You are on page 1of 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROENTRITIS

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3 FIQIH NURULLAH FIRMANSYAH HASAN FURQAN RIANTO HUSNUL KHATIMAH IVANA ARLENI 0309142011014 0309142011015 0309142011016 0309142011017 0309142011018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH TANJUNGPINANG 2011

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas semester IV. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Atas terselesaikannya makalah ini, penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ketua Prodi S1 keperawatan Ibu Zakiah Rahman S. Kep, Ns 2. Dosen pembimbing akademik Ibu Zakiah Rahman S. Kep, Ns 3. Teman-teman Prodi S1 keperawatan semester IV

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada para pembaca. Dan kami selaku penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas, sehingga penyusun mohon kritik, saran, dan komentar yang membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini dan lebih maju pada masa yang akan datang. Penyusun berharap, makalah ini dapat menjadi referensi bagi kami dalam mengarungi masa depan. Penyusun juga berharap agar makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya.

Tanjungpinang, 18 April 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan Penulisan a. tujuan umum b. tujuan khusus Bab II Landasan Teori

A. Konsep Dasar Medik 2.1 Definisi 2.2 Anatomi fisiologis 2.3 Etiologi 2.4 Patofisilogi 2.5 Manifestasi klinis 2.6 Pemeriksaan penunjang 2.7 Penatalaksanaan medis B. Konsep Dasar Keperawatan 2.1 Pengkajian 2.2 Diagnosa 2.3 Rencana keperawatan

2.4 Implementasi keperawatan 2.5 Evaluasi Bab III Asuhan keperawatan pada pasien gastroentitis Bab IV Penutup
A. Kesimpulan B. Saran

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980). Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965). Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wongs,1995). makanan ( Marlenan Mayers,1995 ). Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat

a. Tujuan Umum Agar mahasiswa Prodi S1 Keperawatan dapat melakukan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit gastroentritis. b. Tujuan Khusus

a. b.

Agar Mahasiswa dapat mengetahui definisi gastroentritis. Agar Mahasiswa dapat mengetahui anatomi fisiologi gastroentritis.

c. Agar Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari gastroentritis. d. Agar Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi gastroentritis. e. Agar Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis gastroentritis. f. Agar Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang gastroentritis. g. Agar Mahasiswa dapat megetahui penatalaksanaan medis gastroentritis.

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Medis 2.1 Definisi Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999). Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. 2.2. Anatomi Fisiologi

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang teretak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. mulut Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus), dikoyak oleh gigi caninus dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. b. Faring Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan(epiglotis).

c. esofagus

Setelah dikunyah dalam mulut, makanan ditelan melalui esofagus masuk ke lambung. Gerakan peristaltik pd esofagus menyebabkan perpindaan makanan, dibantu oleh mukus yg berperan sbg pelumas & pelapis pelindung dinding esofagus. d. lambung Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting: lendir Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

Asam klorida (HCl) Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

e. Usus halus Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). 1. Usus dua belas jari (Duodenum) Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. 2. Usus Kosong (jejenum) Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. 3. Usus Penyerapan (illeum) Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. F. Usus Besar (Kolon) Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :

Kolon asendens (kanan) Kolon transversum Kolon desendens (kiri) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

G. Usus Buntu (sekum) Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. H. Appendix

Apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). I. Rektum dan anus Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). 2.3. Etiologi Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain yang dapat menimbulkan diare akut adalah toksin dan obat, nutrisi enternal diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea),atau berbagai kondisi lain.

2.4 Patofisiologi Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak selsel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul

diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare.

PATHWAY Makanan dan minuman terkontaminas mikroorganisme penyebab diare makanan tidak dapat diserap tekanan osmotik di usus meningkat pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus gangguan rasa nyaman/nyeri distensi pada perut

isi rongga usus berlebihan sekresi terganggu akibat toksin di rongga usus sekresi air dan elektrolit berlebihan dehidrasi

DIARE frekuensi BAB berlebihan

iritasi

gangguan intregitas kulit devisit vol. Cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan distensi pada perut disertai mual muntah gangguan rasa nyaman/nyeri anoreksia gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2.5. Manifestasi Klinis Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam, dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari.kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus,lidah kering, tulang pipimenonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyutan nadi cepat, tekanan darah menurun sampai tak terukur,pasien gelisah,mukapucat, ujung-ujung ekstermitas dingin, dan kadang sianosis.

Secara klinis diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan. Pertama, koleriform,dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua, disentriform, pada diare didapatkan lendir kentaldan kadang-kadang darah.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1. Pemeriksaan feses secara mikroskopis dan makroskopis. 2. Pemeriksaan kimia darah 3. Pemeriksaan analisa 4. Pemeriksaan hematologi 5. Pemeriksaan Linnates

2.7 Penatalaksanaan Medik 1. Beri cairan untuk mengganti cairan yang hilang. 2. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit. 3. Berikan antibiotik. 4. Koreksi asidosis metabolik

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTROENTRITIS


A. Pengkajian Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

1. Identitas klien. 2. Riwayat keperawatan. Awalan serangan , awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare. Keluhan utama , faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. 3. Riwayat kesehatan masa lalu. Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi. 4. Riwayat psikososial keluarga. Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah. 5. Kebutuhan dasar. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat badan pasien. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

6. Pemerikasaan fisik. a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat. b. Pemeriksaan sistematik : Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan. Perkusi : adanya distensi abdomen. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis Auskultasi : terdengarnya bising usus. c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang. d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan menurun. e. Pemeriksaan penunjang. f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
B. Diagnosa

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan. 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan. 4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen. C. Intervensi

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output cairan yang berlebihan. Tujuan : Devisit cairan dan elektrolit teratasi Kriteria hasil: Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang Intervensi : Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output cairan (balan cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang lebih 2000 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan, pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium 2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan muntah. Tujuan : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi Kriteria hasil : Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada. Intervensi : Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji faktor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi, perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering. Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien. 3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan. Tujuan : Gangguan integritas kulit teratasi

Kriteria hasil : Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada Intervensi : Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non alkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi antifungi sesuai indikasi. 4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen. Tujuan : Nyeri dapat teratasi Kriteria hasil : Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang Intervensi : Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi analgetik sesuai indikasi. 4. Implementasi Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang ada. 5. Evaluasi 1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan. 2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh. 3. Integritas kulit kembali normal. 4. Rasa nyaman terpenuhi.

BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan

2. Saran

You might also like