You are on page 1of 5

Arifin : Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Murbei di Desa Pattallikang

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN MURBEI DI DESA PATTALLIKANG KECAMATAN MANUJU KABUPATEN GOWA
Arifin Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Maros

ABSTRACT Murbei is a crop which its leaf is used as single food-stuff of silkworm which can not be replaced other crop yet. Availibility of murbei which good quality, enough quantity and continue can guarantee the continuities produce the silkworm, later on support the production of yarn of silk and textile industry. By executing activity of cultivation of crop murbei expected to give the adequate yield up the ghost and in the end farmer will obtain get earnings. This research aim to know the level of farmer earnings from farm operation of crop murbei in Countryside of Pattallikang of Subdistrict of Manuju of Regency Gowa and know the elegibility of farm operatoin of crop murbei laboured in Countryside of Pattallikang of Subdistrict of Manuju of Regency Gowa. Data used by there is two that is primary data that is data obtained from observation result of through direct interview as well as through aid of kuesioner and data secunder that is data obtained from institution/related/ relevant institute or relate to this research. Data analysed by using quantitative descriptive analysis. To look for the advantage/earnings with the formula = TR - TC. To know competent do not it him farm operation used by formula : B/C ratio =
TR TC

. Level of earnings obtained by farmer from

farm operation of crop murbei in Countryside of Pattallikang of Subdistrict of Manuju of Regency Gowa is Rp.353.640. Result of calculation B/C Ratio that is 2,27 > 1 meaning farm operatoin of crop murbei in Countryside of Pattallikang of Sub district of competent Manuju Regency Gowa (feasible) laboured. Keyword : Crop Murbei, Earnings, Elegibility. ABSTRAK Tanaman murbei adalah jenis tanaman yang daunnya digunakan sebagai bahan makanan satu-satunya ulat sutera yang belum bisa digantikan oleh tanaman lainnya. Ketersediaan tanaman murbei yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup dan konttinu dapat menjamin kontinuitas produksi ulat sutra, yang selanjutnya menunjang produksi benang sutra dan industry tekstil. Dengan melaksanakan kegiatan penanaman tanaman murbei diharapkan memberikan hasil produksi yang memadai dan pada akhirnya petani akan memperoleh pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani dari usahatani tanaman murbei di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa dan mengetahui kelayakan usahatani tanaman murbei yang diusahakan di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa. Data yang digunakan ada dua yaitu data primer, data yang diperoleh dari hasil observasi melalui wawancara langsung dan juga melalui bantuan kuesioner dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi/lembaga yang terkait atau berhubungan dengan penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan abalisis desktritif kuantitatif. Untuk mencari keuntungan/pendapatan (), dengan rumus = TR - TC. Untuk mengetahui layak tidaknya usahatanai digunakan rumus : B/C ratio = murbei di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa adalah Rp. 353.640. Hasil perhitungan B/C Ratio yaitu 2,27 > 1 berarti usahatani tanaman murbei di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa layak (feasible) diusahakan. Kata kunci : Tanaman murbei, pendapatan, kelayakan.
TR TC

. Besarnya pendapatan diperoleh petani dari usahatani tanaman

PENDAHULUAN Sektor pertanian masih tetap merupakan andalan kemajuan nasional maupun daerah. Kegagalan dalam

membangun sektor pertanian akan berdampak sangat penting dan luas dalam pertumbuhan dan daya saing ekonomi nasional. Memasuki abad ke 21 sektor pertanian tetap merupakan sektor yang

