You are on page 1of 15

3332.5.

BIOLOGI RAYAP

Di seluruh dunia jenis-jenis rayap yang telah dideskripsikan dan diberi nama ada sekitar 2000 spesies dan dari padanya sekitar 120 spesies merupakan hama, sedangkan di negara kita dari kurang lebih 200 spesies yang dikenal baru sekitar 20 spesies yang diketahui berperan sebagai hama perusak kayu serta hama

hutan/pertanian ( Tarumingkeng, ).

Berdasarkan lokasi sarang utama atau tempat tinggalnya, rayap perusak kayu dapat digolongkan dalam tipe-tipe berikut :

1. Rayap pohon, yaitu jenis-jenis rayap yang menyerang pohon yang masih hidup, bersarang dalam pohon dan tak berhubungan dengan tanah. Contoh yang khas dari rayap ini adalah Neotermes tectonae (famili Kalotermitidae), hama pohon jati.

2. Rayap kayu lembab, menyerang kayu mati dan lembab, bersarang dalam kayu, tak berhubungan dengan tanah. Contoh:Jenis-jenis rayap dari genus Glyptotermes (Glyptotermes spp., famili

Kalotermitidae).

3.

Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes spp. (famili Kalotermitidae), hidup dalam kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah-rumah dan perabot-perabot seperti meja, kursi dsb. Tanda serangannya adalah terdapatnya butir-butir ekskremen kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan di

lantai atau di sekitar kayu yang diserang. Rayap ini juga tidak berhubungan dengan tanah, karena habitatnya kering.

4. Rayap subteran, yang umumnya hidup di dalam tanah yang mengandung banyak bahan kayu yang telah mati atau membusuk, tunggak pohon baik yang telah mati maupun masih hidup. Di Indonesia rayap subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari famili Rhinotermitidae. Terutama dari genus Coptotermes (Coptotermes spp.) dan Schedorhinotermes. Perilaku rayap ini mirip rayap tanah seperti Macrotermes namun perbedaan utama adalah kemampuan Coptotermes untuk bersarang di dalam kayu yang diserangnya, walaupun tidak ada hubungan dengan tanah, asal saja sarang tersebut sekali-sekali memperoleh lembab, misalnya tetesan air hujan dari atap bangunan yang bocor. Coptotermes pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta. Coptotermes curvignathus Holmgren sering kali diamati menyerang pohon Pinus merkusii dan banyak meyebabkan kerugian pada bangunan.

5. Rayap tanah. Jenis-jenis rayap tanah di Indonesia adalah dari famili Termitidae. Mereka bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa seperti kayu, serasah dan humus. Contoh-contoh Termitidae yang paling umum

menyerang bangunan adalah Macrotermes spp. (terutama M. gilvus) Odontotermes spp. dan Microtermes spp. Jenis-jenis rayap ini sangat ganas, dapat menyerang obyek-obyek berjarak sampai 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa cm, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Macrotermes dan Odontotermes merupakan rayap subteran yang sangat umum menyerang bangunan di Jakarta dan sekitarnya ( Tarumingkeng, ).

Polimorfi -- masyarakat "komune" dalam kasta-kasta Sebagian masyarakat juga sudah mengetahui bahwa dalam koloni setiap jenis rayap, terdapat beberapa kasta individu yang wujudnya berbeda, yaitu:

1. Kasta reproduktif terdiri atas individu-individu seksual yaitu betina (yang abdomennya biasanya sangat membesar) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja) yang tugasnya membuahi betina. Jika koloni rayap masih relatif muda biasanya kasta reproduktif berukuran besar sehingga disebut ratu. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni, yaitu sepasang laron yang mulai menjalin kehidupan bersama sejak penerbangan alata. Pasangan ini disebut reprodukif primer. Jika mereka mati bukan berarti koloni rayap akan berhenti bertumbuh. Koloni akan membentuk "ratu" atau "raja" baru dari

