You are on page 1of 8

TUGAS GANESA BAHAN GALIAN

EMAS EPITERMAL

Oleh

Yongki Feri Setiawan Hary Maiky Sudaryadi

53081002047 53081002053

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS TEKNIK 2011

ENDAPAN EMAS EPITERMAL

Endapan emas epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari lingkungan vulkanik. Dalam suatu sumber oanas magmatikm suatu sumber air tanag dalam, metal dan penurunan sulfur dan zona zona rekahan yang regas di kerak bumi bagian atas adalah material-material yang paling penting. Karena material-material ini tersedia sepanjang sejarah kerak bumi, dengan demikian tidak ada pembatasan dalam umurnya. Pencampuran material-material ini menyebabkan terbentuknya endapan-endapan emas epitermal. Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik adalah hampir selalu berasosiasi dengan batuan vulkanik cal-alkaline dan batuan intrusi, beberapa memperlihatkan suatu hubungan yang erat dengan batuan vulkanik alkali.

Gambar 1 Endapan Emas Epitermal Endapan emas epitermal bentuknya adalah sangat bervariasi dari vein-vein kuarsa tipis sampai deposit endapan disseminated yang besar dan terdapat dalam lingkungan geologi yang berbeda, oleh karena itu mereka memperlihatkan suatu

rentang yang lebar dari signature geokimia dan geofisika, juga ciri-ciri tonal pengindraan jauh. Dan di lingkungan epitermal memiliki karekteristik yang sangat beragam, hal ini dikarenakan bermacam-macam proses fisika dan kimia yang terlah terjadi didalam suatu komplek dan lingkungan geologinya. Oleh karena itu kenampakan yang teramati dan hubungan ruangnya bervariasi sangat luas. Akan tetapi intinya yang mencirikan semua endapan epitermal adalah proses-proses yang terjadi dalam pembentukannya. Sehingga perbedaan dari kenampakan yang ada dan signifikannya dalam ekspolrasi, hanya dapat dimengerti dengan bantuan konsep yang dimengerti dalam proses-proses yang terjadi pada sistem hidrotermal

PENDAHULUAN Endapan mineral epitermal telah menerima banyak perhatian di dunia oleh karena dapat di eksploitasi secara ekonomis dan tersedia banyak dibantingkan dengan sumber daya logam mulia lainnya. Secara geologi, endapan ini relatif mudah di temukan, karena secara ganesa endapan epitermal ini kadanya rendah dan secara umum telah diketahui keberadaanya. Oleh karena secara ganesa dan ekonomis endapan epitermal ini signifikan tetapi cadangannya masih bersatu dengan cadangan kadar tinggi yang telah ada. Secara ekonomi harga emas-perak naik relatif terhadap ongkos operasi penambangan emas. Hal ini disebabkan karena cadangan emas yang kadanya rendah telah dapat diekploitasi secara komersil dan pengaruhnya adalah terjadinya revitalisasi cadangan emas yang terlah ada. Endapan epitermal logam dasar dan mulia banyak macamnya

mencerminkan perbedaan tektonik, batuan beku dan kedudukan strukturnya dimana mereka terbentuk dan melibatkan banyak proses didalam

pembentukkannya. Kebanyakan dari endapan epitermal terbentuk dalam suatu lebel kerak bumi yang dangkal, dimana perubahan tiba-tiba dalam kondisi fisik dan kimianya menghasilkan ubahan hidrotermal (White dan Hedenquist, 1990) Lindgren (1933) mendefinisikan istilah epitermal dari pengamatan mineralogi dan teksturnya, dan ia menyimpulkan kondisi temperatur dan tekannya (kedalammnya) untuk style (bentuk) mineralisasi ini. Walaupun penafsiran dari pengamatanya tidak mengubah secara substansial, pemahaman kita mengenai lingkungan epitermal yang sekarang telah berkembang sebagai hasil dari suatu pengamatan dasar yang semakin maju.

PEMBAHASAN A. Genesa Endapan Emas Epitermal : Jenis endapan emas epitermal pada 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan tekanan yang maksimum yang mengalami fluktuasi-fluktuasi yang cepat. Fluktuasi-fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan (boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi.

