You are on page 1of 14

Langkah-langkah Penelitian

A. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah di mana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Identifikasi masalah bertujuan agar kita maupun pembaca mendapatkan sejumlah masalah yang berhubungan dengan judul penelitian. Dalam prakteknya, kita sering menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi masalah. Hal ini disebabkan karena kemiskinan material yang menyangkut apa yang akan menjadi masalah dan kemiskinan metodologis menyangkut bagaimana memecahkan masalah. Untuk mengatasi dua hal tersebut maka: 1. Jadilah spesialis Sebagai spesialis di bidang tertentu membuat seseorang berkesempatan untuk meneliti secara rinci masalah-masalah yang belum terpecahkan. 2. Bersikap kritis dalam membaca, mendengar dan berpikir. Seorang yang bersikap kritis dalam membaca, mendengar dan berpikir menjadikan dirinya kaya dengan masalah-masalah yang belum terpecahkan. 3. Ungkapkan kembali gagasan-gagasan dari penelitian-penelitian mutakhir. Seseorang yang senang mengungkapkan gagasan-gagasan hasil penelitian mutakhir melalui observasi kancah, diskusi-diskusi dan tulisan-tulisan membuat dirinya mendapatkan berbagai masalah yang belum terpecahkan (Suwirman, 2004:27).

Identifikasi masalah diperlukan agar peneliti benar-benar menemukan masalah ilmiah, bukan akibat dari permasalahan lain. Masalah penelitian itu bersifat tidak terbatas. Meskipun demikian, tidak semua masalah yang ada di masyarakat bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Hal-hal yang dapat menjadi sumber masalah, terutama adalah: 1. Bacaan, terutama bacaan yang melaporkan hasil penelitian. Karena laporan yang baik akan mencantumkan rekomendasi untuk penelitian lebih lanjutdengan arah tertentu. 2. Diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah lainnya Pada umumnya dalam pertemuan ilmiah itu para peserta melihat hal-hal yang dipersoalkannya secara profesional. Dengan kemampuan profesional para ilmuwan peserta pertemuan ilmiah meihat, menganalisis, menyimpulkan, dan mempersoalkan hal-hal yang dijadikan pokok pembicaraan.
1

3. Pernyatan pemegang otoritas Pernyataan pemegang otoritas, baik pemegang otoritas dlam pemerintahan maupun pemegang otoritas dalam bidang ilmu tertentu dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya, pernyataan Menteri Pendidikan Nasional mengenai rendahnya daya serap murid-murid SMA, atau pernyataan seorang Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi tentang kecilnya daya tampung perguruan tinggi, dapat secara langsung mengundang berbagai penelitian. 4. Pengamatan sepintas Seringkali terjadi seseorang menemukan masalah penelitiannya dalam suatu perjalanan atau peninjauan. Ketika berangkat dari rumah sama sekali tidak ada rencana untuk mencari masalah penelitian, tetapi ketika menyaksikan hal-hal tertentu di lapangan, timbullah pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya yang terkristalisasikan dalam masalah penelitian. 5. Pengalaman pribadi Mungkin pengalaman pribadi itu berkaitan dengan sejarah perkembangan dan kehidupan pribadi, mungkin pula berkaitan dengan kehidupan profesional. 6. Perasaaan intuitif Tidak jarang terjadi, masalah penelitian itu muncul dalam pikiran ilmuwan pada pagi hari setelah bangun tidur atau pada saat-saat habis istirahat.

Permasalahan yang akan diteliti (Kerlinger, 1986) hendaknya dapat memenuhi kriteria penting yaitu: a. Permasalahan sebaiknya merefleksikan dua variabel atau lebih Masalah sebaiknya mencerminkan hubungan dua variable atau lebih, karena pada praktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu variable tertentu terhadap variable lainnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui ada dan tidaknya pengaruh strategi mengajar guru (variable satu) terhadap pemahaman siswa (variable dua). Jika seorang peneliti hanya menggunakan satu variable dalam merumuskan masalahnya, maka yang bersangkutan hanya melakukan studi deskriptif, misalnya Strategi mengajar guru Y di sekolah X. Peneliti dalam hal ini hanya akan melakukan studi terhadap strategi mengaja guru yang ada tanpa mempertimbangkan factor-faktor lain baik yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan tersebut. b. Sebaiknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak meragukan c. Sebaiknya dapat diuji secara empiris
2

Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya perumusan masalah yang dibuat memungkinkan peneliti mencari data di lapangan sebagai sarana pembuktiannya. Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk membuktikan bahwa masalah yang sedang dikaji dapat dijawab jika peneliti melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan kata lain masalah memerlukan jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti mengumpulkan data di lapangan dan jawaban masalah merupakan hasil penelitian.

