You are on page 1of 37

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma. Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).1 Kasus asma meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data Studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia
1

SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.2 Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.3 Profil Puskesmas Wirobrajan8 Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada dalam garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiyaan. Visi yang dibangun oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Yang dimaksud kecamatan sehat adalah gambaran kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sedangkan misi puskesmas adalah mendukung

tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Puskesmas Wirobrajan adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan, yang dimaksud unit pelaksanaan

Teknis Dinas Kesehatan adalah yang melaksanakan tugas teknis operasional di wilayah kerja Puskesmas sebagai unit pelaksana tingkat pertama pembangunan kesehatan di Indonesia. Di kecamatan Wirobrajan terdapat satu Puskesmas yaitu Puskesmas Wirobrajan dengan Puskesmas Pembantu Tegalmulyo. Puskesmas Wirobrajan terletak di kota Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Kecamatan Tegalrejo : Kecamatan Ngampilan dan Mantrijeron : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul : Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul.

Luas Wilayah Kecamatan Wirobrajan 1,78 km2 dengan pembagian kelurahan menjadi 3 kelurahan yang terdiri dari : Kelurahan Pakuncen : Terletak di bagian utara, 58 RT dan 12 RW Kelurahan Wirobrajan : Terletak di bagian tengah 56 RT dan 12 RW Kelurahan Patangpuluhan : Terletak di bagian selatan 51 RT dan 10 RW Jumlah penduduk kecamatan Wirobrajan 30.512 jiwa8, dengan perincian penduduk laki-laki 15.179 jiwa dan penduduk perempuan 15.333 jiwa. Dengan jumlah kepala keluarga 8.075, 165 RT, 32 RW dan 36 posyandu. Sasaran kesehatan wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan (mengacu pada indikator Indonesia sehat 2010 dan SPM) diantaranya yaitu : Derajat kesehatan Keadaan lingkungan Perilaku hidup bersih dan sehat Pelayanan kesehatan Perbaikan Gizi Masyarakat Puskesmas Wirobrajan belum dilengkapi fasilitas rawat inap, namun sudah terdapat fasilitas ambulans dan UGD yang setiap saat dapat digunakan.

Kegiatan pelayanan umum meliputi balai pengobatan umum (BPU), balai pengobatan gigi (BPG), BKIA/KB, unit farmasi, unit keliling, UKS, konseling gizi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, dan poli lansia, konseling PHBS, konseling berhenti merokok. Untuk mencapai sasaran wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan seperti tersebut diatas, dokter keluarga juga dapat berperan didalamnya. Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh dan memusatkan pelayanannya pada keluarga sebagai suatu unit, yang mana tanggung jawab dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja. Pelayanan dokter keluarga yang melibatkan dokter keluarga sebagai penapis (gate keeper) di tingkat pelayanan primer, dokter spesialis di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan dan sistem jaminan pemeliharaan kesehatan yang bekerja secara bersama-sama, menempatkan dokter keluarga pada posisi yang sangat strategis dalam pembangunan kesehatan.8 Tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan dokter keluarga adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi individu, keluarga dan masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya, yang tercermin dalam tata laksana pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter keluarga.9
Tabel. Rekapitulasi 10 Besar Diagnosis Pasien Puskesmas Periode Bulan Maret 2012

No 1 2 3 4 5 6

Kode J06 110 J00 K04 E11 KTR2

Diagnosis Infeksi Salauran Pernafasan Atas Hipertensi Primer Common cold/Nasofaringitis akut Penyakit pulpa dan jaringan periapikal Diabetes melitus tipe 2 (NIDDM) KONTROL IBU HAMIL

Jumlah 536 353 248 173 145 116

7 8

R51 E78

Nyeri kepala hebat (headache) Gangguan metab lipid&lipoprotein (hipergliseridemi)

113 106

9 10

R50 KTR3

Febris/Demam KONTROL BAYI SEHAT

98 87

(sumber : Puskesmas Wirobrajan) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah : 1.Faktor resiko yang ditemukan pada pasien. 2.Bagaimana fungsi-fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga ditinjau dari aspek fungsi biologis, fungsi afektif, fungsi sosial, fungsi penguasaan masalah, dan fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan. 3. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.

C. Tujuan Penulisan 1. Penulisan laporan kasus kepaniteraan klinik ilmu kedokteran keluarga ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Memberikan informasi serta pengetahuan mengenai bentuk pelayanan kedokteran dengan pendekatan kedokteran keluarga pada penderita penyakit. Salah satunya dengan menganalisis penyebab, perilaku atau gaya hidup apakah telah mendukung pengobatan farmakologi atau tidak. Selain itu juga penyuluhan dilakukan dengan titik berat agar pasien dan keluarganya menjadi mengetahui lebih banyak tentang asma sehingga dapat diminimalisir terjadinya kekambuhan.