individu lain (biasanya dari kasta pekerja) tetapi ukuran abdomen ratu baru tak akan sangat membesar seperti ratu asli. Ratu dan raja baru ini disebut reproduktif suplementer atau neoten. Jadi, dengan membunuh ratu atau raja kita tak perlu sesumbar bahwa koloni rayap akan punah. Bahkan dengan matinya ratu, diduga dapat terbentuk berpuluh-puluh neoten yang menggantikan tugasnya untuk bertelur. Dengan adanya banyak neoten maka jika terjadi bencana yang mengakibatkan sarang rayap terpecah-pecah, maka setiap pecahan sarang dapat membentuk koloni baru. 2. Kasta prajurit. Kasta ini ditandai dengan bentuk tubuh yang kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka tugasnya mempertahankan kelangsungan hidup

koloninya. Mereka berjalan hilir mudik di antara para pekerja yang sibuk mencari dan mengangkut makanan. Setiap ada gangguan dapat diteruskan melalui "suara" tertentu sehingga prajurit-prajurit bergegas menuju ke sumber gangguan dan berusaha mengatasinya. Jika terowongan kembara diganggu sehingga terbuka tidak jarang kita saksikan pekerja-pekerja diserang oleh semut sedangkan para prajurit sibuk bertempur melawan semut-semut, walaupun mereka umumnya kalah karena semut lebih lincah bergerak dan menyerang. Tapi karena prajurit rayap biasanya dilengkapi dengan mandibel (rahang) yang berbentuk gunting maka sekali mandibel menjepit musuhnya, biasanya gigitan tidak akan terlepas walaupun prajurit rayap akhirnya mati.

Mandibel bertipe gunting (yang bentuknya juga bermacam-macam) umum terdapat di antara rayap famili Termitidae, kecuali pada Nasutitermes ukuran mandibelnya tidak mencolok tetapi memiliki nasut (yang berarti hidung, dan penampilannya seperti "tusuk")

sebagai alat penyemprot racun bagi musuhnya. Prajurit Cryptotermes memiliki kepala yang berbentuk kepala bulldogtugasnya hanya menyumbat semua lobang dalam sarang yang potensial dapat dimasuki musuh. Semua musuh yang mencapai lobang masuk sulit untuk luput dari gigitan mandibelnya. Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes, Odontotermes, Microtermes dan Hospitalitermes terdapat prajurit dimorf (dua bentuk) yaitu prajurit besar (p. makro) dan prajurit kecil (p. mikro) 3. Kasta pekerja. Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Tidak kurang dari 80 persen populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja. Tugasnya melulu hanya bekerja tanpa berhenti hilir mudik di dalam liang-liang kembara dalam rangka mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat

terowongan-terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, dan -- membunuh serta memakan rayap-rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri. Dari kenyataan ini maka para pakar rayap sejak abad ke-19 telah mempostulatkan bahwa sebenarnya kasta pekerjalah yang

menjadi "raja", yang memerintah dan mengatur semua tatanan dan aturan dalam sarang rayap. Sifat kanibal terutama menonjol pada keadaan yang sulit misalnya kekurangan air dan makanan, sehingga hanya individu yang kuat saja yang dipertahankan. Kanibalisme berfungsi untuk mempertahankan prinsip efisiensi dan konservasi energi, dan berperan dalam pengaturan homeostatika (keseimbangan kehidupan) koloni rayap.

Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan

Hak cipta penulis dilindungi Undang-undang 2004 Rudy C Tarumingkeng

4
PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA (Identification of wood destroying termites in Indonesia) Oleh: Rudy C Tarumingkeng

(dari: Rudy C Tarumingkeng: 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu Indonesia Laporan L.P.H. No. 138, 28 p.) Pengantar Jenis-jenis rayap (Ordo Isoptera) merupakan satu golongan serangga yang paling banyak menyebabkan kerusakan pada kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan, terutama di daerah tropis. Jenis-jenis rayap yang telah dikenal di Indonesia berjumlah kurang lebib 200 dan mungkin masih banyak lagi yang belum ditemukan. Taksonomi dan pengenalan rayap seringkali membingungkan karena di samping jenisnya banyak, perbedaan morfologi antara species pada tiaptiap genus sangat kecil. Tulisan ini disusun berdasarkan pengamatan penulis terhadap beberapa sifat-sifat ekologi dan morfologi yang penting dari 120 koleksi berbagai jenis rayap penyerang kayu dan tanaman di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi selang tahun 1965 sampai dengan 1971 dan keterangan-keterangan yang diperoleh dari pustaka Ahmad, 1958; Roonwal dan Maiti, 1966; Roonwal, 1970). Dalam kunci pengenalan ini dikemukakan semua famili dan genera rayap yang sampai saat ini diketahui menyerang kayu, tanaman dan bahanbahan kayu lainnya. Spesies yang dikemukakan hanyalah rayap yang sangat umum terdapat dan penting arti ekonominya. Maksud tulisan ini ialah untuk membantu peneliti dan mahasiswa yang ingin mendalami manajemen deteriorasi hasil hutan khususnya aspek-aspek Ilmu Hama Hasil Hutan dan Pengawetan Kayu di mana perlu diketahui jenis atau tipe rayap pengganggu. Tanpa mengenal jenis-jenis rayap penyebab kerusakan kayu, akan sulit diperoleh cara pemecahan yang dapat

diandalkan bagi pencegahan dan pengelolaan deteriorasi hasil hutan yang disebabkan rayap.

Kunci Pengenalan Genus dan Spesies 1. a. Menyerang dan bersarang dalam pohon yang masih hidup, atau kayu, cabang dan batang mati, tunggak dan kayu lembab lainnya (Rayap pohon dan rayap kayu lembab, --- fam. Kalotermitidae) (2 ) b. Hidup dan bersarang dalam kayu mati yang kering hawa, tidak berhubungan dengan tanah. Bahan-bahan tanah tak terdapat dalam sarang. Menyebabkan kerusakan dalam kayu, berbentuk rongga-rongga tak teratur, agak memanjang searah serat. (rayap kayu kering, fam. Kalotermitidae,) --- Cryptotermes spp. (10) c. Bersarang dalam tanah atau dalam kayu yang berhubungan dengan tanah. Untuk jalan pekerja dan prajurit yang mengumpulkan makanan (kayu), membuat jalan-jalan yang tertutup (sheltertubes) dengan bahan humus atau tanah. Keadaan habitat lembab merupakan syarat mutlak bagi kehidupannya (jenis rayap subteran dan rayap tanah, -- famili Rhinotermitidae dan Termitidae) (3) 2. a.. Menyerang pohon yang masih hidup, menyebabkan pembengkakan pada batang dan cabang (gembol) dan lobang-lobang dalam kayu, Neotermes spp. ---- (11) b. Menyerang tunggak, dan kayu mati yang lembab, terutama dalam habitat hutan. --- Glyptotermes spp. 3. a. Pronotum (keping sklerit di atas ruas teraks pertama) agak datar. Koloni bersarang dalam kayu atau bahan lain yang mengandung selulosa, yang terdapat di dalam atau permukaan tanah.(rayap subteran ---- famili Rhinotermitidae). (4) b. Pronotum berbentuk pelana. Pusat sarang berada dalam tanah; membuat kuehkueh cendawan berbentuk bunga karang, dan bangunan-bangunan liat dalam tanah, kadang-kadang menyebabkan terbentuknya gundukan-gundukan tanah. (rayap tanah dan rayap pohon --------- famili Termitidae). (5) 4. a. Prajurit dengan dua ukuran (dimorfis); jumlah ruas antena 15-17 --Schedorhinotermes spp. (12)

