You are on page 1of 19

PENGERTIAN DAN LINKUP EKONOMI REGIONAL Oleh : Elia Radianto A.

Definisi Ilmu Ekonomi Regional Ilmu Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang terbatas. Sedangkan Ilmu Ekonomi Regional atau Ilmu Ekonomi Wilayah/Daerah adalah satu cabang dari ilmu ekonomi yang dalam pembahasannya memasukkan unsur perbedaan potensi satu wilayah dengan wilayah lain. Dalam kaitannya dengan ilmu lain : 1. Ilmu Ekonomi Regional (pengertiannya sda) mengenal dan mempergunakan istilah yang sama, misalnya modal, wilayah homogen, kota, dan wilayah belakangnya, tetapi dengan pendekatan yang berbeda (dikemukakan oleh para pemikir pertama tentang ekonomi dan lokasi seperti : Von Thunen 1826, Weber 1929, Ohlin 1939 dan Losch 1954, sebagai pemberi landasan teori). 2. Ilmu Bumi Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari keberadaan suatu kegiatan di suatu lokasi dan bagaimana wilayah sekitarnya bereaksi atas kegiatan tersebut (labih banyak melihat kegiatan tersebut secara individual misalnya , mempelajari dampak satu atau sekelompok kegiatan di satu lokasi terhadap kegiatan lain di lokasi lain, atau bagaimana kinerja kegiatan di lokasi itu sabagai akibat dekat atau jauhnya lokasi itu dari lokasi kegiatan lain, tetapi lokasi tersebut saling berhubungan atau berinteraksi). Dengan demikian unit analisis ekonomi regional adalah wilayah ataupun sektor dan bukan kegiatan individual. Secara Umum Walter Isard memberi landasan yang lengkap atas ilmu ekonomi regional setelah diterbitkan disertasinya di Universitas Harvard yang berjudul Location and Space Economics (1956). Dengan demikian Walter Isard dianggap sebagai orang yang pertama memberi kerangka landasan tentang apa saja yang dapat dikategorikan ke dalam Regional Science, yang pada dasarnya adalah penerapan prinsip-prinsip ekonomi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi antara wilayah yang memiliki potensi yang berbeda. Ilmu Ekonomi Regional masuk ke Indonesia pada awal tahun 1970-an, karena pemerintah menyadari pentingnya pembangunan ekonomi daerah sebagai bagian dari cara untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. A. Tujuan Ilmu Ekonomi Regional Ferguson (1965), mengatakan bahwa tujuan utama kebijakan ekonomi adalah : 1. Full Employment, setidak-tidaknya dengan tingkat pengangguran rendah menjadi tujuan pokok pemerintahan pusat maupun daerah. 2. Economic Growth, akan menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, juga diharapkan dapat memperbaiki kehidupan manusia atau peningkatan pendapatan. 3. Price Stability, untuk menciptakan rasa aman dalam masyarakat.

Ada di antara tujuan ekonomi yang tidak mungkin dilakukan daerah (pemerintah daerah) apabila daerah itu bekerja sendiri, yaitu menstabilkan tingkat harga kenapa ? Namun apabila daerah itu dapat memenuhi tujuan pertama dan kedua hal tersebut akan membantu pemerintah pusat untuk memenuhi tujuan ketiga kenapa ? Namun di sisi lain, daerah karena wilayahnya yang lebih sempit, dapat dibuat klebijakan yang lebih bersifat spasial sehingga ada hal-hal yang dapat dilakukan oleh daerah secara lebih baik daripada oleh pemerintah pusat. Hal-hal yang bias diatur di daerah : 1. Terjaganya kelestarian lingkungan hidup. 2. Pemerataan pembangunan dalam wilayah. 3. Penetapan sektor unggulan wilayah. 4. Membuat keterkaitan antarsektor yang lebih serasi dalam wilayah, sehingga menjadi bersinergi dan berkesinambungan. 5. Pemenuhan pangan wilayah. A. Manfaat Ilmu Ekonomi Regional 1. Manfaat Makro bertalian dengan bagaimana pemerintah pusat dapat menggunakannya untuk mempercepat laju pertumbuhan keseluruhan wilayah. Contoh ditinjau dari sudut pemerintah pusat masingmasing wilayah memiliki potensi yang berbeda. Dari sudut potensi, masing-masing wilayah memiliki keunggulan komparatif yang berbeda dan bias dimanfaatkan untuk menetapkan skala prioritas yang berbeda untuk masing-masing wilayah. Dari sudut tingkat pendapatan, masing-masing wilayah memiliki tingkat pendapatan yang berbeda. Wilayah dengan tingkat pendapatan rendah memiliki MPC (Marginal Propensity to Consume) yang tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk meningkatkan efek pengganda (Multiplier Effec) dari pengeluaran pemerintah pusat. 2. Manfaat Mikro, yaitu bagaimana IER dapat membantu perencana wilayah menghemat waktu dan biaya dalam proses menentukan lokasi suatu kegiatan atau proyek. Contoh IER membantu perencana wilayah dalam menentukan di bagian mana suatu kegiatan proyek itu sebaiknya dibangun, tetapi tidak sampai menunjuk lokasi konkrit proyek tersebut (yang dilihat yaitu di wilayah mana yang memiliki keunggulan komparatif).