D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat untuk puskesmas Sebagai sarana kerjasama yang saling menguntungkan untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan mendapatkan umpan balik dari hasil evaluasi koasisten dalam rangka mengoptimalkan peran puskesmas. 2. Manfaat untuk mahasiswa Sebagai saran ketrampilan dan pengalaman dalam upaya pelayanan kesehatan dengan menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Asma Bronkial 1) Definisi

Asma bronkial adalah suatu gangguan peradangan kronis dimana banyak sel dan elemen seluler memegang peran. Proses peradangan kronis tersebut menyebabkan terjadinya hiperresponsivitas saluran napas yang mengakibatkan munculnya episode mengi (wheezing), sesak napas, rasa berat di dada, serta batuk terutama pada malam dan dini hari. Episode tersebut umumnya berhubungan dengan obstruksi aliran udara pernapasan yang merata tetapi bervariasi derajatnya, sering bersifat reversible baik spontan maupun dengan terapi.4 2) Gambaran Klinis Gambaran klinis asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi (wheezing), dan sesak napas. Pada awal serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Meskipun pada mulanya batuk tanpa disetai sekret, tetapi pada perkembangan selanjutnya pasien akan mengeluarkan sekret baik yang mukoid, putih kadang-kadang purulen.4 Wheezing terutama terdengar saat ekspirasi. Berat ringannya wheezing tergantung cepat atau lambatnya aliran udara yang keluar masuk paru. Bila dijumpai obstruksi ringan atau kelelahan otot pernapasan, wheezing akan terdengar lebih lemah atau tidak terdengar sama sekali. Batuk hampir selalu ada, bahkan seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak, maka keluhan sesak akan semakin berat.4 Dalam keadaan sesak napas hebat, penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan memegang kedua lutut.

Posisi ini di dapati juga pada pasien dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Tanda lain yang menyertai sesak napas adalah pernapasan cuping hidung yang sesuai dengan irama pernapasan. Frekuensi pernapasan terlihat meningkat (takipneu), otot bantu pernapasan ikut aktif, dan penderita tampak gelisah. Pada fase permulaan, sesak napas akan diikuti dengan penurunan PaO2 dan PaCO2, tetapi pH normal atau sedikit naik. Hipoventilasi yang terjadi kemudian akan memperberat sesak napas, karena menyebabkan penurunan PaO2 dan pH serta meningkatkan PaCO2 darah. Selain itu, terjadi kenaikan tekanan darah dan denyut nadi sampai 110-130/menit, karena peningkatan konsentrasi katekolamin dalam darah akibat respons hipoksemia.4 Pada asma alergik, sering hubungan antara pemajanan alergen dengan gejala asma tidak jelas. Terlebih lagi pasien asma alergik juga memberikan gejala terhadap faktor pencetus non-alergik seperti asap rokok, asap yang merangsang, infeksi saluran napas ataupun perubahan cuaca. Lain halnya dengan asma akibat pekerjaan. Gejala biasanya memburuk pada awal minggu dan membaik menjelang akhir minggu. Pada pasien yang gejalanya tetap memburuk sepanjang minggu, gejalanya mungkin akan membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan kerjanya.4 3) Patofisiologi

Gambar 1 : saluran nafas normal (i) dan saluran nafas penderita asma (ii) (Muchiddkk, 2007)

Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada

asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.5 Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktorfaktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.5 Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.5 4) Pemeriksaan Penunjang6 Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mukus plug. Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema, maka gambaran radiolusen akan

semakin bertambah.

10

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat pada paru Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. Bila

terjadi

pneumonia

mediastinum,

pneumotoraks,

dan

pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel. Elektrokardiografi Gambaran elektro kardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clockwise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBBB (Right bundle branch block).

Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negatif.

Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversibel, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

11

5) Klasifikasi Asma Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gejala pada orang dewasa1 Derajat Asma intermiten Gejala Bulanan Gejala <1x/minggu, tanpa gejala di luar serangan Serangan singkat Gejala Malam Faal Paru VEP180% nilai prediksi APE 80% nilai terbaik Variabilitas APE <20% Persisten ringan Mingguan Gejala >1x/minggu, tetapi <1x/hari Serangan dapat menggangu aktivitas dan tidur >2 kali sebulan APE >80% VEP180% nilai prediksi APE 80% nilai terbaik Variabilitas APE 20-30% Persisten sedang Harian Gejala setiap hari Serangan menggangu aktivitas dan tidur Bronkodilator setiap hari Persisten berat Kontinyu Gejala terus menerus Sering kambuh aktivitas fisik terbatas Sering >2 kali sebulan APE 60-80% -VEP1 60-80% nilai prediksi APE 60-80% nilai terbaik -Variabilitas APE >30% APE 60% VEP1 60% nilai prediksi APE 60% nilai terbaik Variabilitas APE >30% 2 kali sebulan APE 80%

12

Tabel 2. Klasifikasi Derajat Beratnya Serangan Asma9 Ringan Aktivitas Dapat berjalan Dapat berbaring Sedang Jalan terbatas Lebih suka duduk Berat Sukar berjalan Duduk membungkuk ke depan Bicara Kesadaran Beberapa kalimat Mungkin terganggu Frekuensi napas Retraksi otot-otot bantu napas Mengi Lemah sampai sedang Frekuensi nadi Pulsus paradoksus Tidak ada (<10mmHg) Mungkin ada (1025mmHg) 60-80% Sering ada (>25mmHg) <60% <100 100-120 >120 Keras Keras Umumnya tidak ada Kadang kala ada Meningkat Kalimat terbatas Biasanya terganggu meningkat Kata demi kata Biasanya terganggu Sering >30 kali/menit ada

