You are on page 1of 21

TRANSAKSIONAL ANALISIS TINGKATAN aku DALAM PRIBADI

MAKALAH TUGAS

MATA KULIA : PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI KELAS : FARMASI B

DOSEN PENGAJAR :

PENULIS KELOMPOK 2 :

FADILA IRA DEWI YUNITA PUTRI AULIA FAJAR

10060308054 10060308055 10060308056

Analisis Transaksional

I. Latar Belakang
Analisis Transaksional adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antar pribadi yang mendasar. Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan

kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya. Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan. Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri. Analisis Transaksional (AT) lebih menekankan pada aspek kognitif, rasional dan behavioral tentang kepribadian serta berorientasi pada peningkatan kesadaran sehingga klien akan mampu membuat keputusan-keputusan dan rencana baru bagi kehidupannya. Analisis Transaksional dipandang sebagai sesuatu yang positif, karena manusia secara filosofis dapat ditingkatkan, dikembangkan dan diubah secara langsung melalui proses yang aman, menggairahkan dan bahkan menyenangkan. Secara keseluruhan dasar filosofis Analisis Transaksional bermula dari asumsi bahwa semuanya baik atau OK, artinya bahwa setiap perilaku individu mempunyai dasar menyenangkan dan mempunyai potensi serta keinginan untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri. Di dalam melakukan hubungan dengan orang lain, sangat perhatian dan mengayomi lawan bicaranya, mengundang individu lain untuk senang, cocok dan saling mengisi, yang di dalam dasar teori dan praktek AT disebut I`m OK and you`re OK (Saya Oke dan Anda Oke). Teori Analisis Transaksional mendasarkan pada decisional model, artinya setiap

individu mempelajari perilaku yang spesifik dan memutuskan rencana hidupnya dalam menghadapi hidup dan kehidupannya. Meskipun sewaktu masa kanak-kanak dipengaruhi oleh orang tuanya atau orang lain akan tetapi individu memutuskan sesuatunya secara khas. Adapun konsep pokok dari analisis transaksional menurut Corey (2005) adalah: 1. Pandangan tentang manusia. Analisis transaksional berakar pada filsafat yang anti determinasi serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengkondisian dan pemograman awal. 2. Perwakilan perwakilan Ego. Analisis transaksional adalah suatu system terapi yang berlandaskan teori kepribadian yang menggunakan tiga pola tingkah laku atau perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa dan anak 3. Scenario scenario kehidupan dan posisi psikologi dasar. Adalah ajaran ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan putusan awal yang dibuat oleh kita sebgai anak dewasa. Kebutuhan manusia akan belaian. Pada dasarnya setiap manusia memerlukan belaian dari orang lain, baik itu yang berlainan dalam bentuk fisik maupun emosional. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan adalah pesan pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

Dalam mengembangkan pendekatan ini Eric Berne menggunakan berbagai bentuk permainan antara orang tua, orang dewasa dan anak. Dalam eksprerimen yang dilakukan Berne mencoba meneliti dan menjelaskan bagaimana status ego anak, orang dewasa dan orang tua, dalam interaksi satu sama lain, serta bagaimana gejala hubungan interpersonal ini muncul dalam berbagai bidang kehidupan seperti misalnya dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam sekolah, dan sebagainya. Dari eksperimen ini Berne mengamati bahwa kehidupan sehari-hari banyak ditentukan oleh bagaimana ketiga status ego (anak, dewasa, dan orang tua) saling berinteraksi dan hubungan traksaksional antara ketiga status ego itu dapat mendorong pertumbuhan diri seseorang, tetapi juga dapat merupakan sumber-sumber gangguan psikologis. Memahami konsep pokok AT tentang kepribadian manusia tersimpul dalam istilah yang digunakan dalam teori ini. Yaitu Ego State, Transaksional, Games, Stroke, Egogram, dan Skript. II. Asumsi Teori Dalam konteks komunikasi, Analisis Transaksional (AT) dapat diartikan sebagai upaya mengurai secara sistematis proses pertukaran pesan yang bersifat timbal balik di antara pelaku komunikasi yang kesemuanya merupakan cerminan struktur kepribadian seseorang. AT dapat diartikan sebagai cara untuk memahami perilaku diri sendiri dan orang lain dengan menganalisis transaksi atau interaksi yang tenjadi antarindividu. Lewat AT maka akan diketahui apa yang sesungguhnya terjadi dalam diri individu ketika berkomunikasi dengan orang lain? Apa yang terjadi di antara orang ketika

