You are on page 1of 8

INDONESIA NEGARA GAGAL?

Disusun oleh :
Nama Kelas NPM No. Absen : Adi Triyono : 2AC AKUNTANSI : 1030060016783 : 02

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

INDONESIA NEGARA GAGAL?

Organisasi Fund For Peace merilis Indeks Negara Gagal 2012 (Failed State Index 2012). Indonesia tahun ini turun satu peringkat. Tahun 2011 lalu Indonesia peringkat 64, tahun ini peringkat 63. Indonesia masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia yang peringkat 110 dan Singapura di peringkat 157. Negara dengan tingkat kegagalan terendah adalah Finlandia di posisi 178. sedangkan negara paling gagal nomor 1 adalah Somalia. Indeks ini dibuat berdasarkan penilaian terhadap 12 indikator seperti tekanan sosial, ekonomi, dan politik. Dengan 178 negara yang masuk dalam penilaian, Fund for Peace juga menggunakan lebih dari 100 subindikator. Subindikator tersebut termasuk penegakkan HAM, pembangunan, legitimasi, serta jumlah protes dari kelompok masyarakat. Menurut data dari Fund For Peace, indikator yang paling lemah di Indonesia adalah kurangnya penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM). Mereka juga menyoroti beberapa indikator lain seperti kurangnya infrastruktur, pelabuhan, dan kesiapan teknologi yang mengakibatkan bertambahnya ongkos produksi. Fund For Peace mencatat bahwa intensitas keluhan kelompok masyarakat terus meningkat menyusul banyaknya protes, gangguan, dan beberapa kekerasan terhadap kepercayaan yang minoritas. Sedangkan, kemampuan pemerintah untuk menekan kekerasan antar golongan masih terbatas. Namun, ada beberapa prestasi yang tercantum dalam penilaian penentuan Indeks Negara Gagal tersebuat diantaranya peningkatan nilai layanan masyarakat dan peningkatan hubungan bilateral antara Indonesia-Amerika. Fund for Peace menekankan bahwa rintangan terberat bagi bangsa ini adalah ketidakberdayaan masyarakat, korupsi, sistem legislasi dan yudisial yang lemah, kekerasan terhadap kaum minoritas, dan kekuasaan yang terfragmentasi (terpecah). Fund for Peace merupakan organisasi independen, tidak memihak, non-profit, serta pendidikan yang bekerja untuk mencegah konflik. Organisasi ini memfokuskan diri kepada negara-negara yang gagal dan bermasalah. Melalui penelitian, pelatihan, serta pendidikan, Fund for Peace bertujuan untuk

menciptakan sarana praktis dan pendekatan-pendekatan terhadap pencegahan konflik, yang berguna bagi para pembuat keputusan. Dengan ranking Indonesia sebagai ranking 63 yang dikeluarkan oleh Fund For Peace mengundang beberapa tanggapan oleh beberapa kalangan, terutama pengamat politik maupun punggawa pemerintahan. Banyak yang setuju tentang peringkat Indonesia tersebut sebagai gambaran bagaimana buruknya pemerintahan saat ini, namun banyak juga yang tidak setuju dan berpendapat kalau itu hanya salah satu indikator untuk menilai kinerja pemerintah,dan msh banyak indikator lain yang perlu di pertimbangkan. Walaupun ini bukanlah hasil yang mutlak benar, namun ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintah yang akan menyelesaikan masa jabatannya. Politisi Partai Golkar Bambang Soestyo berpendapat dalam sebuah media cetak nasional , yang dimaksud dengan negara gagal untuk memenuhi rasa aman dan kenyamanan warga adalah akibat pemerintahannya, dan bukan karena bangsanya. "Oleh sebab itu, sebuah rezim pemerintahan di Indonesia boleh saja gagal, akan tetapi Republik Indonesia tak akan pernah menjadi sebuah negara gagal. Sebab, eksistensi RI ada di pundak rakyat Indonesia, bukan di tangan sebuah rezim pemerintahan," Menurut anggota Komisi III DPR Bidang Hukum itu, Indonesia sebagai negara gagal nomor urut ke-63 di dunia versi The Fund for Peace (FFP), menjadi bukti kegagalan rezim Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono membangun rasa aman dan nyaman bagi rakyatnya. FFP menempatkan Indonesia di peringkat 63 negara gagal di dunia dari 178 negara. "Saya menyikapi pendapat FFP itu sekadar sebagai kritik kepada Pemerintah, yang tahun-tahun terakhir ini begitu lemah dalam menjaga kerukunan antar-elemen masyarakat Indonesia. Saya kira, FFP menjadikan masalah kerukunan itu sebagai pijakan menilai eksistensi pemerintah di masa depan," jelasnya. Faktor lain yang juga dijadikan pijakan FFP, kata Bambang, adalah ketidakmampuan pemerintah menegakkan hukum dalam arti luas dan yang sebenar-benarnya. "FFP, boleh jadi, juga melihat kelemahan pemerintah menghadapi tekanan dan kepentingan asing selama ini," ungkapnya. Namun demikian, Bambang yakin semua persoalan itu pada akhirnya akan bisa diselesaikan oleh rakyat Indonesia sendiri. "Persoalannya, cuma momentum. Kalau kerukunan