APE sesudah >80% bronkodilator (% prediksi) PaCO2 SaCO2 dipenuhi.5 <45mmHg >95%

<45mmHg 91-95%

<45mmHg <90%

Keterangan: dalam menentukan klasifikasi tidak seluruh parameter harus

13

6) Penatalaksanaan Asma6,7 Pengobatan asma dapat dibagi atas terapi pada saat terjadi serangan dan terapi pemeliharaan untuk mencegah terjadinya serangan atau memperburuknya penyakit. Serangan asma biasanya dapat dihentikan dengan suatu

bronkospamolitikum untuk melepaskan kejang bronki. Pilihan pertama adalah suatu 2-mimetikum (2-agonis) per-inhalasi, misalnya salbutamol atau terbutalin dengan efek cepat. Bila perlu dibantu dengan supositoria aminofilin. Obat yang tak-selektif, seperti efedrin dan isoprenalin, dapat pula diberikan sebagai tablet, tetapi efeknya baru telihat kurang lebih 1 jam. Bila setelah 15 menit belum menghasilkan efek, inhalasi dapat diulang lagi. Jika juga tidak memberikan efek, pasien perlu diberi obat secara injeksi intravena, bisa menggunakan salbutamol dan atau aminofilin. Pada serangan hebat, sering kali ditambahkan hidrokortison atau prednison i.v.6 Pengobatan pemerliharaan umumnya dilakukan secara bertingkat, berdasarkan prinsip (baru) bahwa asma adalah suatu penyakit peradangan, maka obat antiradang perlu digunakan sedini mungkin. Disamping itu, penggunaan bronkodilator hendaknya dibatasi pada terapi serangan dan/ atau dalam kombinasi dengan obat antiradang. Dalam garis besar sering kali ditempuh skema sebagai berikut.6 1) Asma ringan (serangan < 1x sebulan) Dapat bila perlu diobati dengan suatu 2-mimetikum yang bekerja singkat sebagai monoterapi, misalnya salbutamol atau terbutalin (1-2 inhalasi/minggu). 2) Asma sedang (serangan 1-4x sebulan) Perlu diobati dengan obat yang menekan peradangan di saluran napas, yakni kortikosteroid inhalasi, seperti beklametason, flutikason, atau budesonida dalam dosis rendah (200-800 mcg/hari). Bila perlu, obat ini dikombinasikan dengan salbutamol atau terbutalin sampai 3-4

14

inhalasi/hari atau dengan obat pencegah kromoglikat dan nedokromil per-inhalasi. 3) Asma agak serius (serangan 1-2x seminggu) Dapat ditangani oleh kortikosteroid dengan dosis lebih tinggi (800-1200 mcg/hari) dan dikombinasikan dengan 2-mimetika atau antikolinergika (ipratropium) sebagai bronkodilator untuk mengurangi obstruksi bronkus. 4) Asma serius (>3x seminggu) Walaupun penggunaan inhaled corticosteroids (ICS) dalam dosis cukup tinggi, tetapi pada malam hari masih timbul sesak napas. Dalam hal ini dapat diberikan 2-mimetikum kerja-panjang sebagai inhalasi

(salmeterol, forrmoterol). Bila perlu obat ini dapat dikombinasikan dengan teofilin dalam bentuk slow-release. B. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT11 PBHS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga keluarga beserta semua yang ada didalamnya dapat menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat agar hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajad kesehatan yang optimal. Pembinaan PHBS dirumah tangga menjadi bagian dari Kesatuan Gerak PKK-KB-Kesehatan yang dapat memberi konstribusi nyata terhadap percepatan pencapaian rumah tangga sehat. PKK dengan kadernya yang ada di masyarakat merupakan ujung tombak pelaksanaan PHBS. Melalui peran aktifnya, PKK mengajak setiap rumah tangga untuk tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.

15

Ada 10 indikator yang digunakan dalam pendataan PHBS, meliputi : Indikator Lingkungan : pertolongan persalinan atau bayi dilahirkan oleh petugas bayi dilahirkan oleh petugas kesehatan, Pemberian ASI ekslusif pada usia 0-6 bulan, Menimbang berat badan balita setiap bulan, menggunakan air bersih yang memenuhi syarat, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan lingkungannya, mengkonsumsi sayuran atau buah setiap hari, melakukan aktifitas fisik atau olahraga, dan tidak merokok. Menerapkan PHBS dalam tatanan rumah tangga atas kesadaran sendiri secara sukarela sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi. Rumah tangga sehat berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif. Dengan PHBS setiap anggota keluarga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit sehingga produktivitas kerja anggota keluarga juga meningkat. Anak-anak akan tumbuh sehat dan cerdas. Karenanya pengeluaran biaya rumah tangga dapat difokuskan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendididkan dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.

