Professional Documents
Culture Documents
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2011
DISTRIBUSI DAN DIVERSITAS SERANGGA TANAH PADA BEBERAPA TIPE HABITAT DI GUNUNG KLABAT, SULAWESI UTARA
WA ODE HASNAWATI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2011
RINGKASAN
Wa Ode Hasnawati, Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe Habitat Di Gunung Klabat, Sulawesi Utara. Di bawah bimbingan
Farha N.J. Dapas, S.Si. M.Env. Stud, sebagai Ketua. Dr. Roni Koneri, S.Pd., M.Si dan Adelfia Papu, S.Si., M.Si, sebagai Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan diversitas serangga tanah pada habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi Utara. Metode yang digunakan adalah metode survei. Pengambilan sampel dengan menggunakan perangkap jebak (pitfall trap). Analisis data yang digunakan kepadatan, frekuensi, nilai penting dan Indeks keragaman/Shannon.
Hasil penelitian ditemukan 8 order, 15 family, 23 genus dan 5383 individu. Family yang paling banyak ditemukan adalah formicidae 3340 individu, sedangkan yang sedang yaitu Staphylinidae 260 individu dan paling sedikit family Thysanura dengan jumlah 58 individu. Kehadiran genus serangga tanah pada setiap tipe habitat sangat bervariasi. Ada genus yang ditemukan pada ketiga tipe habitat, ada yang hanya ditemukan pada dua tipe habitat dan bahkan ada yang menghuni hanya pada satu tipe habitat. dan diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder (2.73 pada malam hari dan 2.66 pada siang hari), sedangkan yang terendah di habitat kebun (2.06 pada malam hari dan 2.18 pada siang hari). Nilai Indeks Shannon masih berada dalam kategori keanekaragaman sedang yang nilainya berkisar antara 1.5-3.5.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian
: Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe Habitat Di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
Prof. dr. Edwin de Queljoe, M.Sc., Sp.And NIP : 19510612 198103 1 006
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Masohi pada tanggal 7 Juli 1989. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dan anak dari pasangan La Ode Bolo dan Salmia.
Tahun 200l penulis menyelesaikan studi di SD Negeri 2 Suli Salahutu, Maluku Tengah. Tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 1 Tidore, Maluku Utara dan masuk SMA Negeri 1 Tidore, Maluku Utara dan lulus tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk UNSRAT melalui Program Tumou Tou (T2) dan memilih F-MIPA dengan Program Studi Biologi.
Selama mengikuti perkuliahan penulis dibimbing oleh dosen wali yaitu Prof. dr. Edwin de Queljoe, M.Sc., Sp.And. Pada tahun 2008 penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Biologi (Hibiscus rosa-sinensis) dan anggota Biro Kerohanian Islam (BKI). Selanjutnya pada tahun 2009-2010 menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Biologi (Hibiscus rosa-sinensis).
Tahun 2010 penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata-Terpadu (KKN-T) angkatan 89 yang ditempatkan di posko UNSRAT 13 Kecamatan Malalayang Kota Manado.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena berkat Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Distribusi Dan Diversitas Serangga Tanah Pada Beberapa Tipe Habitat Di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
Dengan penuh rasa hormat dan cinta kasih kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua penulis dan adik-adikku yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang, motivasi, semangat serta doa sepanjang hidup penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dekan F-MIPA UNSRAT Prof. dr. Edwin de Queljoe, M.Sc., Sp.And yang juga sebagai dosen wali yang selalu memberikan dorongan dan arahan selama penulis kuliah di F-MIPA UNSRAT. 2. Pimpinan jurusan Biologi F-MIPA UNSRAT Ir. Feky Mantiri, M.Sc., Ph.D, sekertaris jurusan F-MIPA UNSRAT Febby E.F. Kandou, S.Si., M.Kes, seluruh staf dosen dan pengawai jurusan Biologi F-MIPA UNSRAT atas pengajaran dan motivasinya. 3. Farha N.J. Dapas, S.Si. M.Env. Stud, sebagai Ketua Komisi Pembimbing. Dr. Roni Koneri, S.Pd., M.Si dan Adelfia Papu, S.Si., M.Si, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
petunjuk, bimbingan dan arahan sejak persiapan penelitian hingga penyusunan skripsi ini. 4. Drs. Deidy Katili, M.Si, Dr. Saroyo, M.Si dan Handry Lengkong, S.Pt., M.Si., M.Kes, sebagai dosen penguji yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan masukan guna kesempurnaan skripsi ini. 5. 6. Yang terkasih Fadli Sararik, atas dukungan, motivasi dan perhatian. Teman-teman Himaju Biologi serta teman-teman Angkatan 07 (Aljah Saputri, Dimitra Suruan, Fitriyanty Monoarfa, Joice Hape, Maria Ballo, Lisa Pantilu, Eka Julianty, Maria Josefa, Ridwan Nurdin, Billy Rompis, Akbar Embo dan Tiben Wenda) yang memberikan semangat serta doa dan Igun yang membantu dalam pengambilan sampel di lapangan. 7. Teman-teman kost dan Teman-teman KKN-T Angkatan 89 Posko 13 UNSRAT yang memberikan semangat serta doa. 8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran dan masukan sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih.
Wa Ode Hasnawati
vi
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN. HALAMAN PENGESAHAN .... RIWAYAT HIDUP. KATA PENGATAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. . DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv vii ix x xi
I.
PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang. Rumusan Masalah ... Tujuan.. Manfaat Penelitian... 1 3 3 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 Serangga Tanah............ Klasifikasi Serangga Tanah.............. Morfologi Serangga Tanah... Ekologi Serangga Tanah.. Peranan Serangga Tanah. . Gunung Klabat. 4 5 5 7 8 9
III.
METODODE PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian. Alat Dan Bahan....... Teknik Pengambilan Sampel 11 11 11
vii
3.4 3.5
13 13
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 4.2 4.3 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Distribusi dan Keanekaragaman Serangga Tanah.. Jenis-Jenis Serangga Tanah yang Ditemukan. 15 16 23
V.
DAFTAR PUSTAKA..
37
LAMPIRAN.
39
viii
DAFTAR TABEL
1. Jumlah family dan genus serangga tanah yang ditemukan pada tiga habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara 2. Distribusi Spesies Serangga Tanah Yang Ditemukan Pada Tiga Tipe Habitat Di Gunung Klabat, Sulawesi Utara 3. Nilai Indeks Diversitas Genus di Tiga Habitat 4. Kondisi Lingkungan Di Gunung Klabat. 19 23 23 18
ix
DAFTAR GAMBAR
1. 2. 3. Morfologi Serangga Tanah.. Bagan penelitian di Gunung Klabat. Kelimpahan Individu serangga tanah pada tiga tipe habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Iridomyrmex Platyhrea............................................................................................ Mimirca.. Halictus.. Ponera Solenopsis .. 20 23 24 24 25 25 26 26 27 27 28 29 29 30 30 31 31 32 32 33 33 34 34 35 6 12
10. Euborellia . 11. Gryllus 12. Pheidole.. 13. Paederus . 14. Dyscinetus 15. Entomobrya . 16. Formica 17. Cucujus 18. Lathrobium . 19. Trixoscelis .. 20. Batrisodes 21. Amitermes........ 22. Mycetophagus . 23. Tridactylus .. 24. Forficula . 25. Sphenophorus . 26. Thermobia ..
