You are on page 1of 15

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Hipotesis

Hipotesis berasal dari kata hipo artinya dibawah dan tesis artinya kebenaran. Dengam demikian, hipotesis berarti di bawah kebenaran atau kebenaran yang masih rendah sehingga diperlukan pengujian untuk membuktikan kebenarannya. Dalam metodologi penelitian hipotesis

didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban sementara dari ruusan masalah yang diajukan dan harus dijui kbenarannya melalui pengumpulan dan pengolahan data (analisis data). Menurut Surakhmad (1980:69), menguji hipotesis berarti meneliti apakah hipotesis itu tepat atau tidak dapat diterima sebagai jawaban yang tepat, bukan membuktikan bahwa hipotesis itu benar. Sifat yang penting diketahui mengenai hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap masalah yang diselidiki dan setiap hipotesis harus dapat diuji kebenarannya untuk menarik kesimpulan. Margono (2004: 67) mengungkapkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Di dalam hipotesis itu terkandung suatu ramalan. Ketepatan ramalan itu tentu tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka. Nazir (2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahn penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Menurutnya, hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis

adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Trelease (Nazir, 2005: 151) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan sementara sebagai suatu fakta yang dapat diamati. Sedangkan Good dan Scates (Nazir, 2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger (Nazir, 2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesa sangat berguna dalam penelitian. Tanpa hipotesa, tidak aka nada progress dalam wawasan atau pengertian ilmiah dalam mengumpulkan fakta empiris. Tanpa ide yang membimbing, maka sulit dicari fakta-fakta yang ingin dikumpulkan dan sukar untuk menentukan mana yang relevan dan mana yang tidak. Secara garis besar, kegunaan hipotesa adalah: a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian b. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang kadangkala hilang begitu saja dari pehatian peneliti c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyeuaian dengan fakta dan antar fakta

Tinggi rendahnya kegunaan hipotesa tergantung pada: 1. Pengamatan yang tajam peneliti 2. Imajinasi serta pemikiran kreatif peneliti 3. Kerangka analisa yang digunakan oleh peneliti 4. Metode serta desain penelitian yang dipilih peneliti

Hipotesis sebaiknya dibuat sebelum peneliti terjun ke lapangan mengumpulkan data yang diperlukan, karena dua alasan yaitu: 1. Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permasalahan 2. Hipotesis dapat member arah dan petunjuk tentang pengambilan data dan poses interpretasinya

Dalam penelitian, seorang peneliti yang menuliskan hipotesis dengan baik mempunyai beberapa tujuan diantaranya: a. Menyediakan keterangan secara sementara terhadap gejala dan

memungkinkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan b. Menyediakan para peneliti dengan pernyataan hubungan antarvariabel yang dapat diuji kebenarannya c. Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian d. Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan studi

Ciri-ciri hipotesa yang baik: a. Hipotesa harus menyatakan hubungan b. Harus sesuai dengan fakta c. Harus berhubungan dengan ilmu serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu pengetahuan d. Harus dapat diuji e. Harus sederhana f. Harus bisa menerangkan hubungan

Suatu pedoman yang dapat digunakan untuk merumuskan hipotesis adalah: 1. Hipotesis dinyatakan sebagai hubungan antara variabel-variabel 2. Hipotesis dinyatakan dengan kalimat pernyataan, bukan dalam kalimat tanya. Apabila hipotesis telah diuji dan terbukti kebenarannya, hipotesa

berubah menjadi kesimpulan dan dapat pula merupakan teori yang telah dilakukan pengujiannya 3. Hipotesis dapat diuji kebenarannya atau peneliti dapat mengumpulkan data untuk menguji kebenarannya 4. Hipotesis dirumuskan dengan jelas 5. Perlu diuji apakah ada data yang menunjukkan hubungan antara variabel penyebab dan variabel terikat 6. Adanya data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulkan oleh penyebab, bukan oleh penyebab lain

Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap 2 hal: 1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian) 2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang

terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung) Apabila peneliti mengambil sikap yang kedua, maka di dlaam laporan penelitian harus dituliskan proses pergantian ini. Dengan demikian, peneliti telah bertindak jujur dan tegas, sesuatu yang memang sangat diharapkan dari seorang peneliti.

