You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS A.

Pengertian Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). B. 1. a. Penyebab Faktor infeksi Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans) b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. 3. Faktor Makanan: Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 4. Faktor Psikologis Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

D. a. b. c. d. e. f. g. h. i.

Tanda dan Gejala Diare. Muntah. Demam. Nyeri abdomen Membran mukosa mulut dan bibir kering Fontanel cekung Kehilangan berat badan Tidak nafsu makan Badan terasa lemah

Penatalaksanaan Prinsip Penatalaksanaan Penatalaksanaan gastroenteritis akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas: 1. 2. 3. 4. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Memberikan terapi simtomatik Memberikan terapi definitif. ad.1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:

a.

Jenis cairan yang hendak digunakan. Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan gastroenteritis akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.

b.

Jumlah cairan yang hendak diberikan. Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:

c.

Jalan masuk atau cara pemberian cairan Rute pemberian cairan pada orang dewasa meliputi oral dan intravena. Larutan orali dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCl, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl stiap liternya diberikan per oral pada gastroenteritis ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi.

d.

Jadual pemberian cairan Jadual rehidrasi inisial yang dihitung berdasarkan BJ plasma atau sistem skor diberikan dalam waktu 2 jam dengan tujuan untuk mencapai rehidrasi optimal secepat mungkin. Jadual pemberian cairan tahap kedua yakni untuk jam ke-3 didasarkan pada kehilangan cairan selama 2 jam fase inisial sebelumnya. Dengan demikian, rehidrasi diharapkan lengkap pada akhir jam ke-3. Tata kerja terarah untuk mengidentifkasi penyebab infeksi. Untuk mengetahui penyebab infeksi biasanya dihubungkan dengan dengan keadaan klinis gastroenteritis tetapi penyebab pasti dapat diketahui melalui pemeriksaan biakan tinja disertai dengan pemeriksaan urine lengkap dan tinja lengkap. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa diperjelas melalui pemeriksaan darah lengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin dan BJ plasma. Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus biasanya menyusul setelah Secara 1) klinis Koleriform, melihat gastroenteritis gastroenteritis karena dengan hasil infeksi tinja akut terutama pemeriksaan digolongkan terdiri atas sebagai cairan penyaring. berikut: saja.

2) Disentriform, gastroenteritis dengan tinja bercampur lendir kental dan kadang-kadang darah. Pemeriksaan penunjang yang telah disinggung di atas dapat diarahkan sesuai manifestasi klnis gastroenteritis. Memberikan terapi simtomatik Terapi simtomatik harus benar-benar dipertimbangkan kerugian dan keuntungannya. Antimotilitas usus seperti Loperamid akan memperburuk gastroenteritis yang diakibatkan oleh bakteri entero-invasif karena memperpanjang waktu kontak bakteri dengan epitel usus yang seyogyanya cepat dieliminasi. 6. Tingkat derajat Dehidrasi 1. Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok. Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

2.

3.

Penentuan derajat menurut WHO : 1. dehidrasi ringan, tanda dan grjala : Keadaan umum kondisi bayi dan anak kecil : Besar dan dewasa : Haus, sadar, gelisah Nadi radialis : Normal (frekuensi dan isi) Turgor kulit : Normal Air mata : Ada Selaput lendir : Lembab Pengeluaran Urin : Normal Tekanan darah sistolik: NormalPada dehidrasi dengan cairan 2,5% dari BB dari BB/ rata-rata. 2. Dehidrasi sedang, tanda dan gejala : Keadaan umum kondisi : Haus, sadar, merasa pusing Nadi radialis : Cepat dan lemah Pernapasan : Dalam, mungkin cepat Turgor kulit : Lembab Mata : Cekung Air mata : Kering Selaput lendir : Kering Pengeluaran Urin : Berkurang, warna tua Tekanan darah sistolik: Normal, rendah Pola dehidrasi sedang hilang cairan 5-8% dari BB rata-rata 3. Dehidrasi berat, tanda dan gejala : Keadaan umum kondisi:Mengantuk, lemas, ekstremitas dingin. Bayi dan anak kecil, berkeringat, sianosis, mungkin koma Anak lebih besar dan dewasa : Biasanya sadar, gelisah, ekstrermitas dingin, sanosis, dan kejang otot. Pernafasan : Cepat dan dalam Turgor kulit : Sangat lembut (kurang dari 2 detik) Air mata : Kering Selaput lendir : Sangat Kering Pengeluaran Urin : Tidak ada urine untuk beberapa jam kadang kecing kosong Tekanan darah sistolik: Lebih dari 80mmHg mungin tidak teratur, pada dehidrasi berat hilang cairan 8-10% dari berat badan rata-rata. 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium yang meliputi : 1. Pemeriksaan Tinja o Makroskopis dan mikroskopis. o pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula. o Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi. Pemeriksaan Darah pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal. Doudenal Intubation Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

1.