DAFTAR LAMPIRAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. Peta Lokasi penelitian 39
Foto Lokasi Dan Kegiatan penelitian. 40 Data Curah Hujan Bulanan Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Tanah Malam Hari.. Indeks Nilai Penting (INP) Serangga Tanah Siang Hari.. Indeks Diversitas Serangga Tanah Setiap Lokasi.. 41 42 43 44
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Serangga tanah adalah serangga yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin,1997). Serangga ini seringkali sangat banyak jumlahnya, contohnya populasi serangga pegas (Collembola) berjumlah jutaan tiap area. Semut (Hymenoptera) kadang sangat banyak, semut umumnya bersarang di dalam tanah dan makan di atas tanah. Serangga penghuni tanah lain yang penting adalah rayap (Isoptera), berbagai lebah penggali tanah (Hymenoptera), kumbang (Coleoptera) dan lalat-lalat (Diptera) dan beberapa aphid (Homoptera) (Borror et al., 1997).
Penelitian mengenai serangga tanah di Indonesia masih sangat sedikit. Penelitian tentang serangga tanah di Indonesia yang pertama dilakukan oleh Dammerman (1925). Hasil penelitiannya ternyata serangga tanah yang paling tinggi kepadatan populasinya adalah Hymenoptera yaitu Family Formicidae, dan diikuti oleh Coleoptera Family Oniscoidea. Hasil penelitian Adianto di Jawa Barat dan Suhardjono di Kalimantan menunujukkan bahwa serangga tanah tertinggi kepadatan populasinya di lantai hutan adalah Collembola, kemudian diikuti oleh Coleoptera dan Hymenoptera (Suin, 2003).
Peranan terpenting dari serangga tanah dalam ekosistem adalah sebagai perombak bahan organik yang tersedia bagi tumbuhan hijau. Nutrisi tanaman yang berasal dari berbagai residu tanaman akan melalui proses dekomposisi sehingga terbentuk
humus sebagai sumber nutrisi tanah (Setiadi, 1989). Serangga tanah biasa ditemukan di tempat teduh, tanah yang lembab, sampah, padang rumput, dan di bawah kayu lapuk (Howell, 1981). Jumlah jenis serangga tanah yang terdapat pada suatu tempat tertentu menunjukkan keanekaragaman serangga tanah (Soegianto, 1994). Menurut Resosoedarmo et al., (1985), keanekaragaman serangga tanah di setiap tempat berbeda-beda, keanekaragaman rendah terdapat pada komunitas dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya daerah kering. Sedangkan keanekaragaman tinggi terdapat di daerah dengan komunitas lingkungan optimum, misalnya daerah subur, tanah kaya, dan daerah pegunungan.
Gunung Klabat yang terletak di wilayah Kabupaten Minahasa Utara, dikategorikan sebagai kawasan penting melihat perannya sebagai penentu ekosistem yang terkait dengan aspek kualitas lingkungan, sosial, dan ketersediaan sumber daya alam. Gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara. Puncak ketinggiaannya mencapai sekitar 2100 meter (Anonim, 2011). Gunung Klabat berdekatan dengan ibukota kabupaten yaitu Airmadidi. Gunung Klabat merupakan habitat bagi organisme yang hidup di pengunungan misalnya monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra), kuskus (Ailurops sp), dan lain sebagainya. Sebagai hutan tropis dataran tinggi, Gunung Klabat masih menyimpan kekayaan hayati. Gunung Klabat memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan sebagai kawasan konservasi maupun lokasi wisata alam (Samad, 2010).
Pada saat ini belum ada informasi mengenai distribusi dan diversitas serangga tanah yang terdapat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara. Hal ini disebabkan karena
banyak orang berpendapat bahwa keberadaan serangga tanah tidaklah penting. Padahal melihat fungsinya, serangga tersebut sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana distribusi dan diversitas serangga tanah pada habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi Utara?
1.3
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi dan diversitas serangga tanah pada habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
1.4
Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi distribusi dan diversitas serangga tanah pada
habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi Utara. 2. Memberikan informasi kepada Dinas Kehutanan, peneliti, dan semua pihak yang memerlukan informasi tentang distribusi dan diversitas serangga tanah pada habitat kebun, semak dan hutan sekunder di Gunung Klabat, Sulawesi Utara untuk konservasi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Serangga Tanah
Kelompok serangga tanah sangat banyak dan beranekaragam. Serangga tanah dapat dikelompokan atas dasar ukuran tubuhnya, kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya dan kegiatan makannya. Berdasarkan ukuran tubuhnya serangga tanah dikelompokan atas mikrofauna, mesofauna dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20 sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200 mikron sampai dengan satu sentimeter, dan makrofauna lebih dari satu sentimeter. Berdasakan kehadirannya, serangga tanah dibagi atas kelompok singgah (transit), sementara, berkala (periodik) dan menetap (permanen). Serangga berdasarkan tempat hidupnya atau habitatnya dibedakan menjadi Epigeon, Hemiedafon dan Eudafon. Epigeon yaitu serangga tanah yang hidup pada lapisan
tumbuh- tumbuhan. Hemiedafon yaitu serangga tanah yang hidup pada lapisan organik tanah. Eudafon yaitu serangga tanah yang hidup pada lapisan mineral (Suin, 2003).
Menurut Lilies (1992), serangga tanah menurut jenis makanannya, dibedakan menjadi: 1. Detrivora/Saprofag, yaitu serangga yang memanfaatkan benda mati yang membusuk sebagai makanannya. 2. Herbivora/Fitofagus, yaitu serangga yang memanfaatkan tumbuhan seperti daun, akar dan kayu sebagai makanannya. 3. Microphytic, yaitu serangga pemakan spora dan hifa jamur.
4. Karnivora, yaitu serangga yang berperan sebagai predator (pemakan serangga lain). 5. Omnivora, yaitu serangga yang makanannya berupa tumbuhan dan jenis hewan lain
2. 2
Lilies (1991) membagi serangga dalam dua golongan besar yaitu Apterygota dan Pterygota, berdasarkan pada struktur sayap, bagian mulut, metamorfosis dan bentuk tubuh keseluruhan. Apterygota terbagi menjadi 4 order dan Pterygota terbagi menjadi 20 order dengan 14 order diantaranya sebagai serangga tanah. Klasifikasi Ilmiah menurut Lilies (1991): Kingdom : Animalia Phylum Class Subclass Order : Arthropoda : Insecta : Pterygota dan Apterygota : Thysanura, Diplura, Protura, Collembola, Isoptera, Orthoptera, Plecoptera, Dermaptera, Tysanoptera, Hemiptera, Coleoptera, Mecoptera, Diptera, Dan Hymenoptera.
2.3
Secara umum morfologi serangga tanah terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, toraks, dan abdomen. Ketiga bagian tersebut dilindungi oleh kutikula yang tersusun dari lapisan kitin yang keras. Bagian terluar serangga tanah terbagi menjadi beberapa buku-buku. Kepala serangga tanah tersusun dari sepasang
antena, sepasang mandibular (rahang belakang), sebuah hipofharing dan labium (Borror et al., 1997). Pada kepala terdapat alat-alat untuk memasukan makanan atau alat mulut, mata majemuk (mata faset), mata tunggal (oseli), serta sepasang antena (Jumar, 2000).
Toraks terdiri dari tiga ruas yaitu protoraks (bagian depan), mesotoraks (bagian tengah) dan metatoraks (bagian belakang) (Jumar, 2000). Pada setiap buku-buku terdapat sepasang kaki yang beruas-ruas dan pada mesothoraks dan metathoraks terdapat sayap. Sayap merupakan lembaran ganda yang banyak mengandung pembuluh darah (Campbell, 1999) (Gambar 1).