PENDAPATAN REGIONAL

Oleh : Elia Radianto, SE, M.Si

A. Konsep Pendapatan Regional Pendapatan Regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah meupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Terdapat beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengukur adanya pembangunan suatu wilayah : 1. Pendapatan Masyarakat. 2. Kesempatan Kerja 3. Pemerataan pendapatan terkait dengan pendapatan wilayah. Alat Ukur atau metode yang dipakai menetapkan besarnya tingkat pendapatan masyarakat adalah dengan melihat Nilai Tambah. B. Konsep Dan Pengertian Nilai Tambah Pendapatan Regional = Nilai Produksi Suatu Wilayah Pendapatan Regional # Nilai Produksi Suatu Wilayah Nilai Produksi tidak sama dengan Nilai tambah karena di dalam nilai produksi telah terdapat biaya antara (intermediate cost), yaitu biaya pembelian/perolehan dari sector lain yang telah dihitung sebagai produksi di sector lain atau berasal dari impor (dihitung sebagai nilai produksi di Negara pengekspor). Apabila menghitung nilai produksi sebagai pendapatan regional maka akan terjadi perhitungan ganda (doublecounting). Dimisalkan Tukang Kue menghasilkan 100 buah kue per hari yang dijual dengan harga @ Rp 500,-sehingga nilai penjualannya/produksinya adalah Rp. 50.000,-. Sementara untuk menghasilkan Kue tersebut dia terpaksa membeli berbagai jenis input seperti tepung terigu, gula, kelapa, vanili, minyak goring dan bahan bakar. Sementara di sisi lain, tepung terigu merupakan bahan baku yang diimpor dari Negara lain yang telah dihitung sebagai pendapatan Negara lain, gula telah dihitung di sector pertanian, minyak goring telah dihitung di sector industri dst. Jadi bahan-bahan yang berasal dari sector lain tersebut disebut Biaya Antara (Intermediate-cost). Dalam menghitung nilai tambah suatu sector, biaya antara harus dikeluarkan atau dikurangkan dari nilai jual produksi pada lokasi tempat produksi (at the farm gate). Nilai Tambah inilah yang menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan pendapatan di suatu wilayah. Pada umumnya yang termasuk dalam nilai tambah yaitu :

