengangkatan skuester Bila Terdapat sumbatan laring karena stenosis dilakukan Trakeostomi Stenosi laring karena terbentuk jaringan parut
Pemeriksaan Terdapat Nodul pada pita suara sebesar kacang hijau atau lebih kecil lagi
Terapi
Nodul berwarna keputihan Nodul tersebut sering berada pada sepertiga anterior atau bagian tengah Pita suara , Nodul tersebut Bisa Unilateral atau Bilateral pada pita suara Bila Bilateral maka nodulnya semetrik
Keratosis Laring
Gejala Suara parau Ada yang Mengganjal di Tenggorokan Stridor atau sesak napas Tidak ditemukan pada penyakit ini Pada Keratosis laring sebagian mukosa laring mengalami Pertandukan, sehingga tampak daerah putih yang disebut Leukopakia Tempat yang paling sering mengalami pertandukan adalah Pita suara dan fossa Intearitenoid Etiologi Tidak diketahui dengan jelas
Gejala Dan tanda sumbatan Laring 1. Serak ( disfoni ) 2. Sesak napas ( dispnea) 3. Stridor
4. Cekungan pada Waktu inspirasi di Suprasternal , Supra Klavicula, sela iga , Dan Epigastrium 5. Gelisah 6. Sianosis karena Hipoksia Jackson Membagi sumbatan laring menjadi 4 stadium 1. Adanya Cekungan di supra sterna dan stridor ini tampak tenang 2. Cekungan pada supra sterna makin dalam ditambah lagi Cekungan di epigastrium pasien sudah mulai gelisah 3. Cekungan selain di Supra strenal , epigastrium juga terdapat di Infraclavicula dan sela sela iga , pasien sangat gelisa dan dispnea 4. Cekungan cekungan diatas bertambah jelas , pasien sangat gelisa, ketakutan dan sianosis Jika Proses Berjalan terus maka penderita akan kehabisan tenaga , Pusat pernapasan Paralitik karena Hiperkapnea. Pada Keadaan seperti ini Penderita tampak tenang dan tertidur . akhirnya penderita meninggal karena Asfiksia
Intubasi EndoTrakea
Indikasi Intubasi endotrakea 1. 2. 3. 4. Untuk mengatasi sumbatan saluran napas bagian atas Membantu Ventilasi Memudahkan Mengisap Sekret dari traktus Trakeobrokial Mencegah aspires
Teknik Intubasi Posisi Pasien leher sedikit Fleksi dan kepala Ekstensi Laringoskop dengan spatel bengkok di pegang dengan tangan kiri Dimasukan melalui mulut sebelah kanan sehingga lidah terdorong ke Kiri Spatel diarahkan Melalui pangkal Lidah ke Velekula Lalu Laringoskop diangkat Keatas sehingga pita suara dapat terlihat Dengan tangan kanan Pipa Dimasukan melalui mulut terus melalui celah antara kedua Pita suara Lalu disutikan Udara Untuk Mengembangkan Balon pada Pipa
Trakeostomi
Trakeostomi merupakan Tindakan Membuat Lubang pada bagian depan Trakea untuk Bernapas Indikasi Trakeostomi Mengatasi obtruksi laring Mengurangi Ruang rugi( Dead air space ) di saluran napas bagian atas
Mempermuda pengisapan secret dari Brokus pada penderita yang tidak dapat mengeluarkan secret secara fisiologi Untuk memasang respirator ( alat bantu Pernapasan ) Untuk mengambil benda asing dari sub glotik
Teknik Trakeostomi 1. Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital 2. Dengan posisi seperti ini Leher tegak lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher 3. Kulit leher dibersikan dengan antiseptic dan ditutupi kain steril 4. Obat anestesikum ( Novakain ) disutikan diantara Krikoid dan Fossa supra sterna 5. Dilakukan sayatan Horisontal pada pertengahan jarak antara Kartilago krikoid dengan fossa supra sterna 6. Kira kira 2 jari dibawah kartilago krikoid orang dewasa 7. Dengan Gunting panjang yang Tumpul , Kulit dan jaringan dibawahnya di pisahkan lapis demi lapis dan ditari ke lateral ,Tampak Trakea 8. Bebaskan Ismus , ismus diklem dan dipotong tengahnya , lalu diikat Tepinya 9. Lakukan aspirasi 10. Buat stoma dengan Memotong cincin trakea ke tiga 11. Memasang kanul dan kanul difiksasi dengan tali di leher 12. Luka Operasi ditutup Perawatan pasca Trakeotomi Scret dapat menyumbat sehigga dapat terjadi asfiksia oleh sebab itu secret di trakea harus diisap keluar Dan Kanul dalam dicuci sekurang kurang ya 2 kali sehari lalu dimasukkan lagi kedalam kanul luar Bila kanul harus dipasang dalam jangka waktu yang lama maka kanul luar harus dibersikan 2 kali seminggu
Krikotirotomi