b. Prajurit, hanya satu macam (monomorfis); jumlah ruas artena 13 - 16. Apabila diganggu, prajurit mengeluarkan cairan serupa susu ---- -- -Coptotermes spp. (13) 5. a. Perbedaan bentuk kedua mandibel prajurit terlihat tanpa bantuan kaca pembesar. --- (subfamili Amitermitinae). (6) b. Mendibel prajurit memanjang ke depan, agak simetris. Termitidae). (7) --- (subfamili

c. Mandibel prajurit sangat kecil atau hampir tak terlihat; dahi (frons) menonjol ke depan berbentuk alat penusuk (nasus).(sub famili --- -- --- -- - --Nasutitermitinae (8) 6. a. Mandibel prajurit halus, panjang dan berbentuk arit. Prajurit beberapa ukuran (polymorphic). Sarang koloni terdapat di atas tanah, pada pohon-pohon atau bangunan-bangunan. --- Microcerotermes spp. b. Bentuk mendibel prajurit sangat simetris. Mandibel kanan lurus dan tajam. Mandibel kiri lengkung. --- Capritermes spp. 7. a. Jenis-jenis berukuran besar. Prajurit dan pekerja dimorfis (dimorphic). Panjang tubuh prajuirt - besar (termasuk mandibel), 8- 15 mm, prajurit - kecil 6,5-10 mm. --- Macrotermes spp. (14) b. Jenis-jenis berukuran sedang. Prajurit dan pekerja monomorfis. Panjang tubuh prajurit 5-7,5 mm. --- -- -- Odontotermes spp. (15) c. Jenis berukuran kecil. Prajurit dan pekerja, dimorfis. Panjang prajurit - besar 3,5 - 4,75 mm, prajurit kecil 2,5 - 3,75 mm. --- -- -- -- -- -- --- -- - Microtermes spp. (19) 8. a. Nasus prajurit berbentuk krucut, bagian pangkal menebal dan agak lengkung.--(rangas cepor, pua) Nasutitermes spp. b. Nasus pada umumnya panjang dan sempit. Anggota koloni berwarna gelap, coklat tua sampai hitam, dengan tungkai dan antena yang panjang; mirip semut. Pekerja dan prajurit keluar mengumpulkan makanan tanpa membuat jalan-jalan tertutup (9)

9. a. Nasus prajurit agak pendek dan sempit. Pekerja dan prajurit mengumpulkan makanan pada malam hari -- Hospitalitermes spp. b. Nasus prajurit agak panjang, bagian pangkal tebal. Pekerja dan prajurit keluar dari sarang pada siang hari -- Lecessitermes spp. c. Tungkai-tungkai relatif tidak panjang --- Bulbitermes spp. 10. a. Panjang prajurit 3,8 - 4,4 mm, jumlah ruas antna 11 - 12, terdapat di seluruh Indonesia -- Cryptotermes cynocephalus Light. b. Panjang prajurit 4,6 - 5,6 mm, jumlah ruas antena 12 - 13, terdapat di seluruh Indonesia. -- Cryptotermes domesticus (Haviland). c. Panjang prajurit 5,0 - 6,2 mm, jumlah ruas antena 12 - 14 terdapat di seluruh Indonesia. --- Cryptotermes dudleyi Banks d. Panjang prajurit 4,5 - 5,5 mm jumlah ruas antena 11 - 12. Terdapat di Sumatera, di tempat yang agak tinggi (di atas 700 d.m.l) ---- -- -- -Cryptotermes sumatrensis Kemner 11. a. Terutama menyerang pohon jati. Panjang prajurit 7,5 - 12,0 mm, banyak menyerang tanaman jati di Jawa Tengah dan Jawa Timur --- -- -- Neotermes tectonae Dammerman b. Terutama menyerang pohon sonokeling. Panjang prajurit 12 - 12,5 mm -- Neotermes dalbergiae Kalshoven 12. a. Jumlah ruas antena, prajurit-besar 16 - 17; panjang tubuh 5,5 - 6,0 mm. Terdapat di seluruh Indonesia -- -- Schedorhinotermes translucens Haviland b. Jumlah ruas antena prajurit-besar 16; panjang tubuh 5,3 - 5,6 mm. Terutama di Jawa Barat.-- Schedorhinotermes javanicus Kemner c. Jumlah ruas antena prajurit-besar 15. Panjang tubuh 4,9 - 5,2 mm. Terutama di Kalimantan. --- Schedorhinotermes tarakensis (Oshima) 13. a. Jumlah ruas antena prajurit 14 -1 6 panjang kepala prajurit (termasuk mandibel) 2,4 - 2,6 mm. Jenis yang terbesar --- Coptotermes curvignathus Holmgren

