You are on page 1of 9

Risnachi

SHALAT


A. PENGERTIAN, DASAR, DAN TUJUAN SHALAT
1. Pengertian Shalat
Secara etomologi, kata shalat berasal dari bahasa Arab As-Shalat
yang artinya doa memohon kebaikan. Jamaknya shalawat atau As-
Shalawat yang diartikan dengan meningkatkan amal kepada Allah
sebagai tanda tunduk, syukur, dan memohon pertolongan. (Al-Munjid fi Al-
Lughah wal Alam)
Oleh karena itu, dalam Al-Quran, lafal shalat mengandung beberapa
pengertian di antaranya, doa (QS. At-Taubah : 103), ampunan (QS. Al-
Ahzab : 56), rahmat (QS. Al-Baqarah : 157), dan tempat ibadah (QS. Al-
Hajj : 40).
Secara termologi (istilah), shalat adalah suatu amal ibadah yang
terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan bacaan takbir
dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun tertentu.
Pengambilan definisi shalat yang diawali dengan takbir dan
diakhiri salam berdasarkan hadis Nabi:

Artinya: Kunci shalat adalah bersuci dan yang melarang dari berbuat
sesuatu (pembukaannya) adalah takbir, sedang yang membolehkan
(penutupnya) adalah salam. (HR. Tirmidzi)

Dalam mengungkap pengertian shalat, Al-Quran tidak saja
menyebut dengan kata shalat, tetapi dengan ungkapan lain, seperti Adz-
Dzikr (QS. Al-Jumuah : 9), istighfar (QS. Adz-Dzariyat : 18), ruku dan
sujud (QS. Al-Hajj : 77)

2. Dasar Disyariatkannya Shalat
Allah memerintahkan umat islam untuk melaksanakan shalat
semenjak Nabi Muhammad SAW. di-Isra dan Miraj-kan. Adapun
sebelum itu, Nabi melaksanakan shalat sunnat dua rakaat pagi dan
petang sebagaimana dimaksudkan Allah dalam Al-Quran surat Al-
Mukmin : 55, ibadah shalat itu sebenarnya telah lama disyariatkan
kepada Nabi Ismail, Nabi Musa dan Nabi Isa, sebagaimana ditegakan
dalam surat Maryam : 31 dan 55.
Dasar diperintahkannya shalat bagi umat Islam ditegaskan dalam
banyak ayat Al-Quran, di antaranya surat Al-Baqarah : 43, An-Nisa : 103,
Luqman : 17, Al-Hajj : 77 dan sebagainya.
Risnachi



3. Tujuan Shalat
Allah memerintahkan shalat tentulah ada tujuan dan manfaat.
Tujuan tersebut bukan untuk Allah, tetapi untuk kepentingan manusia
itu sendiri. Secara garis besar, tujuan shalat adalah:
a. Untuk mengingat Allah, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran
surat Thaha : 14
:l.l _ _
Artinya: ... dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku

b. Untuk menyembah dan taat kepada Allah, sebagaimana ditegaskan
dalam surat Adz-Dzariyat : 56
!. 1l> _>' _. | .,-,l __
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya
untuk beribadah kepada-Ku

c. Menghindari ancaman Allah, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-
Muddatstsir : 42 43
!. `>l. _ 1. __ l! `l ,. _. _..l __
42. "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?"
43. mereka menjawab: "Kami dahulu tidak Termasuk orang-orang
yang mengerjakan shalat,


B. KEDUDUKAN SHALAT DAN HIKMAHNYA
1. Kedudukan Shalat
Shalat mempunyai kedudukan yang istimewa dari pada ibadah-
ibadah yang lainnya, di antaranya:
a. Shalat merupakan tiang agama.
b. Shalat merupakan ibadah pertama yang diwajibkan Allah atas hamba-
Nya.
c. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab kelak di hari
kiamat.
d. Shalat merupakan wasiat terakhir Rasulullah sebelum wafat.
e. Shalat merupakan garis pemisah antara orang Islam dan orang Kafir.
f. Shalat juga menjadi ukuran berkembang tidaknya ajaran Islam di
muka bumi.
Risnachi


g. Shalat merupakan jaminan masuk surga.
h. Shalat juga merupakan syiar Islam utama dan penghubung hamba
dengan Tuhan.

2. Hikmah Shalat
Di antara hikmah besar dalam shalat adalah:
a. Mencegah perilaku/perbuatan keji dan munkar.
b. Membina jiwa dan membersihkan roh.
c. Mendidik manusia berdisiplin, dan mematuhi segala peraturan.
d. Membina persatuan solidaritas, dan persamaan derajat di antara
manusia.
e. Shalat menanamkan ketenangan dan ketenteraman jiwa.
f. Shalat melatih konsentrasi pikiran.
g. Shalat menumbuhkan jiwa kepemimpinan.
h. Shalat menjaga kesehatan jasmani.