Tiga kriteria ini penting sebagai pertimbangan peneliti dalam mengidentifikasi permasalahan yang ditemui, baik dalam teori maupun di lapangan. Untuk mengidentifikasi masalah penelitian, perlu diajukan pertanyaan-pertanyaan berikut. a. Masalahnya apa (Substansinya)? b. Bermasalah menurut siapa? c. Dianggap masalah dalam konteks apa? d. Dalam perspektif apa?

Kalau keempat pertanyaan di atas di cross-check-kan dengan kerangka analisis permasalahan di atas, dapat dipastikan sebagai masalah penelitian yang baik. Tetapi, kalau ternyata tidak, belum tentu dapat dianggap sebagai masalah penelitian.

B. Pemilihan Masalah

Setelah masalah diidentifikasi, belum merupakan jaminan bahwa masalah tersebut layak dan sesuai untuk diteliti. Biasanya, dalam usaha mengidentifikasi atau menemukan masalah penelitian diketemukan lebih dari satu masalah. Dari masalah-masalah tersebut perlu dipilih salah satu yaitu mana yang paling layak dan sesuai untuk diteliti. Jika yang diketemukan sekiranya hanya satu masalah, masalah tersebut juga harus dipertimbangkan layak atau tidaknya serta sesuai atau tidaknya untuk diteliti. Pertimbangan untuk memilih atau menentukan suatu permasalahan layak dan sesuai untuk diteliti pada dasarnya dilakukan dari dua arah yaitu: 1. Pertimbangan dari arah masalahnya (dari segi objektif) Dari segi objektif ini, pertimbangan akan dibuat atas dasar sejauh mana penelitian mengenai masalah yang bersangkutan itu akan memberikan sumbangan kepada: a. Pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya
3

b. Pemecahan masalah-masalah praktis Kelayakan suatu masalah untuk diteliti itu sifatnya relatif, tergantung kepada konteksnya. Suatu masalah yang layak untuk diteliti dalam suatu konteks tertentu, mungkin kurang layak kalau ditempatkan dalam konteks yang lain. Tidak ada kriteria untuk ini dan keputusan akan tergantung kepada ketajaman calon peneliti utuk melakukan evaluasi secara kritis, menyeluruh, dn menjangkau ke depan. 2. Pertimbangan dari arah calon peneliti (dari segi subjektif) Peru dipertimbangkan apakah masalah itu sesuai dengan calon peneliti. Sesuai atau tidaknya suatu masalah untuk diteliti terutam bergantung pada apakah masalah tesebut manageable (dapat dikendalikan) atau tidak oleh calon peneliti. Managability dilihat dari 5 segi yaitu: a. Biaya yang tersedia b. Waktu yang dapat digunakan c. Alat-alat dan perlengkapan yang tersedia d. Bekal kemampuan teoritis e. Penguasaan metode yang diperlukan

Hal yang penting dijadikan pegangan dalam memilih masalah penelitian ini adalah bahwa keputusan dan penentuan terakhir adalah terletak pada peneliti itu sendiri. Dalam memilih permasalahan penelitian akan lebih mudah bagi para peneliti jika mereka secara organisatoris memperhatikan langkah-langkah penting sebagai berikut. a. Mengidentifikasi cakupan luas (general area) dari permasalahan, misalnya bidang teknologi terapan, bimbingan karier, psikologi, sosiologi, manajemen, ekonomi, dan sebagainya. General area ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mencari akar permasalahan maupun sebagai latar belakang yang relevan terhadap masalah yang hendak diteliti b. Mempersempit permasalahan sehingga menjadi permasalahan yang dapat diteliti (researchable problems). Langkah mempersempit permasalahan perlu karena beberapa alasan yaitu: 1. Tidak semua permasalahan dapat diteliti 2. Permasalahan yang terlalu luas dan sulit diukur 3. Permasalah yang terlalu sempit bukan masalah penelitian tetapi hanyalah problem solving yang dapat dipecahkan secara langsung