antar-elemen masyarakat sering terganggu akhir-akhir ini, itu karena pemerintah minimalis dan cenderung membiarkannya semua terjadi. Tetapi, kita bisa merasakan bahwa 99 persen rakyat Indonesia marah terhadap mereka yang merobek-robek kerukunan antar-elemen masyarakat," kata Bambang. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan), Tjahjo Kumolo mengatakan, banyak penyebab masuknya Indonesia sebagai negara diambang gagal. Indonesia, berdasarkan data The Fund for Peace berada pada peringkat 63 dari 178 negara sebagai negara berindikasi negara gagal. Menurut Tjahjo ada beberapa hal yang menyebabkan Indonesia dinyatakan sebagai Negara gagal : Pertama, tata kelola kenegaraan dan semrawutnya penyelenggara pemerintahan. Selain itu, kedaulatan yang tidak dilaksanakan dengan baik oleh para pemegang amanah. Peningkatan gelombang gejolak perasaan publik yang semakin tidak terkendali. Tingginya korupsi birokrasi dan kejahatan yang meresahkan masyarakat serta menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintahan, penuntasan masalah isu agama, menuntaskan kasus skandal Bank Century, mafia perpajakan, mafia suara KPU dan penegakan hukum yang masih tidak berkeadilan serta tebang pilih. Juga, lanjut Tjahjo, kecenderungan memperhadapkan aparat dengan rakyat di berbagai bidang. faktor keamanan juga belum menjamin ketertiban masyarakat. Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menyatakan tak setuju dengan lembaga yang membuat peringkat tentang negara gagal. Menurut Megawati, negara tak bisa disebut gagal karena merupakan suatu wilayah kedaulatan yang terbentuk oleh aspirasi bersama masyarakat. Namun, pemerintahan negara tersebut mungkin bisa gagal. "Kita kok oleh suatu badan dibikin ranking, dibilang negara gagal," kata Mega. "Negara itu tak ada gagal, karena dia eksis. Pemerintahan itu mungkin. Negara itu terbentuk karena ada keinginan, ada wilayah," Pemerintah membantah jika Indonesia dinilai sebagai negara gagal. Hal ini bisa dilihat pada pencapaian bidang ekonomi ditengah krisis global. Selain itu, Indonesia juga tercatat