Abdomen merupakan bagian ketiga dan paling posterior dari tubuh serangga tanah. Fungsi dari abdomen adalah untuk menampung saluran pencernaan dan alat reproduksi (Borror et al., 1997). Alat reproduksi serangga biasanya terletak pada ruas abdomen ke 8 dan 9. Abdomen pada serangga terdiri dari 11 ruas atau beberapa ruas saja (Jumar, 2000).
2.4
Menurut Suin (2003), keberadaan serangga tanah di suatu lingkungan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, baik abiotik maupun abiotik. Faktor lingkungan abiotik secara garis besarnya dapat dibagi atas faktor fisika (suhu, kadar air, porositas dan tekstur tanah) dan faktor kimia (pH, kadar organik tanah, dan unsurunsur mineral tanah). Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat. Faktor lingkungan biotik bagi serangga tanah adalah organisme lain yang juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan golongan hewan lainnya.
Hakim et al., (1986) dan Makalew (2001), menjelaskan bahwa faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas serangga tanah yaitu iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman, kelembaban, suhu tanah), vegetasi (hutan, padang rumput) dan cahaya matahari. Cahaya mempengaruhi kegiatan biota tanah, yakni mempengaruhi distribusi dan aktivitas organisme yang berada di permukaan tanah, pada tanah tanpa penutup tanah, serta di permukaan batuan. Cahaya merupakan sumber energi pada komponen fotoautotropik biota tanah.
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara. Kelembaban udara penting untuk diketahui karena dengan mengetahui kelembaban udara dapat diketahui seberapa besar jumlah atau kandungan uap air yang ada. Jika besarnya kandungan uap air yang ada melebihi atau kurang dari kebutuhan yang diperlukan, maka akan menimbulkan gangguan atau kerusakan
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisik tanah yang sangat menentukan kehadiran dan kepadatan organisme tanah, dengan demikian suhu tanah akan menentukan tingkat dekomposisi material organik tanah. Fluktuasi suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara. Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah dan keadaan tanah. Pengukuran pH tanah juga sangat diperlukan dalam melakukan penelitian mengenai serangga tanah. pH sangat penting dalam ekologi serangga tanah karena keberadaan dan kepadatan serangga tanah sangat tergantung pada pH tanah. Serangga tanah ada yang hidup pada tanah dengan pH asam dan ada pula pada pH basa, sehingga dominasi serangga tanah yang ada akan dipengaruhi oleh pH tanah (Suin, 1997).
2. 5
Serangga tanah berperan dalam proses pelapukan bahan organik dan keberadaan serta aktivitasnya berpengaruh positif terhadap sifat fisik tanah (Rahmawaty, 2000). Selanjutnya Setiadi (1989) dalam Rahmawaty (2000) menambahkan bahwa serangga tanah berperan penting di dalam ekosistemnya, yaitu sebagai perombak bahan organik kemudian melepaskan kembali dalam bentuk bahan anorganik yang tersedia bagi tumbuh-tumbuhan hijau.
Kelompok serangga tanah yang menguntungkan antara lain yang berperan sebagai: Saprofagus, yaitu fauna pemakan sisa-sisa organik sehingga
mikroba tanah. Geofagus, yaitu fauna pemakan campuran tanah dan sisa organik, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan porositas, membantu penyebaran hara, memperbaiki proses hidrologi tanah, dan meningkatkan pertukaran udara di dalam tanah. Predator, yaitu fauna pemakan organisme pengganggu sehingga berperan sebagai pengendali populasi hama penyakit tanaman (Anonim, 2008).
Menurut
Rahmawaty
(2000),
proses
dekomposisi
bahan-bahan
organik
berlangsung sebagai berikut: pertama perombak yang besar atau makrofauna (Isoptera, Hymenoptera, dll) meremah substansi yang telah mati, kemudian materi ini akan melalui usus dan akhirnya menghasilkan butiran-butiran feses. Butiran feses tersebut akan dimakan oleh mesofauna dan atau makrofauna pemakan
kotoran yang hasil akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk feses pula. Feses tersebut selanjutnya akan dimakan oleh mikrofauna dengan bantuan enzim spesifik yang terdapat dalam saluran pencernaannya. Penguraian akan menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi dari mikrofauna dihancurkan dan diuraikan lebih lanjut oleh mikroorganisme terutama bakteri hingga sampai pada proses mineralisasi. Melalui proses tersebut, mikroorganisme yang telah mati akan menghasilkan garam-garam mineral yang akan digunakan oleh tumbuh-tumbuhan lagi.
2.6
Gunung Klabat
Gunung Klabat merupakan gunung tertinggi (2100 m dpl) di Sulawesi Utara dengan luas 5300 Ha. Gunung ini memiliki struktur vegetasi yang berbeda ditiap strata hutannnya. Ketinggian di bawah 2000 m dpl, struktur vegetasinya mirip dengan hutan dataran rendah lain. Semakin bertambahnya ketinggian, pohon-
10
pohonnya agak lebih rendah dan tidak terlalu besar, banyak ditumbuhi oleh anggrek epifit. Semakin mendekati puncak, kanopi pohon menjadi lebih seragam, pohon-pohon bahkan lebih pendek, daun-daun kecil dan relatif tebal serta lumut melimpah (Whitten et al., 1987).
Berdasarkan penelitian Pontoh (2010), di hutan lindung Gunung Klabat Minahasa Utara terdapat 50 spesies pohon yang tergolong dalam 33 famili dari 140 individu pohon yang dipilih. Spesies yang dominan di lokasi sekunder 1 di ketinggian 542 m dpl adalah Canarium sp. dengan INP (Indeks Nilai Penting) 69,78%; Dillenia cellebica dominan di lokasi sekunder 2 di ketinggian 1.121 m dpl dengan INP 28,78%; Melicope sp. dominan di lokasi primer 1 di ketinggian 1.228 m dpl dengan INP 56,67%; dan Saurauia sp. dominan di lokasi primer 2 di ketinggian 1.528 m dpl dengan INP 134,22%. Indeks Keragaman (Shannon) antara 0.64431.3503, nilai masuk dalam kategori rendah
11
III.
METODE PENELITIAN
3.1
Penelitian dilaksanakan di sekitar post 1 Gunung Klabat Minahasa Utara pada bulan Mei-Juli 2011 (Lampiran 1). Habitat yang dijadikan tempat pengambilan sampel adalah kebun, semak dan hutan sekunder. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Konservasi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi Manado.
3.2
Alat-alat yang digunakan yaitu wadah-wadah plastik dengan ukuran yang sama (diameter = 5,3 cm dan tinggi = 9,8 cm), tiang penyangga atap jebakan, atap jebakan yang terbuat dari plastik, pH meter, higrometer, saringan, sekop, botol film, meteran, tali plastik, penggaris, pinset, lup, mikroskop (olympus CX 21) , alat tulis menulis, kamera (Sony dan Canon) dan peralatan identifikasi serangga tanah (Kunci Identifikasi Borror et al; 1997; Suin; 1997; Lilies, 1992 dan
Bugguide, 2011). Bahan yang akan digunakan yaitu kertas label, air, aquades, sabun cair, garam dan alkohol 70%.