1. Upah dan gaji adalah balas jasa yang dibayarkan kepada para pekerja sesuai dengan prestasi, sedangkan gaji adalah balas jasa yang nilainya tetap untuk kurun waktu tertentu. Upah/Gaji adalah pendapatan bagi para pekerja. 2. Laba atau Keuntungan adalah total nilai penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Laba merupakan pendapatan bagi pengusaha. 3. Sewa Tanah, diperhitungkan karena memberikan pendapatan bagi pemilik tanah. Jika petani memiliki lahan sendiri, berarti dia tidak mengeluarkan biaya sewa tanah & labanya akan meningkat disbanding yang sewa tanah. 4. Bunga uang adalah pendapatan bagi pemilik modal karena meminjamkan uangnya untuk ikut serta dalam proses produksi. Bunga uang yang dihitung adalah yang dibayarkan, sedangkan bunga yang diterima karena membungakan uang, nilai tambahnya terlihat pada laba. Apabila petani tidak meminjam uang dalam berusaha (menggunakan modal sendiri) tidak membayar bunga maka labanya meningkat & sebaliknya. Tetapi, ada orang lain yang memperoleh pendapatan (dalam jumlah sama dengan penurunan laba) yaitu pemilik modal. 5. Penyusutan berarti menurunnya nilai dari alat yang dipakai dalam proses produksi, terutama alat yang dimiliki sendiri. Apabila penyusutan belum dikurangkan maka yang diperoleh adalah nilai tambah bruto & sebaliknya bila telah dikurangkan akan didapatkan nilai tambah neto. 6. Pajak tidak langsung Neto, dimana dalam harga jual terdapat unsure pajak penjualan dan bea cukai. Pajak tidak langsung menaikkan harga jual dan tidak menambah pendapatan produsen, tetapi jatuh ke tangan pemerintah (transfer payment). Dalam nilai tambah brotu terdapat unsur pajak tak langsung & yang telah dikurangkan akan mendapatkan nilai tambah yang bias dinikmati masyarakat. Sedangkan subsidi adalah kebalikan dari pajak, yaitu akan menurunkan harga jual produsen. Nilai pajak tak langsung neto adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi. Nilai tambah bruto dikurangi pajak tak langsung neto akan menghasilkan nilai tambah neto atas dasar biaya faktor. 7. Farm gate, dalam menghitung harga produksi untuk masing-masing unit kegiatan, baiasanya didasarkan atas harga farm gate (harga di tempat produsen) dan harga pasar tempat barang itu dijual. Hal ini berbada dengan harga di pasar karena telah mengandung biaya transportasi dari farma gate ke pasardan ada unsur keuntungan pedagang. Biaya transportasi akan dihitung di sektor pengangkutan dan laba pengusaha dihitung di sektor perdagangan. Apabila harga jual produksi didasarkan atas harga di pasar maka akan terjadi perhitungan ganda C. Contoh Perhitungan Nilai Tambah Dimisalkan seorang petani mengolah sebidang tanah seluas 1 Ha yang ditamnami jagung. Untuk memproduksi jagung petani tersebut mengeluarkan biaya sbb. Membeli bibit 25 kg @ Rp. 8.000,- = Rp 200.000,-

Menyewa Traktor untuk lahan 1 ha = Rp 300.000, Tenaga kerja yang digaji 50 HK @ Rp 8.000,- = Rp 400.000, Pupuk 250 kg @ Rp 2.000,- = Rp 500.000, Pestisida 10 Liter @ Rp 50.000,- = Rp 500.000, Sewa Mesin Pipil = Rp. 500.000, Total Pengeluaran = Rp 2.400.000, Hasil Produksi 5.000 kg @ Rp 1.000,- = Rp 5.000.000, Keuntungan = Rp 2.600.000,Dari contoh di atas, biaya anataranya adalah bibit, pupuk, dan pestisida sebesar Rp. 1.200.000,- sehingga nilai tambah dari kegiatan tersebut adalah Rp. 5.000.000 Rp 1.200.000 = 3.800.000,-. Ini adalah bagian yang bisa dinikmati oleh masyarakat setempat seandainya seluruh faktor-faktor produksi itu dimiliki oleh masyarakat setempat dengan catan dari penghasilan tersebut masih perlu dikurangkan biaya penyusutan dan pajak yang mungkin ditagih pemerintah.

KONSEP DAN DEFINISI PENDAPATAN REGIONAL

Oleh : Elia Radianto, SE, M.Si

A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar PDRB atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sector perekonomian di wilayah itu. Nilai tambah bruto = nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen Nilai Tambah Bruto = factor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tidak langsung neto.