Untuk penelitian dua variabel atau lebih, hipotesis merupakan dugaan tentang kebenaran hubungan dua atau lebih variabel tersebut. Untuk memperjelas hubungan dua atau lebih variable ini, Arikunto (1990:58-59) membedakan tiga macam bentuk hubungan yaitu: a. Hubungan yang sifatnya sejajar dan tidak timbal balik Contoh: hubungan antara kemampuan matematika dengan IPA yang mana bila nilai matematikanya tinggi biasanya nilai IPAnya juga tinggi, dan sebaliknya. Namun, hubungan ini tidak merupakan hubungan sebab akibat. b. Hubungan yang sifatnya sejajar dan timbal balik

Contoh: hubungan antara kemajuan Ssains dengan teknologi yang mana kemajuan teknologimendukung kemajuan sains dan sebaliknya kemajuan sains juga mendukung kemajuan teknologi. Ada hubungan sebab akibat. c. Hubungan sebab akibat tetapi tidak timbal balik Contoh: hubungan antara dosis pupuk dengan pertumbuhan dan produksi tanaman yang mana dosis pupuk mempengaruhi pertumbuhan dan produksi sedangkan pertumbuhan dan produksi tidak mempengaruhi dosis pupuk.

Kekeliruan yang Terjadi Dalam Pengujian Hipotesis Benar atau tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isi nya benar, tetapi setelah data dikumpulkan dan dianalisa ternyata hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya, mungkin seseorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis tersebut terbukti. keadaan ini akan berbahaya, untuk hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya. Contoh: belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul memang ternyata anak-anak yang tidak belajr dapat lulus. maka ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tersebut terbukti. Tentu saya kesimpulan ini salah menurut norma umum,. pembuktin hipotesis mungkin benar. Akibatnya bisa berbahaya apabila disimpulkan oleh siswa tu mahasiswa tidak ada gunanya mereka belajar. yang salah adalah perumusan hipotesisnya. dalam hal lain terjdi perumusan hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikn kesimpulan. apabila tejadi hal yang demikian kita tidak boleh menyalahkan hipotesisnya. Kesalahan penarikan kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan sampel, kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada saat pengujian hipotesis ikut berperan. Macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis: Kesimpulan dan Keadaan Sebenarnya

Keputusan Terima Hipotesis

Hipotesis Benar Tidak Membuat Kekeliruan Kekeliruan macam I

Hipotesis Salah Kekeliruan Macam II

Tidak membuat kekeliruan

Tolak Hipotesis

selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan macam I dinyatakn dengan (alpha), sedangkn melakukan kekeliruan macam II dinyatakan dengan (beta). Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk menentukan jenis kesalahan. Misalnya: peneliti menetapakn keseahan = 1 0 0 berarti bahwa jika kita menerapakan kesimpulan penelitian kita, ka nada penyimpngan sebannyak 1 0 0 . Besar kecilnya resiko kesalahan kesimpulan ini tergantung dari keberanian peneliti, atau kesediaan peneliti mengalami kesalahan tipe I. Kesalahn tipe I ini disebut taraf signifikasi pengetesan, artinya kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. besarnya taraf ignifikansi ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih dahulu misalnya 0,15; 0,5; 0,01, dan sebagainya. pada umumnya untuk peneitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan digunakan taraf signifikansi 0,05 atau 0,01 sedangkan untuk penelitian obatobatan yng resikonya menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001, bhakn mungkin 0,0001. Apabila peneliti menolak hipotesis atas dasar taraf signifikansi 5 0 0 berarti sama dengan menolak hipotesis atas dasar taraf kepercayaan 95 0 0 , artinya apabila kesimpuln tersebut diterapakan pada populasi yang terdiri dari 100 orang, akan cocok untuk 95 orang dan bagi 5 orang lainnya terjadi penyimpangan.

