You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan keterampilan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas suatu organisasi. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat. Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan prilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi, berbagai prilaku dan teknik tersebut akan dapat dipelajari. Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia.(Istianto, 2009: 2) Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh unsur- unsur di dalam kelompok atau organisasinya untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja pegawai yang maksimal. Dengan meningkatnya kinerja pegawai berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau pegawai dalam mewujudkan tujuan organisasi. Suatu organisasi pada dasarnya adalah suatu bentuk kerja sama antar dua orang atau lebih. Baik yang di sebut organisasi ataupun kelompok, tujuannya adalah untuk mencapai sesuatu. Jika sesuatu yang ingin dicapai itu benar dapat diraih, maka tujuannya efektif. Efektivitas adalah ukuran sejauh mana tujuan dapat dicapai. Efektivitas adalah suatu kontinum yang merentang dari efektif, kurang efektif, sedang-sedang, sangat kurang, sampai tidak efektif. (Sigit, 2003:2). Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan organisasi, selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Kecamatan Binjai KotaKotamadya Binjai adalah suatu Instansi Pemerintah. Camat adalah perangkat Pemerintah wilayah kecamatan yang menyelenggarakan tugas pemerintahan umum di wilayah kecamatan. Kecamatan merupakan barisan terdepan melaksanakan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dibantu dari pemerintahan desa atau kelurahan. Oleh karena itu, pentingnya tugas, fungsi dan wewenang kecamatan untuk pembangunan daerah adalah yang paling dekat dengan masyarakat tersebut. Pemerintahan kecamatan Binjai KotaKotamadya Binjai, yang bekerja untuk masyarakat sudah seharusnya memberi pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang demikian, pegawai kantor kecamatan Binjai KotaKotamadya Binjai harus seefektif mungkin dalam menjalankan pekerjaannya. Namun sayang pada prakteknya, sering kali ditemukan pegawai yang tidak bekerja efektif sebagaimana mestinya. Misalnya saja para pegawai sering kali datang terlambat masuk kerja dari jam kerja yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Selain itu fasilitas-fasilitas pendukung bagi para pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan masih minim, sehingga terkadang mereka memberikan pelayanan yang kurang memuaskan terhadap masyarakat. Disinilah dituntut kepemimpinan seorang camat dalam mengelola para bawahannya agar lebih efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya demi menciptakan aparatur pemerintahan yang baik dan sehat. Untuk mencapai efektivitas kerja yang diinginkan camat Binjai Kota harus menjalankan fungsi dan tugas dengan cara memotivasi para pegawainya dan juga selalu berkomunikasi, agar para pegawainya menyadari bahwa mereka memang dibutuhkan dan tidak dibeda-bedakan, sehingga mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan sebaikbaiknya, demi kemajuan bersama. Camat juga dibutuhkan untuk mengontrol kegiatan para pegawai apakah berjalan dengan tujuan yang ingin di capai atau tidak. Camat dan pegawai haruslah saling bekerja sama dalam usaha pencapaian tersebut. Masing-masing dari mereka haruslah menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti masalah Kepemimpinan Camat yang dikaitkan dengan Efektivitas Kerja Pegawai. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut : "Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Pada Kantor Camat Binjai KotaKotamadya Binjai)".

1.2 Perumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan pokok dalam penelitian ini, yaitu : "Sejauh Mana Pengaruh Fungsi pemimpin Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai" pada Kantor Camat Binjai Kota, Kotamadya Binjai.

1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk Mengetahui sejauh mana Fungsi Kepemimpinan Terhadap Efektivitas adap kerja pegawai pada Kecamatan Binjai Kota, Kotamadya Binjai.

1.4. Manfaat Penelitian Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, penelitian ini juga dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah: 1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan ilmu yang di dapat didalam perkuliahan. 2. Bagi Instansi terkait penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi kemajuan instansi itu sendiri. 3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatra Utara, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melengkapi ragam penelitian yang telah dilakukan oleh para mahasiswa serta dapat menjadi bahan masukan bagi Fakultas dan diharapkan dapat menjadi salah satu referensi tambahan bagi mahasiswa dimasa yang akan datang.

