You are on page 1of 11

PEMANFAATAN RADAR UNTUK PENYELIDIKAN SISTEM CUACA YANG LEBIH LUAS Suradi, S.Si suradi@bmkg.go.

id
1. PENDAHULUAN
1.1. Teori Skala Cuaca Spektrum gerakan atmosfer dapat dibagi menjadi tiga skala yaitu makro, meso dan mikro. Dimensi horizontal dari bentuk- bentuk meteorologi sesuai dengan skala tersebut yang dikemukakan oleh banyak ahli dapat dilihat pada tabel 1.1. Gangguan- gangguan meteorologi dengan cuaca lokal didapati dalam daerah 15 150 km. Karena radar dapat mendeteksi pola presipitasi di atas daerah yang luas, maka dapat member informasi mengenai fenomena- fenomena seperti awan- awan badai, squall lines, hurricanes dan kasus lain seperti siklon ekstratropikal dan lainnya. Usaha- usaha dari ahli meteorologi radar sebagian besar ditujukan pada observasi cuaca skala meso, misalnya : awan- awan badai, squall lines, tornado, hurricanes dan siklon atau front. Tabel 1.1. Berbagai Sistem Skala Cuaca

SKALA HORIZONTAL

0,1 KM

1,5 KM

15 KM
Siklon Meso (Siklon Tornado) Thunderstorm Echo individu Cumulus Cuaca Lokal

150 KM

1500 KM

15000 KM

SISTEM

Dust devils

Echo Spiral Squall line Mata Hurricane Cuaca Lokal

Siklon Anti Siklon Front Hujan Kontinu, Stratiform, Merata

BATTAN

METEO. MIKRO

METEOROLOGI MESO

METEOROLOGI MAKRO METEO. SINOPTIK METEO. MAKRO

BYERS
PETTERSEN TEPPER GLOSSARY

METEOROLOGI MIKRO
SINOPTIK MIKRO SKALA LOKAL METEOROLOGI MIKRO

METEOROLOGI MESO
SINOPTIK MESO SKALA MESO

SINOPTIK MAKRO SKALA MAKRO SKALA SIKLONIK SKALA MAKRO

METEOROLOGI MESO

(sumber: Bayong, 2007)

Halaman 1

1.2.

Teori Hurricane Istilah hurricane tidak lebih umum dibanding siklon tropis, yang dipakai di sebagian

besar belahan dunia. Di laut Atlantik, Laut Karibia, Teluk Meksiko serta Samudera Pasifik Bagian Timur, badai dengan kecepatan angin melebihi 33 m/s (64 knots) disebut sebagai hurricanes yang merujuk pada dewa kejahatan, Hurican.

Sedangkan istilah cyclone (siklon) ditengarai sebagai kata tertua yang dipakai pertama kali dipakai tahun 1848 untuk menyebut badai yang berputar. Pengertian ini diinspirasi dari kata dalam bahasa Yunani
coiled like a snake atau melingkar seperti ular. yang berarti

Berbagai istilah dipakai untuk menggambarkan badai yang berputar dengan kecepatan angin rata- rata melebihi 33 m/s ini. Dalam tabel 1.2 dijelaskan mengenai berbagai istilah untuk siklon yang berbeda- beda di berbagai wilayah di belahan dunia. Tabel 1.2. Isilah Siklon Tropis

Istilah
Hurricane
Typhoon

Wilayah
Laut Atlantik, Laut Carribean, the Gulf of Mexico dan Sebelah timur lautan Pasifik Utara.
Sebelah barat lautan Pasifik Utara, Cina, Jepang dan di Filipina badai ini disebut Baguios.

Siklon

Kebanyakan di lautan Pasifik Selatan dan Lautan Hindia, di Australia disebut Willy-willy.
Menurut variasi kecepatan anginnya maka tingkat siklon tropis dapat dibagi menjadi

3 bagian seperti terlihat dalam tabel 1.3 berikut. Tabel 1.3. Tingkatan Siklon Tropis

Tingkatan Siklon tropis


Depresi Tropis Sedang Depresi Tropis Kuat Siklon Tropis

Kecepatan Angin Rata- rata


34 - 37 knot 48 63 knot Lebih besar dari 64 knot

Halaman 2

Siklon tropis telah berdampak terhadap sejarah kehidupan manusia dunia. Kita telah melihat bagaimana kedahsyatan siklon tropis di sepanjang abad 20 menghancurkan kehidupan dan tragedi di berbagai belahan dunia seperti : Tracy (Australia), Bhola (Bangladesh), Mitch dan Katrina (Carribean, Mexico, Amerika Tengah dan Amerika Serikat). Di bawah ini merupakan gambaran sebaran global dari lintasan siklon tropis dari tahun 1851 hingga 2006.

