You are on page 1of 12

I. A.

Latar Belakang

PENDAHULUAN

Ikan nila adalah ikan yang hanya dapat hidup pada air hangat. Ikan nila ini berasal dari Afrika dan diperkenalkan di Indonesia oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Budidaya ikan nila dapat dipelihara pada kolam, danau, sungai yang berada di desa atau luar kota yang airnya bersih (Widyastuti,2008). Jenis nila yang masuk ke Indonesia pertama kali adalah jenis Oreochromis niloticus dan nila jenis mozambigue atau lebih dikenal dengan mujair. Jenis nila ini banyak di sebarkan oleh BBPBAT ke seluruh tanah air. Ikan nila dikenal dengan TILAPIA, merupakan ikan darat yang hidup di perairan tropis. Air bersih, mengalir dan hangat merupakan habitat yang disukai ikan nila. Ikan nila disukai dan dikonsumsi oleh banyak orang karena rasa dagingnya gurih dan memiliki protein yang tinggi. Ikan nila hanya dapat berkembang pada suhu air yang hangat dan tidak dapat hidup pada air yang dingin. Ikan nila dikenal dengan ikan tropis karena memang hanya ada di daerah tropis seperti Indonesia, dengan suhu di antara 23-32 derajat Celsius. Ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah (Widyastuti,2008). Ikan nila mempunyai nilai ekonomis penting dan merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar. Prospek ikan nila ditandai dengan produkai ikan nila terus meningkaat dan Indonesia merupakan salah satu negara pengeskpor ikan ini. Namun, demikian , hingga saat ini permasalahan yang dihadapi oleh pembudidaya ikan nila berupa pertumbuhan yang semakin menurun, ukuran individu mengecil dan matang kelamin pada usia dini belum dapat diatasi. Permasalahan tersebut muncul karena pengolahan perbenihan dan induk yang tidak tepat (Widyastuti,2008). Berdasarkan uraian di atas, penurunan pertumbuhan harus segera ditangani secara serius. Perbaikan genetik melalui seleksi merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh. Sejak tahun 2004 telah dilakukan program seleksi untuk memperbaiki pertumbuhan nila. Beberapa penelitian terdahulu melaporkan bahwa terdapat korelasi negatif yang erat antara pertumbuhan dengan parameter bioremediasi (Hortgen-Schwark and Langhoiz, 1998; Uraiwan,1998). Agar dapat melakukan perbandingan perlu suatu cara membandingkan antara karateristik pemijahan buatan dan pemijahan alami. B. TUJUAN 1. Mengetahui karakter induk,telur,benih pada pemijahan buatan ikan nila.
1

2.

Mengetahui perbedaan proses pemijahan alami dan buatan.

A. MANFAAT Manfaat dari seminar ini agar dapat mengetahui karakter pemijahan buatan ikan nila. Serta agar dapat mengetahuai perbedaan karakteristik pemijahan alami dan pemijahan buatan. Selain itu untuk mengetahui perbedaan hasil ikan nila hasil seleksi dan non seleksi pada pemijahan buatan.

B. METODELOGI Metode yang digunakan dalam seminar ini dengan menggunakan metode tinjauan pustaka. Dengan cara mencari jurnal-jurnal, literatur, buku dan sebagainya.

I. A. Pemijahan alami

PEMBAHASAN

Proses perkawinan induk jantan dan betina sampai menghasilkan larva disebut pemijahan. Indukan betina yang matang kelamin pada umur 6-8 bulan dengan berat 300-450
2

gram. Sedangkan indukan jantan 6-8 bulan dengan berat 400-600 gram. Ciri induk yang berkualitas baik yaitu kondisi sehat, bentuk badan normal,sisik besar tersusun rapi, gerakan lincah. Ikan betina dapat mengandung telur 500-1000 butir. betina dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel.1 Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina Ciri ciri Bentuk tubuh Warna tubuh Jumlah lubang kelamin Induk jantan Lebih tinggi dan membulat, relatif besar Lebih cerah - Lubang sperma dan merangkap lubang Anus Induk Betina Lebih rendah dan memanjang Lebih gelap -Lubang untuk mengeluarkan telur -Lubang untuk mengeluarkan urine Tidak menonjol dan bulat Tidak mengeluarkan cairan. Dari jumlah tersebut bisa dihasilkan 200-400 ekor larva (Khairunman,2011). Untuk dapat melihat perbedaan jantan dan