3.3
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan spesies mengikuti garis transek. Pada masing-masing tipe habitat dibuat tiga garis transek dengan panjang 50 meter (Gambar 2). Pengambilan sampel dengan menggunakan perangkap jebak (pitfall trap). Perangkap jebak berupa wadah plastik
12
(diameter = 5,3 cm dan tinggi = 9,8 cm) yang ditanam di tanah dan diisi dengan campuran cairan dengan komposisi air 1 liter : detergen 3 sendok makan : garam dapur 3 sendok makan, yang dituangkan sampai setengah dari tinggi wadah, permukaan wadah dibuat rata dengan tanah. Agar air hujan tidak masuk kedalam perangkap maka perangkap diberi atap. Jarak antar perangkap 5 meter (Suin, 2003), dengan jumlah perangkap pada masing-masing transek 10 buah sehingga jumlah seluruh perangkap 90 buah. Sampel serangga tanah disimpan dalam botol pengawet (botol film) yang telah diisi alkohol 70%. Parameter lingkungan diukur yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, keasaman tanah dan ketebalan serasah. GUNUNG KLABAT
Kebun
Semak
Hutan Sekunde
Transek 1 PT Transek 3 PT Transek 2 PT
Transek 1 PT
Transek 2 PT Transek 3 PT
Transek 1 PT
Transek 2 PT Transek 3 PT
13
3.4
Identifikasi Sampel
Seluruh botol pengawet (botol film) yang berisi sampel serangga tanah yang diperoleh dari lapangan, masing-masing diberi label berdasarkan tempat pengambilan. Proses identifikasi dengan menggunakan buku identifikasi, lup dan mikroskop. Buku Identifikasi yang dipakai yaitu Borror et al., (1997), Suin (1997), Lilies (1992) dan Bugguide (2011). Setiap sampel diidentifikasi hingga tingkat genus, untuk mendapatkan gambaran tentang genus dilakukan perbedaan berdasarkan kenampakan morfologi. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Konservasi Jurusan Biologi Universitas Sam Ratulangi Manado.
3.5
Analisis Data
Analisis data menurut Soegianto (1994) : 1. Kepadatan Kepadatan populasi menyatakan jumlah individu setiap daerah cuplikan, dengan rumus: = Jumlah Individu jenis i Jumlah wadah K Jenis i 100% Jumlah K Semua jenis Dimana: K = Kepadatan populasi Kr = Kepadatan relative
2. Frekuensi Frekuensi menyatakan kehadiran suatu individu dalam sejumlah titik sampling, dengan rumus: = Jumlah satuan petak yang diduduki oleh jenis i Jumlah seluruh petak contoh yang digunakan
14
3. Nilai penting Nilai penting menunjukkan besarnya peranan ekologis dari spesies dalam suatu komunitas. Nilai penting dapat diketahui berdasarkan densitas relatif dan frekuensi relatif.
Np = Kr +Fr
4. Indeks keragaman/Shannon. Analisis data keragaman dilakukan dengan menggunakan rumus indeks keragaman dari Shannon (1949) dalam Odum (1996): H = %& ln %& Dimana: Pi = Peluang kepentingan untuk tiap spesies = ni/N ni = Nilai kepentingan untuk tiap spesies N = Nilai kepentingan total
15
IV.
4.1
Gunung Klabat adalah gunung tertinggi di Sulawesi Utara dengan tinggi 2100 m dpl dan memiliki kekayaan flora dan fauna yang didalamnya termasuk serangga tanah. Tiga lokasi yang dipilih menjadi lokasi penelitian adalah kebun, semak dan hutan sekunder (Lampiran 2) dengan deskirpsi: 1. Kebun Sebidang tanah yang ditanami tanaman musiman dan tahunan. Adapun jenis tumbuhan penyusun kebun adalah, Mangifera indica (mangga), dan Musa sp., (pisang). Kebun memiliki suhu rata-rata 26,3C dengan kelembaban udara 69,5%, pH 5 dan ketebalan serasah adalah 0,3 cm. 2. Semak Semak adalah suatu kategori tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena cabangnya yang banyak dan hanya cabang utamanya yang berkayu dan biasanya kurang dari 5-6 meter. Banyak tumbuhan dapat berupa pohon atau perdu tergantung kondisi pertumbuhannya. Adapun jenis tumbuhan penyusun semak adalah Piper aduncum, Imperata cylindrical, serta berbagai jenis paku-pakuan. Semak memiliki suhu rata-rata 25C dengan kelembaban udara 72,5%, pH 5 dan ketebalan serasah adalah 1 cm. 3. Hutan Sekunder Hutan sekunder adalah hutan yang tumbuh kembali secara alami setelah ditebang atau kerusakan yang cukup luas. Akibatnya, pepohonan di hutan sekunder sering terlihat lebih pendek dan kecil. Adapun jenis tumbuhan
16
penyusun Hutan Sekunder adalah Canarium sp., Eugenia sp., Litsea sp., dan Dillenia celebica. Hutan Sekunder memiliki suhu rata-rata 25C dengan kelembaban udara 60%, pH 5 dan ketebalan serasah adalah 1,5 cm.
4.2
Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan sebanyak 8 orde, 16 family, 23 genus dan 5383 individu. Family Formicidae paling banyak ditemukan dengan jumlah 3340 individu, sedangkan yang sedang dari Family Staphylinidae dengan jumlah 260 individu dan yang paling sedikit ditemukan Family Lepismatidae dengan jumlah 58 individu (1.08%) (Tabel 1). Family Formicidae adalah satu kelompok yang sangat umum dan menyebar luas, ditemukan hampir di setiap habitat darat dan jumlahnya melebihi kebanyakan hewan-hewan darat lainnya (Borror et al., 1997).
Family Formicidae kebanyakan ditemukan di tanah, serasah daun dan di kayu mati (Bugguide, 2011). Family ini hidup secara berkoloni (berkelompok) dan tersusun dalam kasta-kasta, dengan hidup secara berkelompok mereka mampu manajemen sumber daya makanannya, sehingga mampu beradaptasi pada berbagai vegetasi dengan ketebalan serasah yang berbeda (Kramadibrata, 1995).
Family Staphylinidae ditemukan lebih sedikit dari Family Formicidae, hal ini disebabkan karena Family Staphylinidae hidup secara individual di bawah tanah dan komensal (menumpang pada individu yang lain) di sarang-sarang serangga sosial seperti sarang dari Family Formicidae yang paling banyak ditemukan
17
sehingga Family Staphylinidae memiliki tempat hidup yang banyak pula, hanya saja berbeda perbandingan jumlah individu yaitu satu individu Family Staphylinidae berbanding satu koloni Family Formicidae (Borror et al., 1997). Sedangkan Family Lepismatidae yang paling sedikit ditemukan hal ini disebabkan karena kebanyakan hidup di batang-batang pohon yang mati (Borror et al., 1997) dan di lokasi penelitian tidak semua lokasi ditemukan batang-batang pohon mati.
Secara teoritis Kramadibrata (1995) menyatakan bahwa serangga tanah secara aktif akan berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan yang lain, apabila terjadi perubahan lingkungan sementara misalnya hujan. Dengan berpindah dari lingkungan yang berubah, serangga tanah akan dapat tinggal pada rentangan kondisi lingkungan yang optimum bagi mereka.