b. Jumlah ruas antena prajurit 13 - 15; panjang kepala prajurit 1,8 - 2,1 mm mandibel relatif pendek, kira-kira sepanjang setengah panjang kepala --Coptotermes travians Holmgren c. Jumlah ruas antena prajurit 15 - 18; panjang kepala prajurit 2,0 - 2,2. Mandibel lebih panjang dari pada C.travians --- Coptotermes havilandi Holmgren (C. javanicus Kemner) d. Jumlah ruas antena prajurit 13 - 14 panjang kepala prajurit 1,6 - 1,7 mm. Jenis terkecil di antara Coptotermes --- Coptotermes kalshoveni Kemner 14. a. Panjang kepala prajurit besar (dengan mendibel), 6,5 - 7,1 mm, prajurit kecil 4,4 - 4,6 mm. Kepala berwarna coklat muda kemerahmerahan. Di Indonesia terdapat di Sumatera. --- Macrotermes malaccenis (Haviland) b. Kepala prajurit berwarna coklat tua, kehitam-hitaman. Panjang kepala prajurit besar 8,0 mm, prajurit kecil 5,0 - 5,2 mm. Terdapat di Sumatera. --Macrotermes carbonarius (Hagen) c. Warna kepala prajurit berwarna coklat merah. Panjang kepala prajurit besar, 4-8 - 5,5 mm, prajurit kecil 3,0 - 3,4 mm. Terdapat di seluruh Indonesia. --Macrotermes gilvus (Hagen) 15. a. Antena prajurit, 17 ruas. Jenis besar, sedang dan kecil, dengan lebar kepala 1,0 - 1,5 mm --- (16) b. Antena prajurit 16 ruas, lebar kepala 0,8 mm, jenis kecil. --- Odontotermes indrapurensis Holmgren c. Antena prajurit 15 ruas, lebar kepala 1,0 mm, jenis kecil. --- Odontotermes sarawakensis (Holmgren) 16. a. Jenis besar; panjang kepala (dengan mandibel) prajurit, 3,7 - 4,2 mm, lebar 1,9 - 2,4 mm. --- (17) b. Jenis sedang; panjang kepala prajurit 3,1 - 3,5 mm, lebar 1,5 - 1,7 mm. --Odontotermes makassarensis Kemner 17. a. Mandibel kiri prajurit, bergigi besar, terletak di tengah. --bogoriensis (Kemner) Odontotermes

b. Mandibel kiri prajurit, bergigi kecil, tumpul dan terletak lebih pada pihak pangkal. --- Odontotermes grandiceps Holmgren 18. a. Labrum (bibir atas) prajurit memanjang sampai ke gigi mandibel kiri; gigi mandibel runcing. --- Odontotermes javanicus Holmgren b. Panjang labrum prajurit melewati gigi mandibel gigi mandibel kecil. ---Odontotermes sundaicus Kemner 19. Ruas antena prajurit, 15 prajurit makro, panjang 4,0 - 4,5 mm; prajurit mikrol 3,3 3,8 mm. ---- Microtermes insperatus Kemner