B. Pengertian Pertanyaan Penelitian

Tidak selalu setiap penelitian mempunyai hipotesis. Kalau teori tidak ada yang mendukung untuk mengajukan hipotesis, baik hipotesis kerja maupun hipotesis nihil, buknlah berarti masalah tersebut tidak bisa diteliti, melainkan hipotesis dapat diganti dengan pertanyaan penelitian. Tetapi, bukan berarti kalau mengajukan pertanyaan penelitian tidak perlu lagi kajian teori atau tinjauan kepustakaan. Walaupun kita mengajukan pertanyaan penelitian, teori yang relevan dengan masalah penelitian (variabel) juga penting. Adakalanya bentuk rumusan masalah sama dengan pertanyaan penelitian dan adakalanya pertanyaan penelitian itu merupakan jabaran dari rumusan masalah. Bila pertanyaan penelitian itu sama rumusannya dengan rumusan masalah, ada kecenderungan untuk menggunakan salah satunya saja, rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, dalam rangka efisiensi. Bila pertanyaan penelitian merupakan jabaran dari rumusan masalah seperti halnya hipotesis mayor dan minor, seolah-olah rumusan masalah merupakan pertanyaan mayor dan pertanyaan peneliatian merupakan pertanyaan minor. Contoh: Rumusan masalah: Bagaimana profil kompetensi profesional guru SMA Negeri di Sumatera Barat? Pertanyaan penelitian: 1) Bagaimana profil kompetensi guru SMA Negeri mengajar siswanya di Sumatera Barat? 2) Bagaimana profil kompetensi guru SMA Negeri mendidik siswanya di Sumatera Barat? 3) Bagaimana profil kompetensi guru SMA Negeri melatih siswanya di Sumatera Barat?

Jenis-jenis penelitian yang biasanya tidak menggunakan hipotesis antara lain penelitian deskriptif (tanpa variabel bebas dan variabel terikat), penelitian historis, penelitian filosofis, penelitian penjajakan (eksplorasi), penelitian evaluasi, dan sebagainya. Penelitian-penelitian ini biasanya menggunakn pertanyaan penelitian sebagai pengganti hipotesis.

C. Macam-macam Hipotesis

Menurut Nazir (2005: 153-154) Macam-macam hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Hubungan dan Perbedaan Hipotesis dapat kita bagi dengan melihat apakah pernyataan sementara yang diberikan adalah hubungan atau perbedaan. Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variabel atau lebih, yang mendasari teknik korelasi ataupun regresi. Sebaliknya, hipotesis yang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya pengaruh variabel-variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini mendasari teknik penelitian komparatif. Hipotesis tentang hubungan dan perbedaan merupakan hipotesis hubungan analitis. Hipotesis ini, secara analitis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat dengan sifat yang lain. 2. Hipotesis Kerja dan Hipotesis Nol Dengan melihat cara pandang seorang peneliti menyusun pernyataan dalam hipotesisnya, hipotesis dapat dibedakan antara hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis nol, yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak statistikan Fisher, diformulasikan untuk ditolak sesudah pengujian. Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yang diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Dengan kata lain selisih antara variabel pertama dengan kedua adalah nol atau nihil. Dalam hipotesis nol ini, selalu ada implikasi tidak ada beda. Perumusannya bisa dalam bentuk: Tidak ada beda antara .. dengan .. Hipotesis nol dapat juga ditulis dalam bentuk: .tidak mem. Hipotesis biasanya diuji dengan menggunakan statistika. Seperti telah dinyatakan di atas, hipotesis nol biasanya ditolak. Dengan menolak hipotesis

nol, maka kita menerima hipotesis pasangan, yang disebut hipotesis alternatif. Hipotesis nol biasanya digunakan dalam penelitian eksperimental. Akhirakhir ini hipotesis nul juga digunakan dalam penelitian sosial, seperti penelitian di bidang sosiologi, pendidikan dan lain-lain. Rumusan hipotesis nol: a. Tidak ada perbedaan antara....................dengan............... Contoh : Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswa tingkat II dalam disiplin kuliah b. Tidak ada pengaruh.......................terhadap ..................... Contoh : Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti kuliah.

Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis kerja, di lain pihak, mempunyai rumusan dengan implikasi alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja biasanya dirumuskan sebagai berikut: Andaikata maka Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan oleh penelitipeneliti ilmu sosial dalam disain yang noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, si peneliti dapat bekerja lebih mudah dan terbimbing dalam memilih fenomena yang relevan dalam rangka memecahkan masalah penelitiannya. Arikunto (1990:61) membagi hipotesis kerja (H1) atas 2 bagian: 1. Hipotesi kerja (H1) terarah Peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel terikat 2. Hipotesis kerja (H1) tidak terarah

Peneliti merasakan adanya pengaruh tetapi belum berani menyatakan dengan tegas pengaruh tersebut, dengan kata lain peneliti hanya berani menyatakan ada pengaruh Rumusan hipotesis kerja: a. Jika ............................maka................... Contoh : Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik b. Ada perbadaan antara ........................dan........................ Contoh: Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara berpakaian c. Ada pengaruh................................terhadap........................... Contoh : Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.

Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.

3. Hipotesis tentang ideal dan common sense Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan common sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. Contohnya, hipotesis sederhana tentang produksi dan status pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga kerja dengan luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan antara kegiatankegiatan dala industri, dan sebagainya. Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks

dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya,

10

tentang hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A dan jenis tanaman B dengan jenis tanah B. Jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya mencari hubungan antara varietas-varietas tanaman A saja, maka kita memformulasikan hipotesis analitis.

Menurut sukardi (2003:42), adapun macam-macam hipotesis adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Walaupun hal ini tidak mutlak, hipotesis penelitian pada umumnya sama banyaknya dengan jumlah rumusan masalah yang telah ditetapkan dalam rencana penelitian. Yang penting adalah bahwa dengan dirumuskan hipotesis penelitian. Rumusan masalah yang direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak dilakukan. Dilihat dari posisinya, hipotesis penelitian ditempatkan pada bab kedua yaitu studi kepustakaan setelah landasan teori dan atau setelah kerangka berpikir tersusun. Hipotesis penelitian pada umumnya tidak diuji dengan tekhnik statistika. Karena memang fungsi utamanya untuk memberikan jawaban secara sementara, sebagai rambu-rambu tindakkan selanjutnya dilapangan. Berikut ini diberikan beberapa contoh hipotesis penelitian: a. Ada korelasi positif dan significant antara usaha peningkatan belajar disekolah dengan hasil pencapaian belajar siswa. b. Ada pengaruh positif dan significant antara motivasi dan gaya kepemimpinan dalam organisasi terhadap produktivitas lembaga. c. Ada hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara besarnya gaji yang diterima para guru dalam keinginan bekerja sambilan di luar lembaga tempat bekerja.

2. Hipotesis Statistika Jenis hipotesis yang kedua adalah hipotesis statistika. Hipotesis ini strukturnya merupakan rangkaian dua atau lebih variabel yang menjadi

11

interes dan hendak di uji oleh sipeneliti. Hipotesis statistika ini dipergunakan jika peneliti melakukan uji analisis dengan hanya

menggunakan sebagian dari keseluruhan data yang ada. Sedangkan proses teknik statistika yang menggambarkan pengambilan dari keseluruhan arah sebagian populasi disebut sebagai proses infersi. Teknik statistika dalam menganalisis sampel ini sering juga disebut sebagai statistika inferensial. Jika hasil analisis dari sempel tersebut kemudian dipergunakan untuk menyimpulkan hasil analisis keseluruhan populasi, maka proses tersebut disebut sebagai proses generalisasi.

Cuplikan

Generalisasi Inferensisal

Populasi

Pertanyaan sering timbul dalam kasus ini. di antara pertanyaan tersebut ialah bagaimana jika seorang peneliti langsung menggunakan populasi sebagai dasar analisis? Apakah perlu ada hipotesis? Jawaban yang memungkinkan adalah bahwa hipotesis penelitian tetap diperlukan untuk memberikan arah kegiatan dilapangan sedangkan hipotesis statistika menjadi kurang perlu. Dalam hal ini peneliti dapat langsung menganalisis data yang ada kemudian akan langsung memperoleh hasilnya yang menggambarkan apa yang diteliti saat itu. Mengenai bagaimana keterkaitan antara hipotesis penelitian dan hipotesis statistika dalam suatu proses penelitian? Jawaban yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah hendaknya selalu sinkron dan konsisten. Sebagai contohnya jika dalam landasan teori, peneliti telah menyatakan bahwa ada korelasi positif antara variabel satu dengan variabel lain. Hal ini perlu diperhatikan agar para peneliti tidak menjadi bingung dan akhirnya menimbulkan kerancuan dalam melakukan tes statistika dan dalam menginterpretasikan hasil analisis.