1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Kepemimpinan 1.5.1.1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan dalam satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas demi tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan (kartono. 2005:76). Menurut Rivai. 2004:64), Kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai sifat, kemampuan, proses, dan atau konsep yang dimiliki oleh seseorang sedemikian rupa sehingga ia diikuti, dipatuhi, dihormati. dan orang lain bersedia dengan penuh keikhlasan melakukan perbuatan atau kegiatan yang telah dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Dengan demikian dapat: dikatakan sebagai proses untuk mempengaruhi orang lain. Umar (2008:38) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pengarahan dan usaha mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok.
3

Sedangkan Menurut Hasibuan (2003:170) "Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi". Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain agar mau berperan serta dalam rangka memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dimana definisi kepemimpinan akhirnya dikategorikan menjadi tiga elemen. (Susanto A.B; Koesnadi Kardi, 2003:115), yakni : 1. Kepemimpinan merupakan proses ; 2. Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (hubungan) antara bawahan; 3. Kepemimpinan merupakan ajakan kepada orang lain. Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum pengertian pemimpin adalah suatu Kewenangan yang disertai kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan untuk menggerakkan orang- orang yang berada dibawah koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan suatu organisasi. 1.5.1.2. Fungsi Pemimpin Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing- masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial kelompok atau organisasinya. Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu : 1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya. 2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang- orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan- keputusan dan kebijakan pemimpin. Sehubungan dengan dua dimensi tersebut, menurut Nawawi, secara operasional dapat dibedakan dengan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu : 1. Fungsi Instruktif Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Dalam hal ini fungsi orang yang dipimpin adalah sebagai pelaksana perintah.
4

pimpinan

dan

Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah tersebut, sepenuhnya adalah merupakan fungsi pemimpin, fungsi ini juga berarti bahwa keputusan yang ditetapkan pemimpin tanpa kemauan para bawahannya tidak akan berarti. Jika perintah tidak dilaksanakan juga tidak akan ada artinya. Intinya, kemampuan bawahan menggerakan pegawainya agar melaksanakan perintah, bersumber dari keputusan yang ditetapkan. Perintah yang jelas dari pimpinan berati juga sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. 2. Fungsi Konsultatif Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi dengan orang- orang yang dipimpinnya. Konsultasi yang dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feed back), yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. 3. Fungsi Partisipasi Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kesepakatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. Fungsi ini tidak sekedar berlangsung dua arah, tetapi juga perwujudan pelaksanaan hubungan manusia yang efektif antara pemimpin dan orang yang dipimpin baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Sekalipun memiliki kesempatan yang sama bukan berarti setiap orang bertindak semaunya, tetapi harus dilakukan dan dikerjakan secara terkendali dan terarah yang merupakan kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Dengan demikian musyawarah menjadi hal yang sangat penting dalam kesempatan berpartisipasi melaksanakan program organisasi. Pemimpin tidak sekedar mampu membuat keputusan dan memerintahkan pelaksanaannya, akan tetapi pemimpin harus tetap dalam posisi sebagai pemimpin yang melaksanakan fungsi kepemimpinan bukan sebagai pelaksana. 4. Fungsi Delegasi Dalam melaksanakan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh pemimpin seorang diri. Jika pemimpin bekerja seorang diri, ia pasti tidak dapat berbuat banyak dan mungkin dapat menjadi tidak berarti sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenang perlu didelegasikan kepada para bawahannya agar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

5. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifi tas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkannya melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam melakukan kegiatan tersebut berarti pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam melaksanakan beban kerja atau perintah dari pimpinannya. Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut diatas, diselenggarakan dalam aktifitas kepemimpinan secara intergral. Aktifitas atau kegiatan kepemimpinan yang bersifat intergral tersebut dalam hal pelaksanaannya akan berlangsungsebagai berikut; a. Pemimpin berkewajiban mejabarkan program kerja yang menjadi Keputusan yang kongkrit untuk dilaksanakan sesuai dengan prioritasnya masing-masing keputusan-keputusan itu harus jelas hubungannya dengan tujuan kelompok/organisasi. b. Pemimpin harus mampu menerjemahkan keputusan-keputusan menjadi intruksi yang jelas, sesuai dengan kemampuan anggota yang melaksanakannya. Setiap anggota yang melaksanakannya. Setiap anggota harus mengetahui dari siapa intruksi diterima dan pada siapa di pertanggungjawabkan. c. Pemimpin harus berusaha untuk mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat baik secara perorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin harus mampu menghargai gagasan, pendapat, saran, kritik anggotanya sebagai wujud dari partisipasinya. Usaha mengembangkan partisipasi anggota tidak sekedar ikut aktif dalam melaksanakan perintah, tetapi juga dalam memberikan informasi dan masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi pemimpin dalam membuat dan memperbaiki keputusankeputusan. d. Mengembangkan kerjasama yang harmonis, sehingga setiap anggota mengejakan apa yang harus dikerjakannya, dan bekerjasama dalam mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan. Pemimpin harus mampu memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan, prestasi atau kelebihan yang dimiliki setiap anggota kelompok/organisasinya. e. Pemimpin harus membantu dalam mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai dengan batas tanggungjawab masing-masing. Setiap anggota harus didorong agar tumbuh menjadi orang yang mampu menyelesaikan masalahmasalahnya, dengan menghindari ketergantungan yang berlebihan dari pemimpian atau orang lain. Setiap anggota harus dibina agar tidak menjadi orang yang selalu menunggu perintah. Namun diharapkan setiap anggota/bawahan adalah orang yang inisiatif artinya mampu bekerja dengan sendirinya karena kesadaran bahwa ia memiliki tanggungjawab.

1.5.1.3. Gaya Kepemimpinan Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah maka akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing, maka dalam penerapan lazimnya digunakan empat macam gaya kepemimpinan, yakni: 1. Democratic Leadership, adanya suatu gaya kepemimpinan yang menitik beratkan kepada "kemampuan untuk menciptakan MORAL" dan kemampuan untuk menciptakan KEPERCAYAAN". 2. Dictatorial atau Autocratic Ledership, adanya suatu gaya Leadership, yakni suatu gaya Leadership yang menitik beratkan kepada kesanggupan untuk MEMAKSAKAN" keinginannya yang mampu untuk mengumpulkan pengikut-pengikutiiya untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun. 3. Paternalistic Ledership, yakni bentuk antara gaya pertama (democratic) dan kedua (Dictatorial) diatas. Yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokrasi. System ini dapat diibaratkan "dictator" yang berselimutkan "demokratis". 4. Free rein Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijakan pengoperasian MSDM kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepada ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. Pimpinan disini hanya sekedar mengawasi dari atas dan menerima laporan kebijakan pengoperasian yang telah dilaksanakan oleh bawahannya. (Arep, 2002:236). 1.5.1.4. Syarat Pemimpin Yang Ideal Secara garis besar, seorang pemimpin idealnya memiliki tiga kategori umum, yakni (Arep, 2002:241) : 1. Kemampuan menganalisa dan menarik kesimpulan yang tepat. Ia harus mampu menganalisa sesuatu masalah, situasi atau serangkaian keadaan tertentu dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang tepat. 2. Kemampuan untuk menyusun suatu organisasi serta dapat menyeleksi dan menempatkan orang-orang yang tepat untuk mengisi jabatan dalam organisasi yang bersangkutan. 3. Kemampuan untuk membuat sedemikian rupa, agar organisasi yang bersangkutan berjalan lancar untuk menuju tujuan, cita-cita dan putusan dari tingkat yang lebih tinggi kepeda bawahan-bawahannya, agar tujuan dan putusan-putusan itu dapat diterima dengan baik. Ketiga kemampuan tersebut, idealnya dimiliki oleh seseorang pemimpin agar organisasi maju dan berkembang. Yang harus diingat, fungsi pemimpin juga harus dapat memotivasi staf/pegawainya. Untuk itu, paling tidak ada 8 watak atau sifat dari seseorang pemimpin yang efektif dalam memotivasi pegawai untuk meningkatkan produktivitas
7

