You are on page 1of 3

http://matan-kitab-kitab.blogspot.com/2011/08/blog-post_3886.

html SEJARAH LAHIRNYA ILMU NAHWU


196Share

Bangsa arab merupakan bangsa yang memilki nilai sastra yang tinggi. Di zaman Arab kuno setiap tahunnya diadakan pasar seni dimana mereka berkumbul dan membanggakan syair-syair yang ada diantara mereka. Salah satu pasar seni yang terkenal adalah Ukadz yang diadakan pada bulan Syawal. Awalnya bahasa Arab amat terjaga sampai islam menyebar luas ke negeri-negeri ajam (bukan Arab). Dari sinilah mulai timbul kesalahan dalam melafadzkan bahasa arab. Penyebab utamanya adalah adanya percampuran antara bahasa arab dengan 'ajam. Kekeliruan ini sangat berbahaya karena boleh merusak makna ayat Al Quran. Sehingga Akhirnya kaidah-kaidah bahasa arab disusun dan diberi nama nahwu. Para ulama hampir bersepakat bahwa penyusun ilmu nahwu pertama adalah Abul Aswad Ad Dualy (67 H) dari Bani Kinaanah atas dasar perintah

: -
.!

- - .:
:
Sejarah munculnya Ilmu Nahwu ini pada ketika zaman Abul Aswad Ad-Dauli datang kerumah puterinya di tanah Basroh, (pada masa sekarang sebuah negeri di negara Iraq). Pada saat itu puterinya mengatakan membaca jar pada lafazh

dengan membaca Rofa pada lafadz

dan

, yang menurut bahasa yang benar

nya dilakukan sebagai

Istifham yang artinya: Wahai Ayahku ! Kenapa sangat panas? Dengan spontan Abul Aswad menjawap panas). Mendengar jawapan Ayahnya, puterinya langsung berkata : Wahai Ayah, saya tidak bertanya kepadamu tentang panasnya bulan ini, tetapi saya memberi khabar kepadamu atas kekagumanku pada panasnya bulan ini (yang semestinya jika dikehendaki Taajub diucapkan

( Wahai Puteriku, bulannya memamg musim

dengan membaca fathah pada dan membaca Nashob .)


Sejak kejadian itu, Abul Aswad lalu datang kepada sahabat, Amirul Muminin Khalifah Ali membacakan:

Kalam itu tidak boleh lepas dari kalimat Isim, Fiil, dan Huruf, dan teruskanlah untuk sesamanya ini. Kemudian Abul Aswad Ad-Dauli mengarang bab Istifham dan Tajjub, dan Di kisahkan pula dari Abul Aswad Ad-Duali, ketika ia melewati seseorang yang sedang membaca al-Quran, ia mendengar sang qari membaca surat At-Taubah ayat 3 dengan ucapan :


Dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya..

Hal ini menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rosak dan menyesatkan. Seharusnya kalimat tersebut adalah,

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kerana mendengar perkataan ini, Abul Aswad Ad-Duali menjadi ketakutan, ia takut keindahan Bahasa Arab menjadi rosak dan gagahnya Bahasa Arab ini menjadi hilang, padahal hal tersebut terjadi di awal mula daulah Islam. Lalu beliau mengarang bab Athof dan Naat, yang pada setiap karangan selalu dihaturnya pada Amirul Muminin Khalifah Ali sehingga sampai mencukupi ilmu Nahwu yang mencukupi. Dengan melihat cerita tersebut maka pengarang ilmu Nahwu pada haqiqotnya adalah Khalifah Saidina Ali, yanag melaksanaakannya adalah Abul Aswad Ad-Dauli. Pada pekembnagan selanjutnya, banyak orang yang menimba ilmu dari Abul Aswad, diantaranya Maimun Al-Aqron, kemudian generasinya Abu Amr bin Ala, kemudian generasinya Imam al Kholil al Farahidi al Bashri (peletak ilmu arudh dan penulis mujam pertama), kemudian generasinya Imam Sibaweh dan Imam Al-KisaI (pakar ilmu nahwu, dan menjadi rujukan dalam kaidah Bahasa Arab). Seiring dengan berjalannya waktu, kaidah Bahasa Arab berpecah belah menjadi dua mazhab, yakni mazhab Basrah dan Kuufi (padahal kedua-duanya bukan termasuk daerah Jazirah Arab). Kedua mazhab ini tidak henti-hentinya tersebar sampai akhirnya mereka membaguskan pembukuan ilmu nahwu sampai kepada kita sekarang.

You might also like