berkomunikasi? Dan Bagaimana kita dapat mengidentifikasi, memahami, dan mengendalikan aspek-aspek yang terkait dengan komunikasi yang sedang berlangsung tersebut. Dengan demikian maka Transaksi (atau komunikasi)sebagaimana dikatakan Berne, merupakan unit dasar dalam hubungan sosial. III. Ego States Menurut Eric Berne, pada setiap manusia terdapat tiga ego states (kenyataan "kepribadian"). Hal ini bukan hanya merupakan suatu peran, melainkan kenyataankenyataan psikologis. Ketiga ego states tersebut dikenal denagn nama ego states utama yaitu: anak, dewasa, dan orang tua. Ego states sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan dampak perasaan dan pengalaman seseorang terhadap perilakunya. AT menggunakan suatu sistem terapi yang berlamdaskan pada teori kepribadian yang menggunakan pola perwakilan ego yang terpisah; orang tua, orang dewasa, dan anak.

Ego state Orang tua Ego state Dewasa Ego state Anak

Orang tua

Dewasa

Anak

Dari ketiga ego states utama tersebut dapat diidentifikasi karakteristik khas dari anak, dewasa, orang tua. Jadi melalui transactional analysis, seseorang menyadari ego state mana yang sebaiknya diungkapkan sebagai suatu stimulus atau respons sehingga komunikasi berjalan lancar secara efektif. A. Ego Orangtua Kondisi ego orang tua (O) atau disebut oleh Berne dengan Exteropsyche adalah prototype yang ditampilkan seseorang seperti layaknya seorang ayah atau ibu. Yakni penampilan yang terikat kepada sistem nilai, moral dan serangkaian kepercayaan. Bentuk nyatanya berupa pengontrolan, membimbing, membantu mengarahkan, menasehati, menuntun atau dapat pula mengecam, mengkritik, mengumando, melarang, mencegah atau memerintah dsb. Menurut corey (1988), bahwa ego orang tua adalah bagian kepribadian yang merupakan introyeksi dari orang tua atau subtitusi orang tua. Jika ego orang tua itu dialami kembali oleh kita, maka apa yang dibayangkan adalah perasaan-perasaan orang tua kita dalam suatu situasi, atau kita merasa dan bertindak terhadap orang lain dengan cara yang sama dengan perasaaan dan tindakan orang tua kita terhadap diri kita. Ego orang tua berisi perintah-perintah harus dan semestinya. Orang tua dalam diri kita bisa orang tua pelindung atau orang tua pengkritik. Orang Tua Pembimbing menunjukkan sisi-sisi pemeliharaan dari orang tua, misalnya sifat lemah lembut, cinta, pemberian ijin, atau juga pembatasan perilaku dengan pertimbangan kesehatan. Dalam kondisi ini, seseorang cenderung mau mengerti atau memahami orang lain. Lebih dari itu egostages Orang Tua Pembimbing bisa memberikan