Gambar 1.1. Sebaran global dari lintasan siklon tropis dari tahun 1851 hingga 2006. (The COMET Program. 2008)

2. PEMANFAATAN RADAR UNTUK MENYELIDIKI SISTEM CUACA LEBIH LUAS


Riset menggunakan radar cuaca telah banyak mengurai fenomena skala kecil maupun meso. Namun relatif sedikit upaya yang dicurahkan untuk mempelajari aplikasi data radar untuk meneliti sistem cuaca yang lebih besar (skala sinoptik). Tak pelak lagi, pengetahuan tambahan terkait mekanisme presipitasi, luasan wilayah dan distribusi presipitasi, rata- rata sebaran presipitasi dan lain sebagainya termasuk dalam system cuaca skala sinoptik.

Dalam rangka untuk meningkatkan manfaat nyata radar dalam analisis skala sinoptik, sangat penting adanya pengamatan radar yang dikaitkan langsung dengan gerakan atmosfer skala sinoptik. Beberapa studi telah dibuat dan menampakkan hasil yang menarik. Untuk tujuan tertentu, telah sedang dipelajari fenomena hurricane menggunakan data radar. Beberapa penelitian mekanisme variabilitas dan pola endapan yang terkait dengan sistem front telah pula dilakukan.

Halaman 3

2.1.

Observasi Hurricane Menggunakan Radar Sebelum adanya radar, para ahli meteorologi telah menyadari akan adanya pola

endapan yang penting di sekitar hurricane. Telah diketahui bahwa hujan paling lebat terjadi pada sisi sebelah kanan dari siklon dan wilayah hujannya terdiri dari deretan angin ribut (squall). Sebaran hujan secara detail hanya bisa diperoleh dengan melalui penelitian variasi waktu pada pengukuran penakar hujan (pluviometer) dengan sebaran yang luas. Dengan radar, sangat memungkinkan untuk mendapatkan pengamatan dari pola hujan pada waktu khusus dan untuk memantau evolusi, pergerakan dan umur hurricane.

Pengamatan hurricane menggunakan radar pertama kali dilakukan oleh Maynard (1945) dan Wexler (1947), menunjukkan bahwa endapan pada hurricane secara umum diorientasikan pada pita (band) spiral atau sirkular yang mengumpul (konvergen) di dekat pusat badai.

Gambar 2.1. Hurricane Easy diobservasi dengan radar 10,7 cm di Bocca, Stasiun Angkatan Udara Chica tanggal 21 September 1948. Interval range markers 20 mil (36 km). (Courtesy: Hiser, Universitas Miami) Pola echo spiral pada kebanyakan hurricane sangat jelas dan dapat dikenali untuk waktu yang lama. Namun pada beberapa hurricane sebaran endapan agak membingungkan khususnya pada kondisi setelah lintasan badai telah menerjang daratan.

Analisis secara seksama terhadap hurricane yang bergerak di atas New England telah dilakukan dari data RHI (Range-Height Indicator) dan PPI (Plan-Position Indicator) oleh Kessler dan Atlas (1954). Mereka menemukan banyak hujan shower (hujan deras tiba- tiba) di sepanjang tepi utama dari tahap pembentukan awal hurricane dimana temperaturnya di atas 0OC. Kemudian tahap selanjutnya pertumbuhan awan- awan Cumulonimbus semakin intensif. Seiring waktu, shower shower itu kemudian bergabung dan awan menjadi lebih besar dan Halaman 4

terstratifikasi. Bila kita mengamati bagian belakang dari badai, hujan lebih seragam dan terlihat membentuk pita- pita yang cerah. Ini artinya bahwa wilayah ini hujan yang jatuh berasal dari proses Sublimasi dan Tumbukan (Bergeron-Findeisen Process).