16

BAB III LAPORAN KASUS


A. Identitas Pasien Nama : Sdr. M.S.S

Jenis kelamin : Pria Umur Pekerjaan Agama Pendidikan Alamat : 20 tahun : mahasiswa : Islam : SMK : Jln. Bugisan no. 33, RT 011/ RW 002, kel. Wirobrajan, kec. Wirobrajan, Yogyakarta Nomer RM : 03.0304.01

Nomer ASKES: 0000097244367 Nama KK Umur Pekerjaan : Bp. L : 49 tahun : PNS : 8 Juni 2012 : 8 Juni 2012 : 10 Juni 2012

Tanggal kunjungan Puskesmas Tanggal kunjungan rumah I Tanggal kunjungan rumah II

B. Anamnesis Keluhan utama : minta rujukan ke RSUD Jogja

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang untuk minta rujukan ke RSUD jogja. Pasien kontrol obat asma di RSUD jogja sejak 4 tahun ini. Terakhir kontrol ke RSUD jogja sekitar 3 bulan yang lalu. Pasien baru mengalami kekambuhan asma 2 hari yang lalu karena kecapekan main bola. Pasien setiap serangan asma selalu menggunakan ventolin inhaler, namun saat serangan 2 hari yang lalu obat pasien habis. Keluhan membaik setelah istirahat. Saat serangan

17

pasien mengeluh sesak napas, nyeri dada, batuk, mengi. Setiap serangan dirasakan sesak napas selama 45 menit. Serangan asma dirasakan kambuh-kambuhan, frekuensi serangan asma < 1 kali per minggu dan 2 kali per bulan. Serangan asma muncul pada keadaan dingin, kecapekan, terpapar debu rumah, bulu binatang, dan membaik dengan obat asma serta istirahat. Obat ventolin inhaler hanya digunakan saat serangan muncul saja. Keluhan lain : demam (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan baik, BAB/BAK normal seperti biasa, merokok (+), alkohol (-), olahraga bola setiap sore.

Riwayat Penyakit Dahulu

: Asma (+) 9 tahun; pengobatan asma

terakhir di RSUD jogja 3 bulan yang lalu diberi ventolin inhaler. Alergi (+) : dingin, debu, udang ; mondok (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Asma : (+) Kakek dari ibu Alergi : udang (+) ibu, ayah, kakak, adik DM HT : (+) Ibu : (-)

Batuk lama : (-)

C. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Kesadaran Vital sign : Baik : CM : Berat badan Tinggi badan TD RR Nadi Suhu : 120/80 mmHg : 16x/menit : 80x/menit : afebris

: 65 kg : 165 cm

18

BMI Kepala

: 23,87 kg/m2 :bentuk mesosephal simetris, rambut warna putih, persebaran merata

Leher

: pembesaran lnn (-), tiroid membesar (-), JVP tidak meningkat

Mata

: konjungtiva anemi (-/-), sclera ikterik (-/-), reflek cahaya pada pupil (+/+), pupil isokor, mata cekung (-/-)

Telinga Hidung Mulut Kulit Dada :

: otore (-/-), nyeri tekan (-/-) : nafas cuping hidung (-/-), rhinore (-/-) : bibir sianosis (-), lidah kotor (-) : tidak ada kelainan

a. Paru-paru Kiri Inspeksi :simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/), sikatrik (-/-) Palapasi : vocal fremitus Depan normal Perkusi : sonor Auskultasi :Vesikuler (),wheezing (+) Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (- Inspeksi : simetris, /-), sikatrik (-/-) ketinggalan gerak (-/-), Palapasi : vocal fremitus normal sikatrik (-/-) Perkusi : sonor Palapasi : vocal fremitus Belakang Auskultasi : Vesikuler () , wheezing normal (+) Perkusi : sonor Auskultasi :Vesikuler(), wheezing (+) b. Jantung Batas jantung : Batas kanan atas SIC II linea parasternalis kanan Batas kanan bawah SIC IV linea parasternalis kanan Kanan Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-), sikatrik (-/-) Palapasi : vocal fremitus normal Perkusi : sonor Auskultasi : Vesikuler (), wheezing (+)

19

Batas kiri atas SIC II linea parasternalis kiri Batas kiri bawah SIC IV-V linea midclavicula kiri Suara jantung : Bunyi jantung S1 S2 murni, bising (-) Perut : Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi Ekstremitas : tungkai Kanan Deformitas Edema Hangat Nadi teraba cukup (-) (-) (+) (+) kiri (-) (-) (+) (+) kanan (-) (-) (+) (+) lengan kiri (-) (-) (+) (+) : datar, sikatrik (-) : peristaltic usus (+) normal : turgor normal, nyeri tekan (-) : timpani (+)

D. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan

E. Diagnosis Banding Asma Bronkial Intermiten Asma Bronkial Persisten Ringan Bronkitis Kronis

F. Diagnosis Asma Bronkial Intermiten dengan riwayat atopi pada keluarga G. Penatalaksanaan 1. Farmakologis Salbutamol 4 mg (K/P)

2. Non farmakologis Pasien diberi edukasi tentang konseling berhenti merokok, menghindari faktor pencetus, dan tidak memelihara binatang berbulu didalam rumah.
20

Kebutuhan Kalori Pasien ini dengan umur 20 tahun, BB = 65 kg dan TB = 165 cm, adalah : 1. Berat Badan Ideal = 0,9 x (165-100) = 58,5 kg Kebutuhan Kalori Basal = 30 kal x 58,5 = 1755 kal