Penjumlahan dari nilai tambah bruto masing-masing sector akan menghasilkan PDRB atas dasar harga pasar. B. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar PDRN = PDRB atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan Penyusutan yang dimaksud adalah nilai susut dari barang-barang modal seperti mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dll, yang terpakai dalam proses produksi atau karena factor waktu. C. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor PDRN = PDRB atas dasar harga pasar dikurangi pajak tak langsung neto. Pajak tidak langsung = pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Pajak tidak langsung dari unit-unit produksi dibebankan kepada pembeli hingga langsung berakibat pada kenaikan harga barang di pasar. Berlawanan dengan pajak tidak langsung yaitu subsidi. Besarnya Pajak tidak langsung dikurangi subsidi dalam perhitungan pendapatan regional disebut pajak tidak langsung neto. PDRN atas Dasar Biaya Faktor = PDRB atas Dasar Harga Pasar Pajak Tidak Langsung Neto. D. Pendapatan Regional Pendapatan Regional = PDRN atas dasar biaya factor aliran dana yang mengalir masuk. Pendapatan Per Kapita = Pendapatan Regional : Jumlah Penduduk yang tinggal di daerah itu. E. Pendapatan Perorangan (Personal Income) dan Pendapatan Siap Dibelanjakan (Disposible Income) Pendapatan Perorangan = Pendapatan Regional Pajak pendapatan perusahaan (corporate income taxes), keuntungan yang tidak dibagikan (undistributed profit), iuran kesejahteraan sosial (social security contribution), transfer yang diterima oleh rumah tangga pemerintah, bunga neto atas utang pemerintah. Disposible Income = Pendapatan perorangan pajak pendapatan perorangan, pajak rumah tangga/PBB, dan transfer yang dibayarkan oleh rumah tangga. TEORI BASIS EKONOMI

Oleh : Elia Radianto, SE, M.Si

A. Pengertian Dasar Ekspor = Menjual produk/jasa ke luar wilayah (dalam Negara/luar negeri). Kegiatan Ekspor = Semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatan basis. L Kerja & Pend = F (Permintaan yang bersifat exogenous/tidak tergantung pada kekuatan permintaan local). Sektor Nonbasis = Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. Jadi permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat (sektor ini tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah). Base Ratio = Perbandingan antara banyaknya lapangan kerja nonbasis yang tersedia untuk setiap satu lapangan kerja basis. Rumus : Pengganda Basis = Total Lap Kerja/Lap Kerja Basis Contoh : 1 wilayah terdapat 3.000 lapangan kerja (1.000 lap kerja basis dan 2.000 lap kerja nonbasis). Rasio Basis = 1 : 2. Penyelesaian : PB = 3.000 : 1.000 = 3. B. Beberapa Metode Dalam Memilah Sektor Basis & Nonbasis Terdapat 3 metode dalam memilah sektor basis dan nonbasis yaitu : 1. Metode Langsung Dapat dilakukan dengan survei langsung ke pelaku usaha (ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tsb). Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa persen produk yang dijual ke luar wilayah & berapa persen yang dipasarkan di dalam wilayah. 2. Metode Tidak Langsung

Dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi sehingga metode ini dapat disebut sebagai metode asumsi. Dalam metode asumsi, berdasarkan kondisi di wilayah tersebut (data sekunder), ada kegiatan tertentu yang diasumsikan sebagai kegiatan basis dan kegiatan nonbasis. 3. Metode Campuran Dapat dilakukan dengan menggunakan survei pendahuluan yaitu dengan mengumpulan data sekunder (instansi pemerintah atau lembaga pengumpul data seperti BPS). Bila 70 % atau lebih produknya diperkirakan dijual ke luar wilayah maka kegiatan ini adalah basis dan sebaliknya. C. Static Location Quotient (SLQ) Static Location Quotient merupakan suatu indeks yang mengukur apakah suatu sektor merupakan sektor unggulan (sektor basic) atau tidak bagi suatu daerah.