Kehadiran serangga tanah pada tingkat genus setiap tipe habitat sangat bervariasi. Ada genus yang ditemukan pada ketiga tipe habitat, ada yang hanya ditemukan pada dua tipe habitat dan bahkan ada yang menghuni hanya pada satu tipe habitat. Genus yang ditemukan pada semua tipe habitat sebanyak 15 genus yaitu Plathyrea, Mirmica, Ponera, Iridomyrmex, Solenopsis, Gryllus, Trixoscelis,
Tridactylus, Forficula, Amitermes, Lathrobium, Dyscinetus, Euborellia, Cucujus dan Pheidole. Sedangkan genus yang ditemukan pada dua tipe habitat sebanyak 3 genus yaitu Mycetophagus, Halictus dan Paederus. Genus yang ditemukan pada satu tipe habitat sebanyak 5 genus diantaranya Batrisodes, Entomobrya, Formica, Thermobia dan Sphenophorus (Tabel 2).
18
Tabel 1. Jumlah Family dan Genus Serangga Tanah yang Ditemukan pada Tiga Habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
No I Family/Genus Formicidae Mirmica Platyhrea Solenopsis Iridomyrmex Ponera Pheidole Formica Halictidae Halictus Grylidae Gryllus Tridactylidae Tridactylus Anthomyiidae Trixoscelis Forficulidae Forficula Carcinophoridae Euborellia Termitidae Amitermes Staphylinidae Batrisodes Lathrobium Paederus Mycetophagidae Mycetophagus Scarabaeidae Dyscinetus Cucujidae Cucujus Curculionidae Sphenophorus Entomobryidae Entomobrya Lepismatidae Thermobia Total HS 148 201 31 82 103 23 24 0 56 45 77 17 142 89 95 25 0 0 11 113 26 90 58 1456 % 2.75 3.73 0.58 1.52 1.91 0.43 0.45 0.00 1.04 0.84 1.43 0.32 2.64 1.65 1.76 0.46 0.00 0.00 0.20 2.10 0.48 1.67 1.08 27.05 Kbn 442 340 474 327 295 0 0 10 124 109 7 32 0 43 0 27 45 21 18 0 0 0 0 2314 % 8.21 6.32 8.81 6.07 5.48 0.00 0.00 0.19 2.30 2.02 0.13 0.59 0.00 0.80 0.00 0.50 0.84 0.39 0.33 0.00 0.00 0.00 0.00 42.99 Smk 202 220 72 133 121 92 0 0 173 150 55 66 101 61 0 33 35 23 15 61 0 0 0 1613 % 3.75 4.09 1.34 2.47 2.25 1.71 0.00 0.00 3.21 2.79 1.02 1.23 1.88 1.13 0.00 0.61 0.65 0.43 0.28 1.13 0.00 0.00 0.00 29.96 Jml 792 761 577 542 519 115 24 10 353 304 139 115 243 193 95 85 80 44 44 174 26 90 58 5383 % 14.71 14.14 10.72 10.07 9.64 2.14 0.45 0.19 6.56 5.65 2.58 2.14 4.51 3.59 1.76 1.58 1.49 0.82 0.82 3.23 0.48 1.67 1.08 100
Keteranan :
HS Smk Kbn
19
Tabel 2. Distribusi Genus Serangga Tanah yang Ditemukan pada Tiga Tipe Habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Genus/spesies Plathyrea Mirmica Ponera Iridomyrmex Solenopsis Gryllus Halictus Trixoscelis Tridactylus Forficula Amitermes Paederus Lathrobium Mycetophagus Dyscinetus Euborellia Cucujus Pheidole Batrisodes Entomobrya Formica Thermobia Sphenophorus Kebun Siang + + + + + + + + + + + + + + Malam + + + + + + + + + + + + + + + + + Siang + + + + + + + + + + + + + + + Semak Malam + + + + + + + + + + + + + + + + + Hutan Sekunder Siang + + + + + + + + + + + + + + + + + + + Malam + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
Kelimpahan genus serangga tanah tertinggi berdasarkan jumlah individu ditemukan pada habitat kebun, kemudian disusul oleh habitat semak dan yang paling rendah di habitat hutan sekunder (Gambar 4). Perbedaan kelimpahan yang terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan komposisi jenis vegetasi. Di habitat kebun vegetasi tidak beranekaragam yang menyebabkan serasah seragam
20
sehingga variasi pakan sangat rendah dan di habitat kebun telah didominasi oleh jenis serangga tertentu yang telah mengalami adaptasi dengan daerah yang suhunya tinggi. Sedangkan berdasarkan waktu kelimpahan tertinggi pada malam hari 2877 individu. Serangga lebih sering beraktifitas di malam hari untuk menghindari serangga predator. Presentasi jumlah serangga tanah di Gunung Klabat, Sulawesi Utara didominasi oleh genus Mirmica dengan jumlah 792 individu (14,71%). Genus Plathyrea menempati urutan kedua dengan jumlah 761 individu (14,41%) dan Genus Solenopsis menempati urutan ketiga dengan jumlah 577 individu (10,72%).
2500 2000
2314
Gambar 3. Kelimpahan Individu Serangga Tanah Pada Tiga Tipe Habitat di Gunung Klabat, Sulawesi Utara.
Indeks Nilai Penting tertinggi pada malam hari yaitu genus Mirmica dan Platyhrea dan pada siang hari juga sama yaitu Platyhrea (23,97) dan Mirmica (22.39); sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis serangga tanah yang mendominasi di lokasi penelitian adalah dari Genus Mirmica dan Platyhrea. Soetjipto (1993) mengemukakan bahwa spesies yang dominan merupakan spesies
21
yang secara ekologi sangat berhasil dan mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan hidupnya. Genus yang secara permanen (menetap) lebih melimpah dibandingkan genus lainnya. Genus yang secara permanen (menetap) akan mengkonsumsi makanan lebih banyak, menempati lebih banyak tempat untuk reproduksi dan lebih memerlukan banyak ruang, sehingga pengaruhnya lebih besar.
Indeks diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder (2.73 pada malam hari dan 2.66 pada siang hari) sedangkan yang terendah di habitat kebun (2.06 pada malam hari dan 2.18 pada siang hari) (Tabel 3). Nilai Indeks Shannon masih berada dalam kategori keanekaragaman sedang yang nilainya berkisar antara 1.5-3.5, diversitas tinggi berkisar 3,5 dan rendah 1,5 (Odum, 1996). Diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder disebabkan oleh faktor lingkungan antara lain suhu, kelembaban, pH, dan ketebalan serasah (Tabel 4). Suhu di habitat hutan sekunder rendah yaitu 25C, sedangkan di habitat kebun tinggi yaitu 26,3C. Suhu merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan dan penyebaran serangga tanah. Selain itu suhu juga memiliki peranan yang penting dalam mengatur aktivitas serangga tanah. Setiap genus serangga tanah mempunyai batas toleransi yang berbeda. Pada umumnya suhu yang efektif untuk kelangsungan hidup serangga tanah menurut Natawigena (1990) berkisar antara 15C-45C.
Kelembaban udara juga berbeda untuk hutan sekunder dan kebun yaitu 69,5% dan 60%. Kelembaban menurut Susanto (2000) berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan serangga tanah. pH pada ketiga lokasi hutan sekunder dan kebun sama yaitu 5. Derajat keasaman (pH) tanah sangat penting dalam ekologi serangga
22
tanah karena kepadatan dan keberadaan serangga tanah sangat tergantung pada pH tanah. pH tanah yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan serangga tanah mati. Heddy (1994) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) tanah merupakan faktor pembatas bagi kehidupan serangga tanah. Kondisi pH yang terlalu asam atau basa akan menjadikan organisme mengalami kehidupan yang tidak sempurna atau bahkan mengalami kematian. Khusus pada serangga tanah, pH tanah berpengaruh secara langsung pada organ-organ tubuhnya, sehingga pada suatu daerah tertentu yang mempunyai pH yang terlalu asam atau basa jarang sekali terdapat serangga-serangga tanah.