2. Aktivitas Sedang = 30% x 1755 = 532,5 kal Jadi kebutuhan kalori pasien ini per hari adalah = 1755 kal + 532,5 = 2281,5 kal Contoh menu yang dapat diberikan : Waktu Menu makanan Nasi Telur ayam rebus Sup jagung Tahu Minyak Susu sapi Air putih Pisang Nasi Daging ayam Bayam rebus Tempe Minyak Takaran 1 gelas 1 butir 1 gelas 1 potong Untuk menumis 1 gelas 1 gelas 1 potong 1 gelas 1 potong 1 gelas 1 potong sedang Untuk menggoreng 2 gelas 2 keping 1 bh bsr 1 gelas 2 potong sedang 1 gelas Untuk menumis 2 gelas 1 potong Berat (gram) 200 25 100 25 5 200 100 233 50 100 25 10 25 100 233 100 100 5 100 Kalori (kal) 350 40 50 40 45 130 80 408,3 95 50 40 90 95 50 408,2 190 50 45 40 2218,5

Sarapan (07.00)

Selingan (10.00)

Makan siang (12.00)

Air putih Biskuit Jus mangga Nasi Lele goreng Makan Ca kangkung malam Minyak (19.00) Air putih Pepaya Konsumsi air putih 8-10 gelas per hari Total Kalori Selingan (15.00)

21

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kasus Dari hasil anamnesis pada saat kunjungan pasien ke puskesmas pada tanggal 8 Juni 2012 dan kunjungan ke rumah pasien pada tanggal 8 dan 10 Juni 2012 didapatkan informasi bahwa pasien merupakan penderita Asma bronkial kurang lebih 9 tahun. Pasien rutin kontrol obat ke RSUD jogja, khususnya jika terdapat keluhan.

B. Hasil kunjungan rumah 1. Kondisi pasien Kunjungan pertama ke rumah pasien dilakukan pada tanggal 8 Juni 2012. Pasien terlihat sehat, sedang baru saja bangun tidur dan tidak ada keluhan. 2. Pendidikan Pasien merupakan seorang mahasiswa dan sehari-harinya

melakukan kegiatan di kuliah kampus. Pendidikan terakhir pasien merupakan SMK. Ayah bekerja sebagai PNS dan ibu sebagai Ibu Rumah Tangga. 3. Keadaan rumah a. Lokasi : rumah terletak di Jalan Bugisan no. 33 Wirobrajan dan terletak dipinggir jalan besar. Jarak dengan rumah yang lainnya pada sisi kanan dan belakang berdempetan, sedangkan sisi kiri berjarak 2 meter. Dalam satu rumah dihuni oleh satu kepala keluarga dengan jumlah total 5 orang. b. Kondisi rumah : kondisi rumah kokoh, lembab, bangunan tidak bertingkat, dinding tembok, lantai ruang tamu, kamar, dapur dan kamar mandi terbuat dari semen, sedangkan tembok terbuat dari semen, atap genting, dan tidak terdapat plafon. Kondisi rumah

22

kotor, berdebu, dengan barang-barang tertata tidak rapi. Kepemilikan rumah adalah orang tua pasien. c. Luas : luas bangunan rumah 4 x 13m2. Jumlah orang dalam satu rumah ada 5 orang. Rata-rata 10,8 m2 per orang. d. Lantai rumah : seluruh lantai rumah terbuat dari semen. e. Dinding rumah dari : semen. f. Atap rumah dari : genteng dan tanpa plafon. g. Pembagian ruangan rumah: terdapat 3 kamar tidur dengan ukuran masing-masing Kamar 1 ( kamar pasien) menyatu dengan gudang ukuran 4 x 4 meter, kamar 2 ukuran 2,5 x 3 meter, juga kamar 3 2 x 3 meter. 2 kamar mandi ukuran 2 x 2 meter serta dapur berukuran 1 x 2 meter. h. Jendela rumah : terdapat dua jendela di setiap kamar, berukuran 1 x 0,5 meter. Pencahayaan : cahaya yang masuk ke setiap ruangan dirasa kurang. i. Ventilasi : tidak terdapat ventilasi pada tiap ruang. j. Listrik : daya listrik 900 watt dan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. k. Kebersihan dan tata letak barang dalam rumah : kebersihan dalam rumah kurang dan tata letak barang-barang dalam rumah kurang rapi. l. Sumber air minum dan kamar mandi: 1) Persediaan air bersih : sumber air minum dan memasak berasal dari sumur. 2) Kamar mandi : ada 2 buah dengan ukuran masing-masing 2mx2m. Terdapat jamban keluarga berupa WC jongkok. Jarak septik tank dengan sumber air minum 2 meter. m. Kepemilikan barang : keluarga pasien memiliki 3 buah tempat tidur, 1 buah kompor, 1 buah wajan, 1 buah lemari, 1 buah rak. n. Tempat pembuangan sampah : terdapat tempat pembuangan sampah di dapur rumah yang tidak tertutup, berupa ember

23

tempat sampah yang dilapisi plastic, sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah rata-rata 1-2 hari sekali. 4. Keadaan lingkungan sekitar rumah : 1) Sarana pembuangan air limbah : limbah kamar mandi dan dapur dialirkan ke kali. Saluran limbah di sekitar rumah mengalir. 2) TPA merupakan tempat pembuangan sampah yang

digunakan oleh masyarakat sekitar rumah pasien, terletak didepan rumah pasien dan berjarak 5 meter dari rumah. Sampah yang ada di TPA akan diambil oleh petugas kebersihan setiap 2 minggu sekali. 3) Jalan didepan rumah lebarnya 5 m dan terbuat dari aspal. Kesan kebersihan lingkungan : baik.