kerjanya. Mampu untuk menimbulkan kepercayaan pada diri orang lain. Untuk itu dibutuhkan sejumlah persyaratan yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin, yakni : 1. Harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alat-alat teknis dan prosedur-prosedur yang dipergunakan oleh para pegawainya, sehingga ia dapat member petunjuk-petunjuk dalam mengoprasikan alat-alat serta prosedur-prosedur yang diperlukan. 2. Pengetahuan dan pengertian tentang garis-garis besar kebijaksanaan organisasi 3. Seorang pemimpin harus senantiasa setia memegang teguh setiap ucapannya. Ia harus senantiasa menepati janjinya, jika ingin menanam kepercayaan bawahannya. 4. Seorang pemimpin harus mampu memberikan penilaian yang baik terhadap semua pemasalahan, baik yang bersifat kedinasan maupun yang bersifat pribadi. 5. Tabah dalam usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus mempunyai keyakinan yang teguh atas segala sesuatu yang ingin dicapainya. Tegasnya ia harus tabah dan tekun untuk mencari cara-cara melakukan sesuatu sampai mendapatkan yang paling tepat untuk mencapai tujuan organisasi. 6. Kemampuan untuk memberikan pengertian tanpa menimbulkan kesalah pahaman dalam dalam menjelaskan/mengemukakan tujuan organisasi kepada pihak lain. 7. Kemampuan untuk mendengarkan secara simpatik, baik berupa usul-usul maupun berupa kritikan dari pihak lain maupun dari pihak bawahannya. 8. Senantiasa menaruh minat yang tulus dan ikhlas terhadap orang lain, tulus terhadap kesejahteraan bagi pihak yang dipimpinnya. 9. Kemampuan untuk memahami manusia serta reaksinya. Seorang pemimpin harus paham benar akan manusia baik manusia sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok dan mengetahui mengapa ia bertindak sedemikian rupa. 10. Seseorang pemimpin harus senantiasa waspada untuk selalu bersikap objektif dan jangan sampai membiarkan putusannya dipengaruhi oleh sentimen orang lain. 11. Seseorang pemimpin harus senantiasa bersikap terus terang dan transparan. Ia tidak boleh membiarkan orang lain berkata terhadap dirinya ; "ia selalu ingin rahasia dan tertutup". 1.5.2. Efektivitas Kerja Pegawai 1.5.2.1 Pengertian Efektivitas Kerja Setiap organisasi selalu dihadapkan pada persoalan keterbatasan sumber daya manusia dalam mencapai tujuannya. Interaksi antar berbagai sumber daya manusia dalam mencapai tujuannya. Interaksi antar berbagai sumber daya tersebut harus dikelola dengan baik sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Secara sederhana efektivitas kerja dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu tepat pada sasaran.

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya dari aspek kecepatan waktu, maka efektivitas tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang disediakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam program yang telah disusun sebelumnya. Menurut komarudin (2000) " Efektivitas adalah suatu keadaan dalam mencapai tujuan. Manajemen yang efektif perlu disertai dengan manajemen yang efisien. Tercapainya, tujuan mungkin hanya dapat dilakukan dengan penghamburan dan, oleh karena itu manajemen tidak boleh hanya diukur dengan. efektivitas tetapi juga diperlukan efisiensi". Sedangkan menurut Susilo Maryoto (2000) " Efektivitas adalah suatu yang berhubungan dengan hasil-hasil yang dicapai misalnya pemain bola yang efektif adalah angka rata-rata pukulan bolanya terbaik pada masa akhir pertandingan, begitu juga pejabat pimpinan yang efektif adalah seseorang yang mencapai angka tertinggi bila dinilai dari hasilhasil yang dicapai". , 1.5.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja Efektivitas yang diartikan sebagai keberhasilan melakukan program dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang dapat menentukan efektivitas kerja Karyawan berhasil dilakukan dengan baik atau tidak dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan. Tugas bawahan dapat berjalan dengan baik apabila dilakukan pemberitahuan (komunikasi) tentang pendelegasian tugas/tanggung jawab serta adanya evaluasi kerja dari pimpinan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja dalam organisasi: 1. Waktu Ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit. 2. Tugas Bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang didelegasikan kepada karyawan 3. Produktivitas Seorang karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dalam bekerja tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja yang baik demikian pula sebaliknya