C. SHALAT DAN KESEHATAN JIWA
Sungguh tidak dapat disangkal bahwa shalat itu akan mendatangkan
jiwa yang sehat. Karena orang yang sedang shalat apabila ditinjau dari segi
kejiwaan, berarti mengombinasikan fungsi-fungsi kejiwaan, yakni pikiran,
perasaan, gerakan, dan hati nurani hanya kepada Allah. Shalat juga
merupakan pelepasan jiwa materialisme kehidupan dan hanya
mengarahkan segala-galanya kepada Allah. Inilah yang ditegaskan dalam
firman-Nya surat Ar-Rad ayat 28.
Di samping itu, shalat berfungsi sebagai terapi (penyembuhan) bagi
gangguan-gangguan kejiwaan, dan telah diakui oleh para ahli jiwa, di
antaranya Dr. William R, Parker dengan metode Prayer Therapy, Prof. Dr.
Zakiyah Daradjat dan dapat digunakan sebagai metode khusus
penyembuhan gangguan kejiwaan, seperti di pondok Inabah di Pesantren
Suryalaya.
Dr. Djamaluddin Ancok menyatakan bahwa di dalam shalat terdapat
empat aspek terapeutik (penyembuhan), yakni:
1. Aspek Olahraga
Shalat adalah suatu proses menuntut suatu aktivitas fisik. Kontraksi
otot dan tekanan pada bagian-bagian otot tertentu dalam shalat
merupakan suatu proses relaksasi, yaitu suatu teknik yang dipakai
dalam penyembuhan kejiwaan atau biasa disebut relaxation training.
Gerakan-gerakan otot pada training relaksasi tersebut dapat
mengurangi kecemasan.
2. Aspek Meditasi
Risnachi


Shalat adalah suatu proses yang menuntut konsentrasi yang mendalam
(khusyu). Khusyu dalam shalat adalah proses meditasi. Dari hasil
penelitian ahli jiwa, di antaranya Eugene Walker, tentang pengaruh
trancendental meditation dan zen meditation menunjukkan bahwa
meditasi dapat menghilangkan kecemasan.
3. Aspek Auto-sugesti
Bacaan dalam shalat adalah ucapan yang dipanjatkan kepada Allah. Di
samping berisi puji-pujian kepada-Nya, doa dan ampunan, maka berisi
juga permohonan agar selamat dunia akhirat. Ditinjau dari segi
hipnosis, pengucapan itu merupakan suatu proses auto-sugesti.
Mengatakan hal-hal yang baik pada diri sendiri adalah menyugesti diri
sendiri agar memiliki sifat-sifat yang baik tersebut. Shalat adalah
terapi yang tidak berbeda dengan terapi self hipnosis.
4. Aspek Kebersamaan
Beberapa ahli psikologi berpendapat bahwa suasana keterasingan
seseorang dari orang lain adalah penyebab terjadinya gangguan
kejiwaan, maka dengan melaksanakan shalat berjamaah suasana
keterasingan itu akan hilang. Di sinilah terbentuk/tercipta terapi
kelompok (group therapy) yang tujuannya menimbulkan suasana
kebersamaan tadi.


D. SHALAT SEBAGAI IBADAH (FIQIH SHALAT)
Sebagai ibadah, tentunya shalat harus dikerjakan dengan baik dan
benar artinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan shalat, yakni syarat dan
rukunnya.
1. Syarat Wajib Shalat
Artinya seseorang itu wajib melaksanakan shalat apabila
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Beragama Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib
shalat.
b. Baligh, artinya sudah dewasa dengan tanda:
Telah berumur 15 tahun.
Telah keluar mani atau mimpi bersetubuh.
Telah mendapat haid bagi perempuan, kira-kira berumur 9
tahun.
c. Berakal sehat, artinya orang gila, pingsan, sedang tidur dan anak
yang masih kecil belum wajib shalat.
d. Sehat indera pendengarannya, artinya orang tuli (tuna rungu)
sejak lahir, tidak wajib shalat.
e. Suci dari haid dan nifas.
Risnachi


f. Telah sampai dakwah Islam kepadanya.

2. Syarat Sah Shalat
Shalat dianggap sah jika memenuhi syarat:
a. Suci badannya dari hadas kecil maupun besar.
b. Suci badan, pakaian, dan tempat dari najis.
c. Menutup aurat. Aurat laki-laki dari pusat (pusar) sampai lutut
dan aurat perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali muka
dan kedua telapak tangan.
d. Telah masuk waktu shalat, artinya shalat tidak sah bila dikerjakan
sebelum masuk waktu shalat atau telah habis waktunya.
e. Menghadap ke arah kiblat, yakni Kabah di Masjidil Haram.