Serasah-serasah di habitat hutan sekunder tebal yaitu 1,5 cm dan kebun tidak terlalu tebal yaitu 0,5 cm, hal ini disebabkan karena cahaya matahari masih bisa menembus sampai di tanah dan tentunya daun-daun tersebut menjadi mudah kering dan hancur sebelum menjadi busuk karena lembab. Curah hujan tinggi pada waktu penelitian bulan mei 165 dan bulan juni 153 (Lampiran 3).
Indeks diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder disebabkan juga karena aktivitas manusia di habitat hutan sekunder kurang sehingga tidak mengganggu keberadaan serangga tanah, sebaliknya di habitat kebun aktivitas manusia sangat tinggi yang dapat mempengaruhi keberadaan serangga tanah. Sedangkan diversitas tertinggi berdasarkan waktu yaitu pada siang hari 2,71. Nilai Indeks Shannon masih berada dalam kategori keanekaragaman sedang yang nilainya berkisar antara 1.5-3.5, diversitas tinggi berkisar 3,5 dan rendah 1,5 (Odum, 1996). Menurut Soegianto (1994) suatu komunitas dikatakan mempunyai
23
keanekaragaman genus tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak genus dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. Tabel 3. Nilai Indeks Diversitas Genus di Tiga Habitat
Habitat Kebun Semak Hutan Sekunder Diversitas Siang 2.18 2.55 2.66 Malam 2.06 2.57 2.73 Keterangan Sedang Sedang Sedang
pH 5 5 5
4.3
Deskripsi dari masing-masing jenis serangga tanah yang ditemukan di Gunung Klabat dengan menggunakan kunci identifikasi berdasarkan Borror et al., (1997), Suin (1997), Lilies (1992) dan Bugguide (2011) adalah sebagai berikut: 1. Iridomyrmex
Kepala berbentuk segitiga, cembung, toraks memanjang, sempit, mata agak ditengah-tengah, abdomen oval, kaki dan antenna panjang (Suin, 1997). Dengan ukuran tubuh yang di temukan 0,8 cm. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki klasifikasi sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Hymenoptera Gambar 4. Iridomyrmex : Formicidae
24
Genus
: Iridomyrmex
2.
Platyhreae
Genus dengan tubuh berwarna hitam. Kepala berbentuk segitiga, terdapat sepasang antenna yang terbagi menjadi 10 ruas. Bentuk mulut lancip, toraks 3 ruas, tarsus 5 ruas. Tidak bersayap. Abdomen 6 ruas, ujung runcing. Ukuran tubuh yang didapat 1,5 cm. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki klasifikasi sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Hymenoptera : Formicidae : Platyhrea Gambar 5. Platyhrea
3.
Mirmica
Genus ini mempunyai tubuh berwarna kuning kecoklatan. Kepala segitiga, mulut lancip, antenna 12 ruas. Toraks sempit memanjang, terdapat 3 pasang kaki (Suin, 1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Hymenoptera Gambar 3a. Mirmica Perbesaran 10x40 Gambar 3b. Mirmica (Bugguide, 2011)
25
Family Genus
: Formicidae : Mirmica
4.
Halictus
Panjang tubuh yang ditemukan 1,5 cm. Warna tubuh metalik dan biasanya dapat dikenali dengan ruas-ruas pertama yang melengkung (Borror et al., 1997). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Hymenoptera : Halictidae : Halictus Gambar 7. Halictus
5.
Ponera
Ponera merupakan semut hitam besar dengan panjang tubuh 2-4 mm. Semut ini memiliki petiole dengan segmen tunggal. Mulut lancip dengan tipe mulut mandibulate, antenna bentuk geniculate. Segmen-segmen pada gaster tampak jelas dan terdapat sting di ujungnya. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki klasifikasi sebagai berikut: Phylum Class Subclass : Arthropoda : Insekta : Pterygota
26
6.
Solenopsis
Serangga pekerja terdiri dari berbagai ukuran (polimorfik) antara 2,4 sampai 6 mm, mandibulata memiliki empat gigi berbeda dan antena terdiri dari 10 segmen, warna tubuh biasanya merah coklat dengan abdomen agak kehitaman. Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Hymenoptera : Formicidae : Solenopsis Gambar 9a. Solenopsis Perbesaran 10x40 Gambar 9b. Solenopsis (Bugguide, 2011)
7.
Euborellia
Serangga dewasa berwarna coklat tua, dan bersayap. Berukuran 12 sampai 16 mm, kaki yang pucat, biasanya dengan sebuah garis gelap sekitar pertengahan femur, dan tibia. Abdomen terdiri dari 8-10 segmen dan memiliki cerci pada ujung abdomen. Taksonomi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut : Phylum Class : Arthropoda : Insekta
27
8.
Gryllus
Salah satu jenis jengkerik tanah yang berwarna hitam hingga kecoklatan (ada kemerahan sedikit) yang ditemukan berukuran panjang sekitar 3 cm (cengkerik muda). engkerik dewasa berukuran antara 15-25 mm, antena hitam cenderung lebih panjang daripada panjang tubuh. Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Orthoptera Gambar 11. Gryllus : Gryllidae : Gryllus
9.
Pheidole
Serangga tanah dengan warna tubuh hitam, kepala oval, mata kecil. Toraks dengan pronotum yang sisi lateralnya agak tinggi, kaki 3 pasang, 4 ruas pada masing-masing kaki. Tarsus 5 ruas, pada ujung terdapat kuku tarsus (claw).
28
memiliki klasifikasi sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Hymenoptera : Formicidae : Pheidole Gambar 12a. Pheidole Pembesaran 10x40 Gambar 12b. Pheidole (Bugguide, 2011)
10.
Paederus
Spesies dengan warna kuning kecokelatan. Kepala segitiga, mulut lancip. Toraks 3 ruas, terdapat 3 pasang kaki, terdapat sayap yang pendek dan menebal. Abdomen terbagi menjadi 7 ruas, dengan warna lurik, ujung abdomen mengecil dan naik ke atas. Panjang tubuh sekitar 3 mm. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Coleoptera : Staphylinidae : Paederus Gambar 13a. Paederus Perbesaran10x40 Gambar 13b. Paederus (Bugguide, 2011)
29
11.
Dyscinetus
Serangga berwarna hitam dengan panjang tubuh serangga dewasa berkisar dari 18,7 mm, sedangkan lebarnya adalah 7,9 mm. Tubuh lonjong dan agak cembung. Dyscinetus semua ditandai dengan adanya cakar, antena 10 ruas (Bugguide.net, 2011). Mempunyai tanduk pada kepala (Suin, 1997). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Coeleoptera : Scarabaeidae : Dyscinetus Gambar 14a. Dyscinetus Pembesaran 10x40 Gambar 14b. Dyscinetus (Bugguide, 2011)
12.
Entomobrya
Spesies ini mempunyai tubuh berwarna kuning, dengan tubuh memanjang. Abdomen terdiri dari 6 ruas dan ruas ke empat besar, paling sedikit dua kali panjang ruas ke tiga sepanjang garis tengah dorsal. Protoraks menyusut (Borror et al., 1997). Mempunyai ekor seperti pegas yang digunakan untuk melompat (Lilies, 1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Phylum Class Subclass : Arthropoda : Insekta : Apterygota Gambar 15a. Entomobrya Pembesaran 40x10 Gambar 15b. Entomobrya (Bugguide, 2011)
30
13.