1.

B. ASUHAN KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN 1. Identitas Pada pasien diare akut, sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah dua tahun. Insiden paling tinggi terjadi pada umur 611 bulan karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak laki-laki hamper sama dengan anak perempuan (DepKes RI, 1999 : 5)

2. Keluhan Utama Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila beralngsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten. Pemeriksaan Fisik 1). Keadaan Umum Apakah anak tampak sakit ringan, sedang atau berat. Anak terlihat rewel, menangis, menyeringai atau seperti menjerit-jerit oleh karena tekanan intrakranial. Sikap berbaring aktif atau pasif, menahan nyeri (sakit perut), kelemahan aktifitas. Kesadaran apakah sadar sepenuhnya: compos mentis, apatis, samnolen, sopor atau koma. 2). Tanda- tanda vital Tekanan darah dapat menurun, hipotensi oleh karena penurunan sirkulasi oleh karena dehidrasi. Peningkatan frekuensi nadi lebih dari 140 menit (takikardi) pada anak-anak dengan pengisian nadi cepat dan melemah bahkan tak teraba. Pernafasan cepat lebih dari 30 40 kali permenit. 3). Kepala dan wajah Saat terjadinya dehidrasi ubun-ubun dapat menurun terlihat cekung, mata tampak cekung, membran mukosa kering, bibir dapat terlihat sianosis dan anak terlihat haus. 4). Leher Perhatikan bentuknya apakah simetris atau tidak, adakah benjolan oleh karena pembengkakan kelenjar limpe, perhatikan bila ada kaku kuduk oleh karena meningitis atau bila terjadi kehilangan sejumlah besar cairan elektrolit awasi adanya kejang. 5). Thorak Inspeksi bentuk thorak apakah bulat simetris atau ada kelainan bentuk seperti funnel chest, pigeon chest atau barrel chest. Perhatikan frekuensi pernafasan, irama apakah normal atau pernafasan kusmaul yang cepat dan dalam. Auskultasi bunyi nafas pokok atau ada bunyi tambahan. Perkusi apakah sonor, redup atau pekak. 6). Abdomen Perhatikan bentuknya simetris atau tidak, cembung simetris oleh karena adanya udara, cairan (asites). Cembung tidak simetris oleh karena adanya pembesaran organ-organ dalam perut seperti hepatomegali, splenomegali atau karena adanya tumor. Bentuk cekung oleh karena dehidrasi atau malnutrisi. Keadaan dinding perut pada dehidrasi, turgor kulit menurun atau jelek, adakah nyeri tekan atau keram perut, auskultasi juga bising usus pada diare akan terjadi peningkatan peristaltik usus.. 7). Genetalia Apakah ada kelainan atau tidak, anus apakah ada kemerahan oleh karena iritasi akibat peningkatan frekuensi buang air besar. 8). Eliminasi Frekuensi buang air besar yang sering dengan konsistensi feses cair dapat disertai dengan lendir atau warna kehijauan dan sedikit kencing dengan tingkat derajat dehidrasi yang berat.

9). Ekstremitas Kelemahan dalam beraktivitas, adanya sianosis pada ujung ektremitas, perhatikan juga bila adanya clubbing pada jari.