4. Motivasi Manajer dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi karyawan untuk bekerja secara positif semakin baik pula kinerja yang dihasilkan. 5. Evaluasi Kerja Manajer memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan, sebaliknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik dan menyelesaikan untuk dievaluasi tugas terlaksana dengan baik atau tidak 6. Pengawasan Dengan adanya pengawasan maka kinerja karyawan dapat terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil resiko kesalahan dalam pelaksanaan tugas. 7. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan sewaktu bekerja. 8. Perlengkapan dan Fasilitas

Adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan dalam bekerja. Fasilitas yang kurang lengkap akan mempengaruhi kelancaran karyawan dalam bekerja. Semakin baik sarana yang disediakan oleh perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya kerja seorang dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan. Dari seluruh penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakan oleh para pegawai yang dilaksanakan secara bersama terhadap pencapaian dan pemenuhan beberapa ketentuan yang dicapai sesuai dengan standar yang berlaku dengan organisasi tersebut. 1.5.3 Pengaruh Fungsi Kepemimpinan Terhadap efektivitas Kerja Pegawai Fungsi kepemimpinan pada dasarnya mempunyai pokok pengertian sebagai usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai untuk bekerja keras, memiliki semangat kerja yang tinggi dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dengan organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan organisasi. Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagai besar ditentukan oleh pemimpin. Hal ini dapat dilihat bagaimana seorang pemimpin dalam bersikap dan bertindak. Cara bersikap dan bertindak dapat terlihat dengan cara melakukan suatu pekerjaan. Suatu ungkapan mulia mengatakan bahwa pemimpinlah yang bertanggung jawab atas: kegagalan
10

pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal ini merupakan ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu instansi pemerintahan khususnya, pada posisi yang terpenting. Dimana pada hal ini pemimpin tersebut adalah seorang Camat, yang bertugas membawahi para pegawainya yang berada pada kecamatan Binjai KotaKotamadya Binjai. Sedangkan efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini juga berkaitan dengan kuantitas dan kualitas kerja yang dihasilkan. Artinya yaitu seberapa banyak pekerjaan yang dapat dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan, dan apakah sesuai dengan mutu yang telah ditentukan, dan apakah sesuai dengan mutu yang telah ditargetkan atau tidak. Tercapainya tujuan organisasi diharapkan tercapainya pula tujuan individu para bawahan. Suatu organisasi akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal termasuk peningkatan efektivitas kerjanya masing-masing. Seseorang pegawai akan efektif dalam melakukan pekerjaan apabila terdapat keyakinan dalam dirinya bahwa berbagai keinginan, kebutuhan, harapan dan tujuannya dapat tercapai. Dalam hal ini dapat dilihat peran dan tugas seorang camat pada pemerintahan Kecamatan Binjai KotaKotamadya Binjai adalah berusaha untuk mempengaruhi para pegawainya dengan cara memotivasi dan komunikasi untuk terus bekerja secara efektif sesuai dengan waktu dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, efektif tidaknya pekerjaan yang dilakukan para pegawainya tergantung bagaimana cara atau sikap seorang Camat dalam memimpin. Atau apa-apa saja kegiatan yang perlu dilakukan agar semua pegawai mau dan rela mengikuti semua keinginan Camat tersebut demi mencapai tujuan organisasi.