Keterangan : indeks dominasi sektor i di wilayah j indeks dominasi sektor i di wilayah yang lebih luas pangsa sektor i di wilayah j pangsa sektor i di wilayah yang lebih luas. Jika , artinya sektor i merupakan sektor unggulan bagi daerah dan mampu bersaing dengan sektor yang sama dari daerah lain. Jika , artinya sektor i bukan merupakan sektor unggulan bagi daerah karena masih kalah bersaing dengan sektor yang sama dari daerah lain. D. Dynamic Location Quotient (DLQ) Dynamic Location Quotient adalah Indeks yang melihat laju pertumbuhan suatu sektor unggulan di suatu wilayah.

keterangan : indeks potensi perkembangan sektor i di wilayah j indeks potensi perkembangan sektor i di wilayah yang lebih luas laju pertumbuhan sektor i di wilayah j total laju pertumbuhan sektor i laju pertumbuhan sektor i di wilayah yang lebih luas total laju pertumbuhan sektor i di wilayah yang lebih luas Jika , artinya potensi perkembangan sektor i di daerah j lebih cepat dibandingkan dengan potensi perkembangan sektor yang sama di daerah lain. Jika , artinya potensi perkembangan sektor i di daerah j lebih rendah dibandingkan dengan potensi perkembangan sektor yang sama di daerah lain.

TEORI LOKASI

Oleh : Elia Radianto, SE, M.Si

A. Pengertian Dasar Lokasi = Ruang & Tanpa Ruang tidak mungkin ada lokasi. Ruang = Permukaan Bumi baik yang ada di atasnya maupun yang ada di bawahnya sepanjang manusia masih bisa menjangkaunya.

Lokasi = menggambarkan posisi pada ruang tersebut (dapat ditentukan bujur & lintangnya). Teori Lokasi = Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau Ilmu yang meyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang langka, serta hubungannya dengan lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun social. W. Christeller = Bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah (dikenal dengan bukunya berjudul Central Places in Southern Germany, tahun 1933). * Jangkauan/luas pasar dari setiap komoditi itu ada batasnya (range) dan ada batas minimal dari luas pasarnya agar produsen dapat tetap berproduksi. Luas pasar minimal disebut Threshold. Contoh = Produsen sayur mengeluarkan biaya tetap per hari Rp 10.000,- dan biaya variable Rp. 200/sayur untuk dijual. Berapakah jumlah sayur yang dijual per hari agar produsen tidak rugi ? Sebagaimana diketahui bahwa selisih antara harga jual dengan biaya variable adalah Rp. 400,- Rp. 200,= Rp. 200,- (selisih ini harus dapat menutup biaya tetap). Jadi, jumlah sayur yang harus laku adalah Rp. 10.000,- : Rp. 200,-= 50 ikat sayur. Total penjualan 50 x Rp. 400,- = Rp. 20.000,- dan total pengeluaran adalah Rp 10.000,- + (50 x Rp. 200,-) = Rp. 20.000,-. Pada kondisi ini, pengusaha akan berada pada titik impas (break-even point). Gambar Luas Jangkauan Range dan Threshold Luas pemasaran minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah. Makin tinggi kepadatan penduduk, makin kecil wilayah pemasaran minimal dan sebaliknya. Dimisalkan wilayah pemasaran minimal beradius 4 km disebut threshold. Tidak boleh ada produsen untuk komoditi yang sama dalam ruang threshold tersebut. Von Thunen = melihat perbedaan penggunaan lahan dari sudut perbedaan jarak ke pasar yang tercermin dalam sewa tanah. Weber = secara khusus menganalisis lokasi industri. PUSAT PERTUMBUHAN (GROWTH POLE)

Oleh : Elia Radianto, SE, M.Si

Pusat Pertumbuhan (Growth Pole) dapat diartikan dengan 2 cara yaitu : 1. Secara Fungsional = Suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar (daerah belakangnya). 2. Secara Geografis = Suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di situ dan masyarakat yang datang memamnfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut. Pusat pertumbuhan harus memiliki 4 ciri yaitu : 1. Adanya hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi. 2. Adanya multiplier effect (unsur pengganda). 3. Adanya konsentrasi geografis. 4. bersifat mendorong pertumbuhan daerah belakangnya.