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Juli 2007

menjadi tumpuan hidup karena merupakan sumber pendapatan, lapangan kerja mayoritas penduduk, sumber devisa serta pasaran bagi sektor non pertanian. Karena itu apabila sektor pertanian lemah, berarti tidak mendorong pembangunan industri karena hanya sektor pertanian yang kuat akan memungkinkan adanya pasar domestik yang kuat, dan tanpa pasar domestik yang kuat sulit melihat perkembangan perusahaan industri karena tidak mempunyai pasaran dalam negeri. Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri dan untuk menghasilkan devisa melalui ekspor komoditi hasil pertanian. Pembangunan pertanian diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusahatani, serta memperluas pasar dalam negeri melalui pertanian yang maju, efisien, dan tangguh sehingga mampu meningkatkan dan menganekaragamkan hasil dan mutu produksi. Untuk lebih meningkatkan produksi yang lebih berkualitas, maka diciptakan suatu paket teknologi baru bagi petani meliputi : pola tanam, pengelolaan tanah, penggunaan benih unggul, pergiliran varietas, jarak tanam, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit, tata guna air ditingkat usahatani, dan penanganan pasca panen. Tanaman murbei adalah jenis tanaman yang daunnya digunakan sebagai bahan makanan satu-satunya ulat sutera yang belum bisa digantikan oleh tanaman lainnya. Ketersediaan tanaman murbei yang berkualitas baik dalam jumlah yang cukup dan kontinu dapat menjamin kontinuitas produksi ulat sutera, yang selanjutnya menunjang produksi benang sutera dan industri tekstil (Dephut, 2000). Dengan melaksanakan kegiatan penanaman tanaman murbei diharapkan memberikan hasil produksi yang memadai dan pada akhirnya petani akan memperoleh pendapatan. Rumusan masalah adalah berapa besar pendapatan petani dari usahatani tanaman murbei di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa dan apakah usahatani tanaman murbei layak diusahakan di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tanaman Murbei

Tanaman murbei (Morus sp.) berbentuk atau berhabitat semak (perdu) yang tingginya sekitar 5 6 m. Tanaman murbei dapat juga berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai 20 25 m, bahkan untuk spesies Morus macroura dapat mencapai ketinggian sekitar 35 m. Batang tanaman murbei memiliki warna bermacam-macam, tergantung pada spesiesnya, yaitu hijau, hijau kecoklatan, dan hijau agak kelabu. Tanaman murbei memiliki percabangan banyak yang arahnya dapat tegak, mendatar, dan menggantung. Batang, cabang, dan ranting tanaman murbei tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat. Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam, tergantung pada jenis atau varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, bercangap, ada yang berlekuk, dan ada yang tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dan ujung daun meruncing atau membulat. Sedangkan permukaan daun ada yang halus mengkilap, ada yang agak kasab, dan ada yang kasab (Hatta Sunanto, 1997). Bunga murbei mempunyai tipe seks berumah satu (monoecious) atau berumah dua (dioecious). Tanaman murbei memiliki bunga jantan dan bunga betina yang masingmasing tersusun dalam untaian yang terpisah satu sama lain. Buah murbei merupakan buah majemuk yang berwarna hijau pada waktu masih muda, berwarna kuning kemreahan pada waktu agak tua. Selanjutnya, bunga akan berwarna merah sampai ungu kehitaman jika telah tua. Murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman murbei yang berasal stek, meskipun pada umumnya tidak mempunyai akar tunggang, namun tampak ada akar yang tumbuh ke bawah yang mirip dengan akar tunggang. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa akar tanaman murbei pada umumnya berkembang sampai kedalaman 10 15 cm dari permukaan tanah. Akar tanaman murbei yang berumur tua dapat berkembang sampai kedalaman lebih dari 300 cm. Tanaman murbei tahan terhadap perlakuan pemangkasan. Tanaman murbei yang dipangkas dan dipelihara dengan baik akan tumbuh tunas-tunas baru (muda) yang berjumlah banyak dan tumbuh pesat serta dapat menghasilkan yang banyak berwarna hijau segar. Daun-daun seperti inilah yang

Arifin : Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Murbei di Desa Pattallikang

digunakan untuk makanan ulat sutera (Hatta Sunanto, 1997). Tanaman murbei dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah. Walaupun demikian, keadaan tanah tetap perlu diperhatikan agar tanaman murbei dapat tumbuh subur. Pada prinsipnya, tanaman murbei dapat tumbuh baik jika aerasi dan drainase tanahnya baik, solum minimum 50 cm, unsur hara tercukupi, tanah tidak asam (pH optimal 6,5), dan kelembaban udara cukup menunjang yaitu sekitar 65 85%. Tanaman murbei dapat tumbuh di daerah dataran rendah dan dataran tinggi (Hatta S., 1997). Menurut (Deptan, 1985) tanaman murbei dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah, tumbuh baik pada ketinggian 3.600 meter dari permukaan laut, serta meghendaki tanah gembur, subur, dekat sumber air, rata dan tidak terlalu miring. Tanaman murbei dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang memiliki curah hujan antara 635 2.500 mm per tahun. Suhu optimal untuk pertumbuhan murbei adalah antara 23,90C dan 26,60C. Tetapi, umumnya tanaman murbei dapat tumbuh baik dengan suhu minimum 130C dan suhu maksimum 380C (Hatta Sunanto, 1997). 2. Produksi Produksi adalah suatu proses dimana barang-barang dan jasa yang disebut input, diubah menjadi barang-barang dan jasa lain yang disebut output. Selain itu produksi pertanian mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran, dimana masukan adalah semua yang diikutsertakan didalam proses produksi seperti penggunaan tanah, obat-obatan, pengelolaan, sarana produksi lainnya, dan alat-alat ternak kerja, serta traktor. Sedangkan untuk keluaran adalah semua hasil tanaman yang dihasilkan oleh usahatani sehingga bermanfaat bagi manusia (Mosher, 1983). Dalam proses produksi terdapat dua jenis produksi, yaitu faktor produksi tetap (input tetap) dan faktor produksi variabel (input variabel). Faktor produksi tetap merupakan faktor produksi yang tidak habis dipakai dalam satu periode produksi. Sedangkan faktor produksi variabel merupakan faktor produksi yang penggunaannya habis dipakai dalam satu periode produksi. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk bibit, obat-

obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain. 3. Pendapatan Besarnya produksi dan pendapatan yang diterima petani tidak hanya ditentukan oleh besarnya lahan usahatani, tetapi kombinasi cabang usahatani serta cara memilih cabang usahatani mana yang menguntungkan, memegang peranan penting dalam menentukan upaya petani untuk mempertimbangkan pola pengelolaan usahataninya. Petani dalam mengelola usahataninya selalu berupaya untuk mempertinggi hasil produksinya. Selain itu tenaga kerja dan efisiensi produksi juga mempengaruhi tingkat pendapatan. Untuk mengetahui tingkat pendapatan yang dapat diterima atau yang dapat diperoleh dari suatu kegiatan usahatani dapat diukur dengan suatu alat analisis. Kegunaan alat analisis ini penting bagi pemilik faktor produksi, karena ada dua tujuan utama analisis pendapatan yaitu : menggambar keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan dan menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha. Bagi petani, analisis pendapatan berguna untuk memberikan bantuan atau mengukur apakah kegiatan usahanya pada saat ini berhasil atau tidak (Soehargo dan Patong, 1978). Dalam melakukan analisis usahatani berarti ingin mengetahui berapa besar keuntungan dan pendapatan yang diperoleh petani dalam mengusahakan usahataninya. Analisis biaya seringkali berguna bagi petani dan pengelola hasil-hasil pertanian dalam membuat keputusan, menentukan apakah suatu usahatani menguntungkan atau tidak dan memungkinkan luas usaha yang akan dikelola. Biaya dalam unit usahatani, mempunyai peranan yang amat penting dalam pengambilan keputusan. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi sesuatu, menentukan besarnya harga pokok dari produk yang dihasilkan (Soehargo dan Patong, 1987). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan, yaitu Juni sampai dengan Juli 2006. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purpossive sampling. Jumlah sampel yang

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Juli 2007

diambil adalah 10% dari jumlah sampel keseluruhan yaitu 150 orang, sehingga nantinya sampel tersebut adalah 15 orang petani tanaman murbei. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ada dua yaitu : data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi melalui wawancara langsung dan juga melalui bantuan daftar kuesioner dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi/lembaga yang terkait atau berhubungan dengan penelitian ini. Data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pendapatan Diperoleh dari Usahatani Tanaman Murbei Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total untuk jangka waktu satu tahun. Keuntungan ini merupakan pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani tanaman murbei. Sebelum keuntungan bersih yang diperoleh, tentu harus diketahui besarnya penerimaan total yaitu total produksi dikalikan dengan harga produksi. Sedangkan biaya total yaitu sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai usahanya yang terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Sebelum mengetahui pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani tanaman murbei, maka perlu diketahui nilai produksi, biaya tetap, biaya variabel dan biaya total. a. Nilai Produksi Nilai produksi usaha merupakan nilai produksi kotor dalam bentuk rupiah yang diperoleh dari hasil perhitungan antara jumlah produksi tanaman murbei yang diperoleh (kg) dengan harga produk (Rp/kg). Hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh bahwa jumlah produksi daun murbei rata-rata yaitu 4.213,33 kg, sedangkan harga daun murbei Rp.150/kg. Sehingga nilai produksi daun murbei rata-rata adalah Rp. 632.000. b. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak mempengaruhi besar kecilnya tingkat produksi yang terdiri dari pajak dan penyusutan alat. Berdasarkan hasil