penilaian yang tegas, bahkan menentukan batas-batas antara yang benar dan salah. Orang Tua Pembimbing mengungkapkan Anda OK. Ungkapan yang keluar, bisanya mengekspresikan tindakan, misalnya, Tidurlah, biar tubuhmu sehat, atau Yakinlah, semua akan berlalu dengan baik. Sedangkan Orang Tua Pengkritik (Critical Parent/ Prejudiced Parent) merupakan ekspresi pikiran, perasaan dan sikap menghakimi (prejudged). Orang Tua Pengkritik cenderung menyampaikan pesan jangan, dan lebih bersifat pengungkapan pendapat atau opini (bukan perbuatan), misalnya Kamu memang bandel. Jadi sikapnya ialah kamu tidak OK. Nada suaranya cenderung keras, kasar. Gerakan badan cenderung menggurui, misalnya menunjuk orang dengan tangan. Kata-kata yang biasa dipakai, antara lain: harus, jangan, selalu, keterlaluan, tolol, goblok, atau dasar kamu. B. Ego dewasa Ego orang dewasa adalah pengolah data dan informasi., adalah bagian objektif dari kepribadian, juga menjadi bagian dari kepribadian yang mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia tidak emosional dan meghakimi, tetapi menangani fakta-fakta dan kenyataan ekternal. Berdasarkan informasi yang tersedia, ego orang dewasa menghasilkan pemecahan yang paling baik untuk masalah-masalah tertentu. Ego stage Dewasa menekankan solusi yang berbasis fakta, bukan berdasarkan asumsi (prejudice) atau emosi kanak-kanak kita. Ciri orang yang sedang berada pada egostagess ini ialah tekanan pada nalar, tidak emosional, dan komunikasi dua arah. Katakatanya biasanya netral, diplomatis, hati-hati, jelas dan tidak tergesa-gesa. Ekspresi wajah tenang, dan nada suaranya datar.

C.

Ego Anak Ada dua jenis anak: anak alamiah dan anak pemberontak atau penurut. Ego anak berisi perasaan-perasaan, dorongan dan tindakan yang bersifat spontan,

anak yang berada dalam diri kita bisa berupa anak alamiah (free child/natur child), adalah anak yang impulsif, tak terlatih, spontan, dan ekspresif. Dia adalah bagian dari ego anak yang intuitif. Egostages ini hadir, jika kita mengatakan pada orang lain tentang diri sendiri atau diri yang mengungkapkan apa yang diinginkan dan butuhkan. Hal ini terungkap melalui kata-kata, nada suara, ekspresi wajah, dan juga tindakan spontan dan kreatif, misalnya ungkapan seperti Wow, asyik banget!, Keren, Saya bahagia, atau Yess!. Ada luapan emosi dalam pengungkapannya. Dapat juga muncul suatu emosi negatif seperti, marah, takut atau sedih. Egostages ini berorientasi pada diri sendiri (orientasi aku), maksudnya padanya terungkapkan apa yang saya rasakan dan apa yang saya inginkan. Ada juga berupa anak disesuaikan (adapted child), yaitu merupakan modifikasimodifikasi yang dihasilkan oleh pengalaman traumatik, tuntutan-tuntutan, latihan, dan ketepatan-ketepatan tentang bagaimana caranya memperoleh perhatian. Ego stage Adapted Child adalah bagian dari kepribadian kita, yang kita pelajarai sebagai respon perintah orang tua. Jika seseorang berada pada keadaan egostagess anak ini, ia memberikan suatu tanggapan atau penyesuaian terhadap pengaruh egostagess orang tua yang dimainkan orang lain. Ia dapat melakukan apa yang dikehendaki orang lain (Anak Penurut) atau menolak apa yang dikehendaki orang lain (Anak Pemberontak).

Beda utama Anak Alamiah dengan Anak Penurut atau Pemberontak tidak terletak pada orientasinya. Anak Penurut atau Anak Pemberontak ini merupakan reaksi terhadap orang lain, sedangkan Anak Alamiah memiliki sikap spontanitas. Meskipun keduanya berorientasi pada diri sendiri, namun wujudnya jadi berbeda karena perbedaan gambar diri. i. Petunjuk umum masing-masing ego state (tidak bersifat mutlak):

Orang Tua

Fisik

Alis berkerut, telunjuk diangkat, geleng kepala, pandangan masam, bertolak pinggang, menghela napas, mengelus kepala orang lain.