1.6 Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Dengan kata lain hipotesis dapat juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. (Sugiono, 2005:70). Hipotesis nol : tidak ada hubungan antara X dan Y Hipotesis alternative : terdapat hubungan antara X dan Y Ho : p = 0 (berarti tidak ada hubungan ) Ho : p 0 (berarti ada hubungan) (Sugiono, 2005:187) Berdasarkan pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : "terdapatnya pengaruh yang positif dan signifikan antara fungsi kepemimpinan Camat terhadap efektivitas kerja pegawai.
11

1.7. Definisi Konsep Menurut Singarimbun (1995:31) konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti. Untuk mendapatkan balasan yang jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis mengemukakan definisi dari konsep yang akan dipergunakan : 1. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu cara seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Efektivitas Kerja

Efektivitas kerja pegawai adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu yang telah ditetapkan oleh para setiap bagian yang ada didalam organisasi.

1.8. Definisi Operasional Definisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikatorindikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa kedalam variabel-variabel tersebut, singarimbun (1995:46). 1. Variabel (X) Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah kepemimpinan, dengan indikator-indikatornya adalah : a. Pengarahan Pemimpin memberikan pengarahan yang jelas dan dapat dimengerti oleh pegawai dalam melakukan pekerjaan. b. Komunikasi Komunikasi sebagai cara yang dilakukan dalam proses pekerjaan sehingga pegawai mau bekerja sama. c. Pengambilan keputusan

12

Memberikan wewenang dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan kepada pegawainya dalam menyelesaikan pekerjaan. d. Motivasi Memberikan bimbingan, dorongan dan pengawasan kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan. 2. Variabel Terikat (Y) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah efektivitas kerja pegawai, dengan indikatornya adalah : a. Waktu Ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan merupakan faktor utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu yang tidak sedikit b. Tugas Bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya tugas-tugas yang didelegasikan kepada karyawan c. Produktivitas Seorang karyawan mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dalam bekerja tentunya akan dapat menghasilkan efektivitas kerja yang baik demikian pula sebaliknya d. Motivasi Manajer dapat mendorong bawahan melalui perhatian pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif. Semakin termotivasi karyawan untuk bekerja secara positif semakin baik pula kinerja yang dihasilkan. e. Evaluasi Kerja Manajer memberikan dorongan, bantuan dan informasi kepada bawahan, sebaliknya bawahan harus melaksanakan tugas dengan baik dan menyelesaikan untuk dievaluasi tugas terlaksana dengan baik atau tidak. f. Pengawasan Dengan adanya pengawasan maka kinerja karyawan dapat terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil resik kesalahan dalam pelaksanaan tugas. g. Lingkungan Kerja

13

Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan sewaktu bekerja. h. Perlengkapan dan Fasilitas Adalah suatu sarana dan peralatan yang disediakan oleh pimpinan dalam bekerja. Fasilitas yang kurang lengkap akan mempengaruhi kelancaran karyawan dalam bekerja. Semakin baik sarana yang disediakan oleh perusahaan akan mempengaruhi semakin baiknya kerja seorang dalam mencapai tujuan atau hasil yang diharapkan. 1.9. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, perumusan masalah, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional serta sistematika penulisan. BAB II METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan skor dan teknik analisa data. BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran umum keadaan Kantor Camat Binjai KotaKotamadya Binjai, sejarah berdirinya dan deskripsi tentang struktur organisasi. BAB IV PENYAJIAN DATA Bab ini berisikan penyajian data yang dihasilkan dari sejumlah kuesioner dari lapangan atau berupa dokumen sebagai bahan yang akan dianalisis, data yang akan diperoleh adalah bahan pengamatan bagi penelitian untuk melihat pengaruh kepemimpinan Camat Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai. BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA Bab ini berisikan analisa data yang disajikan pada bab IV dan interpretasi pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas kena pegawai. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan.