12

Dilihat dari posisinya dalam proses penelitian, hipotesis statistika pada umumnya ditempatkan dalam bab keempat atau bab yang berkaitan dengan analisis data dengan menggunakan analisis statistika. Hipotesis ini biasanya dinyatakan secara eksplisit dan jelas dengan menggunakan simbol statistika yang sesuai. Menurut Brilian (1982:31/ dalam sukardi 2003:43), macam-macam hipotesis statistika adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Nihil Hipotesis nihil tidak lain adalah merupakan hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara variabel yang menjadi interes si peneliti. Hipotesis ini merupakan hipotesis dasar penelitian kuantatif yang pada intinya adalah merupakan pernyataan teoritis yang perlu diuji. Hipotesis ini juga dapat dikatakan sebagai hipotesis deduktif karena diperoleh setelah peneliti mempelajari dari bermacam-macam sumber yang kemudian disusun dalam bentuk landasan teori. Karena diturunkan dari sumber pustaka maka kebenarannya perlu diuji dengan menggunakan data yang dieksplorasi atau diambil dari lapangan. Secara simbolis, hipotesis nihil dinyatakan dengan berikut: . Penggunaannya dalam tekhnik statistika dapat dilihat sebagai

Simbol statistika tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis nihil menunjukkan tidak ada perbedaan antara nilai rerata grup satu dengan nilai rerata grup dua. Di samping itu, peneliti juga mengajukan hipotesis tandingan atau hipotesis riset yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara grup satu dengan grup yang kedua. Yang diuji dalam analisis data adalah hipotesis nihil, yaitu jawaban sementara yang disimpulkan dari hasil kajian pustaka atau setelah peneliti menyusun landasan teori.

13

2. Hipotesis Riset Hipotesis ini sering muncul untuk mendampingi hipotesis nihil. Hipotesis ini tidak diuji mereka ditampilkan sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipotesis pertama. Peranan hipotesis riset adalah menakomodasi substansi ide dari kajian teoritis. Hipotesis ini tidak diuji, mereka ditampilkan sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipotesis pertama. Peranan hipotesis riset adalah mengakomodasi substansi ide dari kajian teoritis, jika hipotesis pertama atau hipotesis nihil gagal, maka hipotesis riset akan tidak ditolak. Kemungkinan kedua adalaah jika hipotesis nihil diterima, maka secara otomatis hipotesis pendamping atau hipotesis riset ditulak.

3. Hipotesis Alternatif Hipotesis alternatif diposisikan sebagai bentuk batasan ilmu pengetahuan setelah diperoleh dari hasil kajian teoritis. Mereka dapat digunakan untuk menempatkan bentuk pernyataan lain selain hipotesis nihil. Secara simbolis hipotesis alternatif sering dinyatakan dengan .

Contoh penggunaannya dalam perhitungan statistik dan hipotesis alternatif dapat dilihat sebagai berikut:

Jika suatu ketika peneliti menggunakan dua atau lebih hipotesis alternatif, maka digunakan indeks dibelakang sebagai penunjuknya. Sebagai contoh, alternatif nomor dua. ini berarti bahwa peneliti menggunakan hipotesis

4. Hipotesis Penyearah Hipotesis penelitian pada prinsipnya dapat berbentu hipotesis yang menunjukkan arah yang pasti dan arah yang belum pasti atau masih dalam dua arah. Dalam statistika, hipotesis dengan arah yang pasti berarti, peneliti ketika melakukan testing hipotesis akan menggunakan

14

analisis satu ekor dimana tingkat kesalahan testing hipotesis akan menggunakan analisis satu ekor dimana tingkat kesalahan yang besarnya=0,1 atau =0,5 mengumpul pada satu sisi kurva. Sedangkan untuk hipotesis yang belum menunjukkan arah. Maka peneliti dalam melakukan testing biasanya akan menggunakan analisis dua ekor. Berdasarkan lingkupnya, Arikunto (1990:62) membagi hipotesis atas 2 bagian, yaitu: 1. Hipotesis mayor, artinya hipotesis yang menunjukkan sesuatu yang besar atau hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Contoh: bakat menjadi guru berpengarh terhadap kualitas profesional guru 2. Hipotesis minor, artinya hipotesis yang menunjukkan sesuatu yang kecil atau hipotesis mengenai kaitan dari variabel ataudengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor. Contoh: bakat menjadi guru berpengaruh terhadap kualitas mengajarnya, kualitas mendidiknya, dan kualitas melatihnya Disini untuk merumuskan hipotesis minor yang dijabarkan adalah variabel terikatnya, yaitu kualitas profesioonal guru. Artinya kualitas profesional guru dapat dilihat dari aspek mengajar, mendidik, dan melatih. Penjabarn hipotesis minor ini tidak terbatas dari variabel terikat saja, mungkin juga bisa dari variabel bebas.

15

You might also like