sebagai negara tujuan investor untuk berinvestasi. "Negara gagal itu kalau pertumbuhan ekonominya jelek atau negatif. Jadi salah itu. Ekonomi kita bagus begini," Dia mengatakan pemerintah selama ini terus mengelola ekonomi makronya secara baik. Hal ini ditunjukan dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto yang terus menurun jika dibandingkan negara maju sekalipun. "Debt ratio sekarang sekitar 24 persen dimana negara Eropa debt ratio mencapai diatas 70 hingga 120 persen," tuturnya. Dalam Failed State Index 2012 posisi Indonesia turun ke peringkat 63 dengan skor 80,6. Angka ini didapat dari perhitungan beberapa faktor, seperti ekonomi dan sosial. Indeks yang dikeluarkan organisasi Fund for Peace itu menilai peringkat ini turun dibandingkan dari tahun 2011 di mana Indonesia berada di peringkat 64 dengan skor 81. Indeks ini dilakukan kepada 178 negara menggunakan 12 indikator tekanan sosial, ekonomi, dan politik pada negara. Ini termasuk isu-isu seperti pembangunan tidak merata, legitimasi negara, protes kelompok masyarakat, dan penegakan hak asasi manusia. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana mengatakan Indonesia belum termasuk negara yang gagal karena saat ini kondisinya sedang berada dalam kecenderungan kondisi membaik. "Kita belum bisa dikatakan gagal, karena Indonesia berada dalam kecenderungan kondisi membaik, dengan pencapaian nilai 80,6, maka akan semakin mendekati moderat,". Ia menilai banyak komentar yang tidak tepat terkait hasil survei Failed State Index/FSI atau Index Negara Gagal 2012, yang dipublikasikan oleh Fund for Peace. Berdasarkan survei dari tahun ke tahun itu, menurutnya, justru Indonesia menunjukkan perkembangan ke arah membaik. "Saya membantah banyak komen yang tidak tepat, kok komennya Indonesia negara gagal atau mendekati negara gagal, dari survei kan membaik," ujarnya. "Indonesia negara gagal adalah kesimpulan yang salah. Ini fatal kesimpulannya," tambah dia. Dalam survei tersebut Indonesia menduduki peringkat ke-63 dari 178 negara. Dalam kategori tersebut, Indonesia masuk kategori negara-negara yang dalam bahaya menuju negara gagal Tahun lalu, Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 178 negara. Artinya, kondisi di Indonesia sepanjang satu tahun terakhir dipandang memburuk dibandingkan periode

sebelumnya. Peringkat satu di Indeks Negara Gagal masih ditempati oleh Somalia dan Republik Demokratis Kongo di posisi dua. Menurut dia, dalam tiga tahun terakhir, berdasarkan survei yang sama, kondisi Indonesia menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan.

"Dari 12 indikator yang dilakukan survei, enam indikator dinyatakan membaik, empat indikator relatif tetap atau stagnan, dan hanya dua indikator yang masih memburuk. Yang membaik tentunya akan kita lanjutkan, yang masih stagnan akan ditingkatkan lagi dan dua yang belum baik akan jadi perhatian pemerintah," katanya. Marzuki mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang ekonominya bertumbuh di dunia. Indonesia termasuk negara yang sukses dan dihargai oleh negara Eropa dan G-20. "Indonesia mampu mengatasi krisis kok kita menganggap gagal? Dari sisi pertumbuhan ekonomi bagus," kata Marzuki di DPR, Jakarta, Kamis (21/6). Selain itu 12 indikator tersebut sebenarnya sudah menjadi bagian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2013. Menteri PPN/Kepala Bappenas, Armida Alisjahbana mengatakan, dua indikator ekonomi dalam Indeks Negara Gagal membaik khususnya sepanjang tahun 2007-2012. Indeks tersebut dihasilkan dari survei yang dilakukan lembaga riset nirlaba The Fund for Peace (FFP) bekerja sama dengan majalah Foreign Policy. "Indikator ekonomi ada dua yaitu uneven development atau pembangunan tidak merata dan poverty and economic decline," jelas Armida dalam konferensi pers terkait Indeks Negara Gagal, di Kementerian PPN, Jakarta, Senin (25/6/2012). Pada indikator pembangunan yang tidak merata terdapat sejumlah subindikator, di antaranya, distribusi pelayanan perkotaan dan pedesaan dan populasi kumuh. Kondisi ekonomi Indonesia pada indikator ini menunjukkan tren yang membaik yang ditunjukkan pada angka indeks yang mengecil yakni dari 8 pada tahun 2007 menjadi 7,2 pada 2012. Sementara itu, pada indikator kemiskinan dan penurunan ekonomi, terdapat subindikator defisit ekonomi, utang Pemerintah, hingga pengangguran. Armida menyebutkan, Indonesia juga