Pergerakan echo dari endapan tunggal yang ringan pada hurricane sangat rumit. Namun secara umum bergerak berlawanan arah dengan jarum jam (McIntyre, 1954). Dari pemantauan terhadap beberapa hurricane di sekitar Miami, Senn dan Hiser (1957) ketika meneliti Hurricane Carol dan Edna menggunakan radar membuktikan bahwa karakter pita (band) hujan, faktanya berbentuk spiral hingga jarak 300 - 400 mil atau 500 670 km di depan dari pusat sistem hurricane walaupun pada jarak tersebut pita spiral kelihatan tipis. Namun hal tersebut digambarkan dengan jelas oleh garis echo yang bergerak searah hurricane. Dalam beberapa kesempatan squall lines yang mencapai panjang 250 mil (417 km) diamati bergerak melalui badai dan melintasi sirkulasi pita (band) spiral. Mereka menemukan persamaan logaritma pita spiral relatif terhadap pusat badai sebagai berikut :

loger = A + B ,
dimana : r A dan B : jari jari dari pusat badai, : sudut yang dibentuk antara jari jari dan sumbu asumsi, : konstanta. B = tan , dimana : : sudut silang antara pita dan titik potong lingkaran yang memiliki pusat yang sama dengan spiral.

Konstanta A ditentukan secara empirik, sedangkan B dirumuskan dengan :

Halaman 5

Gambar 2.2. Hurricane Connie diobservasi dengan radar 10 cm di Hatteras California Utara pada tanggal 12 Agustus 1955. Band presipitasi sesuai dengan spiral = 15o. Range markers dengan interval 10 mil (16 km). (Senn and Hiser, 1957). Sejumlah spiral yang terjadi yang memiliki nilai yang berbeda- beda di overlay. Dengan menyesuaikan overlay tersebut dengan display di radar, dimungkinkan akan ditemukan pusat dari pusaran / spiral. Ini adalah sebuah teknik yang obyektif untuk menemukan pusat badai. Senn dan Hiser (1957) menyatakan, dengan skema ini, Kita biasanya dapat menemukan pusat badai tidak lebih dari 6 mil laut (11 km) apabila jari- jari pita (band) kurang dari 50 mil (84 km) dan tidak pusat badai tidak lebih dari 10 mil (17 km) apabila jari- jari pita rata- rata lebih dari 50 mil (84 km). Dan yang perlu menjadi catatan bahwa pada observasi hurricane tanpa menggunakan radar posisi pusat bisa melenceng lebih dari 50 mil (84 km).

Sejak pola echo endapan di sekitar mata hurricane bisa untuk menunjukkan posisi dari pusat badai, banyak manfaat yang bisa diperoleh untuk mengikuti trajektori hurricane serta endapan yang menyertainya. Baik radar yang diterbangkan maupun yang di permukaan bumi telah digunakan secara luas oleh Biro Cuaca Angkatan Udara Amerika maupun untuk kepentingan industri. (Jorgenson dan Gerdes, 1951).

2.2.

Variabilitas Hujan Konvektif

Tugas penting yang harus dihadapi para ahli meteorologi adalah membuat prediksi pola hujan yang berkaitan dengan saat datangnya front. Di bagian tengah dan timur wilayah Amerika Serikat, front dingin sering diawali adanya squall lines, khususnya saat akhir bulan musim semi dan panas. Studi pencatatan penakar hujan menunjukkan bahwa garis zona badai memiliki panjang sekitar 500 1000 mil (835 1670 km) dengan masa hidup hingga beberapa hari (Newton dan Katz, 1958). Pengamatan yang dilakukan dengan perangkat jaringan pengamatan radar menunjukkan bahwa sebaran awan badai dan shower membentuk daerah badai / squall yang sangat bergolak.

Newton dan Katz (1958) mengusulkan konsep mekanisme pergerakan dan pembentukan squall lines yang terjadi sebelum adanya front (prefrontal), namun sampai saat ini belum bisa dijelaskan secara lengkap hubungan pola aliran dan karakteristik dari squall lines tersebut. Sebenarnya secara umum sangat dimungkinkan untuk diprediksi, dengan kondisi massa udara tertentu, kehadiran front dingin akan diiringi oleh garis awan badai (thunderstorm) kira- kira 100 300 mil (167 500 km) di depannya. Namun dimana lokasi, Halaman 6

seberapa dimensi, pola echo serta intensitas secara rinci belum bisa terpercaya diprediksi dan masih belum memungkinkan saat ini untuk menjawab pertanyaan seperti ini misalnya Akankan tumbuh garis badai tunggal atau gabungan dan akankah awan badai tersebut akan menggabung atau justru menyebar?.