Bentuk alat kelamin Ketika matang gonad Sumber: Anonim, 2011

Tonjolan agak meruncing Perut distiping mengelurkan cairan sperma

Agar pemijahan dapat berlangsung sesuai waktu, maka perlu memperhatikan kriteria indukan yang siap mijah yang dapat dilihat di tabel 2. Tabel.2 Kriteria indukan jantan dan betina Kriteria 1.Umur 2.Panjang Total 3.Bobot tubuh 4.Fekunditas 5.Diameter telur Sumber : SNI 01-6138-1999 Satuan Bulan Cm G Butir/ekor Mm Jenis Kelamin Jantan 6-8 16-25 400-600 Betina 6-8 14-25 300-450 1000-2000 2,5-3,1

Pemijahan alami adalah pemijahan tanpa campur tangan manusia. Nila jantan akan membuat sarang pada dasar kolam kemudian mengundang betina untuk bertelur pada sarang itu, ketika telur-telur nila keluar, nila jantan akan membuahi dengan cara menyemprotkan cairan jantannya ketelur-telur itu. Setelah telur-telur itu dibuahi oleh si jantan maka betina kembali menyimpan telur-telur itu kedalam mulutnya (Anonim,2011). Menurut Cahyono (2000) telur telur menetas menjadi larva (burayak) akan dikeluarkan dari mulutnya dan dalam pengasuh induknya. Selama dalam asuhan, larva ikan nila tersebut sebentar-sebentar dimasukan ke dalam muluut betina, kemudian dilepaskan lagi. Tujuan indukan memasukkan larva ke dalam mulutnya adalah untuk melindungi dari serangan atau ganguan ikan lain (ikan liar) yang masuk dalam kolam.
3

Terdapat dua kata kunci utama yang menentukan keberhasilan pemijahan ikan, yaitu : seleksi induk matang gonad dan penentuan waktu pengeluaran telur. Induk matang gonad adlah kondisi induk yang sudah mengalami pemtangan gonad akhir sehingga siap untuk dipijahkan. (Anonim,2009) A. Karakter induk pada pemijahan buatan Pada suatu penelitian mengenai pemijahan buatan. Induk dipijahkan lima pasang induk dengan cara pemijahan buatan. Induk yang sudah matang gonad disuntikan ovaprim dengan dosis 0,8 ml/kg bobot tubuh untuk ikan betina, sedangkan ikan jantan 0,3 ml/kg bobot tubuh. Penyuntikan dilakukan secara intaramuskular dengan satu kali dosis penyuntikan. Penggunaan ovaprim dapat membuat telur ovulasi namun telur telur tersebut tidak berhasil menetas kemungkinan hal tersebut dikarenakan tingkat kematangan gonad yang belum siap untuk diovulasikan. Kemudian pada tahap pemijahan berikutnya penyeragaman telur telah dilakukan dengan penyuntikan pendahuluan (priming injection) mengunakan hCG 500 IU/kg bobot tubuh dan dilakukan 24 jam sebelum penyuntikan ovaprim Dengan teknik demikian diperoleh telur dan dapat menetas. Hasil ini memberikan indikasi bahwa pemberian hCG sebagai priming sebelum penyuntikan. diovulasikan. Ovaprim dapat meningkatkan kematangan /kesiapan telur untuk Tujuan priming adalah untuk mempercepat proses pematangan dan

penyeragaman telur hingga dapat menghasilkan telur yang siap diovulasikan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ikan nila dapat dipijahkan secara buatan dengan menggunakan priming hCG dan ovaprim. Kriteria iduk, bobot telur dan fekunditas tercantum dalam Tabel 3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran induk yang digunakan tidak memengaruhi keberhasilan pemijahan dan telur yang diperoleh. Data ini serupa dengan hasil yang diperoleh Bolivar et al., (1993) dan Gustiano & Arifin (2007) pada penelitian yang dilakukan derajat penetasan yang diperoleh berkisar antara 2,7-33,3 %. Rothbard dan Proginin (1975) in Bromage dan Robert (1995) melaporkan bahwa presentase daya tetas telur tidak terprediksi pada ikan nila dan berkisar antara 0-60 %. Mengacu pada pernyataan tersebut , hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilkukan masih dalam kisaran presentase daya tetas yang dapat ditolerir. media pemeliharaan. Tabel 3. Data Ukuran fekunditas dan daya tetas telur Kelompok Betina Jantan Berat telur Panjang Berat Panjang Berat Kantung Perbutir Penyebab rendahnya derajat penetasan pada penelitian yang dilakukan diduga karena faktor eksternal yang berkitan dengan infeksi jamur dan protozoa pada

