You are on page 1of 6

BRICS

(BRAZIL,RUSSIA,INDIA,CHINA,SOUTH AFRICA)
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik Internasional Semester 4
Dosen Pengampu : Lukman F.D

OLEH : SEPTIAN EKO CAHYONO 10430017

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA 2011

A.PENDAHULUAN Masalah ekonomi yang berkembang pada abad ke-21 ini sangatlah kompleks, Ekonomi menjadi pembicaraan utama di dalam pembicaraan Bilateral maupun multilateral diBelahan negara manapun.Adanya Organisasi internasional yang bergerak di bidang keuangan yang masih didominasi oleh Amerika dan Eropa mendorong negara-negara maju yang baru dari belahan dunia lainnya untuk membentuk sebuah organisasi yang bertujuan untuk melepaskan diri dari belenggu Amerika dan Eropa . Munculnya BRICS tidak terlepas dari pemikiran Jim ONeill dari perusahaan pembiayaan Goldman Sachs di AS pada tahun 2001. Pada saat itu ia memperkirakan bahwa negaranegara Brazil, Rusia, India dan China akan menjadi negara-negara maju di dunia, menggantikan negara-negara kaya di Eropa dan Amerika Utara saat ini. Delapan tahun setelah pemikiran itu muncul, terbentuklah BRIC, yang kemudian menjadi BRICS pada tahun 2011 lalu. Kerjasama diantara angota BRICS akan mencakup bidang-bidang energi, industri penerbangan, telekomunikasi, pangan, statistik, antimonopoli, penelitian, keuangan, koperasi, perkotaan, kepemerintahan lokal, kesehatan, kebudayaan, olahraga, lingkungan, inovasi, farmasi, dan tentunya perdagangan dan investasi, dll.

B. PERUMUSAN PEMBAHASAN 1. Tujuan dibentuknya BRICS. 2. Dampak BRICS terhadap indonesia. 3. Tantangan BRICS kedepan. C.PEMBAHASAN 1.Tujuan dibentuknya BRICS Alasan utama dari dibentuknya BRICS adalah untuk mengurangi dominasi Amerika dan Eropa didalam ekonomi global.Tujuan pembentukan BRIC adalah untuk mencapai perdamaian, keamanan dan kemajuan bersama. BRICS ingin berkontribusi pada pembangunan umat manusia yang adil dan merata (equitable and fair) di muka bumi. BRICS adalah paltform untuk berdialog dan bekerjasama secara pragmatis dalam berbagai bidang, tidak hanya ekonomi, keuangan dan pembangunan; namun juga politik, kebudayaan, teknologi. dll. Kerjasama negara-negara yang mewakili lebih dari separoh penduduk bumi ini dengan negara-negara bukan BRICS bersifat inklusif dan tidak konfrontatif. BRICS akan berusaha mengurangi penggunaan dolar dalam transaksi keuangan internasional, untuk membangun sistem perdagangan dan cadangan devisa multicurrency. Ini berarti mereka akan menggunakan mata uang mereka sendiri dalam melakukan

perdagangan diantara mereka. Mungkin terkandung juga keinginan untuk menjadikan Yuan menjadi mata uang perdagangan internasional, sebab volume perdagangan China saja dengan negara-negara lain mencapai 40% perdagangan dunia pada tahun 2010. Demikian juga dalam menyalurkan hutang atau hibah ke sesama negara anggota BRICS, akan digunakan mata uang mereka sendiri. Tantangan yang akan mereka hadapi adalah antara lain naik-turunnya harga komoditas dan nilai tukar dolar, yang berdampak luas pada perekonomian domestik. Mereka juga menghendaki reformasi dalam kelembagaan moneter internasional yang belum cukup memberi perhatian terhadap kepentingan negara-negara berkembang. Kendati ada kesamaan tujuan dalam pembentukan kelompok ini, diantara mereka juga terdapat perbedaan kepentingan. India dan China akan terus bersaing menimbun migas dan bahan mentah lain untuk keperluan domestik dan ekspor di masa depan. Brazil dan Rusia sama-sama menjual hidrokarbon dan barang tambang ke negara-negara lain. Namun, bisa diramalkan persaingan dagang ini akan dapat diselesaikan oleh mereka demi mengejar keuntungan yang lebih besar. Ke depan, mereka mungkin akan membentuk kelompok ekonomi yang formal seperti Uni Eropa. Mereka juga telah, sedang dan akan menjadi kekuatan politik dunia, khususnya jika PBB dan organisasi-organisasi dunia tidak berperan dalam arah yang memihak negara-negara berkembang.