pengamatan dan perhitungan diperoleh penyusutan alat secara rata-rata yaitu Rp. 33.000 dan pajak per tahun secara rata-rata Rp.17.333,33. Dengan demikian total biaya tetap rata-rata yaitu Rp.52.333,33. c. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang digunakan oleh petani responden yang mempengaruhi langsung tingkat produksi yang terdiri dari sarana produksi, upah, tenaga kerja dan biaya panen. Hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh biaya variabel secara rata-rata Rp. 226.026,67. d. Biaya Total Biaya total adalah merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Adapun biaya tetap rata-rata yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah Rp.52.333,33 dan biaya variabel rata-rata adalah Rp. 226.026,67. Sehingga biaya total rata-rata adalah Rp. 278.360. e. Keuntungan Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan, maka keuntungan dapat diperoleh yaitu dimana nilai produksi daun murbei rata-rata adalah Rp. 632.000 dikurangi dengan biaya total rata-rata yaitu Rp. 278.360. Sehingga keuntungan rata-rata diperoleh dari usahatani tanaman murbei selama satu tahun adalah Rp.353.640. 2. Kelayakan Usahatani Tanaman Murbei Kelayakan suatu usahatani merupakan salah satu cara untuk menyatakan bahwa usaha tersebut layak tetap diusahakan. Oleh karena itu, perlu suatu alat analisis yang dapat memberikan indikasi kelayakan usaha. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan analisis kriteria investasi yang membandingkan antara manfaat (benefit) yang diperoleh dengan biaya (cost) yang dikeluarkan dalam suatu usaha. B/C Ratio ini digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha yang akan dikerjakan. Dari hasil perhitungan B/C Ratio ini akan terlihat suatu usaha layak (feasible) untuk dikerjakan atau tidak layak diusahakan atau dikerjakan. Hasil perhitungan B/C Ratio dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil perhitungan B/C ratio rata-rata usahatani tanaman murbei di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

Arifin : Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Murbei di Desa Pattallikang

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Uraian Nilai Produksi Daun Murbei Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya ( 2 + 3 ) Keuntungan/Pendapatan ( 1 4 ) B/C Ratio ( 1 : 4 )

Nilai (Rp) 632.000 52.333,33 226.026,67 278.360 353.640 2,27

Sumber : Data primer diolah, 2006.

Berdasarkan Tabel 12 dari hasil perhitungan kelayakan usaha dengan menggunakan alat analisis B/C Ratio ratarata diperoleh hasil B/C Ratio =
632.000 278.360

DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 2000. Laporan Uji Coba Teknik Persuteraan Alam. Proy ek Pengembangan Produksi Sutera Alam SulSel, Balai Persuteraan Alam, Makassar. Departemen Pertanian, 1985. Memelihara Ulat Sutera. Balai Informasi Pertanian, Ujung Pandang. Hatta Sunanto, 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius, Yogyakarta. Mosher, A.T., 1983. Menggerak dan Membangun Pertanian. CV Jasa Guna, Jakarta. Prawirokusumo, Suharto, 1990. Usahatani. UGM, Yogyakarta. Ilmu

= 2,27.

Hasil tersebut menandakan bahwa lebih besar dari satu (2,27 > 1), berarti usahatani tanaman murbei menguntungkan secara ekonomis. Ini menandakan bahwa usahatani tanaman murbei yang dilakukan oleh petani responden di Desa Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa layak diusahakan atau diteruskan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Besarnya pendapatan diperoleh petani dari usahatani tanaman murbei di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa adalah Rp.353.640. 2. Hasil perhitungan B/C Ratio yaitu 2,27 > 1 berarti usahatani tanaman murbei di Desa Pattallikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa layak (feasible) diusahakan.

Soehargo dan Patong, Dahlan, 1978. Analisis Usahatani. Lembaga Penerbitan Unhas, Ujung Pandang. Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Soekartawi, 1993. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Universitas Brawijaya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Saran 1. Pengembangan dan pengelolaan serta keaktifan masyarakat terhadap pengelolaan tanaman murbei tetap dipertahankan dan perlu ditingkatkan. 2. Perlunya bantuan modal untuk tambahan dalam skala usaha yang lebih besar.

Solahuddin, 2000. Pembangunan Pertanian Era Reformasi. Departemen Pertanian, Jakarta

You might also like