You are on page 1of 2

Islam dalam Seni Budaya Indonesia

September 18, 2008 in Islam Seni adalah sesuatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam bentuk materiil, maupun nonmateriil, sedangkan budaya adalah salah satu hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni, yang pada hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah. Pada Q.S. As-Sajdah [32] : 7 disebutkan, Yang memperbagus sesuatu yang Dia ciptakan, sedangkan dalil hadis menyebutkan, Sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahan. Budaya Islam Indonesia tidak sehebat seperti Kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahal-nya. Hal ini disebabkan Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai sehingga seni Islam harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan lama, dan Nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan daripada kesenian. Islam datang ke Indonesia memberikan perubahan dalam bidang seni, misalnya, penggunaan batu nisan, seni bangunan,seni sastra, dan seni ukir. 1.Batu Nisan Kebudayaan Islam dalam bidang seni, mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu nisan. Batu nisan pada masa itu adalah sesuatu yang baru. Kebudayaan terdahulunya, yaitu Budha dan Hindu, penganutnya jika meninggal dibakar, dan abunya dibuang ke laut. Di Pasai masih dijumpai batu nisan makam Sultan Malik al-Saleh yang wafat tahun 1292, dan di Jawa, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Nisan itu umumnya didatangkan dari Gujarat sebagai barang pesanan. Bentuknya lunas (bentuk badan kapal terbalik) yang mengesankan pengaruh Persia. Bentuk-bentuk nisan kemudian hari tidak selalu demikian. Pengaruh kebudayaan setempat sering mempengaruhi, sehingga ada bentuk teratai, keris, atau bentuk gunungan, seperti gunungan pewayangan. Di Troloyo, Sulawesi Selatan, batu nisan menjadi hasil kesenian tersendiri, baik karena bentuknya atau karena ukurannya. 2. Arsitektur (Seni Bangunan) Indonesia tidak memiliki satu corak seperti Ottoman style, India Style, atau Syro Egypto Style. Kegiatan keagamaan Islam di Indonesia diadakan di masjid atau mushalla. Pada mulanya, bentuk masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh seni bangunan Indonesia-Hindu. Setelah Indonesia merdeka dan dapat berhubungan dengan negara lain, maka unsur lama secara berangsurangsur hilang. Masjid yang menyerupai Taj Mahal India adalah Masjid Syukada di Yogyakarta dan Masjid Al-Azhar di Jakarta. Bentuk masjid yang terpengaruhi Ottoman style (Byzantium) seperti tampak pada Masjid Istiqlal yang bentuk kubahnya setengah lingkaran ditopang oleh pilar-pilar yang tinggi besar. Bentuk masjid dengan kusen-kusen meruncing meniru gaya India seperti Masjid al-Tien di TMII. 3. Seni Sastra Nabi Muhammad saw. Bersabda sebenar-benarnya ungkapan yang dituturkan oleh seorang penyair ialah kata-kata dari Lubayd yang menyatakan, Ingatlah, segala sesuatu selain Allah adalah binasa (batil).1 Dalam riwayat lain disebutkan, Sesungguhnya sebagian dari kefasihan lidah adalah sebuah sihir dan sebagian syair adalah sebuah hikmah.2 Seni sastra dalam Islam diperbolehkan dalam batasan mengingat Allah swt. Bidang sastra Indonesia banyak pengaruhnya dari Persia, antara lain buku-buku yang kemudian disadur ke dalam bahasa Indonesia, seperti Kaulah wa Dimnah, Bayam Budiman, Abu Nawas, dan Kisah Seribu Satu Malam. Kesusatraan Islam Indonesia adalah syair sufi yang dikarang oleh Hamzh Fansuri seperti Syair Perahu. Kaligrafi Arab merupakan bagian dari seni khath. Dibandingkan dengan negara Islam lainnya, khath di Indonesia tidak begitu menarik. Pernah pada awal kedatangannya digunakan untuk mengukir nama dan menulis ayat Al-Quran di makam-makan tertentu, seperti makam wali Maulana Malik Ibrahim di Gresik dan makam raja Pasai. Di makam itu ditulis dengan huruf arab yang indah, seperti nama, hari, dan tahun wafat, serta ayat-ayat Al-Quran. Masjid-masjid lama seperti di Banten, Cirebon, Demak, dan Kudus menerapkan kaligrafi Arab hanya sebagai pelengkap motif hias yang bersumber pada tradisi seni hias Indonesia-Hindu. Muncul juga seni tari dan seni musik. Namun, itu pun tidak dapat dipisahkan pula dari pengamalan tasawuf di Indonesia, di antaranya Saman di Aceh, Samroh di Banjarmasin, dan ada atraksi Debus di Banten. Juga ada pertunjukkan wayang yang merupakan gabungan seni Islam dan Hindu-Indonesia, seni ukir, seni tari, dan seni lagu. Kebuadayaan Hindu-Indonesia yang disesuaikan oleh Islam adalah hikayat, seperti Mahabarata, Ramayana, Pancatantra digubah manjadi Hikayat Pandawa Lima,