memiliki angka indeks yang baik dalam indikator ini. Dari 6,5 pada tahun 2007 menjadi 6 pada 2012. "Ini juga sangat membaik," sambungnya. Secara keseluruhan, Armida menyebutkan, Menurut publikasi Indeks Negara Gagal (Failed States Index) 2012 di Washington DC, Amerika Serikat, Senin (18/6/2012), Indonesia berada di peringkat ke-63 dari 178 negara. Indonesia masuk kategori negara dalam bahaya (in danger). Survei ini dilakukan lembaga riset nirlaba The Fund for Peace (FFP) bekerja sama dengan majalah Foreign Policy. FFP mencatat berbagai keberhasilan Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan reformasi politik selama beberapa tahun terakhir. Namun, lembaga tersebut juga mencatat berbagai masalah utama yang bisa menghalangi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan demokrasi Indonesia. Masalah-masalah itu meliputi, antara lain, pembangunan infrastruktur, pengangguran, korupsi, kekerasan terhadap kelompok minoritas agama, dan pendidikan. Indonesia juga dihadapkan pada berbagai masalah kesehatan dan lingkungan, seperti degradasi lahan dan masalah air bersih. FFP mengutip hasil riset lembaga pemikiran Cameron Institute yang menyatakan Indonesia kehilangan 37,2 miliar dollar AS per tahun atau sekitar 7 persen dari Produk Domestik Bruto karena serangan penyakit tak menular, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kanker, dan jantung. Setelah penulis mengutip beberapa pendapat tokoh penting tentang sebutan Indonesia sebagai Negara Gagal dengan menduduki peringkat 63 dari 178 negara, sekarang waktunya penulis mengutarakan beberapa opini. FFP atau Fund For Piece merupakan badan indepen, dan dalam melakukan perankingkan mempertimbangkan banyak elemen suatu negara baik dari segi social, ekonomi , maupun pertanahan dan keamanan sehingga hasil survey merupakan hasil yang objektik yang mendekati keadaan sebenarnya. Dan hasil badan tersebut menempatkan Indonesia di posisi ke 63 sebagi Negara gagal atau dalam posisi bahaya. Namun hasil ini tidak lantas dapat digunakan untuk menyimpulkan keadaan Negara Indonesia sebenarnya saat ini, karena beberapa Survei oleh badan lain justru menyatakan bahwa Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama dalam bidang ekonomi. Dalam krisis yang terjadi di Eropa belakangan ini, terbukti bahwa Indonesia mampu

stabil dalam perekonomian. Dan Indonesia juga mendapatan Investment Grade yang menyatakan bahwa Indonesia merupakan laham yang aman untuk melakukan Investasi. Dan secara umum keamanan di Indonesia juga cukup baik walaupun tetap saja masih ada beberapa kasus yang terjadi di Indonesia. Sebaiknya pemerintah dapat menerima hasil ranking yang dikeluarkan oleh FFP tersebut dan dapat menjadikan hasil tersebut sebagai kritik dan bahan evaluasi yang akan membangun Indonesia menjadi Negara yang lebih baik lagi. Dan untuk dapat menjadi Negara yang sukses tidak hanya dibutuhkan kerja keras pemerintah saja, namun dibutuhkan juga partisipasi seluruh rakyat demi terwujud tujuan Negara, jadi jangan hanya mengkritik pemerintah yang sedang menjalankan tugasnya namun berpartisipasilah dalam meringankan beban pemerintah dengan menjalankan hak dan kewajiban masing-masing dengan benar.

You might also like