You are on page 1of 10

Mata Kuliah: Psikologi Seksual Kuliah ke: 8 Materi: Perilaku Seksual Dosen: Rah Madya Handaya,M.

Psi Perilaku Seksual Celibacy Seseorang yang sudah memiliki kematangan fisik namun tidak melakukan perilaku seksual Complete Celibacy: tidak melakukan masturbasi dan hubungan seksual dengan orang lain Partialy Celibacy: melakukan masturbasi tetapi tidak melakukan hubungan seksual dengan orang lain Celibacy sering dilakukan dengan alasan agama bertujuan merubah energi seksual menjadi energi untuk melayani orang lain atau melakukan misi kemanusiaan. Banyak alasan orang melakukan selibat, misalnya karena faktor agama dan kepercayaan moral, karena belum menemukan pasangan yang cocok untuk melakukan hubungan seksual, mempertahankan keperawanan, karena pernah mengalami kekecewaan di hubungan yang sebelumnya, ingin memiliki suatu hubungan yang tidak dicampuri dengan interaksi seksual, khawatir akan terkena penyakit menular seksual, menghindari kehamilan. Selibat juga dapat diterapkan pada orang-orang yang sedang dalam tahap pemulihan dari ketergantungan alkohol dan obat-obatan. Kecemasan yang sering kali muncul dari adanya interaksi seksual dapat menyebabkan mereka kembali mengkonsumsi alkohol atau narkoba. Erotic Dreams Mimpi erotik dan kadangkala disertai dengan orgasme terjadi tanpa arahan secara sadar Seperti juga mimpi biasa, isi dari mimpi erotik dapat bersifat realistis atau tidak realistis, perilaku seks yang biasa dilakukan atau perilaku-perilaku seksual yang dianggap tabu Saat bermimpi erotis, terjadi tanda-tanda dari rangsangan seksual, seperti ereksi dan keluar cairan vagina. Nocturnal orgasm: orgasme yang terjadi saat tidur
Rah Madya Handaya M.Psi PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Ketika pria mengalami orgasme saat tidur, hal ini disebut dengan mimpi basah Wanita juga dapat mengalami orgasme saat tidur namun lebih sulit untuk diidentifikasi secara fisik karena tidak ada bukti-bukti orgasme secara fisik. Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan mengalami orgasme dengan cara masturbasi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami orgasme saat tidur.

Erotic Fantasy Fantasi seksual dapat muncul saat orang sedang melamunm, masturbasi atau saat berhubungan seksual dengan orang lain Fantasi dapat berupa bayangan dari hubungan seksual yang hanya bersifat imaginasi, hubungan seksual yang pernah dilakukan dll Fantasi saat masturbasi: Fantasy content Intercourse with loved one Intercourse with strangers Sex with more than one person of the other sex Sexual activities that would not be done in reality Forcing someone to have sex Being forced to have sex Homosexual activity Men (%) 75 47 33 19 13 10 7 Women (%) 70 21 18 28 3 19 11

Functions of Fantasy Purpose To facilitate sexual arousal To imagine activities that my partner and I do not engage in To increase my partners attractiveness To relieve boredom uncertain Men (%) 38 13 30 3 10 Women (%) 46 13 22 5 15

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Rah Madya Handaya M.Psi

PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

Male-Female Similarities and Differences in Sexual Fantasy Beberapa perbedaan dalam fantasi seksual antara pria dan wanita: Fantasi pria cenderung lebih aktif dan berfokus pada tubuh wanita dan apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuh wanita tersebut. Fantasi wanita lebih bersifat pasif dan berfokus pada apa yang ingin dilakukan pria terhadap tubuh mereka. Fantasi seksual pria fokus pada perilaku seks yang eksplisit, tubuh telanjang dan hal-hal yang bersifat fisik, sedangkan fantasi seksual wanita fokus pada aspek emosional dan romantisme. Pria lebih cenderung berfantasi mengenai beberapa pasangan dan groups sex dibandingkan wanita Pria lebih cenderung berperilaku mendominasi dalam fantasinya, sedangkan wanita lebih bersifat submisif dalam fantasinya.