3. Rukun-Rukun Shalat
Rukun sama juga dengan fardhu. Perbedaan antara syarat dan
rukun ialah bahwa syarat sesuatu itu harus ada sebelum ibadah itu
dikerjakan, sedangkan rukun atau fardhu adalah sesuatu itu harus
dikerjakan atau ada pada saat ibadah dilaksanakan.
Rukun-rukun shalat itu yaitu:
a. Niat, yakni menyengaja dalam hati untuk mengerjakan shalat.
b. Berdiri bagi yang mampu, bagi yang tidak mampu berdiri boleh
dengan duduk, berbaring, atau dengan isyarat.
c. Takbiratul Ihram, maksudnya mengucap lafal:
Allahu Akbar


d. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap rakaat.
e. Ruku dengan thumaninah, maksudnya membungkukkan badan
sehingga punggung menjadi sama datar dengan leher dan kedua
tangannya memegang lutut dalam keadaan jari terkembang
dengan tenang.
f. Itidal dengan thumaninah, maksudnya bangun dari ruku dan
kembali tegak lurus dengan tenang.
g. Sujud dua kali dengan thumanihan, maksudnya meletakkan
kedua lutut dan kedua telapak tangan, kening, dan hidung pada
lantai dengan tenang. Ada tujuh anggota sujud yang harus
mengenai tempat sujud, yakni kening, kedua telapak tangan,
kedua lutut, dan jari-jari kaki.
h. Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah, maksudnya
bangun kembali setelah sujud yang pertama untuk duduk dengan
tenang.
Risnachi


i. Duduk yang terakhir, maksudnya duduk untuk tasyahud akhir
pada rakaat terakhir setelah bangun dari sujud yang terakhir.
j. Membaca tasyahud akhir (tahiyat akhir) pada waktu duduk akhir.
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW. pada saat duduk
tasyahud akhir setelah membaca tasyahud.
l. Mengucapkan salam yang pertama, maksudnya membaca salam
setelah membaca tasyahud dan shalat atas Nabi.
m. Tertib, maksudnya dalam mengerjakan shalat harus berurutan
sesuai dengan rukun-rukunya.

4. Sunat-Sunat Shalat
a. Sunat Abadh ( ) yakni amalan sunnat jika tidak
dikerjakan, maka harus diganti dengan sujud sahwi.
Sunnah Abadh ini ada 6 macam:
1. Duduk tasyahud awal.
2. Membaca tasyahud awal.
3. Membaca shalawat kepada Nabi pada tasyahud awal.
4. Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada tasyahud
akhir.
5. Membaca doa qunut ketika shalat subuh dan pada akhir
shalat witir setelah pertengahan bulan Ramadhan.
6. Berdiri ketika membaca doa qunut.
b. Sunat Haiat ( ), yakni amalan sunat yang jika tidak
dikerjakan tidak disunahkan untuk sujud sahwi.
Adapun sunat haiat ini adalah:
1. Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram, akan ruku,
dan berdiri dari ruku.
2. Meletakkan tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri di
dada.
3. Membaca doa iftitah setelah takbiratul ihram.
4. Membaca taawudz:


Ketika hendak membaca surat Al-Fatihah.
5. Mengucapkan amin sesudah membaca surat Al-Fatihah.
6. Membaca ayat atau surat Al-Quran pada rakaat pertama dan
kedua setelah membaca surat Al-Fatihah.
Risnachi


7. Menzaharkan (mengeraskan) bacaan Al-Fatihah dan surat
atau ayat Al-Quran pada shalat maghrib, isya, dan subuh
serta shalat Jumat, Ied, Taraih dan Witir selain makmum.
8. Membaca takbir pada setiap kali gerakan.
9. Membaca tasbih ketika ruku dan sujud.
10. Membaca tasmi (

)
Ketika bangkit dari ruku dan membaca tahmid serta doa
ketika itidal. (

... )
11. Meletakkan telapak tangan di atas paha ketika duduk
tasyahud awal dan akhir dengan membentangkan telapak
tangan yang kiri, sedangkan telapak tangan kanan yang dalam
keadaan menggenggam kecuali telunjuk jari.
12. Duduk Iftirasy dalam semua duduk, kecuali duduk tasyahud
akhir, yakni duduk di atas telapak kaki kiri dan jempol kaki
kanan dan jemarinya menghadap lantai.
13. Membaca doa ketika duduk di atas dua sujud.
14. Duduk tawarruk (bersimpuh) pada saat duduk tahiyat akhir.
15. Membaca salam yang kedua, dan memalingkan muka ke
kanan di saat salam pertama dan ke kiri di saat salam kedua.

