You are on page 1of 3

Data yang didapat dari survei wisnus dan PES menghasilkan data pengeluaran konsumsi wisatawan dari berbagai

karakteristik wisatawan serta berbagai macam barang dan jasa pariwisata berdasarkan tujuan kedatangan. Survei untuk mendapatkan data pengeluaran konsumsi wisata rumah tangga dilakukan oleh NSSO. Data mengeai konsumsi juga dirilis oleh statistik neraca nasional sebagai pengeluaran konsumsi akhir swasta yang nilainya didapat dari estimasi menggunakan pendekatan arus komoditas. Walaupun sama- sama pengeluaran untuk wisata, nilai dari kedua pendekatan ini jauh berbeda karena perbedaan metode. Nilai yang didapat dari hasil sensus biasanya underestimate. Untuk lebih menyamakan nilai yang ada dilakukan sross validasi antara kedua pengeluaran konsumsi tersebut. Dari hasil tersebut didapat bahwa divergensi nilai pengeluaran konsumsi wisata antara hasil survei terhadap hasil estimasi neraca nasional cenderung semakin melebar tiap waktunya. Untuk menghindari semakin berbeda dan underestimate-nya hasil survei rumah tangga digaags sebuah nilai penyesuaian, atau yang biasa disebut adjustment factor. Sayangnya, walaupun dengan diterapkannya faktor penyesuaian ini, nilai yang didapat dari survei rumah tangga masih underestimate. Hal ini bisa jadi karena adanya kegiatan pariwisata karyawan dan keluarganya dimana biayanya ditanggung perusahaan; nilai dari pengeluaran transportasi untuk wisata macam ini kurang dapat dideteksi oleh survei rumah tangga. Masalah ini kemudian dapat didekati dengan membandingkan nilai pengeluaran yang diketahui dengan tabel output input yang dipublikasikan oleh CSO. Tabel ini berisi 115 sektor, berbentuk matriks dengan dasar harga penjual. Dalam matriks ini dapat diketahui berbagai pengeluaran macam penggunaan barang antara, konsumsi akhir pemerintah dan swasta dalam hal transportasi pariwisata darat maupun laut. Dari ketiganya didapat data pengeluaran wisata dari sisi permintaan, berdasarkan harga penjual. Nilai ini kemudian dikonversi dalam bentuk haarga faktor untuk menyesuaikan dengan data dari sisi penawaran. Konversi dilakukan dengan menggunakan TTM (trade and transport Margin) pada tahun 1998- 1999. TTM ini juga secara tidak langsung mempengaruhi pariwisata, sehingga nilai tambah TTM juga digunakan untuk menghitung nilai tambah pariwisata. Untuk dari sisi penawaran nilai output dan nilai tambah dari tiap industri kepariwisataan ini didapat dari: No 1 1 Industri Sumber Data 2 3 Industri Jasa makanan dan Nilai tambah merupakan disagregasi dari data minuman Hotel dan restoran. Untuk estimasi output digunakan nilai tambah terhadap rasio nilai output pada tahhun 1999 Transport kereta api Ilai tambah dan output terdapat di statistik neraca nasional. Nilai output hanya sampai 2002 hingga perlu dilakukan estimasi output digunakan nilai tambah terhadap rasio nilai output pada tahhun 1999

Trasportasi Lainnya

Jasa Penyewaan transportasi

Jasa Agen Perjalanan

Jasa Rekreasi dan hiburan

Nilai terdisagregasi dari sektor ini didapat dari neraca nasional. Untuk estimasi output digunakan nilai tambah terhadap rasio nilai output pada tahhun 1999 Dilakukan segregrasi dari item sektor jasa tidak terorganisasi. Untuk estimasi output digunakan nilai tambah terhadap rasio nilai output pada tahhun 1999 Nilai tambah terdapat di NAS hanya hingga tahun 2002. Nilai yang ada dilakukan estimasi berdasarkan pertumbuhannya. Untuk estimasi output digunakan nilai tambah terhadap rasio nilai output pada tahhun 1999 Nilai tambah terdapat dalam neraca nasioal; ilai output merupakan nilai estimasi yang didapat dari rasio nilsi tambah terhadap output jasa lainnya, pada IO tahun 1999

Nilai output dan nilai tambah untuk semua karakteristik turis dan industri terkait membentuk data dati sisi penawaran. Dari sisi permintaan, data pengeluaran meunjukkan output industri ini dari segi wisatawan. Nilai ketiganya dapat memberikan nilai tambah yang spesifik untuk tiap industri. Jumlah seluruh nilai tambah spesifik ini menunjukkan total nilai tambah ekonomi untuk pariwisata. Rasio nilai ini dari total PDB menunjukkan share nilai kepariwisataan terhadap PDB. Nilai share PDB pada periode ini berkisar pada nilai 2,78 %. Nilai ini terkait efek langsung pariwisata terhadap perekonomian.

Untuk kontribusi secara tidak langsung dilakukan dari analisis multiplier. Nilai dari kontribusi tidak langsung merupakan pengaruh dari perubahan permintaan pariwisata terhadap sektor lain akibat hubungan antar industri. Secara statistik nilai ini dapat diperoleh menggunakan tekhnik pada tabel IO yang merupakan deskripsi statistik dari input dan output industri.

Menggunakan analisis Multiplier, didapatkan hasil bahwa total pengganda output untuk sektor pariwisata sebesar 2,1; yang mengimplikasikan bahwa efek langsung dan tak langsung adalah sebesar 2,1 kali nilai pengeluaran sebenarnya dari wisatawan. Jika atdi dikatakan bahwa kontribusi yang ada 2,78% dari PDB, maka adanya efek lagsung dan tidak langsung dapat menaikkan kontribusi pariwisata hingga 5, 83% dari PDB.

You might also like