Krikotomi merupakan tindakan penyelamatan yang lebih muda dan lebih cepat dapat dilakukan pada penderita dalam keadaan gawat napas dan darurat dengan cara membelah Membran Krikotiroid Teknik Krikotirotomi 1. Kepala Penderita di ekstensi kan pada persendian atlato oksipital 2. Indetifikasi Puncak Tulang rawan tiroid ( adam apple) dan diFisasi dengan tangan kiri 3. Dengan Telunjuk tangan kanan tulang rawan tiroid diraba kebawah sampai ditemukan Kartilago Krikoid, Membran Krikoid terletak diantara ke dua tulang rawan ini 4. Dibuat sayatan Horisontal pada Kulit 5. Bagian bawah kartilago Tiroid terlihat Tusukan Pisau dengan arah kebawah 6. Masukkan Kanul Yang tersedia
Parasat Heimlich
Prasat Heilmlich merupakan suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyubat laring secara total atau benda yang berukuran besar yang terletak di Hipofaring Pada Parasat Heimlich dilakukan Tekanan kedalam dan ke atas rongga perut sehingga diagframa terdorong keatas - Udara ini akan mecari jalan keluar melalui bronkus ,trakea - dan akhirnya mendorong sumbatan laring keluar
Broskopi
Jenis Bronskopi terbagi atas 1. Bronskopi kaku 2. Bronskopi serat optik
Bronskopi kaku Pipa yang dari metal dengan lampu.Terdapat 2 macam, yang di letakkan di distal ( pada ujung bronkoskop ) atau Proksimal Lampu Proksimal terletak pada gagang bronkoskop Dan diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke distal Bronksokop ( tepi Haslinger) Dengan Kemjuan teknologi sekarang dibuat lampu terang 150-450 waat yang berisi halogen yang disalurkan dengan serat optic kebagian distal Bronkoskop
Bronkoskopi serat optic Merupakan gabungan serat optic ( gelas) yang menyalurkan cahaya nya ke ujung distal bronkoskop Bronkoskop ini lentur sehingga dapatdi masukkan kedalam lubang bronkus
Mamfaat Bronkuskopi serat optik Mamfaaat Bronkoskopi serat Optik Rasa nyeri yang menimal dapat dilakukan dengan analgesia saja ( Tampa anestesi umum )
Karena Lentur nya dapa dimasukkan ke cabang cabang bronkus malahan sampai ke sub segmen untuk mencari tumor ganas
Mamfaat Bronkoskopi Kaku Pada anak anak karena Trakea dan Glotis masih sempit Pada Perdarahan massif Mengisap secret dari Trakean dan Bronkus Untuk Mengeluarkan Bronkolit Untuk mengeksterpasi adenoma bronkus Untuk mengeluarkan benda asing dari trakea dan bronkus terutama pada anak anak Trakea sempit seperti pada stiriktur trakea tau penekanan dari luar atau tumor intra lumen Fotografi pada Trakea da bronkus Utama serta orifisiumnya dengan memakai taleskop
Indikasi Bronkoskopi Sebagai Penentuan Diangnosis 1. 2. 3. 4. Hemoptisis Batuk kronik Wheezing Kelainan Radiologi seperti pada Phenemonia yang Menetap atau berulang , Atlektasis, Abses paru dan tumor Bronkus
5. Kelainan estra- torakal berupa a. Pembesaran getah bening dileher dan aksial sebagai metastasis tumor ganas b. Eritema Nodusom c. Clubbing Fingger dan osteoatropati Pulmoner Hipertrofi d. Sumbatan vena cava superior e. Perubahan suara karena kelumpuhan saraf reekuren yang Disebabkan Penekanan pada Pembesaran Kelenjar getah bening f. Karsinoma Osefagus yg Metastasis Ke Bronkus g. Tumor ganas Tyroid yang Mempengaruhi Tractus trakea bronkiale Sebagai Terapi 1. Mengeluarkan Benda asing pada saluran Trakeo Bronkiale 2. Mengisap secret yang ada dalam bronkus 3. Penyubatan bronkus oleh secret yang kental Dengan cara melakukan pencucian dengan hasil yang memuaskan 4. Menyeprotkan obtab ke Lumen Bronkus pada kasus Bronkestasis setelah secretnya dikeleuarkan 5. Melebarkan bronkus ( Businase) 6. Mengeluarkan Tumor jinak ( Endo trakea ) Kontraidikasi relative Kasus dengan Progosis Buruk Pasien dengan lemah dan tua Hipertensi pulmonom
Keadan dengan kardiou pulmonom yang buruk Aenurima aorta Tidak boleh mnggunakan bronkoskopi kaku karena aneurimanya bias peca Trauma atau ankilosing vertebrae servicalis ( aman Menggunaka serat optic) Trismus ( aman Menggunaka serat optic) Melalui hidung
Kontra indikasi Absolut Penyakit perdarahan dapat menyebabkan hematoma interlumen atau perdahan yang sulit diatasi Hipoksia Hiperkapnea Aritmia jantung Infark miokar akut Dekompensasi cordis Radang akit saluran Pernapasan (Laringo trakeo Bronkitis akut)
Divertikulum esophagus