Salah satu makhluk hidup yang banyak merusak kayu adalah rayap. Rayap tanah merusak kayu karena membuat saluran dan terowongan dalam kayu pada bangunan rumah. Di samping membuat saluran, rayap ini bahkan sering memakan kayu kering yang sehat. Bangunan rumah yang diserang bukan hanya yang terletak di dekat sarangnya yang lembab, melainkan juga yang berada di tempat yang relatif jauh dari serangan rayap. Saluran tertutup ini disebut liang kembara, dibuat menuju ke tempat lain yang tersedia kayu sebagai bahan makannya. Saluran tertutup merupakan jalan menuju ke tempat kayu berada. Selain itu, saluran ini juga merupakan jalan untuk kembali dari kayu yang diserang menuju ke sarangnya. Rayap tanah sering kembali ke sarang untuk memulihkan kelembaban diri dari kekeringan yang melandanya. Kisaran suhu yang disukai rayap adalah 21,1 - 26,67oC dan kelembaban optimal 95- 98%. Itulah sebabnya negara Indonesia merupakan tempat tinggal yang baik bagi perkembangan rayap karena suhu udaranya berkisar antara 25,7 - 28,9oC dan kelembaban berkisar antara 84 - 98%. Pada kondisi ideal, satu koloni rayap yang memiliki 60.000 rayap pekerja akan mengkomsumsi habis kayu pinus sepanjang 40 cm berukuran 2 cm x 4 cm selama 118 - 157 hari. Itulah sebabnya, rayap mampu menimbulkan kerusakan cukup besar pada struktur bangunan gedung dalam kurun waktu 3 - 8 tahun. Rayap memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi. Sampai saat ini telah tercatat lebih dari 2.000 jenis rayap yang ada di dunia. Secara garis besar, jenis rayap tersebut terbagi dalam 7 famili, 15 sub-famili dan 200 genus (marga). Hampir 10% dari keseluruhan rayap di dunia ditemukan di Indonesia yaitu 200 jenis yang terdiri atas 3 famili (Kalotermitidae,

Rhinotermitidae, dan Termitidae), 6 sub-famili (Coptotermitinae, Rhinotermitinae, Amitermitinae, Termitinae, Macrotermitinae, dan Nasutitermitinae), dan 14 genus (Neotermes, Cryptotermes, Schedorhinotermes, Prorhinotermes, Coptotermes, Microcerotermes, Caprototermes, Macrotermes, Odontotermes, Microtermes, Bulbitermes, Nasutitermes, Hospitalitermes dan Lacessitermes). Namun dari 200 jenis rayap tersebut baru sekitar 179 jenis yang telah berhasil diidentifikasi (ditentukan jenisnya secara ilmiah), yaitu 4 jenis rayap kayu kering, 166 jenis rayap kayu basah, dan 9 jenis rayap tanah (subterannean). Berdasarkan habitatnya, rayap dibagi ke dalam beberapa golongan yaitu rayap kayu basah (damp wood termite), rayap kayu kering (dry wood termite), rayap pohon (tree termite) dan subteran atau rayap tanah (subterannean termite). Rayap kayu basah adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu busuk atau pohon yang akan mati. Sarangnya terdapat dalam kayu dan tidak berhubungan dengan tanah. Rayap kayu kering adalah golongan rayap yang biasa menyerang kayu-kayu kering. Sarangnya terdapat dalam kayu dan tidak berhubungan dengan tanah. Rayap pohon adalah golongan rayap yang menyerang pohon-pohon hidup. Rayap ini bersarang di dalam pohon dan tidak berhubungan dengan tanah. Sedangkan Rayap subteran adalah golongan rayap bersarang di dalam tanah tetapi dapat juga menyerang bahan-bahan di atas tanah karena selalu mempunyai terowongan pipih yang terbuat dari tanah yang menghubungkan sarang dengan benda yang diserangnya. Dalam setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang mempunyai bentuk dan fungsi yang berbeda. Ketiga kasta tersebut adalah kasta prajurit, kasta reproduktif dan kasta pekerja. Sekitar 80 90% populasi koloni rayap merupakan kasta pekerja. Kasta pekerja inilah yang melakukan kerusakan pada aset-aset milik manusia dan bahan berlignoselulosa lainnya. Berlawanan dengan rayap tanah, rayap kayu kering dan kayu basah tidak mempunyai kasta pekerja khusus oleh karena itu nimfa-nimfa yang belum dewasa melakukan bermacam-macam tugas dari koloni termasuk mengambil alih tugas kasta pekerja. Sesudah suatu periode kerja seperti tersebut di atas, nimfa-nimfa ini menjadi dewasa dan menjadi serdadu dan rayap reproduktif. Makanan utama rayap selain selulosa kayu, juga selulosa yang terdapat pada sabuk kelapa, rumput, kertas, karton, tekstil dan kulit-kulit tanaman. Rayap juga mengkomsumsi jamur sebagai bahan makanannya, Kelompok rayap dari sub-famili Mastotermetinae (famili Termitidae) membudidayakan jamur Termitomyces (Basidiomycetes) dalam koloninya, jamur ini dimakan oleh anggota koloni yang masih muda. Rayap juga ada yang mengkomsumsi tanah yang mengandung mineral, karbohidrat, mikroorganisme tanah dan polyphenolic. Sekitar 60% dari famili termitidae mengkomsumsi tanah sebagai bahan makanannya. Berdasarkan simbiosisnya dengan mikroorganisme rayap terbagi atas dua kelompok yaitu, rayap tingkat tinggi yang bersimbiosis dengan bakteri dan rayap tingkat rendah yang bersimbiosis