Tanda syok hipovo;emok 1. Akral dingin 2. Penurunan konsentrasi 3. Penurunan kesadaran 4. Penurunan atau tidak ada keluaran urine 5. lemah 6. warna kulit pucat 7. napas cepat 8. Berkeringat Dampak Gastroenteritis Terhadap Sistem Tubuh Lain a. Sistem Kardiovaskuler Perubahan frekuensi dan konsistensi pengeluaran tinja menyebabkan dehidrasi, kalsium dan kalium dalam darah terbawa keluar bersama tinja sehingga terjadi hipokalemi dan hipokalsemia, terjadi penurunan isi sekuncup dan jantung melakukan pemompaan lebih kuat sehingga terjadi takhikardi, apabila jantung tidak kuat memompa darah, tekanan aliran darah akan berkurang sehingga akan terjadi penurunan tekanan darah, aliran darah ke perifer berkurang yang akan menyebabkan sianosis dan akral menjadi dingin yang pada akhirnya penderita mengalami syok hipovolemik (Brenda and Jacob, 1997: 963) b. Sistem Neurologi Luka atau iritasi pada Gastroenteritis merangsang pelepasan mediator kimia (histamin, bradikinin, prostaglandin), proses ini merangsang reseptor nyeri kemudian ditransmisikan ke thalamus pada kortex serebri, kemudian nyeri dipersepsikan (C. Long, 1996: 112) c. Sistem Pernafasan Peningkatan frekuensi nafas dapat terjadi akibat nyeri Gastroenteritis ini merangsang sinyal dari sumsum tulang belakang yang dihantarkan melalui dua jalur yaitu Spinal Thalamus Tractus (STT) ke Spinal Respiratory Tractus (SRT). Dari spinal thalamus tractus akan dihantarkan ke kortex serebri sehingga nyeri dipersepsikan sedangkan dari spinal respiratory tractus dihantarkan ke medulla oblongata sehingga mengakibatkan neural inspiratory akan meningkatkan frekuensi nafas (Price and Wilson, 2000: 265). d. Sistem Muskuloskeletal Nyeri mengakibatkan adanya penekanan pembuluh darah yang mengakibatkan metabolisme anaerob yang akan menghasilkan asam laktat, hal ini mengakibatkan terjadi kelemahan otot dan nyeri sendi. Aktivitas sehari-hari dapat terganggu, selain itu akibat dari kekurangan cairan akan mengakibatkan syok hipovolemik dan tubuh kehilangan kekuatan karena tidak sadar. e. Sistem Perkemihan Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria), produk-produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat di keluarkan karena oliguri/ anuria (Ngastiah, 1998:180).

f. Sistem Integumen Gejala diare yang sering muncul mengakibatkan cairan terbuang bersama feses sehingga tubuh kehilangan banyak cairan dan pada akhirnya turgor kulit menjadi tidak normal. Asam lambung yang berlebih keluar bersama air dan feses, dengan adanya frekuensi defekasi yang sering, maka feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit sehingga terjadi kerusakan integritas kulit (Suriadi dan Suriani S.Kp, 2001: 85). 7. Manajemen Medik Gastroenteritis Menurut Mubin Halim (2001: 293), manajemen medik dari Gastroenteritis meliputi: a. Istirahat Rehidrasi secepatnya - Ringan: cukup oralit, jika tidak ada beri larutan gula dan garam. - Berat: infus Ringer Laktat/ NaCl isotonic ditambah 1 ampul Natrium bicarbonat 7,5% 50 ml. b. Diit sesuai indikasi, misalnya cairan jernih berangsur menjadi makanan yang dihancurkan, rendah sisa, rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein. c. Medikamentosa

Obat pertama - Tetrasiklin 3x 500 mg/ hari selama 3-5 hari - Kloramfenikol 3x 500 mg/ hari selama 3-5 hari - Metronidazol 3x 500 mg/ hari selama 5-7 hari Obat alternatif - Antimotilitas 3x1 tab/ hari selam 1-2 hari - Difenoksilan - Loperamid - Kodein HCl