Fekunditas (butir )

Daya tetas
4

(cm) (gram) G1.1 26 521,5 G1.2 26 501 G1.3 27 603 G1.4 25 483,6 G1.5 28 681,6 G2.1 24 415 G2.2 22 368 G2.3 15 281 G2.4 14 234 G2.5 24 410,2 M1 14 273 M2 20 374 M3 19 318 M4 19 216 M5 18 313 Sumber: Widyastuti, 2008 Keterangan :

(cm) 24 24 24 29 29 29 24 26 25 29 20 21,5 21,5 21 22

(gram) 319,3 403 432 652,1 756,8 606 347 537 459 707,7 238 270 353 250 311

(gram) 7,5 6,2 6,5 17,6 12,8 6,7 14,3 17,7 28 -

(gram) 0.009 0,010 0,010 0,006 0,007 0,010 0,010 0,009 0,010 0,009 0,009

750 620 850 2933 1828 670 1430 1900 2800 220 555

(%) 2,7 33,3 11 6,27 7,92 14,4

M=induk asal pembudidaya, Gl=induk seleksi generasi petama, G2=induk seleksi generasi kedua

B. Karakter Telur dan Embrio Telur nila hasil striping menunjukkan kisaran diameter telur yang berbeda (Tabel 4). Diameter telur dari kelompok nila hasil masyarakat lebih kecil daripada diameter telur nila hasil seleksi namun tidak berbeda nyata. Tabel 4. Rerata diameter telur, lama inkubasi dan lama kuning telur terserap Kelompok N Diameter (mm) 2.3 0.19 2.2 0.06 1.9 0.31 Inkubasi (jam) 96-102 96-102 96-102 Penyerapan Kuning telur (hari) 5 5 5

Gl 50 G2 40 M 20 Sumber: Widyastuti, 2008

Dalam penelitian ini, proses penetasan telur dilakukan dalam corong inkubasi hasil perakitan dengan sistem resirkulai air. Lama inkubasi tidak berbeda antar kelompok induk yang digunakan (G,G2 dan M) yaitu 96-102 jam. Demikian juga dengan kuning telur yang terserap habis pada hari kelima (Tabel 2). Waktu inkubasi telur pada sistem yang digunakan lebihh pendek dibandingkan dengan inkubasi telur ikan secara alami (96-120 jam) dalam suhu air yang sama (27-28 C) sebagaimana yang dikemukakan oleh Rana (1986). Data perkembangan sel telur hingga menentas ditunjukkan pada Tabel 5.
5

Tabel 5. Perkembangan telur hingga menetas Waktu Perkembangan Telur (jam) 1 2 sel 2-3 4 sel 4-5 8 sel 24 Morula- penutupan blastophore 30 Morula- Gastrula 48-52 Embrio terbentuk 72 Bentukmatajelas 96 -102 Menetas Sumber: Widyastuti, 2008

C. Karakter benih Pengamatan pertumbuhan benih dari tiga kelompok induk yang digunakan meliputi panjang dan bobot yang dilakukan hingga benih dilihat dari tabel 6. Tabel 6. Pertumbuhan benih selama 40 hari. Parameter Pertumbuhan Panjang Kelompok Induk N ekor Satuan mm mm mm gram gram gram 1 6.9 0.83 6.7 0.32 6.8 0.92 0.01 0.003 0.02 0.011 0.02 0.009 Waktu (Hari) 5 10.3 1.01 9.8 0.75 9.3 0.71 0.01 0.006 0.03 0.028 0.02 0.007 15 11.3 0.78 16.5 1.34 14.1 1,22 0.02 0.009 0.27 0.233 0.33 0.335 40 23.4 1.63 36.93.82 43.4 5.57 0.17 0.022 1.08 0.859 1.75 0.022 mencapai umur 40 hari dapat

M 10 G1 20 G2 20 Berat M 10 G1 20 G2 20 Sumber: Widyastuti, 2008

Dari data pertumbuhan panjang terlihat tidak ada perbedaan pertumbuhan nila Gl, G2, dan M pada usia awal. Namun demikian setelah 15 hari perbedaan mulai nampak antara benih yang berasal dari induk hasil seleksi dan non seleksi. Perbedaan tersebut berbeda nyata pada benih setelah mencapai umur 40 hari. Untuk sintasan benih nila tercantum pada Tabel 7. Mortalitas benih pada awal pemeliharaan masih tinggi diawali dari persentase Setelah benih berumur lima (5) hari hidup.
6

daya tetas yang

bervariasi besar.