PERHITUNGAN TINGKAT INFLASI

Oleh : Elia Radianto, SE, M.Si

Perhitungan Inflasi dapat diketahui melalui perhitungan perubahan indeks harga konsumen (IHK). Manfaatnya = Untuk menjaga statbilitas harga/Upah, mengevaluasi usulan pajak, menyesuaikan perhitungan pendapatan nasional/regional (deflator) dan sebagai tolok ukur penyesuaian upah dan gaji serta pension agar selalu dapat mengikuti perkambangan harga. Terdapat 3 Cara Perhitungan Dalam Tahunan yaitu :

a. Point to point method, yaitu menghitung inflasi setiap bulan Desember (December to December Method).

a. Average to average method, yaitu menghitung inflasi dengan membandingkan IHK rata-rata selama setahun terhadap rata-rata tahun sebelumnya.

Keterangan : IHK = IHK selama 1 tahun dibagi 12 IHKt-1 = IHK selama 1 tahun sebelumnya dibagi 12 I = Angka inflasi rata-rata per tahun a. Cummulative method, yaitu menghitung inflasi dengan menjumlahkan inflasi setiap bulan (Januari Desember) selama setahun penuh. Dapat juga manggunakan tahun anggaran yaitu April Maret.

Keterangan : I = Tingkat inflasi tahun t IHK = IHK tahun t IHK(t-1) = IHK tahun sebelumnya. PERHITUNGAN DEFLATOR

Keterangan : NVTD = Nilai Variabel Tahun Dasar NVTB = Nilai Variabel Tahun Berlaku.

ANALISIS INPUT-OUTPUT PEREKONOMIAN WILAYAH

Oleh : Elia Radianto, SE, M.Si

Analsis Input-Output = Suatu analisis atas perekonomian wilayah secara komprehensif karena melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di suatu wilayah secara menyeluruh. Apabila terjadi perubahan tingkat produksi atas sektor tertentu, maka akan berdampak terhadap sektor lain. Artinya, dilihat dari perubahan tingkat produksi sektor tersebut akan terlihat pada seberapa besar kemakmuran masyarakat bertambah atau berkurang. Produk dapat langsung dikonsumsi atau sebagai input untuk menghasilkan produk lain atau input untuk produk yang sama pada putaran berikutnya, misalnya bibit. Input dapat berupa output dari sektor lain (termasuk sektor sendiri tetapi dari putaran sebelumnya) yang sering disebut input antara berupa bahan baku & input primer berupa tenaga kerja, keahlian, peralatan & modal. Jadi kebutuhan faktor-faktor produksi akan mendapat imbalan yang menjadi pendapatan masyarakat sesuai perannya. Kaitan Langsung & Tidak Langsung Kaitan langsung misalnya Pabrik Minyak Goreng membutuhkan CPO (Crude Palm Oil) sebagai bahan bakunya, pabrik CPO membutuhkan buah segar Kelapa Sawit, perkebunan sawit membutuhkan pupuk & insektisida, pabrik pupuk & insektisida membutuhkan bahan baku dan seterusnya. Masing-masing kegiatan produksi dimaksud akan membutuhkan tenaga kerja, kegiatan transportasi & jalur pemasaran. Kaitan tidak langsung, artinya perubahan itu terjadi lewat sektor antara. Misalnya Pabrik CPO tidak membutuhkan pupuk & insektisida. Tabel 1 Tabel Transaksi Input-Output Sederhana (dalam miliar rupiah)