5. Hal-Hal yang Membatalkan Shalat
Shalat itu batal (tidak sah) jika:
a. Meninggalkan salah satu rukun shalat atau memutuskan rukun
shalat sebelum dilakukan secara sempurna.
b. Tidak memenuhi salah satu dari syarat sah shalat, seperti
berhadas, bernajis, dan terbuka auratnya.
c. Berbicara dengan sengaja walaupun hanya dengan satu kata.
d. Mengubah niat, misalnya ingin memutus shalat.
e. Makan atau minum dengan sengaja walaupun sedikit.
f. Banyak bergerak, sekurang-kurangnya tiga kali dengan sengaja,
seperti melangkah atau berjalan.
g. Membelakangi kiblat.
h. Menambah rukun fili, seperti ruku dan sujud.
i. Tertawa terbahak-bahak.
j. Mendahului imam sebanyak dua kali rukun, khusus bagi
makmum.
k. Murtad, artinya keluar dari Islam.

Risnachi


6. Makruh Shalat
Orang yang sedang shalat dimakruhkan:
a. Menaruh telapak tangan di dalam lengan baju ketika takbiratul
ihram, ruku, dan sujud.
b. Menutup mulutnya rapat-rapat.
c. Terbuka kepalanya.
d. Bertolak pinggang.
e. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan (bukan dalam salam).
f. Memejamkan mata.
g. Menengadah ke langit.
h. Menahan hadas.
i. Meludah.
j. Mengerjakan shalat di atas kubur.
k. Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusuan shalat.

7. Hal-Hal yang Terlupakan
Dalam shalat mungkin pula ada hal-hal terlupakan.
a. Jika yang dilupakan itu fardhu; maka tidak cukup diganti dengan
sujud sahwi. Jika ingat ketika ia sedang shalat, haruslah ia cepat-
cepat melaksanakannya, tetapi bila ingat setelah salam,
sedangkan jarak waktunya hanya sebentar, maka wajiblah ia
menunaikan apa yang terlupakan kemudian sujud sahwi (sujud
karena lupa).
b. Jika yang dilupakan itu sunat abadh; maka tidak perlu diulangi,
tetapi kita menunaikan shalat itu sampai selesai dan sebelum
salam kita disunatkan sujud sahwi.
c. Jika yang terlupakan sunat haiat; maka tidak perlu diulangi apa
yang terlupakan dan tidak perlu sujud sahwi.

8. Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena meninggalkan
pekerjaan atau bacaan tertentu dalam shalat. Sujud sahwi dilakukkan
sebagaimana penjelasan di depan. Di samping itu, sujud sahwi bisa
dilakukan karena ragu-ragu terhadap jumlah bilangan rakaat shalat.
Jika ragu terhadap jumlah bilangan shalat, maka yang diputuskan yang
terkecil. Misalnya, seorang ragukan apa yang ia telah mengerjakan tiga
rakaat atau empat rakaat, maka diputuskan yang terkecil, yakni tiga
rakaat dan hendaklah ia melakukan sujud sahwi.
Cara melaksanakan sujud sahwi:
a. Sebelum salam
Risnachi


Jika penyebab sujud sahwi teringat sebelum salam, maka sujud
dilakukan sebelum salam, yakni setelah membaca tasyahud akhir
dan shalawat.
b. Setelah salam
Jika salah satu penyebab sujud sahwi teringat setelah salam, maka
sujud sahwi dilakukan setelah selesai shalat.
Caranya adalah ketika seseorang mulai sujud sahwi hendaklah
memulai dengan membaca takbir kemudian sujud dan membaca:


Artinya: Mahasuci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa
Dibaca tiga kali, kemudian duduk iftirasy sambil membaca doa
duduk antara dua sujud, kemudian sujud lagi dengan membaca:

tiga kali

9. Perbedaan Laki-laki dan Wanita dalam Shalat
Hal Laki-laki Wanita
Aurat
Auratnya antara pusat
sampai lutut
Auratnya seluruh badan,
kecuali muka dan kedua
telapak tangan
Ruku
dan Sujud
- Merenggangkan kedua
siku tangannya dari
kedua lambungnya
- Mengangkat perutnya
dari dua pahanya
- Merapatkan satu
anggota pada anggota
lainnya
- Meletakkan perutnya
pada dada dan dua
pahanya
Bacaan
Menyaringkan bacaannya di
tempat keras (fatihah
pertama-kedua dan surat)
Merendahkan di hadapan
laki-laki, yakni bukan
muhrimnya
Cara
Mengingatkan
Dengan membaca tasbih
Dengan menepukkan
tangan kanan pada
punggung tangan kiri

You might also like