14

BAB II METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskripsi kuantitatif, dengan maksud untuk mencari pengaruh antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel dependen (variabel terikat). Melalui metode ini diharapkan dapat menjelaskan fenomena yang ada. 2.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kantor Camat Binjai KotaKotamadya Binjai. 2.3. Populasi Sampel 2.3.1. populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik suatu kesimpulan, Sugoyono (2005:90). Berdasarkan penjelasan tersebut, makanya menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang terdapat pada Kantor Camat Binjai KotaKotamadya Binjai yang berjumlah 22 orang pegawai. 2.3.2. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data. Dalam penelitian ini, sampel diambil berdasarkan teknik sampel jenuh, dimana sampling ini digunakan apabila semua populasi digunakan sebagai sampel yang didasarkan atas adanya tujuan tertentu dan tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian. Dengan demikian maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua jumlah populasi terkecuali pemimpin atau camat tidak diikut sertakan, yakni jumlahnya 22 orang pegawai 2.4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam data menurut klarifikasinya jenis dan sumbernya, yaitu : 1. Pengumpulan data primer, adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer tersebut dilakukan dengan instrumen sebagai berikut: a. Metode angket (kuesioner) yaitu pemberian daftar pertanyaan secara tertutup kepada responden yang dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban. b. Metode observasi melakukan pengamatan secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan fokus penelitian.
15

2. Pengumpulan data sekunder, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah sejumlah buku, karya ilmiah dan dokumen/arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2.5. Teknik Penentuan Skor Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan maka ditentukan skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang bersifat kuantitatif. Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut; - Untuk jawaban alternatif "a" diberi skor 5 - Untuk jawaban alternatif "b" diberi skor 4 - Untuk jawaban alternatif "c" diberi skor 3 - Untuk jawaban alternatif "d" diberi skor 2 - Untuk jawaban alternatif "e" diberi skor 1 Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden alternatif jawaban tergolong tinggi, sedang, sangat sedang, terlebih dahulu menentukan interval dengan cara sebagai berikut:

Maka diperoleh : = 0.80

demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel dan sevariabel yaitu : a. Skor untuk kategori sangat tinggi b. Skor untuk kategori tinggi c. Skor untuk kategori sedang d. Skor untuk kategori rendah e. Skor untuk kategori sangat rendah : 4,21-5,00 : 3,41-4,20 : 2,61-3,40 : 1,81-2,60 : 1,00-1,80

Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya hubungan tersebut, maka dapat digunakan pedoman sebagai berikut: (Sugiyono, 2005:214) Untuk dapat member interpretasi terhadap kuatnya hubungan tersebut, maka dapat digunakan pedoman sebagai berikut: (Sugiyono, 2005:214)
16

- Untuk interval 0,00 - 0,199, maka tingkat hubungannya sangat rendah - Untuk interval 0,20 - 0,399, maka tingkat hubungannya rendah - Untuk interval 0,40 - 0,599, maka tingkat hubungannya sangat rendah - Untuk interval 0,60 - 0,799, maka tingkat hubungannya sangat rendah Untuk interval 0,80 0,1000, maka tingkat hubungannya sangat rendah 2.6. Teknik Analisa Data Untuk mengetahui koefisien korelasi variabel x terhadap variabel y, digunakan rumus korelasi peringkat spearman (Uyanto, 2006:201)

Dimana :

rs N d

: koefisien korelasi spearman : Jumlah observasi : selisih pasangan peringkat (rank) ke -1

Untuk menguji apakah koefisien korelasi peringkat spearman yang diperoleh signifikan digunakan rumus :

t=

, dengan tingkat kebebasan (n-2)

Dimana :

rs n n-2

: koefisien korelasi spearman : Jumlah observasi : df (Degresi of Freedom)

17

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP EFEKTIFITAS KERJA PEGAWAI (Pada Kantor Camat Binjai Kota Kotamadya Binjai )

Disusun oleh

RINA MELATI DALIMUNTHE 100921013

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

18

19

You might also like