Hikayat Perang Pandawa, Hikayat Maharaja Rahwana, Syair Panji Sumirang, Ceruta Wayang Kinudang, dan Hikayat Panji Wila Kusuma. Hikayat tersebut kemudian dibuat tembang atau gancaan. Satu hal lagi yang mempengaruhi kesusastraan Indonesia adalah suluk. Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf yang bersifat panteisme (manusia bersatu dengan Tuhan). Contoh suluk, seperti suluk suharsa, suluk wujid, dan suluk malang sumirang. Orang yang memperkenalkan suluk di Indonesia adalah Hamzah Fanzuri dari Barus ( 1600M). 4. Seni Ukir Islam mengenal seni ukir. Dalam sebuah riwayat disebutkan. Berkata Said ibn Hasan: Ketika saya bersama dengan Ibn Abbas datang seorang laki-laki, ia berkata: Hai Ibn Abbas, aku hidup dari kerajinan tanganku, membuat arca seperti ini. Lalu Ibn Abbas menjawab, Tidak aku katakan kepadamu kecuali apa yang telah ku dengar dari Rasulullah saw. Beliau bersabda, Siapa yang telah melukis sebuah gambar maka dia akan disiksa Tuhan sampai dia dapat memberinya nyawa, tetapi selamnya dia tidak akan mungkin memberinya nyawa. Kesenian seni ukir harus disamarkan, sehingga seni ukir dan seni patung menjadi terbatas kepada seni ukir hias saja. Untuk seni ukir hias orang mengambil pola-pola berupa daun-daun, bunga-bunga, bukit-bukit, pemandangan, garis-garis geometri, dan huruf Arab. Pola ini kerap digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup (biasanya binatang), bahkan juga untuk gambar manusia. Menghias masjid pun ada larangan, cukup tulisan-tulisan yang mengingatkan manusia kepada Allah dan nabi serta firman-firman-Nya. Salah satu masjid yang dihiasi dengan ukiran-ukiran adalah Masjid Mantingan dekat Jepara berupa pigurapigura yang tidak diketahui dari mana asalnya (pigura-pigura itu kini dipasangkan pada tembok-tembok masjid). Gapura-gapura banyak dihiasi dengan pahatan-pahatan indah, seperti gapura di Tembayat (Klaten) yang dibuat oleh Sultan Agung Mataram (1633), sedangkan hiasan yang mewah terdapat pada gapura di Sendang duwur yang polanya terutama berupa gunung-gunung karang, didukung oleh sayap-sayap yang melebar melingkupi seluruh pintu gerbangnya, dibawah sayap sebelah kanan tampak ada sebuah pola yang mengandung makna berupa sebuah pintu bersayap. Islam datang ke Indonesia dengan jalan damai. Di Indonesia, terutama Jawa, Islam datang pada suatu komunitas yang telah memiliki peradaban asli yang dipengaruhi Hindu-Budha yang sudah mengakar kuat terutama di pusat pemerintahan, maka seni Islam harus menyesuaikan diri. Nusantara pun terletak pada jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan daripada kesenian. Kemudian, ketika sudah ada umat Islam pribumi, kebanyakan keturunan pedagang atau sufi pengembara yang kemudian menjadi raja Islam di Nusantara dan mulai membangun kebudayaan Islam, datang bangsa Barat yang sejak awal kedatangannya sudah bersikap memusuhi umat Islam, sehingga raja-raja Islam pribumi belum sempat membangun. Hal tersebut membuat budaya Islam di Indonesia tidak terlihat keberadaannya seperti Kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahal-nya. Namun demikian, Islam datang ke Indonesia dengan memberikan sesuatu yang baru dalam bentuk kesenian dan kebudayaan, baik dari kesenian dan kebudayaan batu nisan, seni banguan, seni sastra, dan seni ukir.

You might also like