- Antiemetik - Metoklorpropamid - Proklormazine - Domperidor

c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang factor resiko penyebab masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit yang pernah diderita dimasa lalu. Factor predisposisi yang perlu dikaji meliputi: penyakit yang sebelumnya pernah diderita, kekambuhan penyakit, riwayat pembedahan, riwayat alergi makanan, penggunaan obat-obatan. Tanyakan pula mengenai riwayat penyakit berat atau menular. Pada Gastroenteritis ini perlu ditanyakan mengenai pengalaman rasa takut, cemas, stress yang pernah dialami, keracunan makanan, intoleransi produk susu yang mengandung laktosa, serta riwayat penyakit infeksi seperti Otitis media, Pharingitis, Bronkopneumoni, dimana penyakit itu akan menghasilkan toxin yang akan menjalar ke saluran cerna. d) Riwayat Kesehatan Keluarga Tahapan ini dikaji tentang penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit saluran pencernaan. Kaji adakah penyakit keturunan dari keluarga. (Luckman and Sorrensens, 2000: 1560) 3) Data Biologis dan Fisiologis a) Pola Aktivitas Harian (1) Pola Nutrisi Kaji kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama dirawat di Rumah Sakit, yang meliputi frekuensi makan, jumlah, jenis makanan, riwayat diit, alergi dan pantangan makanan. Kebiasaan minum meliputi frekuensi, jumlah, jenis air, pantangan minum dalam sehari. Apakah ada perubahan atau keluhan pada makan dan minum akibat penyakit. Klien Gastroenteritis mempunyai keluhan mual dan haus karena pengeluaran cairan berlebih. (2) Pola Eliminasi Eliminasi BAB, kaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna, bau, jumlah dan kelainan eliminasi serta keluhan yang dirasakan. Eliminasi BAK, kaji tentang frekuensi, jumlah, warna dan bau serta keluhan yang dirasakan. Klien dengan Gastroenteritis terjadi peningkatan frekuensi BAB dengan konsistensi yang encer/ cair. (3) Pola Istirahat dan tidur Gangguan istirahat dan tidur dapat terjadi pada klien dengan Gastroenteritis karena adanya peningkatan frekuensi BAB dan adanya nyeri, dikaji pula kebiasaan dan pola tidur klien. (4) Pola Personal Hygiene Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan menggunting kuku, apakah klien memerlukan bantuan orang lain atau dapat dilakukan sendiri. Biasanya ditemukan adanya keterbatasan aktivitas karena kelemahan sehingga kebersihan diri kurang, misalnya: keadaan tubuh yang kotor. (5) Pola Aktivitas dan Latihan Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien di rumah dan di Rumah Sakit dibantu atau secara mandiri. Biasanya terjadi kesulitan dalam melakukan aktivitas karena kelemahan dan rasa nyeri yang dirasakan. b) Pemeriksaan Fisik (1) Penampilan Umum

Hasil pengamatan indera perawat secara objektif terhadap klien sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum klien dengan Gastroenteritis biasanya mengalami kelemahan, pada tingkat dehidrasi berat dapat terjadi penurunan kesadaran.

(2) Pemeriksaan Sistem Tubuh (a) Sistem Respirasi Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Hal yang di inspeksi meliputi: frekuensi pernafasan, bentuk hidung simetris atau tidak, septum nasi ditengah atau tidak, ada benda asing, kebersihan lubang hidung, secret hidung (jernih, purulen), peradangan mukosa hidung, bentuk dada, kesimetrisan pergerakan dada. Palpasi meliputi, vibrasi dada, ekspansi dada. Perkusi meliputi, suara paru sonor atau hipersonor. Auskultasi meliputi, bunyi nafas ada ronkhi atau tidak, suara paru vesikuler, jenis pernafasan biasanya pernafasan dada karena nyeri daerah abdomen. Biasanya terjadi peningkatan frekuensi nafas karena akibat nyeri yang merangsang sumsum tulang belakang untuk dihantarkan ke spinal respiratory tractus yang kemudian disampaikan ke medulla oblongata sebagai pusat pernafasan (Price, 2000: 265) (b) Sistem Kardiovaskuler Dikaji mengenai warna mukosa bibir, tidak adanya peningkatan tekanan vena jugularis, frekuensi dan irama denyut nadi, tekanan darah, bunyi jantung normal dan suara tambahan. Biasanya terjadi peningkatan denyut nadi (takhikardi), akral dingin serta penurunan tekanan darah (hipotensi) (Brenda and Jacob, 1997: 963) (c) Sistem Pencernaan Dikaji warna konjungtiva, kebersihan mulut, gigi serta lidah, adanya stomatitis, bau mulut, ada tidaknya pembesaran tonsil, kesimetrisan uvula, bentuk abdomen, ada tidaknya nyeri tekan atau lepas di daerah epigastrium, perkusi abdomen tiap kuadran, dikhawatirkan adanya massa di abdomen dan akumulasi udara di lambung dan usus, bising usus dan keadaaan anus. Klien dengan Gastroenteritis biasanya terdapat nyeri tekan epigastriun ataupun nyeri disekitar abdomen, penurunan berat badan, terjadi pula peningkatan peristaltic usus dan daerah sekitar anus kemerahan (Luckman & Sorrensen, 2000: 1560) (d) Sistem Perkemihan Ada tidaknya nyeri saat berkemih, ada tidaknya pembengkakan dan nyeri daerah pinggang, palpasi daerah kandung kencing teraba penuh atau tidak, adakah suara bruit dan friction rubs. Biasanya klien jarang BAK pada klien Gastroenteritis dengan dehidrasi. (e) Sistem Integumen Pemeriksaan hanya meliputi inspeksi dan palpasi. Kaji hygiene kulit, kuku dan rambut, struktur dan warna rambut serta kulit, turgor kulit. Pada klien dengan Gatroenteritis. Biasanya turgor kulit jelek akibat dehidrasi dan kulit sekitar anus dan perineum terdapat lesi atau eritema karena teriritasi oleh feses. (f) Sistem Endokrin Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran kelenjar getah bening, distribusi bulu rambut, hiperpigmentasi pada kulit, udema di wajah dan ekstremitas. (g) Sistem Muskuloskeletal Periksa tingkat kekuatan otot dan ekstremitas bawah dan atas, rentang gerak sendi, biasanya pada klien Gastroenteritis akan terjadi kelemahan (Doenges, 2000: 471) (h) Sistem Neurologis Pemeriksaan system saraf cranial secara khusus dilakukan pada klien dengan penyakit persarafan. Pada klien Gastroenteritis, pengkajian nervus I sampai XII diperlukan karena pada klien dengan dehidrasi berat mengalami penurunan kesadaran sehingga diperlukan penilaian GCS untuk mengidentifikasi kelainan (C. Long, 1996: 244) 4) Data Psikologis a) Status Emosional Kemungkinan ditemukan emosi klien jadi sedih, gelisah dan labil, karena proses penyakit yang tidak diketahui/ tidak pernah di derita sebelumnya b) Konsep Diri Konsep diri terdiri dari 5 komponen (1) Body Image (gambaran diri) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundenn, 1991:374). Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan klien tentang ukuran dan bentuk, penampilan dan potensi tubuh saat ini. Biasanya ditemukan perasaan tidak menyukai kulit karena penurunan turgor kulit dan iritasi pada kulit sekitar anus. (2) Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri

(Stuart dan Sundenn, 1991:376). Biasanya klien dengan Gastroenteritis merasa malu dan minder karena selalu BAB yang akan mengganggu kenyamanan orang lain. (3) Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Idealnya klien harus selalu berpola hidup bersih (Stuart dan Sundenn, 1991:375). (4) Peran Diri Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Tirah baring lama di Rumah Sakit dapat mengganggu peran klien di lingkungan sekitar. (5) Identitas Diri Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. (Stuart dan Sundenn, 1991:378). c) Stressor Stressor adalah setiap factor yang menimbulkan stress atau mengganggu keseimbangan. Stressor yang timbul berupa adanya nyerri pada perut dan seringnya BAB sehingga menyebabkan masalah yang dapat serius bagi beberapa individu. (Keliat, Budi Anna:2001) d) Mekanisme Koping Mekanisme koping ini merupakan suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dihadapi (Keliat, Budi Anna: 2001). e) Pemahaman Klien Tentang Kondisi Kesehatan yang Dihadapi Sejauh mana klien mengetahui proses penyakit yang diderita. Hal ini perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien. Biasanya penyakit yang diketahui memiliki tanda gejala yang beragam tidak semua diketahui oleh klien. 5) Data Sosial dan Budaya Dikaji mengenai pola komunikasi dan interaksi interpersonal, gaya hidup klien, factor sosiokultur dan support system yang dimiliki klien. Masih ada atau tidak mitos mengenai pantangan terhadap makanan. Biasanya masih ditemukan pantangan terhadap makanan tertentu sehingga dapat menimbulkan diare. 6) Data Spiritual Menyangkut pola religius dan keyakinan dan kepercayaan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 7) Data Penunjang Pemeriksaan laboratorium meliputi: pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, analisis feses, dan carsinoembrionik antigen. Jumlah sel darah merah menurun, kemungkinan adanya anemia atau perdarahan. Hb meningkat, kemungkinan adanya hemokonsentrasi yang disebabkan oleh dehidrasi. Kalsium, kalium, sodium, potassium menurun, kemungkinan adanya malabsorpsi, diare, dan muntah. Pada analisis feses, terdapat bakteri pathogen seperti E. coli, Shigella, Salmonella, atau staphilococus. Diperlukan pula pemeriksaan USG, Colonoscopy, analisis gaster dan MRI.(Luckman and Sorensen, 2000:1567) 8) Pengobatan Diketahui nama obat, jenis obat, dosis pemakaian, dan waktu pemberian. Obat ini digunakan untuk penyembuhan penyakit. Obat yang digunakan mencakup obat-obatan antiemetik, antimotilitas (Mubin Halim, 2001: 293).

You might also like