Fantasy content Sex with former lover Sex with an imaginary lover Oral-genital sex Group sex Being forced into a sexual relationship Being observed engaging in sexual intercourse Being found sexually irresistible by others Being rejected or sexually abused Forcing others to have sexual relations with you Having others give in to you after resisting Observing others engaging in sex Sex with a member of the same sex Sex with animals

Men (%) 43 44 61 19 21 15 55 11 24 37 18 3 1

Women (%) 41 24 51 14 36 20 53 13 16 24 13 9 4

Masturbation Perspective on Masturbation Masturbasi adalah stimulasi pada organ genital diri sendiri kepuasan seksual Perilaku masturbasi pernah dikecam oleh kalangan Gereja karena dianggap sebagai perilaku seksual yang hanya bertujuan untuk kesenangan (procreation) dan tidak untuk menghasilkan keturunan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Rah Madya Handaya M.Psi PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

untuk mendapatkan

Freud dan banyak psikoanalis lainnya menyatakan bahwa perilaku masturbasi tidak membahayakan fisik seseorang dan merupakan perilaku seksual yang normal pada masa anak-anak. Namun demikian, perilaku masturbasi pada masa dewasa dapat menyebabkan terganggunya perkembangan seksual seseorang dan ketidakmampuan untuk membentuk hubungan seksual yang baik dengan orang lain.

Pada jaman modern, konflik keyakinan mengenai masturbasi masih terjadi. Pada tahun 1976, Vatikan mengeluarkan deklarasi mengenai etika seksual dimana di dalam nya masturbasi dideskripsikan sebagai suatu gangguan perilaku yang serius. Pada tahun 1993, Paus John Paul II menyatakan bahwa perilaku masturbasi adalah perilaku yang melanggar moral.

Betty Dodson, pengarang Liberating Masturbation, memberikan pandangan yang positif terhadap masturbasi: Masturbation, of course, is our first natural sexual activity. Its the way we discover our eroticism, the way we learn to respond sexually, the way we learn to love ourselves and build self-esteem. Sexual skill and the ability to respond are not natural in our society. Doing what comes naturally for us is to be sexually inhibited. Sex is like any other skillit has to be learned and practiced)

Purposes of Masturbation Banyak alasan orang melakukan masturbasi, di antaranya adalah melepas ketegangan seksual. Kadangkala orang lebih mendapatkan kepuasan dari melakukan nmasturbasi dibandingkan berhubungan seks dengan pasangan. Bagi pasangan yang memiliki keterbukaan dalam hal seksual, masturbasi dapat dilakukan (dengan bantuan pasangan) apabila salah satu dari pasangan sedang menginginkan hubungan seksual sedangkan pasangannya sedang tidak ingin berhubungan seksual. Masturbasi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk lebih mengenal diri sendiri secara seksual. Stimulasi diri dapat membantu wanita untuk mengetahui cara agar dirinya dapat mencapai orgasme, sedangkan pada pria dapat membantunya untuk mengenal pola respon dirinya dalam mencapai ejakulasi. Wanita cenderung lebih banyak melakukan masturbasi setelah berusia duapuluhan dibandingkan pada masa remaja.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Rah Madya Handaya M.Psi

PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

Banyak orang yang masih melakukan masturbasi saat mereka sudah menikah. Hal ini adalah sesuatu yang wajar untuk dilakukan. Banyak anggapan negatif yang menyatakan bahwa tidak sepantasnya orang yang sudah menikah melakukan masturbasi karena menganggap bahwa semua perilaku seks oleh orang yang sudah menikah harus melibatkan pasangannya. Selain itu,ada anggapan bahwa apabila ada yang melakukan masturbasi pada pasangan yang sudah menikah maka merupakan pertanda bahwa hubungan tersebut bermasalah.

Salah satu penelitian menyatakan bahwa wanita yang sudah menikah dan melakukan masturbasi untuk mencapai orgasme, memiliki kepuasan seksual dan kepuasan perkawinan yang lebih tinggi dibandingkan wanita menikah yang tidak melakukan masturbasi.

Self-Pleasuring Techniques Eksplorasi diri dapat membantu seseorang untuk dapat lebih mengenal sensasi dari alat kelaminnya dan juga seluruh bagian tubuh. Dapat menggunakan alat bantu: vibrator, dildo, alat berbentuk vagina Contoh vibrator/dildo:

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Rah Madya Handaya M.Psi

PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Rah Madya Handaya M.Psi

PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

Sexual Expression: The Importance of Context and Meaning Aspects of Interactive Sexuality Aktivitas seksual banyak dipengaruhi oleh aspek perasaan, hasrat dan sikap seseorang Sensitivitas terhadap kebutuhan seksual diri sendiri dan pasangan lebih menentukan kepuasan seksual dibandingkan berbagai macam teknik yang ada. Terdapat perbedaan antara pria dan wanita dalam menyikapi aktivitas seksual (foreplay, coitus, afterplay). Dalam penelitian terhadap mahasiswa, didapat hasil bahwa pria cenderung memilih coitus sedangkan wanita cenderung pada foreplay dan afterplay. The Maltz Hierarchy Wendy Maltz, terapis seks, mengembangkan model mengenai tingkatan ekspresi seksual yang konstruktif dan destruktif. Maltz menganggap bahwa energi seksual merupakan suatu hal yang netral dan niat serta konsekuensi dari perilaku seksual yang akan mengarahkan pada hal yang positif atau negatif. Misal: hubungan seksual dalam pernikahan dapat terjadi secara bergairah, namun dapat pula menjadi suatu pemerkosaan kepada pasangan. Tiga interaksi seksual yang positif didasarkan pada pilihan bersama, rasa peduli, menghargai dan adanya rasa aman. Level +1, Positive Role Fulfillment: berperilaku seksual sesuai dengan peran gender yang telah ditetapkan oleh budaya, pria sebagai inisiator dan wanita sebagai reseptor. Level ini ditandai dengan hadirnya rasa aman, saling menghargai, bertujuan untuk kehamilan dan melepas ketegangan seksual
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Rah Madya Handaya M.Psi PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

Level +2. Making Love: menekankan pada kesenangan bersama melalui kreativitas dan eksperimen seksual, mengesampingkan peran gender yang tradisional, dan aktivitas seks dikembangkan lebih jauh.

Level +3. Authentic Sexual Intimacy: terdapat koneksi mendalam antar pasangan, Level -1, Impersonal Interaction: ditandai dengan kurangnya penghargaan dan tanggungjawab pada diri sendiri dan orang lain, tidak peduli dengan kemungkinan tertular penyakit seksual

Level -2, Abusive Interaction: ditandai dengan adanya dominasi secara sadar oleh seseorang kepada orang lain, merendahkan orang lain Level -3, Violent Interaction: energi seksual dipergunakan untuk mengekspresikan kejahatan. Organ seksual dipergunakan sebagai senjata dan target. Level +3 Authentic Sexual Intimacy Emotional openness and closeness feeling of ecstacy Level +2 Making Love Pleasure focused; mutuality, experimentation Level +1 Positive Role Fulfillment Social-role behavior; religious or cultural duty, sex for reproduction Sexual Energy (Ground Zero)

Level -1 Impersonal Interaction Lack of responsibility for birth control, sexually transmited diseases or well being of self and others Level -2 Abusive Interactions Sexual dominance and coercion Level -3 Violent Interaction Sex used to express hostility, rape

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Rah Madya Handaya M.Psi

PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

Oral-genital Stimulation Stimulasi oral-genital dapat dilakukan secara bersamaan atau bergantian Sering dikenal dengan posisi 69 Cunnilingus: stimulasi oral terhadap vulva clitoris, labia minora, vestibule, vagina Fellatio: stimulasi oral terhadap penis dan scrotum

Anal Stimulation Analingus/Rimming: oral stimulasi pada anus Dilakukan oleh pasangan heteroseksual dan homoseksual Anal intercourse: hubungan seksual dengan memasukkan penis ke dalam anus Rawan terhadap penyakit menular seksual

Lesbian Sexual Behaviors Penelitian Kinsey (1953): lesbian lebih banyak yang mengalami orgasme saat berhubungan seksual dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual dengan pria. Hal tersebut dapat terjadi karena hubungan seksual yang dilakukan lesbian cenderung dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih melibatkan stimulasi pada seluruh bagian tubuh. Perilaku seksual mencakup: oral, ciuman, body-contact, stimulasi genital, menggesekkan genital pada tubuh pasangan, menggunakan dildo

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Rah Madya Handaya M.Psi

PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

Gay Sexual Behaviors Melibatkan aktivitas seksual seperti pelukan, ciuman, body-contact, oral, anal, masturbasi, interfemoral intercourse (menjepit penis di antara paha dari pasangan) Coitus Position Setiap variasi posisi dalam berhubungan seksual merupakan ekspresi dari emosi dan kepuasan secara fisik. Beberapa contoh posisi: doggy-style, face-to-face, man above, woman on top

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB

Rah Madya Handaya M.Psi

PSIKOLOGI PERILAKU SEKSUAL

10

You might also like