C. Analisis Kedokteran Keluarga 1. Nilai APGAR Keluarga Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengukur sehat atau tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan oleh Rusen, Geyman dan Leyton, dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga/tingkat kesehatan keluarga, yaitu : a. Adaptasi (adaptation). Penilaian : dari tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang dibutuhkan. b. Kemitraan (patnership). Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah. c. Pertumbuhan (growth). Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga.

24

d. Kasih Sayang (affection). Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung. e. Kebersamaan (resolve). Penilaian : tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga

Skor APGAR Respon Kriteria Pertanyaan Saya puas dengan keluarga saya karena masing-masing anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya Saya puas dengan keluarga saya karena dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi Hampir selalu (2) Kadan g (1) Hampir tidak pernah (0)

Adaptasi

Kemitraan

Saya puas dengan kebebasan yang diberikan keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan Pertumbuhan yang saya miliki

Saya puas dengan kehangatan sayang yang Kasih sayang / kasih diberikan keluarga saya Saya puas dengan waktu yang keluarga untuk Kebersamaan disediakan menjalin kebersamaan Total 6

25

Klasifikasi

8-10 = fungsi keluarga baik 4-7 = disfungsi keluarga sedang 0-3 = disfungsi keluarga berat Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam disfungsi keluarga sedang

Kesimpulan

2. SCREEM Keluarga Aspek Social Sumber Daya Pasien hidup ditengah-tengah masyarakat dengan hubungan yang baik. Mendapat kasih sayang cukup dari keluarga, bergaul dengan teman di kampus baik. Pasien tidak percaya takhayul dan tidak percaya pada dukun untuk mengobati penyakitnya Pasien dan keluarganya beragama islam dan fungsi religi pada keluarga berfungsi dengan baik Ayah Pasien bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan penghasilan cukup memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Pengetahuan pasien baik tentang sakitnya, dan berusaha untuk mengendalikan penyakitnya. Pasien menggunakan pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas, Rumah sakit, dan dokter terdekat. Patologi

Cultural Religious

Economy Education Medical

26

3. Daftar Anggota Keluarga dan Genogram Tanggal 10 Juni 2012

Keterangan: : perempuan : laki-laki : pasien : perempuan meninggal : laki-laki meninggal : Asma : Pencari Nafkah : tinggal serumah : DM

Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No 1. 2. 3. 4. 5. Nama Tn. L Ny. N Sdr. M Sdr. P Sdr. N Kedudukan Ayah Pasien Ibu Pasien Pasien Adik Pasien Adik Pasien L/P L P L L P Umur 49 thn 49 thn 20 thn 17 thn 14 thn Pekerjaan PNS Ibu rumah tangga Mahasiswa Pelajar Pelajar

D. Identifikasi Fungsi Keluarga 1. Fungsi biologis dan reproduksi Pasien memiliki penyakit asma dan alergi. Pasien merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Pasien tinggal bersama orang tua dan kedua adiknya.

27

2. Fungsi afektif/psikologik Hubungan pasien dengan keluarga kurang baik. Pasien mengaku tidak begitu dekat dengan ayahnya karena malu bahwa ayah pasien menderita skizofrenia. Pasien hanya dekat dengan ibu dan adikadiknya. 3. Fungsi ekonomi Ayah pasien bekerja sebagai PNS di kantor kecamatan wirobrajan dan berpenghasilan tetap, penghasilan rata rata perbulannya sebesar Rp. 1.200.000, dan menurut pasien penghasilan sebesar itu dapat mencukupi kebutuhan sehari hari pasien dan keluarganya, ibu pasien juga membantu ekonomi keluarga dengan berjualan makanan seperti kue dan mpek-mpek. 4. Fungsi pendidikan Pendidikan terakhir pasien adalah SMK dan sedang melanjutkan kuliah di perguruan tinggi swasta. Pendidikan terakhir ibu adalah SMP dan ayah pasien adalah SMA. 5. Fungsi religious Pasien beragama islam dan melaksanakan sholat 5 waktu setiap harinya. 6. Fungsi sosial dan budaya Pasien dalam pergaulan dengan teman di kampus dan tetangga di sekitar tempat tinggal tidak mengalami masalah dan cukup mudah bergaul.

28

E. Identifikasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Indikator Pengkajian PHBS Rumah Tangga No 1. Indicator / pertanyaan Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Ada balita Ditolong nakes Tidak ditolong Nakes Jawaban Ya Tidak

Tidak ada balita Pemberian ASI Ada bayi usia 0- Eksklusif eksklusif pada usia 0-6 6 bulan Tidak eksklusif bulan Tidak ada bayi usia 0-6 bulan 3. Menimbang berat Ada bayi/balita Ditimbang badan balita setiap Tidak ditimbang bulan Tidak ada bayi / balita 4. Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk di rumah dan lingkungannya 8. Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari 9. Melakukan aktifitas fisik atau olahraga 10. Tidak merokok Kategori : Tidak Sehat Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, keluarga pasien tergolong 2. tidak sehat. F. Tahapan dan Siklus Keluarga Tahapan Siklus Kehidupan Tugas-tugas Perkembangan 1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak. 2. Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan. Implikasi Pada Kesehatan

Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda.