benih memiliki ketahanan dan kemampuan untuk

Tabel 7. Kisaran sintasan larva dan benih Kelompok Umur 1 induk (%) M 100 G1 100 G2 100 Sumber : Widyastuti, 2008 Umur 5 (%) 53,7 12,6-88,6 50,6-67,8 Umur 15 (%) 46,2 12,6-85,3 50,6-53 Umur 40 (%) 6,2 12,6-85,3 50,6-53

D. Perbedaan Pemijahan Alami dan Buatan Perbedaan antara pemijahan alami dan buatan dapat dilihat di dalam tabel 8. Dengan melihat tabel dibawah ini akan mempermudah untuk membandingkan. Tabel 8. Karakteristik Pemijahan Alami dan Buatan Nila Karaktersitik Induk Betina Induk Jantan Berat Ikan Satuan Bulan cm Bulan cm gram Alami 1 Umur 6-8 14- 20 Umur 6-8 16-25 Betina 300-450 Jantan 400-600 1000-2000 0-60 500-750 2,5-3,1 Buatan 2 14-28 21-29 Betina 216-681 Jantan 250-756 290-2933 2,3-33,3 76-609 1,86 2,49

Fekunditas butir Daya tetas % Benih ekor Diameter telur mm 1 Widyastuti, 2008 Sumber :
2

Sumber : SNI 01-6138-1999

Menurut Brotowijoyo (1990) karakteristik adal wujud atau keadaan yang tipikal pada suatu individu. Perbedaan karakteristik dari pemijahan alami dan buatan adalah pemijahan alami indukan betina memerlukan ukuran 14-20 cm dan induk jantan memerlukan indukan 16-25 cm. Pemijahan buatan memerlukan ukuran Ikan betina 14-28 cm dan jantan 21-29 cm. Dari data ini dapat dilihat indukan yang dipakai pada pemijahan alami Induk betina yang dipakai mempuyai selisih yaitu 7 cm. Berat indukan betina dan jantan pada pemijahan buatan lebih kecil dari pada pemijahan alami. Menurut Gustiano (2008), pemijahan alami ikan nila terjadi ketika ikan jantan berukuran 20,2-22,4 cm dan ikan betina berukuran 14,3-20 cm.
7

Menurut Effendi (2008) fekunditas adalah semua telur yang dikeluarkan pada waktu pemijahan. Pengetahuan mengenai fekunditass merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dlam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah dipelajari bukan saja aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi. Dari nialai fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan (Effendi, 2008). Pemijahan alami mempunyai fekunditas atau menghasilkan telur sebanyak 1000-2000 butir dan pemijahan buatan menghasilkan 290-2933 butir. Dari data yang didapat pemijahan alami pada data yang didapat mempunyai data yang lebih banyak dengan pernyatan Djarijah (2002) proses ovulasi (pengeluaran telur) ikan nila berlangsung sekitar 20-40 detik sedangkan proses pemijahannya sekitar 40-60 menit. Jumlah telur yang dikeluarkan setiap pemijahan berkisar 400-1000 butir. Pemijahan alami mempunyai daya tetas lebih besar (60 %) dari pada pemijahan Alami (33,3%). Daya tetas pemijahan alami lebih banyak sehingga jumlah benih yang dihasilkan berkisar antar 500-750 ekor dibandingkan pemijahan buatan yang hanya berkisar 76-609 ekor.

I. A. Kesimpulan

PENUTUP

Karakter indukan nila pada pemijahan buatan yaitu betina berukuran 1420 cm dengan berat 300-450 gram dan indukan jantan 16-25 cm mempunyai berat 400 - 600 gram. Mempunyai fekunditas 290-2933 butir sedangkan daya tetas 2,3-33,3% dapat menghasilkan 76-609 ekor serta berdiameter telur 1,86 2,49 mm. Perbedaan pemijahan alami dengan pemijahan buatan yaitu indukan betina yang dipakai lebih kecil dari pada pada pemijah buatan memiliki ukuran 14-20 cm dan mempunyai daya tetas lebih besar yaitu 0-60 %. Larva yang dihasilkan 500 - 750 ekor sedangkan pada pemijahan buatan indukan betina yang dipakai memiliki ukuran 14-28 cm. Daya tetas lebih besar yaitu 2,3-33,3 % menghasilkan larva yang dihasilkan 76 - 609 ekor. B. Saran 1. Dalam membandingkan jurnal dalam pemijahan perlu diperhatikan TKG sehingga dapat terlihat jelas perbedaan daya tetasnya.