Verbal

Jangan , harus, ini peringatan terakhir, ingat, jangan sungguh sekali-kali, keterlaluan, selalu, tolol,

goblok, seharusnya.

Kata harus, seharusnya, misalnya dapat juga menjadi bagian Orang Tua, tetapi bila kata tersebut dipergunakan pada Orang Tua tidaklah dipergunakan secara spontan, tetapi merupakan hasil suatu pemikiran. Gerakan-gerakan tubuh dan situasi transaksional membantu kita mengenali bagian apa yang dimaksudkan. ii. Dewasa

Fisik

Gerakan terus menerus dari wajah, mata, tubuh disertai kerlipan mata jika sedang mendengarkan. Wajah dewasa itu terus terang.

Verbal Mengapa, apa, siapa, bagaimana, benar, salah, saya mengerti, menurut pendapat saya, kapan. Semua kata yang dipergunakan menunjukkan pengolahan data.

iii.

Anak Alamiah Membutuhkan strokes, pengakuan, dan stimulasi. Mempunyai keinginan yang berbeda dari waktu ke waktu. Jika membutuhkan dan keinginan terpenuhi, ekspresi yang timbul merupakan kegembiraan. Jika kebutuhan dan keinginan tidak terpenuhi, ekspresi yang timbul ialah kesedihan dan kemarahan. Anak alamiah dapat kita andaikan seperti seorang anak yang mengalami kebutuhankebutuhan, keinginan-keinginan dan perasaan tersebut.

Ketiga status ego dari Berne ini mempunyai perbedaaan nyata dengan konsep Freud mengenai Id, Ego dan Super Ego. Keunggulan konsep Berne mengenai status ego ini, karena ketiga macam status ini dapat diamati secara nyata, ketimbang konsep Freud yang abstrak. Menurut Berne, ketiga macam statu ego ini, O, D, A, dapat dilihat secara terpisah pada setiap orang. Artinya, dalam keadaan atau waktu yang berbeda orang dapat menampilkan status ego yang berbeda pula. Orang normal (sehat) adalah orang yang dapat melahirkan status ego yang sesuai dengan keadaan lingkungannya. Berne melukiskan adanya tiga macam bentuk ego yang berada dalam diri seseorang. Normal, Kontaminasi (Campuran) dan Eksklusi. Normal adalah bersifat terpisah, Kontaminasi adalah dua atau lebih status ego tercampur seperti tercampurnya status ego O dengan A. Sedangkan eksklusi yaitu salah satu ego yang menguasai

seseorang dalam waktu yang lama sehingga menyingkirkan dua ego lainnyaStruktur Kontaminasi Eksklusi Kepribadian Normal ( Delusion) (Fixation). Status ego anak berisi perasaan, tingkah laku dan bagaimana berpikir ketika masih kanak-kanak dan berkembang bersama dengan pengalaman semasa kanak-kanak. Jika individu berbuat, berperasaan, bersikap seperti yang individu lakukan pada waktu masih kecil, maka individu tersebut dalam status ego anak. Setiap individu akan mempunyai pengalaman dan masa kanak-kanak yang berbeda-beda, maka status ego anak untuk setiap individu akan berbeda. Sedangkan status ego anak dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu: Anak yang menyesuaikan: ini diwujudkan dengan tingkah laku yang dipengaruhi oleh orang tuanya. Hal ini dapat menyebabkan anak bertindak sesuai dengan keinginan orang tuanya seperti penurut, sopan dan patuh, sebagai akibatnya, anak akan menarik diri, takut, manja. Anak yang wajar: akan terlihat dalam tingkah laku nya seperti lucu, tergantung, menuntut, egois, agresi, kritis, spontan, tidak mau kalah dan pemberontak Bagaimana cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang? Berne mengajukan empat cara, yaitu: 1. Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Tingkah laku nonverbal tersebut pada umumnya sama namun dapat dibedakan kode-kode simbolnya pada setiap orang sesuai dengan budaya yang melingkupinya. Di