Austin dan Blackmer (1956) telah membandingkan variabilitas dari pola hujan, dari pengamatan radar. Meskipun pengamatan mereka menggunakan radar tunggal namun mereka menghubungkan pengamatan- pengamatan tersebut dengan faktor meteorologi skala sinoptik. Mereka mengadakan penelitian terhadap 20 kali front dingin selama musim panas yang terjadi di sekitar Boston dan Massachusets. Pola echo radar diklasifikasi berdasarkan tipe hujan yang terjadi yaitu (1). Shower terpisah- pisah; (2). Shower berbentuk pita; (3). Shower yang mengumpul terdiri dari gabungan shower namun tidak membentuk pita. Satu jam sekali daerah cakupan ditentukan dengan menghitung seluas 400 mil persegi, atau lebih dari cakupan echo.

Pola sinoptik diklasifikasi dalam banyak cara. Satu diantaranya dengan membagi front dingin menjadi 4 klas, berdasar pada bentuk isobar permukaan di sekitar dari front itu. Ketika membandingkan tipe front dengan tipe endapan, kemudian dibagi lagi apakah endapan jatuh pada saat front tumbuh, sebelum ataukah setelah front punah.

Dari penelitian itu disimpulkan bahwa secara umum, endapan yang terjadi tidak berkorelasi dengan tipe sinoptik. Dari data secara umum menggambarkan bahwa pita (band) frontal dan prefrontal yang terbentuk saat hujan yang terjadi pada musim panas berasosiasi dengan front dingin.

Wilayah coverage dari echo endapan dikorelasikan dengan 7 buah variabel yang berbeda, diantaranya perbedaan temperatur di dalam front pada paras 700 mb, kecenderungan tekanan yang melewati front, stabilitas udara hangat yang diukur dari perbedaan temperatur antara 850 dengan 500 mb serta sebaran titik embun pada lapisan 850 mb pada udara hangat. Dari hasil perhitungan ternyata tidak ada koefisien korelasi yang signifikan. Hasil penelitian ini banyak berpengaruh pada praktiknya dan seharusnya diteliti lebih jauh lagi khususnya di wilayah bagian tengah Amerika Serikat dimana sering terjadinya squall lines hebat sebelum front terbentuk (prefront).

Baru- baru ini telah dilakukan penelitian variabilitas hujan konvektif harian di wilayah tropis (Battan, 1958). Diperoleh hasil bahwa peluang dari echo endapan dari awan memiliki variasi ketebalan vertikal tertentu dari satu hari ke hari berikutnya. Semakin kecil Halaman 7

stabilitas termal maka makin besar kedalaman lapisan kelembapan dan Semakin kecil gisir angin vertical maka makin besar peluang terjadi hujan dari awan dengan ketinggian sembarang. Dari analisis data data angin jelas sekali bahwa hanya pada hari- hari dengan gugusan awan berbentuk kumuli yang luas mengandung echo endapan maka wilayah tersebut berada di bawah palung kutub lapisan atas.

2.3.

Pola Endapan Saat Terjadi Siklon Dari kumpulan data dari radar yang dioperasikan pada panjang gelombang () 1,25