dengan bakteri dan protozoa. Rayap tingkat tinggi mempunyai sistem pencernaan yang lebih berkembang dibandingkan rayap tingkat rendah karena menghasilkan enzim selulase selama proses pencernaan selulosa dalam usus belakangnya. Ada beberapa hipotesis tentang peranan bakteri yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat tinggi yaitu melindungi rayap dari bakteri asing, asetogenesis, fiksasi nitrogen, methanogenesis dan metabolisme pyruvat. Meskipun bakteri tidak melibatkan diri secara langsung dalam proses pencernaan rayap namun bakteri ini akan disebarkan oleh rayap pekerja kepada nimfa-nimfa baru. Perilaku rayap yang sekali-kali mengadakan hubungan dalam bentuk menjilat, mencium dan menggosokkan anggota tubuhnya dengan lainnya (perilaku trofalaksis) merupakan cara rayap menyampaikan bakteri dan protozoa berflagellata bagi individu yang baru saja ganti kulit (ekdisis) untuk menginjeksi kembali invidu rayap tersebut. Di samping itu, juga merupakan cara menyalurkan makanan ke anggota koloni lainnya. Sama seperti pada rayap tingkat tinggi, bakteri yang terdapat dalam usus belakang rayap tingkat rendah juga mempunyai peranan dalam proses pencernaan makanan, meskipun bakteri ini tidak berperan utama dalam proses dekomposisisi selulosa. Protozoa yang terdapat pada usus belakang rayap tingkat rendah merupakan protoza flagellata. Lebih dari 400 spesies protozoa flagellata telah diidentifikasi dalam usus belakang rayap tingkat rendah. Biomassa mikroba ini meliputi sekitar sepertujuh sampai dengan sepertiga berat rayap. Protozoa ini mempunyai peranan penting dalam metabolisme selulosa dan berfungsi menguraikan selulosa dalam proses percernaan makanannnya menghasilkan asetat sebagai sumber energi bagi rayap. Hasil penelitian Belitz and Waller (1998) menunjukkan bahwa defaunasi protozoa dalam usus belakang rayap dengan menggunakan oksigen murni menyebabkan kematian rayap sekitar dua sampai tiga minggu walaupun diberi kertas saring yang mengandung selulosa. Namun rayap ini akan hidup lebih lama dengan makanan yang sama dengan adanya kehadiran protozoa dalam usus belakangnya. Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan rayap sangat tergantung pada mikroba simbiosisnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa proses penguraian selulosa dalam usus belakang rayap berlangsung dalam keadaan anaerobik. Rayap tanah merupakan kelompok rayap yang paling banyak menyebabkan kerugian ekonomis terhadap kehidupan manusia. Genus Coptotermes (Coptotermes spp.) merupakan rayap yang paling banyak merusak kayu dan bahan berkayu lainnya di bumi ini, terutama di Asia Tenggara. Rayap tanah ini memiliki daya serangan paling tinggi bahkan serangannya dapat mencapai lantai 26 gedung bertingkat. Untuk mencapai sasarannya rayap tanah dapat menyerang dengan berbagai cara yaitu menyerang melalui kayu yang berhubungan langsung dengan tanah, masuk melalui retakan-retakan atau rongga pada dinding dan fondasi, membuat liang-liang kembara (shelter tubes) di atas permukaan kayu serta dapat menembus penghalang fisik seperti plastik, logam tipis, kabel, dan lain-lain walaupun objek tersebut bukan makanannya. Ketika rayap telah mencapai sasarannya maka rayap akan memperluas serangannya sampai bagian-bagian yang