Sebelum memilih masalah, terlebih dahulu peneliti harus menentukan topik penelitian. Setelah topik ditentukan selanjutnya peneliti harus memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topik tersebut. Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti menurut Notoatmodjo (2002), meliputi : 1. Masalah masih baru. Baru dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang penelitian terkini. 2. Aktual. Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti tentang masalah gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami hemodialise berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut, meskipun tidak pada semua pasien. 3. Praktis. Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna. 4. Memadai. Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot. 5. Sesuai dengan kemampuan peneliti. Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis 6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti. 7. Ada yang mendukung. Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah-masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansiinstansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta.

Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, maka peneliti harus menjawab beberapa pertanyaan berikut agar masalah yang diteliti layak dan relevan (Notoatmodjo, 2002): 1. Apakah masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang sedang hangat di dalam masyarakat saat ini? 2. Apakah masalah tersebut benar-benar aada di dalam masyarakat? 3. Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau masyarakat merasakan masalah tersebut? 4. Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompom tertentu, misalnya ibu hamil, bayi, atau anak balita? 5. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan ataau ekonomi yang luas? 6. Apakah masalah tersebut berhubungan dengaan kativitas program yang sedang berjalan? 7. Siapa lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut?

Dengan beberapa pertimbangan dan pertanyaan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif. Menurut Siswoyo (1987), ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam proses pemilihan masalah yaitu: a. Memberi kontribusi pada pengetahuan Secara ideal masalah setelah diteliti dapat memberikan sumbangan pada pengetahuan dalam bidang yang diteliti. Peneliti harus dapat menunjukkan manfaat dari penelitian yang dilakukan, mungkin dapat memperbaiki penemuan-penemuan yang sudah ada sehingga dapat memperoleh pengetahuan yang lebih dapat diandalkan. b. Menimbulkan masalah baru Hasil penelitian yang baik biasanya merangsang untuk bertanya lebih lanjut. Banyak penelitian yang pada akhirnya menghasilkan saran masalah yang perlu ditindaklanjuti dengan penelitian selanjutnya. Dengan demikian masalah yang dipilih harus merupakan masalah yang dapat menimbulkan masalah yang baru yang perlu diteliti lebih lanjut. c. Harus dapat diteliti secara ilmiah Agar dapat diteliti masalah harus berkaitan dengan hubungan antar variabel yang dapat dapat didefinisikan dan diukur. Banyak pertanyaan dalam pendidikan yang penting
6

tetapi tidak dapat diteliti. Pertanyaan-pertanyaan filosofis dan etis tidak dapat diuji secara empiris. d. Harus cocok bagi peneliti Masalah yang dipilih harus cocok dengan pemahaman peneliti yang akan melaksanakannya. Barangkali ada masalah yang cukup baik dipandang dari segi impliksinya namun kurang cocok bagi peneliti, baik dari segi latar belakang ilmunya, minat, dan kemampuannya sehingga penelitian tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakannya dengan baik. Oleh karena itu sangat disarankan untuk tidak memilih masalah yang tidak cocok untuk diteliti.

Beberapa kriteria yang digunakan dalam memilih masalah penelitian berdasarkan buku Metodologi Penelitian karya Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. adalah: 1. Masalah harus jelas dan tidak meragukan Masalah yang kabur akan membawa kerancuan dan sekaligus memberikan dampak negatif pada hasil penelitian. 2. Masalah hendaklah berarti, baik bagi diri pribadi, institusi, masyarakat, ataupun perkembangan ilmu pengetahuan. Pemilihan masalah hendaklah selalu mengacu pada nilai guna, dukungan, dan sumbangan yang diberikan hasil penelitian terhadap individu, keluarga, masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Ini tidak berarti sesuatu yang sudah ada tidak perlu diteliti lagi. 3. Masalah yang diteliti hendaklah berada dalam batas kemampuan dan jangkauan peneliti Dari segi disiplin ilmu, masalah itu hendaklah dalam cakupan disiplin ilmu peneliti sehingga yang bersangkutan mangakomodir masalah itu secara tuntas dan jelas sehingga memberikan deskripsi yang tepat terhadap masalah yang dipecahkan. Kekurangmampuan peneliti dalam memecahkan suatu masalah karena berada di luar bidang keahliannya atau terlalu luas akan mengakibatkan analisis yang salah, urang bermakna, dan seadanya. 4. Masalah tersebut menarik minat peneliti Masalah yang dipilih hendaklah masalah yang menarik bagi seseorang sehingga dapat memotivasi yang bersangkutan melakukan sesuatu dengan baik, bersikap serius, serta mampu memfokuskan perhatiannya pada masalah tersebut. Pemusatan perhatian dan minat akan sangat membantu peneliti dalam menyusun proposal, melaksanakan dan menganalisis hasil penelitian dengan baik.
7

5.