Divertikulum esophagus dibagi menurut lokasinya 1. Divertikulum faringio-esopagus ( Divertikulum zenker) Terletak pada Perbatasan Faring dengan Esofagus 2. Divertikulum Parabronkhial Terletak Disekitar Bifurkasi Trakea 3. Divertikulum Epifrenik Terletah didaera sepertiga bawah esophagus biasanya diatas diagfragma Etilogi Divertikulum Faringo esophagus disebabkam gangguan motilitas dari esophagus . kelainan konggenital, atau kelemahan yang didapat pada dinding oto tHipofaring atau esophagus Divertikulum Prabrokial disebabkan oleh kelaunan konggenital atau TBC kelenjar limfe mediastinum Divertikulum Epifrenik , Peyebabnya beelum dapat ditentukan , tetapi diduga akibat kelemahan dinding otot secara Konggenital
True Divertikulum terdapat seluruh lapisan dinding espfagus ditemukan sedangn pada False Diverticulum hanya Lapisan muksa dan sub mukosa ditemukan Diverticulum Menurut cara terbntuknya terbagi atas Diverticulum Desakan merupakan suatu divertikulum palsu akibat terdapatnya defec pada Otot antara serat oblik otot Konstiritor inferior faring dengan serat Tranfersa dari otot krikofaring , Akibat desakan pada waktu menelan, Mukosa terdorong keluar membentuk kantong yang makin lama makin membesar sehingga terbentuknya divertikulum. Diverticulum tarikan merupakan suatu diverticulum asli berasal dari proses Peradangan yang berdekatan dengan esophagus dimana terbentuk kontraktur jaringan ikat pada dinding esophagus yang kemudian menarik dinding esophagus kea rah luar
Gejala 1. 2. 3. 4. 5. Terdapat Retensi makanan Disfagia yang hebat Bila sudah membentuk Kantong yang luas Regurgitasi Dapat terjadi segera setelah makan dan minum Pada Diverticulum Parabrokial dapat menyebabkan nyeri pada dearah sub sternal Divertikulum Epfrenik dapat menyebabkan rasat terbakar didada, , Nyeri pd Epigastrium serta anoreksia sehingga terjadi penurunan Berat badan
Diagnosis 1. Foto Rontgen Lateral mengunakan Kontral barium 2. Foto Rontgen PA untuk mengetahui adakah tanda tanda aspirasi Penatalksaan Jika divertikulum tidak menimbulkan gejaka maka diwajibkan mengosongkan kantong dengan cara minum dengan air pada Posisi Terlentang atau Miring. Jika sudah menggangu atau menibulkan gejala yang berat maka dilakukan Divertikulektomi
Akalasia
Akalasia ialah Suatu Kelainan esophagus dimana tidak mempunyai bagian distal esophagus utuk relaksasi dan berkurangnya peristaltic esophagus karena diuga inkordinasi neuromuskuler .akibatnya bagian proksimal pada tempat penyempitan akan melebar disebut Mega esofagus Etiologi Gejala 1. 2. 3. 4. Disfagia REgurfitasi Nyeri didaerah Sub sternal Pada stadium lanjut dapat menyebabka Rasa nyeri pada daerah epigastrium dab rasa nyeri ni menyurupai serangan angina pectoris 5. Penurunan Berat badan Diagnosis Pemeriksaan Radiologik Pada Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras ditemukan Tampak dilatasi 2/3 bagian distal esophagus serta penyempitan dibagian distal esophagus menyurupai ekor tikus( Mouse Tail Apperance) Disfungsi neuro muskuler dengan lesi primer Mungkin terletak dinding esofagus. N, Vagus, Batang Otak Secara histology di temukan kelainan ditemukan kelainan berupa degenerasi sel ganglion Plexus auroback sepajang Thoracal esophagus hal ini diduga sebagai peyebab gangguan peristaltic Gangguan emosi dan trauma Psikis dapat meyebabkan bagian distal esophagus mengalami Kontraksi
Pemirikasan Esofaguskopi Tampak Pelebaran lumen esophagus dengan bagian distal yang Menyempit Mukosa esophagus berwarna pucat , edema, kadang kadang terdapat tanda esofagitis akibat retensi makanan
Pemeriksaan Manometrik Tekanan istirahat badan esophagus meningkat ..Tidak terdapat pergerakan peristaltic sepajang esophagus sebagai proses menelan Tekana spinter esophagus bagian bawah normal atau meningkat .tidak terjadi relaksasi spinter pada waktu proses menelan
Psikoterapi Medikametosa yaitu Prefarat Nitrit antikolinergik dan penghambat adrenergic, Kalsium anagonis Dilatasi dapat dilakukan dengan businasi atau balon dilator Operasi esopago kardiomiotomi ( Operasi Heller)
Varises Esofagus
Varises Esofagus dibagi menjadi 2 bagian 1. Varises esophagus dengan Hipertensi portal 2. Varises esophagus tampa Hipertensi portal