tinggi dengan membuat sarang antara di dalam bangunan yang jauh dari tanah dan memanfaatkan sumber-sumber kelembaban yang tersedia dalam bangunan tersebut. Di Indonesia rayap tanah/subteran yang paling banyak merusak adalah jenis-jenis dari genus Coptotermes dan Schedorhinotermes. Rayap Coptotermes ditemukan banyak menyerang tanaman perkebunan dan kehutanan seperti pohon kelapa, karet, coklat, kelapa sawit dan pinus serta juga banyak merusak bangunan gedung, buku-buku, arsip-arsip, kabel-kabel listrik, telepon serta barang-barang yang disimpan. Coptotermes juga pernah diamati menyerang bagian-bagian kayu dari kapal minyak yang melayani pelayaran Palembang-Jakarta dilaporkan bahwa Coptotermes curvignathus dan Coptotermes travians merupakan spesies rayap dari genus Coptotermes yang paling banyak merusak bangunan dan hutan tanaman di Indonesia. Nandika (1991), empat golongan rayap berdasarkan tempat dan cara hidupnya antara lain : 1. Rayap pohon (Tree Termites) yaitu rayap yang menyerang kayu hidup, bersarang dalam pohon dan tidak berhubungan dengan tanah. 2. Rayap kayu basah (Damp Wood Termites), yaitu rayap yang menyerang kayu mati, sarangnya berada dalam kayu dan tidak berhubungan dengan tanah. 3. Rayap kayu kering (Dry Wood Termites), yaitu rayap yang menyerang kayu kering, terutama yang berada dibawah atap, koloninya bersarang didalam kayu tanpa berhubungan dengan tanah. 4. Rayap tanah (Subtarania Termites), yaitu rayap yang menyerang baik dalam tanah maupun diatas tanah dengan jalan membentuk liang-liang kembara sebagai jalan. Berdasarkan tempat hidupnya, rayap perusak kayu dibedakan menjadi dua yaitu rayap kayu kering dan rayap tanah. Rayap kayu kering dapat memasukki kayu yang terbuka diatas tanah secara langsung dari udara. Untuk hidupnya rayap tidak memerlukan tempat yang lembab dan tidak pernah masuk kedalam tanah. Dinamakan rayap kayu kering karena jenis ini masih mampu hidup didalam kayu berkadar air relatif rendah sekitar 5-6 %. Adanya serangan dapat dikenali dari struktur kayu yang menjadi tidak rata dan meninggalkan kotoran berbentuk kotoran-kotoran kecil. Rayap bawah tanah masuk ke dalam kayu melalui dalam tanah atau melalui lorong-lorong pelindung yang dibangunnya, dan untuk hidupnya rayap jenis ini memerlukan kelembaban tertentu secara tetap (Duljapar, 1996)

You might also like