DAFTAR PUSTAKA Anonim.2009. Bagaimana Membudidayaka Ikan Nila. http://ikannila.com/Bagaimana Membudidayakan Ikan Nila.htm. Diakses tanggal 12 November 2010. Anonim,2011. Ikan nila<http://ikannila.com/Pemijahan%20Ikan%20Nila.htm>Diakses 23 November 2011. Bolivar, R.B., A.E.Eknath, H.L.Bolivar and T.A.Abella.1993. Growth and reproduction of individually tagged Nile tilapia (Oreochromis niloticus)of diferent strains. Aquaculture 111: 159-169. Bromage, N.R & RJ Robert. 1995. Nile tilapia (Oreochromis niloticus). In Bromage, N.R.and R.J. Robert (Eds.). Broodstock management and egg and larval quality. Brotowijoyo,M.D.1990. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakrta Djarijah,A.S. 2002. Budidaya Nila gift secara intensif. Kanisius. Yogyakarta Effendi.2008.Fekunditas ikan. <http://fekunditas ikan/2008/08/fekunditas ikan html> Dikases tanggal 14 November 2010. Horstgen-Schwark, G and H.J Langholz, 1998. Prospects of selecting for late maturaty in tilapia (Oreochromis niloticus) III: A selection experiment under laboratory conditions. Aquaculture 167 ; 123 - 133. Rana, K.J. 1986. An evaluation of two types of containers for the artificial incubation of Oreochromis eggs. Aquaculture & Fisheries Management,ll:\39-145. Gustiano, R dan O.Z. Arifin. 2007. Respon dan heretabilitas seleksi famili pada ikan nila generasi ketiga (G3). Khairuman.2011.Budidaya ikan nila secara intensif. Jakarta.Agromedia. . Uraiwan, S, 1988. Directand indirect responses to selection for age at first maturation of Oreochromis niloticus. In RSV Pullin, et al.(Editors.). The second international symposium on tilapia in aquaculture p: 295 - 300. Widyastuti Yohanna R., JojoSubagja,dan Rudhy Gustiano.2008. Reproduksi Nila (Oreocromis niloticus) Seleksi dan Non seleksi dengan pemijahan buatan: Karakter nduk,Telur,Embrio dan Benih.

10

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN

Pemakalah Judul

: Briskha Bakhrudin Hanif : Karakter induk,telur,embrio serta benih pada

pemijahan buatan ikan nila (Oreochromis niloticus).

1. Penanya: Wisnu Adhi Susila Mahasiswa angkatan 2009 Bagamai mana cara pemijahan alami itu? Jawab : Ikan nila memijah dapat dengan pemijahan alami dan pemijahan Buatan. Pemijahan alami dilakukan dengan cara Nila Jantan membuat sarang membentuk seperti cawan di pasir. Betina akan datang pada sarang yang sudah dibuat kemudian terjadi pemijahan ikan jantan. Ikan jantan akan menyimpan telur dimulut sampai menetas. Cara pemijahan alami tanpa campur tangan manusia. Nila jantan akan membuat sarang pada dasar kolam kemudian mengundang betina untuk bertelur pada sarang itu, ketika telur-telur nila keluar, nila jantan akan membuahi dengan cara menyemprotkan cairan jantannya ketelur-telur itu. Setelah telur-telur itu dibuahi oleh si jantan maka betina kembali menyimpan telur-telur itu kedalam mulutnya (Anonim,2011).

2. Penanya: Robin Mahasiswa angkatan 2009 Kolam dengan dasar apa yang dipakai dalam pemijahan ikan nila dan berapa perbandingan jantan dan betina? Jawab : Kolam dengan dasar pasir agar ikan nila dapat memijah. Dengan perbandingan ikan nila sebanyak 1 dan betina 2 ekor. 3. Masukan : Bapak Dr.Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc. Dalam memilih jurnal tentang pemijahan ikan nila perlu perbandingan TKG dari tiap jenis ikan nila dan apa pengertian TKG? Jawaban: TKG adalah Tingkat Kematangan Gonad memberikan gabaran kedewasaan ikan yaitu berapa lama lagi ikan akan memijah atau bertelur. Setiap spesies ikan mmeiliki tahap tahap kematangan gonade yang berbeda- beda dari spesies yang lainnya.Maka, perlu diketahui tanda-tanda yang dipakai untuk menentukan TKG suatu spesies, diantaranya : bentuk ovarium, besar kecilnya ovarium, warna ovarium, halus tidak nya ovarium.(Effendi, 2008)
11

12

You might also like