1. Kebutuhan adaptasi 2.Perubahan siklus harian

29

3. Membantu orangtua lanjut usia dari pihak suami maupun istri.

G. Identifikasi PSP (Pengetahuan, Sikap, Perilaku) a. Perawatan tumbuh kembang Pertumbuhan dan perkembangan pasien normal sesuai usia. b. Gizi keluarga Pemenuhan gizi pasien tercukupi. c. Pola makan keluarga Pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk pauk (telur, tempe, tahu, ayam), sayuran, jarang makan buah-buahan. d. Perilaku kesehatan keluarga Bila ada anggota keluarga yang sakit yang pertama kali dilakukan adalah membawa ke dokter ataupun puskesmas. Pasien rutin kontrol penyakit ke puskesmas dan rumah sakit. Pasien juga memiliki pendanaan kesehatan berupa ASKES PNS. e. Hygiene dan sanitasi Sanitasi rumah dinilai kurang bersih. Jendela, penerangan, dan ventilasi kurang sehingga cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah tidak cukup baik. f. Pencegahan penyakit Penderita memeriksakan seluruh anggota keluarganya di puskesmas terdekat terutama bila saat sakit. Pasien kontrol obat asma di rumah sakit. H. Gizi Seimbang No 13 Pedoman Gizi Seimbang 1. Makanlah makanan yang fungsinya untuk memenuhi kecukupan stok energy dalam tubuh 2. Makanlah semua ragam aneka makanan 3. Makan sumber karbohidrat, contohnya beras, jagung, kentang, umbi-umbian, tebu, gandum, dll, setengah dari Ya Tidak

30

4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.

kebutuhan energy Batasi konsumsi lemak atau minyak berlebih Gunakan garam beriodium Makanlah makanan sumber zat besi, contohnya di sayuran yang daunnya hijau dan buah-buahan Berikan ASI saja sampai bayi umur 6 bulan Biasakan untuk makan pada pagi hari Minumlah air putih yang bersih, aman dan cukup jumlahnya Olahraga secara teratur dan berjemurlah paling tidak 10 menit setiap pagi Say NO to alcohol, rokok, dan obat-obatan terlarang Makanlah sesuai dengan kebutuhan dan pastikan makanan tersebut aman di pencernaan Bacalah label pada kemasan makanan, pastikan komposisinya aman dan teliti kadaluarsanya

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa 10 point sudah dilaksanakan oleh pasien dan keluarga. Hal ini berarti 77% dari total 13 pedoman gizi seimbang telah dipenuhi oleh keluarga pasien.

I. Skor Rumah Sehat No 1 Variabel a. Tidak rawan banjir b. Rawan banjir a. Tidak padat (>8m2/orang) b. Padat (<8m2/orang) a. Semen, ubin, keramik, kayu b. Tanah a. Cukup b. Tidak cukup a. Ada b. Tidak ada a. Air dari kemasan b. Ledeng/PAM c. Mata air terlindung d. sumur pompa tangan e. Sumur terlindung Skor 3 1 3 1 3 1 3 1 3 1 3 3 2 2 2 Skor rumah pasien

Lokasi

Kepadatan Rumah

3 4 5 6

Lantai Pencahayaan Ventilasi Air Bersih

31

f. Sumur tidak terlindung g. Mata air tidak terlindung h. Lain-lain a. Leher angsa b. Plengsengan c. Cemplung/cubluk d. Kolam ikan/sungai/kebun e. Tidak ada a. Jarak > 10 m dr sumber 8 septic tank air mnm b. jarak < 10 m dr sumber air mnm 9 Kepemilikan WC a. Sendiri b. Bersama c. Tidak ada 10 SPAL a. Saluran tertutup b. Saluran terbuka c. Tanpa saluran 11 Saluran got a. Mengalir lancar b. Mengalir lambat c. Tergenang d. Tidak ada got 12 pengelolaan sampah a. Diangkut petugas b. ditimbun c. Dibuat kompos d. Dibakar e. Dibuang ke kali f. Dibuang sembarangan g. Lainnya 13. polusi udara a. Tidak ada b. Ada gangguan 14 bahan bakar masuk a. Listrik, gas b. Minyak tanah c. Kayu bakar d. Arang/batubara Jumlah Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut : 1. Baik : skor 35-45 (>83%) 2. Sedang : skor 29-34 (69-83%) 3. Kurang : skor < 29 (<69%) 7 pembuangan kotoran kakus

1 1 1 3 2 2 1 1 3 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 1 3 2 3 2 1 1 1 3 1 3 2 1 1

27

32

Dari tabel terlihat bahwa total skor adalah 27 hal ini rumah pasien termasuk dalam kategori rumah kurang sehat. J. Identifikasi Lingkungan Hidup Keluarga 1. Peta penunjuk rumah

UTARA

2. Denah Rumah 4 cm 3 cm 3 cm 2 cm

TPA

ST

UTARA

Skala 1:100 Keterangan: KT D KM : kamar tidur : dapur : kamar mandi H : halaman G : gudang S : sumur ST : septi tank TPA: tempat pembuangan sampah

33

K. Pelaksanaan Program No Waktu

1.

8 Juni 2012

2.