samping nonverbal juga melalui verbal, misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku melalui komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan. 2. Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat menggurui orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal ini critical parent. Si Iteung suka ngambek maka Iteung dikuasai oleh sikap anak. Si Ucok suka bertanya dan mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa. 3. Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat terlihat misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara berbicara, gerak-gerik nonverbal mengikuti cara yang dilakukan ayah dan ibunya yang anda kenaI. 4. Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun anak-anak sangat menguasai mempengaruhi seorang. Berne juga mengemukakan terdapat beberapa faktor yang menghambat

terlaksananya transaksi antarpribadi, atau keseimbangan ego sebagai sikap yang dimiliki seseorang itu. Terdapat dua hambatan utama yaitu: 1. Kontaminasi (contamination). Kontaminasi merupakan pengaruh yang kuat dari salah satu sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga orang itu berkurang keseimbangannya.

2. Eksklusif (exclusive); penguasaan salah satu sikap atau lebih terlalu lama pada diri seseorang. Misalnya sikap orang tua yang sangat mempengaruhi seseorang dalam satu waktu yang lama sehingga orang itu terus menerus memberikan nasihat, melarang perbuatan tertentu, mendorong dan menghardik.

IV.

Transaksi Transaksi merupakan inti dari konsep AT. Istilah transaksi sebenarnya adalah

istilah yang sering dipergunakan dalam lapangan komunikasi. Sesuai dengan teori ini, transaksi diatikan sebagai hubungan stimulus respons atau dua ego state. Transaksi akan terjadi bila seseorang (A) memberikan rangsangan (stimulus) kepada orang lain (B), B memberi respons dan pada gilirannya respons B itu menjadi stimulus bagi A dan begitu seterusnya. Menurut Berne, transaksi itu terjalin antar ego state. Kalau dua orang beraada pada suatu ruanngan, berarti pertemuannya 6 ego state. Dari sudut Ego state ini, Berne mengemukakan adanya 3 macam, yaitu transaksi yang bersifat Komplementer, Crossed (Silang) dan Ulterior (tersamar atau semu). 1. Transaksi komplementer; jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena terjadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-

anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi transaksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna. Transaksi Komplementer adalah transaksi antar dua ego state yang sama, seperti O dengan O, D dengan D, atau A dengan A Transaksi O-O lihatlah orang yang tengah bertengkar. Contoh D-D seperti seminar. Contoh A-A orang lagi pacaran. 2. Transaksi silang; terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalahpahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain. Transaksi silang merupakan transaksi antar dua ego state yang berbeda. Ada tiga bentuk dengan contohnya: OD (ujian skripsi), OA (guru di kelas) DA (dokterpasien). 3. Transaksi tersembunyi; jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antarpribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya tersembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya disembunyikan maka transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1

segi (angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan 2 sikap dasar disebut dengan dupleks. Dari ketiga macam transaksi tersebut diatas, maka transaksi yang baik adalah Transaksi antara ego state Dewasa dengan Dewasa, karena lebih bersifat realities dan logis. Dalam menganalisis peristiwa kornunikasi atau perilaku pertukaran pesan tersebut Berne (Klein, dalam Venus, 2005:315) mengajukan beberapa asumsi dasar yang melandasi teorinya sebagai berikut: 1. Manusia pada dasamya dalam keadaan Oke (people are OK). ini lebih merupakan pemyataan kualitas atau potensial ketimbang keadaan aktual. Masing-masing manusia selalu bernilai, berguna dan memiliki

kemampuan-kemampuan tertentu, sehingga layak diperlakukan secara patut. 2. Semua orang memiliki kapasitas untuk berpikir. 3. Manusia memutuskan sendin jalan hidup mereka sendiri dengan membuat keputusan pada naskah awal kehidupan mereka, dan keputusan itu dapat diubah. Bertolak dan asumsi-asumsi di atas kemudian dikembangkan suatu keyakinankeyakinan bahwa;