2.Dampak BRICS terhadap Indonesia Keberadaan BRICS dapat membawa dampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Perdagangan diantara mereka akan semakin meningkat, dalam upaya menghimpun kekuatan yang dapat menandingi Kelompok G-8. Demikian juga investasi diantara mereka akan meningkat, karena rasa aman dan kepastian yang lebih tinggi dibandingkan jika berinvestasi di negara lain. Pertemuan tahunan diantara mereka akan memudahkan persoalan yang terjadi dapat segera diatasi. Karena perdagangan dan investasi diantara negara-negara BRICS akan meningkat, maka perdagangan dan investasi ke negara-negara lain akan dapat berkurang. Ekspor Indonesia ke China dapat menurun karena Brazil dan Rusia dapat menggantikan Indonesia memasok bahan mentah yang akan diolah di China sebelum dijual ke negaranegara lain. Protes Indonesia terhadap perjanjian ACFTA akan semakin mendorong China untuk mengurangi impor dari Indonesia. Demikian juga investasi China ke Indonesia akan dapat menurun, karena China akan terikat untuk mengutamakan India, Brazil atau Afrika Selatan sebagai lokasi tempat menanamkan modalnya daripada Indonesia. Jika kekhawatiran di atas benar terjadi, maka Indonesia perlu segera mengalihkan tujuan ekspornya ke negara-negara lain, antara lain ke Eropa dan Amerika Utara. Indonesia juga perlu lebih aktif mengundang investor dari sana dan dari negara-negara lain untuk mengimbangi menurunnya investasi dari BRICS. Namun Indonesia dapat sama aktifnya dengan BRICS dalam menyuarakan kepentingan negara-negara berkembang di forum-forum internasional. Dalam hal ini Indonesia dapat memprakarsai terbentuknya kelompok negara-negara berkembang lini kedua dan ketiga, dengan semangat dan agenda yang lebih baik daripada BRIC yang lebih makmur. Kelompok negara-negara ini dapat bekerjasama dengan Kelompok negara G-8 menghadapi BRICS dan juga dapat bekerjasama dengan BRICS dalam meghadapi G-8.

3.Tantangan BRICS kedepan. Sebuah resepsi tahunan sedang dipersiapkan sebagai pertemuan puncak tahunan anggotaanggota BRICS terbaru di New Delhi pada tanggal 28-29. BRICS yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan rencananya akan membangun sebuah konsep identitas bersama dan kerjasama yang dilembagakan. Hal ini menjadi pembahasan penting mengingat negara-negara ini memiliki sistem politik yang sangat berbeda, ekonomi, dan tujuan nasional, dan terletak di bagian dunia yang sangat berbeda. Namun lima negara berkembang ini akan membentuk sebuah forum penting pertama yang non-Barat dan bersifat global.Kurangnya kesamaan antara BRICS telah mendorong tantangan untuk penyatuan tujuan yang memiliki substansi jelas. Bagaimanpun juga ini merupakan sebuah reaksi dari pergesran kekuatan global saat ini dan akan turut membentuk suatu tatanan internasional yang baru. Ekonomi BRICS cenderung menjadi sumber yang paling penting dari pertumbuhan global di masa depan. Mereka mewakili lebih dari seperempat dari daratan bumi, lebih dari 41 persen penduduk, hampir 25 persen dari GDP dunia, dan hampir setengah dari semua cadangan devisa dan emas. Mungkin sebuah kebetulan tentang mata uang anggota-anggota BRICS, mungkin juga dijuluki R5 tepat adanya. Mata uang anggotanya yang diawali oleh huruf R semua; real rubel (Rusia), rupee (India), renminbi (China) dan rand (Afrika Selatan). Pada KTT di New Delhi, para pemimpin BRICS akan membahas pembentukan lembaga bersama, khususnya bank pembangunan umum yang bisa membantu memobilisasi tabungan antara negara. Saat ini, negara-negara BRICS pembentukan blok yang masih agak informal. Namun kedepan kelembagaan resmi akan lebih memperkuat kelompok ini. Pada tahun lalu BRIC awal yang baru terdiri BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China) saat ini menjadi BRICS dengan penambahan Afrika Selatan. Konsep BRIC, dikandung pada tahun 2001 oleh Jim O'Neill dari Goldman Sachs, dipeluk oleh empat negara asli hanya pada tahun 2008, ketika para menteri luar negeri mereka bertemu di sela-sela pertemuan Rusia-IndiaChina (KI) trilateral. Penambahan negara Brasil membuka jalan bagi pertemuan puncak BRIC pertama tahun 2009, yang, menarik, piggybacked pada Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO)pertemuan di Yekaterinburg, Rusia, tahun itu. Untuk Brasil, Rusia, India, dan Afrika Selatan, pengelompokan BRICS berfungsi sebagai forum untuk menggarisbawahi pengaruh meningkatnya ekonomi mereka dan menampilkan kemunculan mereka sebagai pemain global. Walaupun hal ini bagi China yang tidak memerlukan pengakuan sebagai kekuatan dunia yang baru naik. Strategi China saat ini selalu menempatkan dirinya sebagai negara berkembang biasa untuk memberikan kesempatan dan porsi lebih bagi China untuk melakukan ekspansi ekonomi. China yang sangat taat menerapakan stragegi Sun Zhu selalu menjaga hal ini, terutama dalam kaitannya dengan isu-isu yang dilemparkan oleh Gedung Putih tentang mata uang China ini. Disisi lain bagi China BRICS menawarkan sesuatu yang tidak hanya simbolis, tetapi memberi manfaat. Akibatnya, China memang telah berupaya untuk tetap sepakat dalam barisan ini, dengan balasan China menginginkan untuk mengontrol bank pembangunan kelembagaan