cm. Boucher (1957) telah menemukan beberapa faktor penting pola hujan pada kejadian siklon. Observasi yang dilakukan di sekitar Boston yang mungkin tidak sama dengan wilayah lain namun tentunya bisa dianggap mewakili siklon di New England. Boucher menggolongkan echo menjadi 4 tipe dasar yaitu: Tipe 1. Berjarak rapat tapi selnya berbeda atau unsur- unsurnya berasal dari satu bagian tunggal. Level tumbuh selnya paling umum ditemukan pada temperatur -10 dan -5 OC tapi bergeser dari +4 ke -20 OC dan memanjang secara vertical dari 2 hingga 15000 ft. Tipe 2. Sel berjarak rapat atau unsur- unsurnya berasal dari bermacam- macam tingkatan / level. Memiliki jarak temperatur yang lebih jauh pada saat perkembangan, yaitu antara -5 dan -25 OC. Tipe 3. Echo seragam dengan atau tanpa jarak aliran yang lebar. Paling sering pada temperatur antara -15 ke -30 OC. Tipe 4. Sel tidak beraturan / tak stabil dengan puncak- puncaknya pada lapisan yang berbeda. Pada umumnya pada temperatur di bawah -15 OC. Pengamatan yang dimasukkan dalam studi ini lebih sering terjadi pada saat musim dingin pada hari- hari dengan perawanan yang banyak selama 4 tahun dan terdiri dari 170 kejadian dengan 4 tipe echo di atas. Sedangkan pola sinoptiknya dibagi menjadi 3 kelas, yaitu: 1. Kelas A. Tercapai saat pra front hangat atau pola pra siklon. Dalam kasus ini pengamatan yang dilakukan dengan tekanan rendah permukaan stasiun wilayah barat, barat daya, selatan atau tenggara. Kelas jenis ini sering paling terjadi. Tercatat 74 kali kejadian dari 170 total kejadian. 2. Kelas B. Termasuk di dalamnya kasus dengan siklon atau trough. Biasanya dengan sebuah front dingin yang muncul, lewat ataupun bergerak menjauh dari stasiun. Pusat dari tekanan rendah terjadi di bagian barat laut, utara dan timur laut. Kelas jenis ini tercatat sebanyak 37 kali. Halaman 8

3. Kelas C. Termasuk di dalamnya pusat dari tekanan rendah di timur laut atau timur dari stasiun dimana tidak terdapat front yang muncul di stasiun. Tercatat sebanyak 33 kali. Sedangkan 26 kejadian dari peta permukaan tidak dapat digolongkan. Tipe 1, echo yang ditemukan paling sering pada kelas sinoptik C, misalnya, di bagian belakang siklon diikuti oleh hujan dari Ac maupun Sc, sering tertutupi oleh inverse suhu atau diskontinuitas kelembapan yang tajam yang member karakteristik puncak yang seragam. Kadangkadang echo tipe 1 ditemukan di kelas sinoptik yang lain tetapi pada situasi ini echo terbentuk pada awan Ac dan oleh sebab itu pada altitude lebih tinggi daripada umumnya yang ditemukan di belakang dari siklon. Tipe 2, echo yang sering berkait adalah kelas sinoptik A, secara umum dekat dengan pusat siklon tidak jauh dari bagian depan dari permukaan front panas. Echo ini sering ditemukan di dalam dan belakang permukaan trough. Tipe 3, echo yang hampir selalu ditemukan adalah kelas sinoptik A. Di bagian depan di permukaan front panas. Tipe 4, echo yang karakter awan konvektifnya umumnya ditemukan pada musim panas. Ini jelas bahwa echo-nya berbeda secara significan dari tipe lapisan pada dasarnya. Seperti tipe 1 3. Awan yang bertipe echo 4 berupa Cumulus congestus dan Cumulonimbus dengan dimensi vertical dan horizontal orde besar yang sama.

Gambar 2.3. Klasifikasi Echo Radar band K (12,5 40,0 GHz). (Boucher, 1957) Halaman 9

Aspek menarik dari echo tipe 3 adalah penampakan julang yang memperpanjang downward dari dasar echo. Dalam beberapa kasus tambahan sedikit dan meluas secara vertical ke ketinggian lebih bawah. Berbagai nama telah diberikan untuk perpanjangan ini yaitu presipitan, juntai/ danglers dan virga. Dalam pembicaraan di MIT di tahun 1955, R.H. Douglas dan J.S. Marshall adalah orang pertama yang memakai istilah STALAKTIT dan sekarang menjadi umum. Asal dari hujan stalaktit telah menjadi pertimbangan bermacam- macam peneliti. Atlas (1955), telah menyatakan bahwa pendinginan oleh penguapan hujan hanya terjadi di bawah dasar awan yang berperan dalam destabilisasi dan konveksi pada lapisan yang tipis. Dia menggambarkan bahwa penjungkirbalikan dapat menyebabkan pengurangan gisir angin vertical yang melalui suatu wilayah.