Formica
Serangga dengan warna yang cemerlang, berukuran sedang sampai kecil, jarang lebih dari 20 mm. Ruas Abdomen berbentuk seperti bonggol yang tegak (Borror et al., 1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Hymenoptera Gambar 16. Formica : Formicidae : Formica
14.
Cucujus
Serangga gepeng dengan warna tubuh merah kecoklat-coklatan, panjang tubuh 13 mm (Borror et al., 1997). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass : Arthropoda : Insekta : Pterygota Gambar 17a.Cucujus Pembesaran 10x40 Gambar 17b. Cucujus (Bugguide, 2011)
31
15.
Lathrobium
Tubuh memanjang, jarang pendek dan lebar, perut tidak terlindungi sehingga penampilan yang sangat tidak lazim untuk kumbang. Mereka umumnya kumbang kecil (2-8 mm), dengan beberapa spesies, kecil (sekitar 0,5 mm) atau lebih besar (40-50 mm). sayap pendek meliputi sayap belakang membran biasanya besar dan berkembang dengan baik. Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Coeleoptera : Staphylinidae : Lathrobium Gambar 18. Lathrobium Perbesaran 10x40
16.
Trixoscelis
Tubuh berwarna kekuningan dengan kaki berwara coklat gelap, kepala segitiga, toraks berwarna abu-abu dan abdomen berwarna abu-abu mengkilap. Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut:
32
: Arthropoda : Insekta : Pterygota : Diptera : Anthomyiidae : Trixoscelis Gambar 19. Trixoscelis Perbesaran 10x40
17.
Batrisodes
Spesies dengan tubuh memanjang dan oval, warna merah kecokelatan. Bentuk kepala segitiga dengan sepasang antena 13 ruas. Toraks terbagi menjadi 3 ruas, dimana terdapat 3 pasang kaki dengan 3 ruas pada masing-masing kakinya. Abdomen terdiri dari 5 ruas. Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Coleoptera : Staphylinidae : Batrisodes Gambar 20a. Batrisodes Pembesaran 10x40 Gambar 20b. Batrisodes (Bugguide, 2011)
33
18.
Amitermes
Memiliki dua pasang sayap bertekstur dan gelap berpigmen yang hampir sama dalam ukuran dan bentuk. Panjang tubuh sekitar 4 mm (panjang tanpa sayap) dan 9 mm (dengan sayap). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Isoptera : Termitidae : Amitermes Gambar 21a. Amitermes Perbesaran 10x40 Gambar 21b. Amitermes (Bugguide, 2011)
19.
Mycetophagus
Spesies dengan tubuh oval, kepala memanjang menjadi sebuah moncong, bentuk segitiga. dan menutup abdomen, abdomen meruncing. Antenna 10 ruas, warna tubuh merah, pada sayap terdapat bintik hitam (Lilies, 1992). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Coleoptera : Mycetophagidae : Mycetophagus Gambar 22a. Mycetophagus Gambar 22b. Mycetophagus (Bugguide, 2011)
34
20.
Tridactylus
Orthoptera kecil, memiliki ukuran kurang dari 4-10 mm, agak pipih, femur belakang besar (digunakan untuk melompat), tarsi depan dan tengah dengan dua segmen (Borror et al., 1997). Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Orthoptera : Tridactylidae : Tridactylus Gambar 23a. Tridactylus Perbesaran10x40
21.
Forficula
Serangga tanah berwarna hitam, panjangnya 15-20 mm, Sayap depan pendek dan kasar, mulut tipe mandibula, terdapat cerci di ujung abdomen. Klasifikasi dari serangga tanah ini adalah sebagai berikut: Phylum Class Subclass Ordo Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Dermaptera : Forficulidae : Forficula Gambar 24a. Forficula Perbesaran 10x40 Gambar 24b. Forficula (Bugguide, 2011)
35
22.
Sphenophorus
Serangga yang berukuran 3-4 mm, berwarna gelap, mempunyai moncong, antenna mucul di pertengahan moncong (Lilies, 1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Pterygota : Coeleoptera : Curculionidae : Sphenophorus Gambar 25a. Sphenophorus Pembesaran 10x40 Gambar 25b. Sphenophorus (Bugguide, 2011)
23.
Thermobia
Serangga berwarna coklat muda, panjang 12 mm, memunyai ekor yang berbulu, tubuh pipih, tertutup sisik dan tidak bersayap dan antenna 11 ruas (Borror et al., 1997). Sampel yang diamati dari genus ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Phylum Class Subclass Order Family Genus : Arthropoda : Insekta : Apterygota : Thysanura : Lepismatidae : Thermobia Gambar 26a. Thermobia Pembesaran 10x40 Gambar 26b. Thermobia (Bugguide, 2011)
36
V.
5.1
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa di Gunung Klabat ditemukan sebanyak 8 orde, 16 family, 23 genus dan 5383 individu. Family Formicidae paling banyak ditemukan dengan jumlah 3340 individu, sedangkan yang sedang dari Family Staphylinidae dengan jumlah 260 individu dan yang paling sedikit ditemukan Family Lepismatidae dengan jumlah 58 individu. Genus yang ditemukan pada semua tipe habitat sebanyak 15 genus. Genus yang ditemukan pada dua tipe habitat sebanyak 3 genus. Genus yang ditemukan pada satu tipe habitat sebanyak 5 genus dan diversitas tertinggi di habitat hutan sekunder (2.73 pada malam hari dan 2.66 pada siang hari), sedangkan yang terendah di habitat kebun (2.06 pada malam hari dan 2.18 pada siang hari). Dapat disimpulkan bahwa Nilai Indeks Shannon masih berada dalam kategori keanekaragaman sedang yang nilainya berkisar antara 1.5-3.5.
5.2.
Saran 1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai metode penelitian serangga tanah dengan menggunakan metode corong Barlese-Tullgren. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai keanekaragaman serangga pada lokasi Hutan primer.
37
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, P.W.K., Maddub, A., dan H.R. Anggraini. 2003. Pengaruh Kelembaban Terhadap Absorbansi Optik Lapisan Gelatin. SeminarNasional I Opto Elektronika dan Aplikasi Laser.Jakarta 1 2 Oktober. Anonim. 2011. Nasional Sulawesi Island http:// griyawisata.com /index.php/ 2010101522539/sulawesi island/gunung-klabat-sulawesi-utara/menuid-87. html. (12 Maret 2011).
Anonim. 1999. Hymenoptera. http:// entnemdept.ufl.edu /choate/ Hymenoptera. pdf. (12 April 2011). Anonim. 2008. Pemanfaatan Biota Tanah Untuk Keberlanjutan Produktivitas Pertanian Lahan Kering Masam. Pengembangan Inovasi Pertanian. 1(2): hal 157-163.
Anonim. 2011. Klabat. http://maps.google.co.id/ klabat. ( 18 April 2011). Borror, D.J. ,C.A; Triplehorn dan N.F. Johnson. 1997. Pengenalan Pelajaran Serangga. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Bugguide. 2011. Identification, Images, & Information For Insects, Spiders & Their Kin For the United States & Canada. Canada http://bugguide.net/node/view/15740. (16 Mei 2011) Campbell, N. A., Jane . B. R., and Lawrence. G. M. 1999. Biologi. Edisi Kelima Jilid dua. Erlangga. Jakarta. Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Heddy, S. 1994. Pengantar Ekologi. Rajawali Press. Jakarta. Howell, D. U. 1981. Introduction to Insect Biology and Diversity. Mc Graw Hill International Book Company, Kagasuka. Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka Cipta. Jakarta. Kramadibrata, I. 1995. Ekologi Hewan. ITB. Bandung. Lilies, S. C. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Jakarta. Lilies, S. C. 1992. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Jakarta.