Pembelian oleh sektor : Penyediaan oleh sektor : Pertanian Industri Masyarakat (input primer) Total input Keterangan : 1. Sektor pertanian menghasilkan produk senilai Rp. 200 miliar yang dibeli oleh sektor pertanian sendiri Rp. 20 miliar, sektor industri Rp. 60 miliar, dan dibeli oleh masyarakat sebagai konsumen akhir senilai Rp 120 miliar rupiah. Pembelian oleh sektor pertanian & sektor industri adalah sebagai input antara, yaitu untuk dipakai dalam proses produksi. 2. Sektor industri menghasilkan produk senilai Rp. 100 miliar yang dibeli oleh sektor pertanian senilai Rp. 40 miliar, sektor industri sendiri membeli senilai Rp. 20 miliar, dan dibeli oleh masyarakat sebagai konsumen akhir senilai Rp 40 miliar rupiah. Pembelian oleh sektor pertanian & sektor industri adalah sebagai input antara. 3. Untuk menghasilkan produknya, sektor pertanian membutuhkan input dari sektor pertanian sendiri Rp. 20 miliar, dari sektor industri Rp. 40 miliar, dan input dari masyarakat Rp. 140 miliar. Input dari masyarakat dalam bentuk tenaga kerja (mendapat upah/gaji), keahlian (mendapat tunjangan/bonus), pemilik tanah/peralatan (mendapat sewa atau laba), dan penyertaan modal (mendapat bunga atau laba). 4. Untuk menghasilkan produknya, sektor industri membutuhkan input dari sektor pertanian Rp. 60 miliar, dari sektor industri sendiri Rp. 20 miliar, dan input dari masyarakat Rp. 20 miliar. 5. Masyarakat memperoleh pendapatan karena keikutsertaannya dalam produksi, yaitu sektor pertanian Rp. 140 miliar, dan dari sektor industri Rp. 20 miliar. Dalam pengertian ekonomi makro, total pendapatan Rp. 160 milyar berupa nilai tambah, yaitu unsur pencipta kemakmuran masyarakat. Masyarakat menggunakan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu membeli produk pertanian senilai Rp. 120 miliar dan produk industri senilai Rp. 40 miliar. 6. Perhatikan bahwa total input sektor pertanian = total outputnya, demikian juga dengan sektor industri dan masyarakat. Tabel 2 Tabel Koefisien Input Pertanian 20 40 140 200 Industri 60 20 20 100 Masyarakat (permintaan akhir) 120 40 0 160 Total Output 200 100 160 460

Sektor Pertanian Industri Masyarakat Total Input Tabel 3

Pertanian 20/200 = 0,10 40/200 = 0,20 140/200 = 0,70 200/200 = 1,00

Industri 60/100 = 0,60 20/100 = 0,20 20/100 = 0,20 100/100 = 1,00

Perhitungan (Iterasi) Kenaikan Input Beberapa Sektor Sebagai Akibat Kenaikan Permintaan Akhir Dari Salah Satu Sektor Kenaikan Output Kenaikan Input Pertanian Putaran I Industri Naik 20 Putaran II Pertanian Naik 12 Industri naik 4 Putaran II Pertanian Naik 3,6 Industri naik 3,2 Putaran IV Pertanian Naik 2,28 Industri naik 1,36 Total Kenaikan 0,228 0,816 18,924 0,456 0,272 9,288 1,596 0,272 18,228 0,36 1,92 0,72 0,64 2,52 0,64 1,2 2,4 2,4 0,8 8,4 0,8 12,0 4,0 4,0 Industri Masyarakat

MATRIKS KOEFISIEN INPUT Maatriks koefisien input (matriks A) sbb :

Matriks Pengganda = Faktor yang menentukan besarnya perubahan pada keseluruhan sektor seandainya jumlah produksi suatu sektor ada yang berubah. Apabila matriks pengganda dikalikan dengan matriks permintaan akhir (yang diproyeksikan berubah) akan menghasilkan output baru untuk keseluruhan sector. Langkah-langkahnya sbb : 1. Dari table transaksi, hitung matriks koefisien input (matriks A). 2. Hitung matriks (I-A), yaitu matriksidentitas (identity matrix) dikurangi matriks koefisien input. 3. Hitung matriks pengganda, yaitu kebalikan (inverse) dari matriks (I A). Matriks pengganda = (I A)-1. 4. Proyeksikan dampak perubahan yang terjadi dengan cara matriks pengganda dikalikan matriks permintaan akhir yang berubah. Matriks (I A) dari contoh yang lalu adalah sbb :

Matriks pengganda adalah matriks kebalikan (inverse) dari matriks (I-A), yaitu : B = (I A)-1 ..(1) Dimana : B = Matriks pengganda I = Matriks identitas A = Matriks koefien input Langkah I, setelah matriks (I-A) diketahui, dihitung determinan dari matriks tersebut sbb : D = (0,90) (0,80) (-0,60) (-0,20) = 0,72 0,12 = 0,60 Langkah II adalah menghitung kofaktor dari matriks (I-A) dan hasilnya adalah matriks kofaktor :

Langkah III adalah mentranspose matriks kofaktor tersebut untuk menghasilkan matriks adjoint sbb :