1. Perilaku komunikasi seseorang merupakan cerminan posisi hidup (life Positions) yang dipilihnya. 2. Manusia pada dasarnya relatif memiliki keleluasan untuk memilih posisi hidup yang dikehendakinya, dengan begitu manusia juga memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku komunikasinya. 3. Posisi hidup yang dipilih berkaitan langsung dengan struktur kepribadian atau egostages yang bersangkutan, dan 4. Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya melibatkan egostages. Berdasarkan pengalaman masa kecilnya, setiap orang cenderung memilih satu dan empat kemungkinan posisi hidup (life positions) yang ada. Posisi hidup seseorang adalah cara dominan yang bersangkutan dalam membina hubungan dengan orang lain, yang merefleksikan bagaimana seseorang merasa tentang dirinya (self image). Ada empat posisi hidup yang mungkin dipilh oleh seseorang adalah: 1. Saya Oke, Kamu Oke ( Im OK, youre OK) Ini adalah posisi ideal, karena seseorang memandang positf dirinya, begitu pula dengan orang lain. Refleksi : individu memiliki kepercayaan terhadap diri sendiri & percaya pada orang lain. Individu tidak takut berhubungan dengan orang lain.

2. Saya Oke, Kamu tidak Oke ( Im OK, youre not OK) Seseorang menganggap dirinya secara positif, tetapi tidak terhadap orang lain. Ini biasanya dimiliki oleh orang yang memiliki sikap otoriter. Refleksi : individu membutuhkan orang lain akan tetapi tidak ada yang dianggap cocok. Individu merasa superior, merasa memiliki hak untuk menggunakan orang lain untuk mencapai tujuan pribadinya. 3. Saya tidak Oke, Kamu Oke (Iam not OK, youre OK) Ini adalah sikap seseorang yang tidak yakin dengan dirinya sendiri. Dia selalu melihat orang lain lebih baik darinya, mirip sikap anak-anak terhadap orang tuanya. Refleksi : individu tidak terpenuhi kebutuhannya & merasa bersalah, depresif, tidak percaya & takut. 4. Saya tidak Oke, Kamu tidak Oke (Im not OK, youre not OK) Ini adalah posisi hidup orang bermasalah, semua dinilainya negatif, baik dirinya sendiri maupun orang lain. Orang-orang yang merasa selalu gagal, masa kecil yang terabaikan atau disia-siakan, atau menjadi pengangguran yang berkarat cenderung akan memiliki mentalitas seperti. Ini adalah jiwa yang sakit. Orang seperti ini cenderung memandang hidup tidak berguna. Refleksi : individu merasa dirinya tidak baik & orang lain juga tidak baik karena tidak ada sumber belaian yang positif. Individu menyerah & tidak berdaya kondisi ekstrim & patologis : autis.

V.

Stroke Model aslinya adalah orang tua secara fisik membelai bayinya. Dalam teori TA :

belaian merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu. Merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial & menyehatkan. Belaian tidak hanya dibutuhkan pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Belaian yang diterima atau diberikan akan menguatkan posisi hidup seseorang & lebih jauh, akan memperkuat naskah, fungsi ego, transaksi, & permainan-permainannya.

Daftar Pustaka

Corey, Gerald. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. PT Eresco. Jakarta.

Wikipedia, the free encyclopedia. 2009. Aperseption, Copyright 2009.

De Blot SJ, 1992, Analisis Transaksional (jilid 1) Mengenal Diri dengan Analisis Transaksional Berpangkal Pada Budaya Indonesia, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. http://rwiewied.blogspot.com/2011/03/pendekatan-konseling-analisa.html http://eko13.wordpress.com/2011/04/14/analisis-transaksional-teori-dan-praktik-dalamkonseling-dan-psikoterapi/

http://konselorindonesia.blogspot.com/2011/04/analisis-transaksional.html

http://nyanaviriya.multiply.com/journal/item/1

http://iqbalmarisali.blogspot.com/2010/01/mengenal-analisis-transaksional-dalam.html

You might also like