38
Makalew, A. D. N. 2001. Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem Tanpa Olah Tanah (TOT). Makalah Falsafah Sains. Program PascaSarjana/S3. Natawigena, H. 1990. Entomologi pertanian. Orba Sakti. Bandung. Odum, P. E. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yokyakarta Pontoh, G. B. A. P. 2010. Analisis Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Lindung Gunung Klabat Kabupaten Minahasa Utara, Sulawei utara. Skripsi. Unsrat. Manado. Rahmawaty. 2006. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. http.www.library.usu.ac.id/modules.php. (26 Juli 2011). Rahmawaty. 2000. Keanekaragaman Serangga Tanah dan Perannya pada Komunitas Rhizopora spp. Dan Komunitas Ceriops tagal Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Sulawesi Tenggara. Tesis program pascasarjana IPB. Bogor. (16 Maret 2011). Resosoedarmo, S., Kuswata, K., Aprilani, S. 1985. Pengantar Ekologi. Fakultas Pasca Sarjana IKIP Jakarta dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta. Samad, Abdul. 2010. Biodiversitas Mamalia Diurnal Di Gunung Klabat. Skripsi. Unsrat. Manado. Setiadi, Y. 1989. Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Kehutanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Bioteknologi. IPB. Bogor.
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Usaha Nasional. Surabaya. Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Suin, N. M. 2003. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta. Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Whitten, A.J., Mustafa, M., dan Henderson, G.S. 1987. The Ekology of Sulawesi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
39
40
Habitat 3. Kebun
Identifikasi Serangga
41
Januari 106 19
Februari 145,6 65
Maret 162,5 81
April 249,7 50
Mei 162 54
Juni 153 15
(Keterangan : dalam ml) Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Provinsi Sulawesi Utara 2011
42
43
44
H' = 2.73
Indeks Diversitas Serangga Tanah Siang Hari di Hutan Sekunder No Spesies Jumlah Pi Ln pi 1 Platyhrea 100 0.14 -1.98 2 Mirmica 68 0.09 -2.36 3 Euborellia 69 0.10 -2.35 4 Amitermes 69 0.10 -2.35 5 Entomobrya 62 0.09 -2.45 6 Ponera 51 0.07 -2.65 7 Trixoscelis 53 0.07 -2.61 8 Cucujus 42 0.06 -2.84 9 Iridomyrmex 36 0.05 -3.00 10 Gryllus 40 0.06 -2.89 11 Batrisodes 37 0.05 -2.97 12 Tridactylus 32 0.04 -3.12 13 Dyscinetus 10 0.01 -4.28 14 Thermobia 19 0.03 -3.64 15 Formica 10 0.01 -4.28 16 Forficula 9 0.01 -4.38 17 Sphenophorus 8 0.01 -4.50 18 Lathrobium 7 0.01 -4.64 Jumlah Individu 722 Jumlah Spesies 18
Pi ln pi -0.27 -0.22 -0.22 -0.22 -0.21 -0.19 -0.19 -0.17 -0.15 -0.16 -0.15 -0.14 -0.06 -0.10 -0.06 -0.05 -0.05 -0.04
H' = 2.66
45
Indeks Diversitas Serangga Tanah Siang Hari di Kebun No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Spesies Mirmica Ponera Solenopsis Platyhrea Iridomyrmex Gryllus Amitermes Paederus Lathrobium Tridactylus Mycetophagus Dyscinetus Forficula Trixoscelis Xylophagus Jumlah 191 139 201 140 166 52 28 25 21 57 14 11 12 7 6 1070 15 H' = 2.18 Pi 0.18 0.18 0.19 0.13 0.16 0.05 0.03 0.02 0.02 0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 Ln pi -1.72 -1.72 -1.67 -2.03 -1.86 -3.02 -3.64 -3.76 -3.93 -3.98 -4.34 -4.58 -4.49 -5.03 -5.18 Pi ln pi -0.31 -0.31 -0.31 -0.27 -0.29 -0.15 -0.10 -0.09 -0.08 -0.07 -0.06 -0.05 -0.05 -0.03 -0.03
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3
Indeks Diversitas Serangga Tanah Malam Hari di Kebun 251 0.20 -1.60 Mirmica 273 0.22 -1.52 Solenopsis Platyhrea Ponera Iridomyrmex Gryllus Tridactylus Forficula Paederus Amitermes Lathrobium Mycetophagus Dyscinetus Halictus Mirmica Solenopsis Platyhrea 200 156 161 72 52 20 20 15 6 7 7 4 251 273 200 1244 14 0.16 0.13 0.13 0.06 0.04 0.02 0.02 0.01 0.00 0.01 0.01 0.00 0.20 0.22 0.16 -1.83 -2.08 -2.04 -2.85 -3.17 -4.13 -4.13 -4.42 -5.33 -5.18 -5.18 -5.74 -1.60 -1.52 -1.83
-0.32 -0.33 -0.29 -0.26 -0.26 -0.16 -0.13 -0.07 -0.07 -0.05 -0.03 -0.03 -0.03 -0.02 -0.32 -0.33 -0.29
H' = 2.06
46
Indeks Diversitas Serangga Tanah Malam Hari di Semak No Spesies Jumlah Pi Ln pi 1 Platyhrea 123 0.14 -1.99 2 Mirmica 119 0.13 -2.02 3 Iridomyrmex 90 0.10 -2.30 4 Pheidole 80 0.09 -2.42 5 Ponera 76 0.08 -2.47 6 Gryllus 74 0.08 -2.50 7 Tridactylus 65 0.07 -2.63 8 Solenopsis 58 0.06 -2.74 9 Trixoscelis 55 0.06 -2.79 10 Euborellia 44 0.05 -3.02 11 Cucujus 24 0.03 -3.62 12 Forficula 23 0.03 -3.67 13 Amitermes 33 0.04 -3.30 14 Paederus 13 0.01 -4.24 15 Lathrobium 10 0.01 -4.50 16 Mycetophagus 8 0.01 -4.72 17 Dyscinetus 4 0.00 -5.41 Jumlah Individu 899 1.00 Jumlah Spesies 17
Pi ln pi -0.27 -0.27 -0.23 -0.22 -0.21 -0.21 -0.19 -0.18 -0.17 -0.15 -0.10 -0.09 -0.12 -0.06 -0.05 -0.04 -0.02
H' = 2.57
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Indeks Diversitas Serangga Tanah Siang Hari di Semak Spesies Jumlah Pi Ln pi Platyhrea Gryllus Mirmica Tridactylus Euborellia Ponera Iridomyrmex Forficula Cucujus Amitermes Paederus Lathrobium Solenopsis Mycetophagus Pheidole Dyscinetus 97 99 83 85 57 45 43 43 37 28 22 23 14 15 12 11 714 16 0.14 0.14 0.12 0.12 0.08 0.06 0.06 0.06 0.05 0.04 0.03 0.03 0.02 0.02 0.02 0.02 1.00 -2.00 -1.98 -2.15 -2.13 -2.53 -2.76 -2.81 -2.81 -2.96 -3.24 -3.48 -3.44 -3.93 -3.86 -4.09 -4.17
Pi ln pi -0.27 -0.27 -0.25 -0.25 -0.20 -0.17 -0.17 -0.17 -0.15 -0.13 -0.11 -0.11 -0.08 -0.08 -0.07 -0.06
H' = 2.55