10 Juni 2012

Hasil 1. Pada saat anamnesis dan saat dilakukan pemeriksaan fisik, 1. Anamnesa, pasien cukup kooperatif dan tidak dalam Pemeriksaan Fisik keadaan sakit. 2. Identifikasi fungsi 2. PHBS dan sanitasi keluarga meliputi rumah pasien kurang anggota keluarga, baik kondisi 3. Memberikan edukasi lingkungan, tempat tentang penyakit asma tinggal baik dalam dan menghindari faktor maupun luar rumah pencetus asma dan mendata lokasi 4. Memberikan edukasi konseling berhenti merokok kepada pasien 1. Pasien tidak terdapat keluhan 2. Pasien lebih memahami pentingnya berhenti merokok, namun masih 1. Follow up pasien mengurangi jumlah 2. Memberikan batang rokok yang edukasi PHBS dan dihisap setiap harinya. sanitasi rumah 3. Pasien lebih memahami faktor pencetus timbulnya penyakit yang diderita dan berusaha menghindarinya.

Kegiatan

L. Daftar Masalah Keluarga No Masalah yang dihadapi Pengetahuan tentang PHBS (merokok dan kebersihan lingkungan rumah) Ayah mempunyai kebiasaan 2 merokok di dalam rumah Rencana pembinaan Konseling berhenti merokok dan edukasi pasien tentang PHBS Menyarankan untuk mengurangi Sasaran pembinaan

1.

Pasien

Ayah pasien

34

merokok terlebih di dalam rumah Higienitas dan sanitasi 3 rumah yang kurang bersih Hubungan pasien yang tidak dekat dengan ayahnya 4 karena malu akan penyakit yang diderita ayahnya Edukasi rumah sehat Edukasi untuk bisa menerima dan memahami penyakit yang diderita ayahnya Pasien Keluarga pasien

M. Diagnosis Kedokteran Keluarga 1. Diagnosis Kerja: Asma Bronkial Intermiten dengan riwayat atopi pada keluarga 2. Bentuk keluarga : Nuclear Family (Keluarga Inti) 3. Fungsi keluarga yang terganggu : Fungsi psikologi. 4. Diagnosis kedokteran keluarga : Asma Bronkial Intermiten pada laki-laki remaja dengan perokok aktif dengan riwayat atopi pada keluarga, disfungsi keluarga sedang, dan sanitasi serta PHBS yang kurang.

35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Dari hasil laporan kasus, analisis catatan medis dan daftar tilik serta kunjungan rumah pasien yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu Asma Bronkial Intermiten pada laki-laki remaja dengan perokok aktif dengan riwayat atopi pada keluarga, disfungsi keluarga sedang, dan sanitasi serta PHBS yang kurang. 2. Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, keluarga pasien tergolong keluarga tidak sehat. Terutama dalam hal perilaku, kebersihan rumah dan lingkungan. Sedangkan Total skor rumah sehat pasien adalah 27, hal ini rumah pasien termasuk dalam kategori rumah kurang sehat. 3. Berdasarkan identifikasi fungsi keluarga terdapat tiga fungsi keluarga yng terganggu yaitu fungsi psikologi. 4. Yang perlu dilakukan pada pasien ini adalah memberikan edukasi mengenai pentingnya perilaku sehat terutama konseling berhenti merokok, kebersihan rumah dan lingkungan bagi kesehatan seluruh anggota keluarga, sehingga penyakit penyakit lain dapat dicegah. B. Saran 1. Bagi mahasiswa Berusaha lebih mendalami, aktif, kreatif, dan variatif dalam menganalisa permasalahan kesehatan, baik pada keluarga maupun lingkungannya Meningkatkan profesionalisme sebelum terjun ke masyarakat 2. Bagi Puskesmas Hendaknya terus melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif 3. Bagi Pasien Mulai digalakkan PHBS sejak dini untuk mencegah berbagai jenis penyakit.

36

DAFTAR PUSTAKA 1. OByrne P, Bateman ED, Bousquet J, Clark T, Paggario P, Ohta K, dkk. Global Initiative For Asthma. Medical Communications Resources, Inc ; 2006. 2. Baratawidjaja KG, Soebaryo RW, Kartasasmita CB, Suprihati, Sundaru H, Siregar SP, et al. Allergy And Asthma, The Scenario In Indonesia. In: Shaikh WA. Editor. Principles And Practice Of Tropical Allergy And Asthma. Mumbai: Vicas Medical Publisher; 2006.707-36 3. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan RI ;2009; 5-11. 4. Hisyam, B., 2006, Obstruksi Saluran Pernapasan Akut, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV, Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta, hal981-983 5. Sundaru H., Sukamto., 2006, Asma Bronkial, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi IV, Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia: Jakarta, hal245-246 6. Tierney, L. M., Mcphee, S. J., Papadakis, M. A., 2006, Asthma, Current Medical Diagnosis And Treatment, 45th Edition, Lange Medical Books/MacGraw-Hill, USA, p226-237 7. Rengganis, I. 2008. Diagnosis Dan Tatalaksana Asma Bronkhiale. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI: Jakarta, Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 58; No.11;Nopember 2008. 8. Anonim. 2006. Profil Kesehatan Puskesmas Wirobrajan Kota Yogyakarta. Puskesmas Wirobrajan. Yogyakarta. 9. Azwar, Azrul; 1995. Pengantar pelayanan Kedokteran Keluarga; Jakarta. 10. Wiyono A et al. Panduan Kepaniteraan Program Pendidikan Profesi Kedokteran Keluarga. 2007. Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta 11. Anonym. 2010. PHBS Lingkungan Masyarakat.

37

You might also like