B. Hubungannya dengan himpunan mineralnya : Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), thallium (Tl), dan belerang (S). Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonathosted deposits), arsen dan belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak, beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg), thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang secara setempat terkayakan. Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl); serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerahdaerah saluran fluida utama, sebagaimana asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Logam-logam dasar (base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-perak, meskipun demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious metals) atau dalam asosiasinya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W)

dapat bervariasi tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium (Ba) terkadang terkayakan. Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluidafluida dengan pH mendekati netral (Fluida-fluida Khlorida Netral). Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline). Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan yang tersilisifikasikan, serta dapat hadir bijih tembaga seperti enargite, luzonite, dan covelite.

C. Keberadaan Emas Pembentukan mineral logam sangat berhubungan dengan aktivitas magmatisme dan vulkanisme, pada saat proses magmatisme akhir (late magmatism), pada suhu sekitar 200oC. Jebakan emas dapat terjadi di lingkungan batuan plutonik yang tererosi, ketika kegiatan fase akhir magmatisme membawa larutan hidrotermal dan air tanah. Proses ini dikenal sebagai proses epitermal, karena terjadi di daerah dangkal dan suhu rendah. Proses ini juga dapat terjadi di lingkungan batuan vulkanik (volcanic hosted rock) maupun di batuan sedimen (sedimen hosted rock), yang lebih dikenal dengan skarn. Contoh cukup baik atas skarn terdapat di Erstberg (Sudradjat, 1999). Skarn Erstberg berupa roofpendant batugamping yang diintrusi oleh granodiorit. Sebaran skarn dikontrol oleh oleh struktur geologi setempat. Sebagai sebuah roofpendant, zona skarn bergradasi dari metasomatik contact sampai metamorphic zone (Juharlan, 1993). Konsep cebakan emas epitermal merupakan hal baru yang memberikan perubahan signifikan pada potensi emas Indonesia. Cebakan yang terbentuk

secara epitermal ini terdapat pada kedalaman kurang dari 200 m, dan berasosiasi dengan batuan gunungapi muda berumur kurang dari 70 juta tahun. Sebagian besar host rock merupakan batuan vulkanik, dan hanya beberapa yang merupakan sediment hosted rock. Cebakan emas epitermal umumnya terbentuk pada bekas-bekas kaldera dan daerah retakan akibat sistem patahan. Endapan emas epitermal salah satunya seperti Waterfall terletak di Kahayan Hulu Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 113 derajat 28 08 113 derajat 29 42.2 E dan 00 derajat 28 50.7 00030 10.1 S. Alterasi hidrotermal berkembang dengan baik menghasilkan urat-urat kuarsa maupun kalsit (stockwork) yang membawa bijih emas dan mineral-mineral sulfida lainnya seperti pirit, chalkopirit, sphalerit, hematit, magnetit, kovelit, bornit dan galena. Di Waterfall terdapat tiga zone alterasi hidrotermal, yaitu zone karbonat-kalsit-serisit/muskovit (zone phillik), zone klorit-kalsit- kuarsa-epidot (zone propilitik dalam) dan zone karbonat- kloritzeolit-silika (zone sub propilitik). Dari analisis petrografi dan inklusi fluida didapatkan endapan emas Waterfall termasuk kedalam tipe endapan sulfida rendah (low sulphidation), terbentuk pada temperatur antara 240 derajat -250 derajat C dengan salinitas 8.15, 5.50 dan 4.03% berat NaCl ekivalen. Endapan ini terbentuk pada kedalaman 350-417 m di bawah paleo surface, berada pada bagian atas zone logam dasar (base metals). Eksplorasi diarahkan pada zone propilitik dalam yang banyak mengandung mineral bijih.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim . 2011 . Keberadaan Mineral Logam Emas . http://tambangunsri.blogspot.com/2011/12/keberadaan-mineral-logamemas.html Eddy Sumardi . 2009 . Tinjauan Emas Epitermal pada Lingkungan Volkanik . Pusat Sumber Daya Geologi Lindgren, W., 1933 . Mineral Endapan .McGraw-Hill Book Company,4th Ed. 930p White, D.E dan Hedenquist, J.W., 1990 . Epithermal environments and styles of mineralization variations and their cause, and guidelines for exploration. J.Geochem. Explor., 36, 445-474. Zyanti . 2009 . Endapan Emas Epitermal . http://zyanti.wordpress.com/ 2009/03/27/endapan-emas-epitermal/

You might also like