Dalam penelitian kuantitatif masalah hendaklah menyatakan hubungan dua variabel atau lebih, sedangkan dalam penelitian kualitatif hendaklah menyatakan keterpautan suatu objek dalam konteksnya.

6.

Masalah hendaklah mempertimbangkan faktor biaya yang digunakan Hal ini dimaksudkan untuk memberikan hasil penelitian yang akurat dan tepat guna. Makin luas ruang cakupan dan makin kompleks tingkat kesulitan, makin besar biaya yang akan digunakan dan makin dan makin sukar prosedur penelitian. Oleh karena itu, pilihlah masalah dan luas cakup penelitian sesuai dengan biaya yang mungkin disediakan.

7.

Data dapat dikumpulkan dengan cepat, tepat, dan benar Jangan memilih masalah yang datanya tidak mungkin dikumpulan dengan benar. Sebaliknya jangan cepat percaya terhadap data atau sumber data yang tersedia. Selalu adakan check dan recheck terhadap data dan sumber data penelitian.

8.

Masalah hendaklah sesuatu yang aktual dan hangat pada waktu penelitian diadakan, kecuali untuk penelitian historis atau mengkaji sesuatu yang pernah diteliti

9.

Masalah hendaklah sesuatu yang baru dan telah wajar untuk diteliti atau akan menemukan bentuk baru dari sesuatu yang sudah ada

10. Pemilihan masalah hendaklah mempertimbangkan waktu yang tersedia Lama waktu yang digunakan juga terkait dengan kemampuan peneliti, luas cakupan, biaya, dan tenaga pengumpul data. Hendaknya jangan memilih masalah di luar jangkauan waktu yang tersedia. 11. Untuk peneliti pemula sebaiknya lebih hati-hati dalam memilih masalah Kalau belum mampu, tunda dulu meneliti masalah sikap dan perilaku yang mewakili agama, moral, dan nilai-nilai karena masalah ini bersifat personal dan lebih sukar dihayati.

Secara umum, masalah dalam penelitian dapat dikategorikan dalam dua bentuk: a. Masalah-masalah yang bersifat pribadi (personal problems) Masalah-masalah yang bersifat pribadi (personal) menyangkut kehidupan pribadi seseorang atau yang bersifat pribadi seperti ketaatan dan kepercayaan seseorang, kehidupan pribadi anggota keluarga, hubungan yang bersifat pribadi, dan lain-lain. b. Masalah-masalah yang dapat diteliti (researchable problems) Masalah yang dapat diteliti merujuk pada semua objek, peristiwa, atau kejadian kalau kepada kondisi itu dapat digunakan pendekatan ilmiah dalam mengungkapkannya.
8

Masalah ini bisa berkaitan dengan individu maupun kelompok, keluarga dan masyarakat, peristiwa atau kejadian, fenomena dan peristiwa alam, dan sebagainya. Kalau dihubungkan dengan tujuan penelitian, maka masalah dalam kategori kedua ini dapat dibedakan atas 4 macam: 1. Masalah untuk memverifikasi atau memvalidasi teori 2. Masalah untuk memperjelas pertentangan dari penemuan-penemuan sebelumnya 3. Masalah untuk membetulkan kesalahan metodologi maupun analisis yang digunakan 4. Masalah untuk menyelesaikan pertetangan pendapat

C. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian merupakan titik tolak dari perumusan hipotesis dan dari rumusan masalah ini dapat menghasilkan topik penelitian atau judul penelitian. Oleh karena itu setelah mengidentifikasi dan memilih masalah, langkah berikutnya adalah merumuskan masalah. Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tertulis pertanyaanpertanyaan penelitian yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pemilihan masalah. Dengan kata lain, perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas dasar identifikasi masalah dan pemilihan masalah. Perumusan masalah itu penting karena hasilnya akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah selanjutnya. Perumusan masalah yang baik berarti telah manjawab setengah pertanyaan (masalah). Masalah yang telah dirumuskan dengan baik bukan saja membantu memusatkan pikiran, tetapi jua sekaligus mengarahkan cara berpikir kita. Tujuan utama penelitian ilmiah adalah untuk mencari hubungan atau membedakan dua variabel atau lebih secara konsepsional. Oleh karena itu, perumusan masalah sebaiknya dikaitkan dengan tujuan tersebut. Tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan masalah, namun dapat disarankan hal-hal berikut ini. a. Masalah hendaknya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya b. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas c. Rumusan masalah hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinnya

mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.
9

Juga perlu dihindari rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal maupun terlalu argumentatif. Mengenai rumusan masalah, pada umumnya dilakukan dalam bentuk pertanyaan yang dapat dibedakan menjadi rumusan secara deskriptif, komparatif dan asosiatif. 1. Rumusan Masalah Deskriptif Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Contoh: Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional? 2. Rumusan Masalah Komparatif Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda. Contoh: Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Desa? (satu variabel dua sampel) 3. Rumusan Masalah Asosiatif Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu: hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif/reciprocal/timbal balik. a. Hubungan simetris yaitu suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausan atau interaktif. Contoh: Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah? b. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Contoh: Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA? c. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik yaitu hubungan yang saling

mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh: Hubungan antara motivasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan Sami. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi

Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut.


10

1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu diadakan dan dapat dilakukan. 2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. 3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya. 4. Para peneliti menjadi dipermudah dalam menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan suatu permasalahan 1. Dalam merumuskan masalah hendaknya diketahui kedudukan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian lain. Apakah permasalahan yang diangkat benar-benar baru dan belum pernah ada sebelumnya, atau permasalahan yang diangkat merupakan tindak lanjut, pengembangan, atau pengulangan penelitian yang telah ada sebelumnya. Perlu diketahui juga masalah mana yang sudah dijawab dalam topik penelitian sebelumnya, mana yang belum dijawab. 2. Dari masalah atau pertanyaan yang belum terjawab itu dipilih pertanyaan yang dapat menjadi topik penelitian. 3. Masalah yang dirumuskan harus spesifik, jelas, singkat, dan padat yang dirumuskan dalam kalimat tanya. Masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya agar dalam melakukan penelitian, semua terarah untuk menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah dan penelitian tersebut fokusnya untuk pemecahan masalah.

Semua perumusan masalah harus dapat mencerminkan tujuan penelitian tersebut dilaksanakan. Perumusan masalah tidak boleh terlalu luas dan menyebar. Jika mungkin, dibuat sub-masalah yang lebih spesifik agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah. Muhammad Ali mengemukakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam rangka merumuskan masalah adalah; 1) mengenali keberadaan masalah, 2) menganalisis variabel, 3) mendefinisikan variabel dan 4) membuat rumusan masalah.
11

D. Latar Belakang Masalah

Dalam latar belakang masalah, kita harus menjelaskan alasan kita memilih masalah penelitian tersebut sesuai dengan apa yang sudah kita ketahui tentangnya serta situasi yang melandasinya atau yang melatarbelakanginya. Dalam menjelaskan latar belakang masalah, dapat digunakan 3 landasan berpijak yaitu: 1. Landasan filosofis Landasan filosofis mengacu kepada kebijakan pemerintah yang sedang berlaku dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Landasan idealis Dalam landasan idealis perlu dijelaskan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan dan kenyataan-kenyataan apa yang diharapkan atau hasil apa yang seharusnya diperoleh. 3. Landasan realistis Dalam landasan realistis dijelaskan kenyataan-kenyataan yang ditemukan sebagai realita yang ada yang belum tentu sesuai dengan yang diharapkan.