BRICS nanti, tetapi hal ini adalah sesuatu yang India dan Rusia, khususnya, enggan untuk menerima. Pada suatu waktu ketika China berada di bawah tekanan untuk memanipulasi nilai renminbi untuk mempertahankan daya saing ekspor, kerangka BRICS menawarkan sebuah platform untuk memperluas peran internasional mata uangnya itu. Sebagai bagian dari pencarian untuk mata uang global yang bisa menyaingi dolar atau euro, uang tunai kaya China berencana untuk memperpanjang pinjaman renminbi kepada anggota BRICS lainnya.Pinjaman dan perdagangan di renminbi cenderung memperkuat mata uang ini untuk dalam kelembagaan keuangan internasional yang akan di bangun BRICS, tetapi nilai "undervalued" dalam mata renminbi yang tersembunyi secara sistematis akan melemahkan manufaktur di negara-negara BRICS lain, terutama di India dan Brasil. Ini hal yang paling tidak disukai oleh India dan Brasil . Para pendukung konsep BRICS tetap optimis dan berharap bahwa kelompok inii dapat berfungsi sebagai katalis untuk reformasi kelembagaan global dengan pengaturan internasional yang ada, walaupun kondisi ini belum berubah sejak pertengahan abad kedua puluh (bahkan sebagai non-Barat kekuatan ekonomi dan tantangan non-tradisional telah muncul), dunia membutuhkan lebih dari langkah-langkah setengah hati dan berketentuan diambil sejauh ini. Pembentukan G20, misalnya, adalah improvisasi dirancang untuk menunda reformasi keuangan asli. Bahkan, langkah-langkah sederhana diimplementasikan sebagai tanggapan terhadap perubahan distribusi kekuasaan global yang telah terbatas pada bidang ekonomi, dengan hardcore hubungan internasional - perdamaian dan keamanan - yang tersisa ekslusif dari segelintir negara. China tidak pada halaman yang sama sebagai negara-negara BRICS lain ketika datang untuk reformasi kelembagaan global. Ini adalah kekuatan revisionis tentang arsitektur keuangan global, mencari perbaikan dari sistem Bretton Woods. Tapi itu adalah status quo kekuasaan sehubungan dengan sistem PBB, dan dukungan untuk menentang perluasan anggota tetap Dewan Keamanan. China ingin tetap sebagaii satu-satunya di Asia yang duduk di kursi tetap Dewan Keamanan PBB yang merupakan hal yang bertentangan dengan keinginan India, Brasil dan Afrika Selatan. Tetapi bagaimanapun mereka harus setuju pada apa yang mereka yakini sebagai tujuan politik dan ekonomi dicapai yang akan dicapai bersama. Misalnya, mereka umumnya bersatu dalam rasa frustrasi mereka pada status dolar sebagai mata uang cadangan dunia. Ini adalah bersamaan mereka yang sangat dirasakan. Tentunya konsep BRICS harus mewakili atas semua keinginan lima negara tersebut, keinginan anggotanya untuk membuat tatanan global baru akibat kondisi global kini yang kurang menyenangkan.

D. KESIMPULAN Semakin meningkatnya perekonomian negara-negara di dunia mendorong negara-negara tersebut untuk berani bersaing dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa lainnya. Selain itu besarnya jumlah penduduk yang ada di negaranegara anggota BRICS menjadikan pasar tersendiri bagi saingan baru bank dunia dan IMF ini. Sehingga tidak menutup kemungkinan beberapa tahun kedepan ekonomi di negara-negara berkembang khususnya Asia mampu bersaing di tataran ekonomi yang lebih luas lagi.

You might also like