Gambar 2.4. Model Siklon Secara Umum diperlihatkan oleh Distribusi Echo Radar K-Band Dan sebagai tambahan, gerakan ke atas dapat mendorong partikel tumbuh cukup besar untuk kemudian jatuh. Penurunannya akan menjadi vertical hingga mereka mencapai lapisan yang lebih rendah dari udara kering dimana mereka menjadi subjek dari penguapan dan proses keseluruhan akan berulang. Umumnya batas bawah dari presipitasi akan ke depan melalui lapisan kering hingga mencapai tanah. Di sisi lain, Marshall dan Gordon (1957) telah dengan jelas menyatakan bahwa stalaktit dapat dihubungkan dengan downdraft hasil dari penguapan sublimasi. Model siklon yang diusulkan oleh Boucher (1957) untuk menunjukkan distribusi tipe echo di sekitar siklon tipik (Gambar 2.4). Model menunjukkan bahwa saat siklon menjelang awan yang terbentuk adalah tipe stabil dengan berkas- berkas awan Cirrus memilin. Lintasan partikel es yang jatuh ke dalam geladak bawah Alto stratus. Penampakan dari echo mengindikasikan turbulensi kecil (jika ada). Dekat pusat siklon bentuk awan kelihatan lebih bergolak. Awan tipe lapisan, As dan Ns, memiliki pertumbuhan kumuli pada bagian atapnya. Di sisi belakang system siklon kondisi kembali stabil dan didominasi oleh Ac atau Sc yang hamper seragam. Beberapa studi kasus yang dilakukan terhadap siklus hidup siklon ditemukan bahwa kadang- kadang Halaman 10

perubahan dari tipe echo sangat tiba- tiba. Dalam sebuah kasus pola berubah dari tipe 3 halus menjadi bentuk kasar tipe 2 hanya dalam hitungan menit, menandakan perubahan tiba- tiba pada stabilitas udara. Dengan data semacam ini, Boucher juga meneliti rata- rata presipitasi yang nampak sebagai fungsi dari kedalaman presipitasi echo. Boucher (1957) telah mengadakan banyak studi kasus siklon di New England. Dari fotografi PPI dan RHI dia mengambil kesimpulan tentang proses hujan yang terkait dengan pola pergerakan vertical. Bahwa : Untuk presipitasi sedang hingga lebat akibat siklon seperti yang terjadi pada tipe timurlautan dengan intensitas 200 mm, disertai oleh perkembangan dari sistem presipitasi yang bercirikan updraft local dengan jarak dekat dengan diameter beberapa mil pada sistem siklon secara umum pergerakannya ke atas. Dia juga mengamati bahwa satu badai yang intensif dari siklon disertai dengan kenaikan vertical dari echo RHI dan meningkatnya echo PPI. Pekerjaan ini telah mengindikasikan bagaimana pengamatan menggunakan radar dapat digunakan untuk mempelajari kebiasaan dari system siklonik. Ini akan menjadi kepentingan nyata untuk menggunakan data dari jaringan perangkat radar untuk mempelajari sejarah lengkap system tekanan rendah. Pelepasan panas laten memainkan peranan vital dalam perkembangan siklon. Dari pengamatan radar yang sesuai akan mungkin untuk membuat estimasi rata- rata pembentukan dan jatuhan dari presipitasi dan estimasi panas laten yang dilepas sebagai fungsi waktu. Informasi ini kemudian dapat dibandingkan dengan kedalaman maupun isi dari sistem siklonik itu sendiri. Boucher (1957) telah mendemonstrasikan bahwa dengan satu perangkat radar sangat mungkin untuk mempelajari episode pendek dari sejarah siklon. Itu juga mengindikasikan kasus tertentu jika tersedia tipe data yang tepat akan menjadi mungkin untuk kasus siklon tertentu dipelajari. Jaringan perangkat radar yang dipasang oleh Biro Cuaca Amerika Serikat digabungkan dengan milik Air Weather Service akan memungkinkan mendapatkan jenis pengamatan yang dibutuhkan.

Sumber : Battan, L.J., 1960: Radar Meteorology. Chap. 13. Use of Radar for The Study of Larger-Scale Weather Systems. The University of Chicago Press. USA. Bayong, T.H.K., 2007: Teledeteksi Atmosfer. Diktat Kuliah. The COMET Program. 2008. Introduction to Tropical Meteorology. Version 1.2.

Halaman 11

You might also like