Pada dasarnya, latar belakang masalah memuat rasional dan pembenaran mengapa masalah atau pertanyaan yang diajukan perlu diteliti atau dijawab. Peneliti berupaya mengungkap pengetahuan, imajinasi, dan keterampilannya berkomunikasi untuk membangun rasional bahwa memang layak menghabiskan waktu, dana, dan upaya untuk melakukan penelitian ini. Penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan. Dengan demikian maka latar belakang masalah merupakan penentu apakah suatu penelitian layak dikerjakan atau tidak. Pada latar belakang masalah ditunjukkan adanya masalah yang akan diteliti. Latar belakang ini harus ditampilkan secara kuat, maka kita harus mengemukakan data dan fakta sebagai alasan, dengan mengurangi argumentasi pribadi sedikit mungkin. Pada latar belakang ini peneliti harus dapat menjelaskan bahwa keinginan untuk meneliti masalah tersebut timbul karena peneliti melihat adanya kesenjangan atau jurang perbedaan antara hal yang seharusnya atau idealnya dengan kenyataan yang ditemui di lapangan. Pada latar belakang ini harus diketahui dengan jelas bahwa masalah yang diajukan betul-betul dirasakan perlunya. Agar pada latar belakang ini dapat diajukan argumentasi yang kuat serta didukung oleh fakta dan data, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ataupun studi pustaka.
12

Latar belakang masalah merupakan uraian hal-hal yang menyebabkan perlunya dilakukan penelitian terhadap sesuatu masalah atau problematika yang muncul dapat ditulis dalam bentuk uraian paparan,atau poin-poinnya saja. Pada bagian ini dikemukakan : 1. Pentingnya masalah masalah yang akan dibahas. 2. Telaah pustaka yang telah ada tentang teknologi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. 3. Manfaat praktis hasil bahasan. 4. Perumusan masalah pokok yang dibahas secara eksplisit. Biasakan perumusan masalah dalam bentuk pertanyaan .

Latar belakang penelitian merupakan sebab-sebab (alasan) mengapa suatu masalah atau hal itu menarik untuk diteliti. Alasan tersebut dapat diperinci menjadi alasan objektif dan alasan subjektif. Alasan objektif merupakan alasan yang langsung menyangkut topik penelitian dengan objek yang akan diteliti. Secara objektif, alasan penelitian dilakukan dapat dikategorikan menjadi beberapa hal yaitu:
1. Arti penting atau peranan topik pembicaraan/penelitian

Maksudnya, topik pembicaraan/penelitian yang diangkat akan memberikan manfaat dan peranan yang penting dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan dan kehidupan sehingga hal tersebut harus diteliti.
2. Perlunya pengembangan/peningkatan di bidang topik penelitian

Ini merupakan lanjutan dari penelitian/hasil/teknologi yang telah ada terdahulu. Dengan pengembangan penelitian yang dilakukan akan menghasilkan kemanfaatan yang lebih besar bagi ilmu pengetahuan, ditemukannya metode/teknologi baru yang lebih efektif, dan lain-lain yang merupakan hasil tindak lanjut dari yang sudah ada sebelumnya.
3. Perlunya saran/masukan sebagai bahan pembinaan/ peningkatan/ pengembangan di

bidang topik penelitian. Ini merupakan penelitian yang akan dilakukan untuk menguji ulang atau mendapatkan hasil yang baru sesuai dengan topik penelitian yang sama. Sehingga hasil yang diperoleh nantinya akan berguna sebagai bahan pertimbangan untuk

peningkatan/pengembangan hasil penelitian tersebut.


4. Perlunya penelitian dilakukan untuk alasan kemanfaatan praktis (terapan, keterampilan,

pengetahuan, dll) atau alasan kemanfaatan keilmuan (pengembangan teori, dll).

Latar belakang secara objektif kebanyakan merupakan alasan yang diperoleh karena masalah yang akan menjadi topik penelitian sudah ada sebelumnya, atau sudah diangkat
13

sebelumnya. Sehingga dalam latar belakang penelitian, perlu diberikan tinjauan pustaka, data-data kuantitatif maupun kualtatif serta acuan berbagai masalah yang berkaitan dengan objek atau topik penelitian anda. Secara garis besar, dalam latar belakang diberikan informasi baik dari acuan pustaka maupun hasil observasi awal yang telah dilakukan terhadap topik penelitian itu. Sedangkan secara subjektif, sebab mengapa penelitian dilaksanakan adalah karena keterkaitan antara peneliti dengan objek penelitian. Alasan subjektif menyangkut diri subjek/peneliti sendiri, misalnya karena adanya hubungan atau pengalaman tertentu antara subjek terhadap objek penelitian.

14

You might also like