Langkah IV adalah membagi matriks adjoint dengan determinan dari matriks (I-A), dan hasilnya adalah kebalikan (inverse) dari matriks (I-A) atau (I-A)-1. Inverse dari matriks (I-A) ini disebut juga matriks pengganda sbb :

Langkah V adalah mengalikan matriks pengganda dengan permintaan akhir dari X1 dan X2, yang berubah (hasil proyeksi) untuk mendapatkan total output X1 dan X2 yang baru sbb :

= Output total sector pertanian (X1) adalah : (1,333 x 120) + (1,0 x 60) = 220 Output sector industri (X2) adalah : (0,333 x 120) + (1,5 x 60)= 130 Besarnya kenaikan total pertanian adalah 220 milyar 200 milyar = 20 milyar. Pada metode iterasi, sampai putaran IV kenaikan ini hanya 18,924 milyar. Besarnya kenaikan sector industri adalah 130 milyar 100 milyar = 30 milyar. Pada metode iterasi, hingga putaran IV besarnya kenaikan itu hanya 20 milyar + 9,288 milyar = 29,288 milyar. DAYA MENARIK DAN DERAJAT KEPEKAAN Hubungan antara output dengan koefisien pengganda dan permintaan akhir dapat dirumuskan dalam suatu persamaan matriks sdd:

= Dimana :

(2)

$ij = Isi sel baris ke-I kolom dari matriks kebalikan (I-A)-1

Xi = Output sector i Fi = Permintaan akhir sector i Ij = 1, 2, n Bentuk di atas, dapat ditulis dalam persamaan matriks yang lebih ringkas sbb : X = (I A)-1 F Dari persamaan hubungan di atas terlihat bahwa setiap perubahan permintaan akhir dari sector 1 (F1) sebesar 1 unit akan mengakibatkan perubahan pada X1 sebesar $11 terhadap X2 sebesar sebesar $21, terhadap X3 sebesar $31, dst. Secara umum jumlah dampak yang ditimbulkan oleh sector I terhadap sector j adalah : Rj = $1j + $2j + $3j + + $nj = Ej $ij .. (3) Dimana : Rj = Jumlah dampak perubahan permintaan akhir sector j terhadap seluruh perekonomian $ij = Dampak yang terjadi terhadap sector I karena perubahan pada sector j. PKarena perubahan permintaan akhir pada sector j mengakibatkan sector yang memberi input kepada sector j berubah, dampak yang terjadi disebut daya menarik (backward linkage), yaitu menarik (pull) sectorsektor yang dibelakangnya (hulu) berubah. Untuk dapat membandingkan sector mana yang yang memiliki dampak lebih tinggi, maka dihitung dari output setiap sector yang berubah karena berubahnya permintaan akhir dari sector tertentu yang dinormalkan dengan cara mencari rata-ratanya, dengan rumus sbb :

Dimana j adalah indeks daya menarik sector j adalah dan sering disingkat daya menarik sector j. Apabila nilai j = 1 berarti daya menariknya sama dengan rata-rata wilayah (rata-rata keseluruhan sector). Apabila j > 1 berarti daya menarinya melebihi rata-rata wilayah, dan apabila j < 1 berarti daya menariknya lebih rendah dari rata-rata wilayah. Matriks Pengganda X1 X2 Total

X1 X2 Total

1,333 0,333 1,666

1,00 1,50 2,50

2,333 1,833 4,166

Menghitung indeks daya menarik : 1 = 1,666/(1/2)(4,166) = 0,7998 2 = 2,50/(1/2)(4,166) = 1,2002 Menghitung indeks derajat kepekaan : $1 = 2,333/(1/2)(4,166) = 1,12 $2 = 1,833/(1/2)(4,166) = 0,88 Dari perhitungan di atas, sector 1 (pertanian) memiliki derajat kepekaan lebih tinggi dari rata-rata wilayah, sedangkan sector 2 (industri) memiliki daya menarik yang lebih tinggi dari rata-rata wilayah. Hal ini bebrarti sector industri lebih bisa menarik sector-sektor belakang untuk berkembang. Sedangkan sector pertanian lebih merangsang sector-sektor hilir (depan) untuk berkembang.

You might also like